You are on page 1of 7

KEDATANGAN ISLAM DI KALIMANTAN TIMUR

A. Pendahuluan Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula keajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan.1 Kalimantan adalah salah satu pulau yang terbesar di Indonesia bahkan dunia di pulau ini terdapat tiga Negara: Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam. Kawasan terbesar dari pulau ini adalah wilayah Indonesia yang dibagi menjadi empat propinsi, salah satunya adalah Propinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah sekitar 211.440 km2, yang terdiri dari rawa, sungai, dataran dan pegunungan, juga di diami banyak suku baik suku asli maupun suku pendatang, suku asli terdiri dari: Bulungan, Punan, Kenyah, Kayan, Berusu, dan lain-lain. Prosentase agama yang dianut pada tahun 1989: Islam 85,2%, Kristen 13,9%, Hindu 0,19%, dan Budha 0,62%.2

B. Kalimantan Timur Sebelum Kedatangan Islam Sebelum Islam dating di Indonesia dalam abad ke-8, maka telah menjelma kerajaan-kerajaan yang susunan pemerintahannya, corak masyarakatnya, alam pikirannya banyak dipengaruhi oleh Hinduisme dan Budhisme.3 Seperti pada abad ke-5 di Kalimantan Timur terdapat kerajaan Hindu Kutai, dalam catatan
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (ed) Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) cet. Ke-5, h. 1, mengentai kapan Islam pertama kali datang ke Indonesia sebagian ahli sejarah juga tidak ada kesamaan mengenai waktunya ada yang memperkirakan sekitar aba d ke-VII dan ke VIII M. alasannya pada waktu itu (abad ke VII) pedagang muslim asal Arab, Persia dan India sudah ada yang sampai ke kepualauan Indonesia untuk berdagang. Sementara Snouck Hurgronje memperkirakan sekitar tahun 1200 M., lihat, C. Snouck Hurgronje, Verpreide Geschiften Van C. Snouck Hurgrenje terj. Oleh Soedarso Soekarno dan Rahayu S. Hidayat. Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, (Jakarta: INIS, 1995), h jilid II, h. 180. 2 Widjiono Wasis, Ensiklopedi Nusantara, (t.t: t.p, 1989), h. 536-537. 3 Imam Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan Yang Dihadapi Dari Masa ke Masa, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), cet. Ke-2, h. 289.
1

sejarah ada dua kerajaan di Kutai, yaitu kerajaan Kutai Martapura (abad ke-4 sampai abad ke-18 M.) dan kerajaan Kutai Kartanegara (awal abad ke-14 sampai abad ke-19 M). keduanya menganut agama Hindu. Kerajaan Kutai Martapura terletak di Muara Kamam, Pedalaman Sungai Mahakam. Keberadaannya diketahui berdasarkan penemuan beberapa prasasti yang dipahat di atas tiang batu pengikat korban persembahan (yupa), yang berasal dari abad ke-5. Kerajaan ini berlangsung kurang lebih 13 abad, dan diperintah oleh sekitar 25 raja, dengan rajanya yang paling terkenal bernama Mulawarman. Dalam prasasti terdapat tulisan yang menyebutkan bahwa Raja Mulawarman melakukan upacara sedekah dengan menghadiahkan 20.000 ekor sapi untuk para Brahmana di sebidah tanah yang pandang suci.4 Setelah kerajaan memudar pada abad ke-13 terpecah menjadi tiga kerajaan Hindu kecil, yaitu: Kutai Kartanegara, Berau dan Pasir.5 1. Kerajaan Kutai Kartanegara Kerajaan Kutai Kartanegara sekitar tahun 1300 M. terletak di tepian Batu, tidak jauh dari tepi muara sungai Mahakam. Menurut hikayat kerajaan tersebut didirikan oleh anak seorang kepala kampong di Kutai Lama, Aji Batara Agung. Sebelum kedatangan Islam, kerajaan Kutai bercorak IndonesiaHindu, sedang di pedalaman kebanyakan penduduk masih menganut bermacam-macam kepercayaan,6 seperti antara lain; animisme7dan

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), h. 159. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), jilid III, cet-2, h. 648. 6 Dalam kehidupan keagamaan dan kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, antara suku yang satu dengan suku yang lain terdapat perbedaan-perbedaan, namun terdapat kesamaan konsep keilahian, bahwa mereka percaya pada adanya keilahian yang tertinggi, keilahian itu bersifat Dwitunggal, yaitu yang mendiami alam atas dan yang mendiami alam bawah, baca. Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama (Pendekatan Budaya Terhadap Aliran Kepercayaan Agama Hidnu, Budha Kong Hu Cu di Indonesia), (Bandung: Citra Aditya Bakti 1993) cet ke-1 bag. 1, h. 42-43. 7 Animism adalah pemujaan terhadap roh-roh atau jiwa manusia dan bintang-bintang, terutama pemujaan terhadap roh orang telah meninggal atau kepercayaan terhadap adanya makluk-makhluk spiritual, baca, Zakiah Daradjat et al, Perbandingan Agama I, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet ke-1, h. 24-25.
5

