You are on page 1of 9

Dampak lain yang juga harus diperhatikan adalah dampak terhadap kesehatan warga yang tinggal berdekatan dengan

lokasi menara. Prof. Dr. dokter Anies MKes PKK, seorang Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, pernah melakukan penelitian pengaruh radiasi elektromagnetik terhadap kesehatan, Pembangunan tower telekomunikasi atau BTS (base transceiver station) yang bermunculan di berbagai daerah,bahkan telah menjadi problem perkotaan. Salah satu hal yang perlu dilihat adalah adanya efek negatif gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh perangkat komunikasi selular tersebut. Level batas radiasi elektromagnetik yang diperbolehkan menurut standar WHO (World Health Organization) adalah 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz. Level maksimum yang dikeluarkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz. Berdasarkan pengukuran di lapangan, pada jarak sekitar satu meter dari jalur pita pancar utama menara BTS yang berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui bahwa total radiasi yang dihasilkan sebesar 9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya sekitar 12 meter, maka orang yang berada di bawahnya terkena radiasi sebesar 0,55 watt/m2. Secara teoritis, jumlah itu memang tidak berbahaya. Meskipun hitungan secara matematis menunjukkan bahwa efek negatif pemancar berfrekuensi tinggi itu relatif kecil, beberapa negara justru mulai memperhatikannya secara serius. Menurut Joachim Schuz, peneliti dari Universitas Mainz, Jerman, efek termal dan radiasi pemancar selular merupakan wacana yang sedang diteliti secara intensif. Beberapa negara seperti Jerman, Austria, Spanyol, dan Perancis, telah meneliti efek radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi dalam kaitannya dengan kesehatan. Di samping efek radiasi, pemancar berfrekuensi tinggi itu juga menghasilkan efek termal di sekitar pemancarnya. Semakin tinggi frekuensi suatu pemancar, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Sebagai contoh, pemancar berfrekuensi 1.900 MHz dapat menghasilkan panas sampai 200 derajat celcius dalam radius dua meter. Membahas dampak radiasi gelombang radio terhadap kesehatan manusia, tidak lepas dari energi yang dihasilkan oleh perangkat tersebut. Pancarannya selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik. Hal itu dapat ditunjukkan dalam spektrum elektromagnetik. Spektrum elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, serta efeknya. Apabila pemancar itu berfrekuensi 9001.900 MHz, bandingkan dengan frekuensi gelombang elektromagnetik dari peralatan elektronik yang hanya 50 Hz. Adapun microwave oven bahkan jauh lebih besar lagi, yaitu 2,45 GHz. Padahal, semakin besar frekuensi dan semakin kecil panjang gelombangnya, efeknya lebih besar. Artinya, pemancar radio tersebut memang memiliki energi dan efek radiasi yang besar, sebesar radiasi yang ditimbulkan oleh telepon selular (ponsel) kita. Namun, itu di udara, di sekitar tower. Padahal, faktor jarak manusia dengan sumber radiasi sangat berperan. Semakin jauh jarak manusia dari sumber, semakin kecil radiasi yang diterima. Asumsinya, tidak ada manusia yang berada di awang-awang, bukan ? Jadi tidak perlu khawatir terhadap

efek radiasinya. Sebenarnya yang perlu diwaspadai dari menara BTS itu adalah efek jangka panjang yang belum diketahui. Kajian mendalam seharusnya justru kepada struktur tanah untuk pondasi menara BTS; apakah tanahnya labil, dan secara geologis termasuk daerah patahan atau tidak? Sebab, struktur bangunan menara itu sendiri yang dapat berisiko roboh dan menimbulkan bahaya kecelakaan. Tetapi sekali lagi menaramenara yang mengepung Sektor Azalea berada cukup jauh. Sudah barang tentu sangat kecil resikonya terhadap warga. Jadi masih ada peluang pendirian menara lagi di seputar Azalea? Ya tergantung kebijakan pemko Depok. Kalau iya.siap-siap saja Azalea dikepung hutan menara.[diambil dari berbagai sumber] http://sektorazalea.wordpress.com/2009/10/06/mengenal-lingkungan-azaleadikepung-menara-telekomunikasi/ Pengaruh BTS terhadap Kesehatan Manusia Medan January 8, 2009 Beberapa waktu yang lalu Temen saya bertanya kepada saya, apakah ada pengaruh Tower telekomunikasi (BTS) terhadap kesehatan masyarakat yang ada di bawah atau di sekitar BTS itu berada?, hal ini di karenakan tetangga beliau, atap rukonya akan di bangun BTS, namun warga disana menolak karena mereka berpikiran bahwa BTS itu berdampak buruk ke kesehatan manusia seperti halnya SUTET tegangan tinggi. Dari literature yang saya baca, dan sering kali discuss dengan teman-teman yang touch kerjaanya dengan BTS ini seperti devisi NO dan orang-orang SITAC (Site Acquisition) kalau BTS itu radiasinya sangat kecil sekali mempengaruhi kesehatan tubuh manusia, dan radiasi yang ada masih jauh di bawah ambang normal, jadi sebenarnya ketika dari pihak SITAC dan vendor bisa menjelaskan ke Penduduk dimana BTS itu akan di bangun bahwa pengaruhnya tidak ada ke tubuh manusia dan kesehatan. Kita tidak dapat menyalahkan masyarakat yang salah kaprah dalam menyikapi tower telekomunikasi, karena memang mereka tidak mengetahui dan tidak mendapatkan informasi yang benar tentang apa dan bagaimana tower serta akibat yang dapat ditimbulkan oleh tower tersebut. Tower telekomunikasi baik untuk pemancar Gelombang Micro Digital ( GMD ) maupun untuk BTS ( Base Transceiver System) pemancar HP, Untuk GMD biasanya memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi 4 sampai 7 Ghz , dimana antara antenna pemancar dengan antenna penerima berjarak sekitar maksimum 60 Km dan harus LOS ( Line Of Side ) tidak ada obstackle ( penghalang ) yang menghalangi antara keduanya., biasanya dengan ketinggian diatas 40 meter dari permukaan tanah. Gelombang yang dipancarkan adalah gelombang ruang, merambat

lurus diudara. Sementara untuk BTS adalah memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi rendah berkisar antara 900 s/d 1800 Mhz., yang dipancarkan oleh antenna sektoral yang nantinya akan ditangkap oleh antenna HP pada masing-masing pelanggan HP.Secara teknologi gelombang radio dapat dinyatakan aman untuk kesehatan manusia dan peralatan listrik di rumah tangga. Sudah lama sekali gelombang radio dipergunakan manusia untuk komunikasi mulai dari Abraham Bell menemukan Telegraph, sampai kepada teknologi cellular saat ini.yang dapat memudahkan manusia untuk berkomunikasi satu dengan lainnya. Tower Telekomunikasi dapat dibedakan dari bentuk dan konstruksinya, mulai dari yang sederhana berbentuk segi tiga, yang ditopang dengan tali agar tidak meliuk-liuk terkena hembusan angin, ini jenisnya adalah Tower Gaymas, yang mempunyai temberang sebagai suportingnya, keamanan dari tower ini paling bawah secara konstruksi, kalau bebannya berat maka dikhawatirkan patah dan menimpa sekitarnya.Jenis yang kedua adalah SST ( Self Suporting Tower ), dimana tower ini mempunyai konstruksi baja mempunyai kaki empat buah dengan fondasi tertanam kebawah tanah dengan kedalaman tertentu, besi rangka tower ini dilapisi dengan galvanis yang tahan samapai puluhan tahun tidak berkarat, lagi pula tower ini pemeliharaannya dengan mencat dengan cat khusus, anti karat, sehingga kemungkinan tower ini roboh sangat kecil., tinggi tower berfariasi tergantung kontur bumi, kalau kontur bumi datar maka diperlukan tower yang lebih tinggi, sementara kalau didaerah perbukitan, tower dibangun diats puncak bukit dengan ketinggian yang relative rendah. Tower Telekomunikasi berbeda dengan tower Listrik , yang ditopangnya adalah kabel yang dialiri oleh Saluran Umum Tegangan Extra Tinggi ( SUTET ), dimana arus listrik yang dilewatkannya adalah diatas 20.000 KV, sehingga menimbulkan radiasi listrik yang cukup besar. Sementara tower Telekomunikasi yang ditopangnya adalah antenna yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau kita sebut dengan gelombang radio, yang radiasinya berkisar berordo watt, sehingga belum sampai ketanah sudah hilang radiasinya itu.jadi boleh dikatakan aman untuk kesehatan manusia dan peralatan elektrik umah tangga.Sinyal BTS, tidak akan mengganggu frekuensi radio dan TV karena peralatan BTS bekerja pada gelombang 900 mhz dan 1.800 mhz. Sementara radio dan TV bekerja pada 100-600 mhz. Kekuatan tower pun tidak perlu diragukan, karena telah dirancang mampu menahan angin berkecepatan hingga 120 km/jam dan pondasi yang sangat kokoh di mana setiap cm2 mampu menahan beban hingga 225 kg. "Berdasar penelitian WHO dan Fakultas Teknik UGM, BTS tidak terdapat radiasi yang membahayakan kesehatan manusia.level batas radiasi yang diperbolehkan menurut standar yang dikeluarkan WHO masing-masing 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk 1.800 MHz. Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 malah lebih tinggi lagi, yakni 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk perangkat berfrekuensi