dinamisme8. Di dalam hikayat diceritakan mengenai hubungan-hbungan dengan Majapahit, dan hal in diperkuat oleh berita dalam Nagarakartagama.9 Selain itu terlihat dari anggapan masyarakat bahwa raja adalah penjelmaan dari dewa. Perkembangan selanjutnya agama Hindu dan juga Budha di Kerajaan Kutai melemah dengan adanya dengan dunia luar, khususnya dengan daerah yang telah memeluk Islam, pengaruh itu mulai terlihat pada masa pemerintahan Raja Aji Wirabayan (1370-1420), yang bernama Aji Maharaja Sultan.10 2. Kerajaan Berau Kerajaan Berau asal mulanya diperintah oleh orang Dayak sendiri, maka tatkala kedantangan orang Bugis dan lainnya, dan terjadilah percampuran, dari percampuran dari suku-suku tersebut, maka dibentuklah satu kepala, yaitu Andji Kurindam Malaka anak seorang kepala suku, menjadi ratu dan seterusnya turun temurun sampai lebih kurang tahun 1810 M.11 3. Kerajaan Pasir Kerajaan Pasir semula diperintah oleh kepala-kepala dari rakyat Dayak sendiri. Pada waktu itu rakyat Pasir ingin sekali dipimpin (diperintahkan) oleh bangsanya sendiri yang adil dan bijaksana. Maka kebetulan waktu itu ada seorang kapala suku Dayak Pasir yang sangat berpengaruh, yang bernama Temanggung Tokio, mengusulkan di daerah-daerah itu dikepalai oleh seorang kepala dan untuk itu akan diminta sultan yang terdekat yang terdekat tempat tinggalnya.

Dinamisme adalah kepercayaan bahwa pada berbagai benda terdapat suau kekuatan atau kesaktian, misalnya dalam api, batu, tumbuh-tumbuhan, pada beberapa hewan dan juga manusia, ibid. h. 99. 9 Uka Tjandrasasmita (ed), Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), cet. Ke-5, h. 24. 10 Ensiklopedi Islam, Loc.cit. 11 Tjilik Riwut, Kalimantan Membangung, (t.t. t.p. 1979), h. 183.

C. Kalimantan Timur Ketika Kedatangan Islam Menurut beberapa ahli sejarah Islam masuk ke Kalimantan sekitar abad ke VII atau permulaan abad ke VIII, Islam tersebar di kalangan pendudukan Kalimantan sejaka abad ke x, ada juga yang menyebutkan Islam masuk di Kalimantan sekitar tahun 1250, sedangkan perkembangan Islam di Kalimantan sesudah abad ke XVI, adapun di Kalimantan Timur para ahli sejarah juga berbeda pendapat kapan masuknya Islam, hal ini akan dijelaskan di bawah ini. 1. Masuknya Islam di Kalimantan TImur dan para penyebarnya. Apabila berbicara maslah masuknya Islam di Kalimantan pada umumnya dan di Kalimantan Timur kebanyakan ahli sejarah mengambil pendapat berupa tulisan dari penulis Eropa. Eropa, terutama Belandan, Sebab pendapat mereka itu dianggap bias dipertanggung jawabkan, karena mempunyai sumber dan dasar, itu tidak berarti pendapat mereka pasti benarnya dan harus dijadikan dalil. Di Kalimantan Timur keadaan politik ketika pengaruh Islam datang agak berbeda dengan Kalimantan Selatan. Hikayat Kutai tidak menyebutkan adanya perpecahan di lingkungan keluarga raja karena perebutan kekuasaan,12 Islam masuk ke Kalimantan Timur diperkirakan pada awal abad ke-17 yang dibawa oleh para dai melalui dua jurusan, yang datang pada waktu hamper bersamaan. Dari arah selatan (Kalimantan Selatan) proses islamisasi dilakukan oleh kesulsatanan Banjar, sementara dari Timur dilakukan oleh para pelaut Bugis dari Sulawesi Selatan.13 Dari berbagai sumber lain datan ada juga datang dari arah utara ketika terjadi hubungan antara kerajaan Berau dengan kesulitan Solok (Manila).14 Islam datang ke Kalimantan Timur pada masa pemerintahan Raja Mahkota,
12 13

ketika

itu

datanglah

dua

orang

muslim,

masing-masing

Uka Tjandrasasmita (ed), Loc.cit. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Loc.cit. 14 Mungkin yang dimamksud adalah kerajaan suku di Eilipina Selatan bukan Manila.