1.800 MHz.Umumnya, radiasi yang dihasilkan perangkat-perangkat yang digunakan operator seluler tidak saja di Indonesia, tapi juga seluruh dunia, masih jauh di bawah ambang batas standar sehingga relatif aman..Sejauh ini protes dan kekhawatir masyarakat terhadap dampak radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan perangkat telekomunikasi seluler lebih banyak datang dari mereka yang tinggal di sekitar tower BTS (base transceiver station). Sejauh ini belum ada satu pun keluhan atau kekhawatiran akan dampak radiasi itu yang datang dari para pengguna telefon seluler. Padahal, jika dihitung-hitung, besarnya daya radiasi yang dihasilkan pesawat telepon seluler jauh lebih besar daripada radiasi tower BTS. Memang betul, daya dari frekuensi pesawat handphone sangat kecil, tapi karena jaraknya demikian dekat dengan tubuh kita, dampaknya juga lebih besar..Pernyataan tersebut didasarkan atas hasil perhitungan menggunakan rumus yang berlaku dalam menghitung besaran radiasi. Misalnya saja, pada tower BTS dengan frekuensi 1800 MHz daya yang digunakan rata-rata 20 watt dan pada frekuensi 900 MHz 40 watt, sedangkan pesawat handphone dengan frekuensi 1.800 MHz menggunakan daya sebesar 1 watt dan yang 900 MHz dayanya 2 watt. Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS dengan frekuensi 1.800 MHz mengasilkan total daya radiasi sebesar 9,5 w/m2 dan pada jarak 12 meter akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 w/m2. Untuk kasus tower yang memiliki tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan, akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,029 w/m2. Jadi, kalau melihat hasil perhitungan demikian, sebenarnya angkanya sangat kecil sehingga orang yang tinggal di sekitar tower BTS cukup aman. Lagipula kalau tidak aman, bisnis sektor telekomunikasi pasti akan ditinggalkan konsumen. Pada Tower juga dilengkapi dengan grounding atau system pentanahan, yang gunanya adalah penangkap petir, dimana kalau terjadi petir maka yang duluan disambar adalah kutub negative yang terdekat dengan awan atau ion positive , dimana pada puncak tower dipasang finial dari tembaga dan dialirkan ketanah dengan kabel BCC, sehingga aliran petir cepat mencapai tanah dan mengamankan daerah sekitarnya dari sambaran petir, karena sifat dari arus listrik adalah mencari jalan tependek mencapai tanah, dan hilang di netralisir oleh bumi. Sehingga anggapan orang selama ini yang berpikir bahwa BTS atau Tower itu bermasalah bagi Kesehatan dan tubuh manusia sebenarnya perlu di luruskan, sehingga dengan adanya pembangunan BTS ini, komunikasi semakin lancar, dan tentunya masyarakat untuk, Operator pun untung. http://bambangpurnomohp.blogspot.com/2009/01/pengaruh-bts-terhadap-kesehatanmanusia.html Pemancar Radio dan Risiko Leukemia Penelitian yang diketuai oleh Dr. Mina Ha dari Dankook University College of

Medicine dan dipublikasikan di the American Journal of Epidemiology itu menambah pendapat pro-kontra atas hubungan medan elektromagnetik atau electromagnetic fields (EMFs) dan kanker. Buangan elektromagnetik bisa dari banyak sumber seperti peralatan rumah tangga, telepon selular, menara transmisi TV dan radio, dan sebagainya. Dalam studi, peneliti berusaha mendapatkan penilaian yang akurat dari hubungan antara paparan gelombang energi radio pada anak dengan risiko terkena leukemia dan kanker otak. Dua jenis kanker itu yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Para peneliti telah mengukur medan magnet dan elektrik di sekitar menara transmisi radio AM di berbagai kawasan di Korea Selatan, menggunakan model matematika untuk memperkirakan paparan radiasi dari menara terhadap lingkungan di sekitarnya. Studi itu melibatkan 1.928 anak dengan leukemia, 956 dengan kanker otak, dan 3.082 anak sehat. Tim Ha menemukan anak-anak yang tinggal kurang dari dua mil dari menara radio, dua kali lebih besar untuk mengalami leukemia limfosit dibanding yang tinggal lebih dari 12 mil jauhnya dari menara. Ketika para peneliti mengestimasi paparan radiasi menara, diketahui anak-anak yang sedikit paparannya, risiko terkena leukemia juga lebih rendah. Pada anak yang paparannya sedang, risiko terkena penyakit itu sekitar 39 persen, dan pada yang paparannya lebih besar risiko itu meningkat menjadi 59 persen. Tim Ha menyimpulkan, Ada efek karsinogenik dari energi yang dipancarkan menara radio AM. Memang mereka menyatakan bahwa penelitian yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk mengonfirmasi penemuan ini, juga untuk mempelajari mekanisme biologis pada proses tersebut. sumber: rin https://ixone.wordpress.com/2008/12/29/pemancar-radio-dan-risiko-leukemia/ "Satu BTS dapat memancarkan kekuatan 50-100W. Negara yang memiliki sangat banyak operator seluler semisal India dapat terpapar daya sampai 200-400W. Radiasinya tidak dapat dianggap remeh, dapat sangat mematikan," ungkap Prof Kumar. Dikutip asal DNAindia, Selasa (4/1/2010), berikut ini banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh radiasi yang berlebihan asal ponsel serta menara BTS: 1. Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel. 2. Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli). 3. Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30

persen. 4. Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker. 5. Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak. 6. Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan. 7. Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal. 8. Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran. 9. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea. 10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik. 11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan. 12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan. 13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang. Jika anda menyukai berita "Awas, Inilah 13 Resiko Yang Sangat Fatal Untuk Kesehatan Ketika Sering Menggunakan Ponsel" silahkan dikirimkan kepada temanteman anda melalui beberapa situs jejaring dibawah ini http://www.suaranews.com/2011/01/awas-inilah-13-resiko-yang-sangat-fatal.html Menara BTS diSekitar Perumahan GM Written by Widi Achmad Gozali Tuesday, 20 January 2009 08:47 Ada berita dari warga di depan perumahan kita, bahwa dalam waktu dekat ini akan