bernamaTuan di Bandang (Dato RI Bandang)15 dan Tunggan Parangan. Kedua Mubaligh itu datang ke Kutai setelah menyiarkan Islam di Makassar. Kemudian Tuan di Bandang setelah lama di Kutai, beliau kembali ke Makassar sedangkan Tuan Tunggang Parangan menetap di Kutai. Raja Mahkota Masuk Islam setelah ia merasa kalah dalam kesaktiannya.16 Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 1575 M. Sedangkan masuknya Islam di Pasir, seorang penulis sejarah dari Belanda J. Maliinckrodt, dalam bukunya Het Adatercht van Borneo menjelaskan bahwa di Pasir proses pengislaman dilakukan oleh seorang Arab yang kawin dengan seorang putrid raja Pasir yang diperkirakan sekitar tahun 1600 M. Masuknya Islam di Berau dan Bulungan lebih kurang 1700 M, sewaktu pemerintahan Raja Adipati.17 Disamping itu terdapat usnur lainnya yang menambah penduduk seperti orang. Bugis di sepanjang pantai timur Kalimantan orang bilang di sebelah utara, timur laut Kalimantan orang Bajau yang mendiami desa-desa di sepanjang timur laut Kalimantan dan orang Banjar yang mendiai pedalaman kota dan pesisir sungai-sungai. 2. Cara kedatangan dan penyebaran Islam di Kalimantan Timur Kedatangan dan penyebaran Islam di Kalimantan Timur yang pada waktu itu masih berupa kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu seperti Kutai, Berau dan Pasir berlangsung dengan cara yang damai tanpa paksaan senjata,

Tuang Di Bandang atau Dato Ri Bandang menurut hikayat Kutai mengatakan adalah seorang yang alim menurut catatan cerita Bugis dan Makassar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, sedangkan menurut cerita Jawa ia adalah seorang murid Sunan Giri, baca Uka Tjandrasasmita. 16 Uka Tjandrasasmita (ed), Loc.cit. 17 Tjilik, Riwut, Op.cit., h. 181.

15

seperti melalui perdagangan, perkawinan, pertanian serta politik dan pemerintahan. 3. Sambutan masyarakat terhadap ajaran Islam Seperti halnya Hindu dan Budha di abad sebelumnya, Islam datang di Nusantara, diterima dengan damai hamper tak ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa datang dan masuknya Islam di Kalmatan Timur dilakukan dengan konfrontasi[, kedantang Islam bukan untuk menjajah dan menguasai perdagangan dengan cara monopoli tetapi malah dapat meningkatkan tara hidup masyarakat dan membuka wawasan mereka tentang dunia luar. Pendapat yang diterima luas mengatakan bahwa lewat ajaran sufi, Islam dengan sukses memperoleh tempat di hati masyarakat nusantara bahkan kekuasaan atas lebih dari 85% penduduk Indonesia saat ini.18 Termasuk di Kalimantan Timur. Menurut C. Snouck Hurgronje dalam Verpreide Geschirften Van C Snouck Hurgronje orang-orang Indonesia umumnya memeluk agama Islam atas kemauan sendiri,19 ini memungkinkan juga terjadi di Kalimantan Timur. Sebagai bukti Islam diterima dengan damai kebanyakan penduduk setempat yang memeluk Islam dan tidak sedikit di antara mereka yang mengawinkan anaknya dengan orang-orang Islam bahkan juga di kalangan kaum bangsawan sampai kepada raja-raja.

D. Kesimpulan Kedatangan Islam di Kalimantan Timur Kedantang an Islam untuk penyebarannya di daerah Kalimantan berbedabeda, begitu juga kedatangan Islam di Kalimatna Timur yang membawa

Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997), Cet, ke 1, h. 8. 19 C. Snouck Hurgrenje, Loc.cit.

18

perubahan pbesar bagi Indonesia sampai sekarang, seperti yang kita ketahui bahwa Kaltim mempunyai luas wilaya sekitar 211.440 Km2. Persentase agama yang dianut dari data tahun 1989 yaitu: Islam 85,2%, Kristen 13,9%, Hindu 0,19%, dan Budha 0,62%. Terlihat bahwa Islam merupakan mayoritas di Kaltim, menurut beberapa ahli sejarah, Islam masuk ke Kalimantan sekitar abad ke-VII atau permulaan abad ke-VIII, kemudian Islam dikembangkan sesudah abad ke-XVI. Cara penyebaran Islam yaitu melalui: Dakwah, Pendidikan, Perdagangan, Perkawinan, Pertanian, Politik dan Pemerintahan dan tasawuf. Kedatangan Islam di Kaltim mendapat respons yang positif dari masyarakat, bahkan mendapatkan sambutan yang baik, semua itu di tandai dengan adanya kekuasaan atas Islam sekitar 85% dan para penganut Islam merupakan kehendak sendiri tanpa paksaan.

You might also like