dibangun menara BTS (base transceiver station) di samping jalan Cifor di depan perumahan kita, terlepas dari benar atau tidaknya kabar tersebut, mungkin warga bertanya-tanya, apabila rencana ini memang benar, bagimana pengaruh sinyal BTS kepada kesehatan manusia. Berikut tulisan seorang Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, peneliti pengaruh radiasi elektromagnetik terhadap kesehatan, Prof Dr dokter Anies MKes PKK. Pembangunan tower telekomunikasi atau BTS (base transceiver station) bermunculan di berbagai daerah, bahkan telah menjadi problem perkotaan. Salah satu isu yang dikemukakan adalah adanya efek negatif gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh perangkat komunikasi selular tersebut. Pertanyaan yang sering muncul adalah berbahayakah gelombang elektromagnetik yang dihasilkan tersebut ? Efek Termal Level batas radiasi elektromagnetik yang diperbolehkan menurut standar WHO (World Health Organization) adalah 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz. Level maksimum yang dikeluarkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz. Berdasarkan pengukuran di lapangan, pada jarak sekitar satu meter dari jalur pita pancar utama menara BTS yang berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui bahwa total radiasi yang dihasilkan sebesar 9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya sekitar 12 meter, maka orang yang berada di bawahnya terkena radiasi sebesar 0,55 watt/m2. Secara teoritis, jumlah itu memang tidak berbahaya. Meskipun hitungan secara matematis menunjukkan bahwa efek negatif pemancar berfrekuensi tinggi itu relatif kecil, beberapa negara justru mulai memperhatikannya secara serius. Menurut Joachim Schuz, peneliti dari Universitas Mainz, Jerman, efek termal dan radiasi pemancar selular merupakan wacana yang sedang diteliti secara intensif. Beberapa negara seperti Jerman, Austria, Spanyol, dan Perancis, telah meneliti efek radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi dalam kaitannya dengan kesehatan. Di samping efek radiasi, pemancar berfrekuensi tinggi itu juga menghasilkan efek termal di sekitar pemancarnya. Semakin tinggi frekuensi suatu pemancar, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Sebagai contoh, pemancar berfrekuensi 1.900 MHz dapat menghasilkan panas sampai 200 derajat celcius dalam radius dua meter. Jangan Cemas

Membahas dampak radiasi gelombang radio terhadap kesehatan manusia, tidak lepas dari energi yang dihasilkan oleh perangkat tersebut. Pancarannya selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik. Hal itu dapat ditunjukkan dalam spektrum elektromagnetik. Spektrum elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, serta efeknya. Apabila pemancar itu berfrekuensi 9001.900 MHz, bandingkan dengan frekuensi gelombang elektromagnetik dari peralatan elektronik yang hanya 50 Hz. Adapun microwave oven bahkan jauh lebih besar lagi, yaitu 2,45 GHz. Padahal, semakin besar frekuensi dan semakin kecil panjang gelombangnya, efeknya lebih besar. Artinya, pemancar radio tersebut memang memiliki energi dan efek radiasi yang besar, sebesar radiasi yang ditimbulkan oleh telepon selular (ponsel) kita. Namun, itu di udara, di sekitar tower. Padahal, faktor jarak manusia dengan sumber radiasi sangat berperan. Semakin jauh jarak manusia dari sumber, semakin kecil radiasi yang diterima. Asumsinya, tidak ada manusia yang berada di awang-awang, bukan ? Jadi tidak perlu khawatir terhadap efek radiasinya. Sebenarnya yang perlu diwaspadai dari menara BTS itu adalah efek jangka panjang yang belum diketahui. Kajian mendalam seharusnya justru kepada struktur tanah untuk pondasi menara BTS; apakah tanahnya labil, dan secara geologis termasuk daerah patahan atau tidak ? Sebab, struktur bangunan menara itu sendiri yang dapat berisiko roboh dan menimbulkan bahaya kecelakaan. Karena itu, masyarakat yang berada di bawah atau di sekitar menara BTS tidak perlu cemas, sebab tidak akan mengganggu kesehatan. Justru robohnya menara yang berkaitan dengan kualitas konstruksi yang perlu diwaspadai. Kalau secara teknis konstruksi menara sudah memenuhi syarat, warga di sekitar menara boleh tidur tenang. Sekali lagi, sama sekali tidak berkaitan dengan urusan radiasi. http://www.griyamelati.net/versi2/index.php? option=com_content&view=article&id=85:menara-bts-disekitar-perumahangm&catid=37:lain-lain&Itemid=58 Berikut berita yang termuat dalam harian Pikiran Rakyat Bandung mengenai radiasi dari perangkat Telekomunikasi ; Frekuensi radio dari gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh perangkat telekomunikasi seluler yang ada di Indonesia, baik dari menara BTS maupun pesawat telefon seluler, relatif aman bagi kesehatan manusia. Besaran radiasi yang dihasilkan masih di bawah ambang batas standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga sertifikasi dunia lain. Lagi pula, setiap operator seluler tidak akan gegabah memasang dan mengoperasikan perangkat yang menghasilkan frekuensi radio. Pengoperasian itu harus mendapat sertifikasi dari lembaga berwenang, dalam hal ini Dirjen Postel, kata pengamat seluler, Gunung Hadi Widodo, saat dimintai pendapatnya berkaitan dengan

munculnya kekhawatiran sejumlah warga yang tinggal di lokasi berdekatan dengan menara BTS. Gunung yang juga Kepala Indosat Multimedia Mobile (IM3) Regional Jawa Barat menjelaskan, level batas radiasi yang diperbolehkan menurut standar yang dikeluarkan WHO masing-masing 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk 1.800 MHz. Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 malah lebih tinggi lagi, yakni 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk perangkat berfrekuensi 1.800 MHz. Umumnya, radiasi yang dihasilkan perangkat-perangkat yang digunakan operator seluler tidak saja di Indonesia, tapi juga seluruh dunia, masih jauh di bawah ambang batas standar sehingga relatif aman, kata Gunung. Gunung juga mengakui, sejauh ini protes dan kekhawatir masyarakat terhadap dampak radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan perangkat telekomunikasi seluler lebih banyak datang dari mereka yang tinggal di sekitar tower BTS (base transceiver station). Sejauh ini belum ada satu pun keluhan atau kekhawatiran akan dampak radiasi itu yang datang dari para pengguna telefon seluler. Padahal, jika dihitung-hitung, besarnya daya radiasi yang dihasilkan pesawat telepon seluler jauh lebih besar daripada radiasi tower BTS. Memang betul, daya dari frekuensi pesawat handphone sangat kecil, tapi karena jaraknya demikian dekat dengan tubuh kita, dampaknya juga lebih besar, tambah Gunung. Pernyataan tersebut didasarkan atas hasil perhitungan menggunakan rumus yang berlaku dalam menghitung besaran radiasi. Misalnya saja, pada tower BTS dengan frekuensi 1800 MHz daya yang digunakan rata-rata 20 watt dan pada frekuensi 900 MHz 40 watt, sedangkan pesawat handphone dengan frekuensi 1.800 MHz menggunakan daya sebesar 1 watt dan yang 900 MHz dayanya 2 watt. Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS dengan frekuensi 1.800 MHz mengasilkan total daya radiasi sebesar 9,5 w/m2 dan pada jarak 12 meter akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 w/m2. Untuk kasus tower IM3 yang memiliki tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan, akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,029 w/m2. Jadi, kalau melihat hasil perhitungan demikian, sebenarnya angkanya sangat kecil sehingga orang yang tinggal di sekitar tower BTS cukup aman. Lagipula kalau tidak aman, bisnis sektor telekomunikasi pasti akan ditinggalkan konsumen, katanya. Pernyataan Gunung diperkuat oleh pengamat telematika, Try Djatmiko, yang menyebutkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi oleh operator telekomunikasi dalam mengoperasikan jaringan sangat berat dan ketat. Beberapa perangkat yang dihasilkan sejumlah vendor seperti Erricsson, Siemens, Motorola, dll. harus lebih dulu lewat seleksi di negaranya sebelum masuk ke Indonesia. (A-60)*** http://rhazio.wordpress.com/2008/02/11/radiasi-perangkat-telekomunikasi-relatifaman/

You might also like