You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah

Didalam ajaran Agama apapun demikian pula dengan ajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ada dua prinsip dasar yang harus diyakini secara bulat, yaitu : Prinsip pertama : yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini bukanlah asal percaya saja akan tetapi dituntut pula untuk menyembah atau berbakti kepada-Nya. Prinsip kedua : berkasih saying terhadap sesama makhluk cipataan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini bukan kasih sayaang dalam arti formil saja, akan tetapi lebih dalam lagi yaitu berkasih saying dengan sesame makhluk karena merasa senasib sepenanggungan. Lain daripada itu hal ini merupakan salah satu cirri-ciri dari pada orang yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan tetap berpengang teguh pada kedua prinsip dasar yaitu berbakthi kepada Tuhan dan saling berkasih sayang secara tulus ikhlas akan memperkuat kedudukan kepada kelompok orang-orang yang percaya kepada TuhanYang aha Esa. Ke-Esa-an dan kekuasaan Tuhan telah menjadikan manusia bermacammacam jenis dan kebangsaan serta agama, namun hal ini tidaklah berarti Tuhan mencerai beraikan manusia. Dengan berjenis-jenis dalam keanekaragaman yang dipunyai manusia baik dalam kesukuan, kebangsaan atau kepercayaan akan semakin menjadikan seni dan keindahan apabila dapat mengeterapkan kedua prinsip dasar secara tulus ikhlas didalam aneka ragam variasi kehidupan ini. Menurut umat hindu tuhan itu maha esa tiada duanya.Dalam suatu ajaran filsafat hindu Adwaita Wedanta menegaskan bahwa ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman ) yang memanifestasikan diriNya kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafatAdwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta
1

menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman. Begitu juga antara hitungan Bali dengan Ke-Esa-an Tuhan mempunyai kaitan yang erat. Misalnya seperti : Eko narayana nadwidthio asthi kascit, Dwi aksara, Tri Murti, Catur Weda,Yadnya, Sad Acara, Sapta wara,Asta aiswarya, Dewata nawa sanga, Dasa aksara.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut: 1. Apakah pengertian dari Ke-Esa-an Tuhan? 2. Apakah pengertian dari dua prinsip dasar dalam Ke-Esa-an Tuhan? 3. Apakah arti dari hitungan bali yang masuk ke dalam Ke-Esa-an Tuhan? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dari Ke-Esa-an Tuhan. 2. Untuk mengetahui dua prinsip dasar Ke-Esa-an Tuhan. 3. Untuk mengetahui arti dari hitungan bali yang masuk kedalam Ke-Esa-an Tuhan. 1.4 Manfaat Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Setelah makalah ini selesai disusun, diharapkan dapat bermanfaat nantinya dalam memahami pengertiaan Ke-Esa-an Tuhan. 2. Mengetahui dua prinsip dasar Ke-Esa-an Tuhan. 3. Mengetahui arti dari hitungan bali yang masuk kedalam Ke-Esa-an Tuhan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Ke-Esa-an Tuhan Menurut umat hindu tuhan itu maha esa tiada duanya.Dalam suatu ajaran filsafat hindu Adwaita Wedanta menegaskan bahwa ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman ) yang memanifestasikan diriNya kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafatAdwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.

2.2 Dua prinsip Ke-Esa-an Tuhan Di dalam ajaran agama apapun, demikian pula dengan ajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ada dua prinsip dasar yang harus diyakini secara bulat, yaitu : Prinsip pertama yaitu percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini bukanlah asal percaya saja, akan tetapi dituntut pula untuk menyembah atau berbakthi kepada-Nya. Prinsip kedua yaitu berkasih sayang terhadap sesama mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini bukan kasih sayang dalam hal formil saja, akan tetapi lebih dalam lagi yaitu berkasih sayang dengan sesame makhluk karena merasa senasib

sepenanggungan. Lain daripada itu hal ini merupakan salah satu

ciri-ciri dari pada orang yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2.3 Arti hitungan bali yang masuk dalam Ke-Esa-an Tuhan 1. Eka Eka yang artinya tunggal, satu atau pertama. Adapun hal-hal yang sesuai konteks perihutang tehadap ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut: Eka wara : perhitungan hari baik menurut wariga. Hari baik ini digunakan untuk para umat hindu menentukan hari baik untuk melaksanakan upacara yadnya yang di percaya sangat mempengaruhi jalan acaranya yadnya tersebut karena yadnya salah satu cara untuk para umat hindu menuju ksucian lahir dan batin. Eka dasa ludra: upacara buta yadnya yang dilaksanakan setiap100 tahun sekali. Pada upacara eka dasa ludra ini para umat hindu khususnya di bali mengadakan upacara pecaruan yang sangat besarksrena diperlukan korban suci untuk memuja manifestasi tuhan . Ekam satwiprah bahudha widanthi Hanya satu tuhan itu, orang bijaksana member gelar dengan banyak nama, terdapat dalam bait ketiga dalam puja trisandya. Ekam evam adhithia brahman : hanya satu tuhan itu tidak ada duanya. Tuhan hanya satu taetapi tuhan memiliki manifestasi yang sangat banyak, dan berwujud beraneka ragam. Eko narayana nadwidthio asthi kascit Tuhan bermanifestasi sebagai dewa narayanna. Eka aksara: satu aksara suci untuk memuja tuhan om.

Aham brahman asmi: aku adalah tuhan

2. Dwi Dwi dapat diartikan dua atau rua. Adapun hal-hal yang sesuai konteks perihutang tehadap ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut: Dwi aksara dua huruf suci untuk menyebut nama tuhan. Rua nikadatu Dua raja yang besar atau penguasa, raja atau penguasa itu adalah siva dan budha 3. Tri Tri artinya tiga. Dimana hal-hal yang sesui konteks perhitungan terhadap ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut:

Tri aksara: tiga huruf suci untuk memuliakan nama tuhan ang, um ,mang. Tri murthi : tiga perwijudan dari tuhan Disini trimurti adalah perwujudan manifestasi dari tuhan yangmaha kuasa dan pencipta. Brahma, wisnu, siwa. Tri sakti: tiga pewisesan dari tuhan. Tri

sandya:

tiga

kali

waktu

pelaksanaan

pemujaan

atau

persembayangan kehadapan tuhan. Tri hita karana : tiga kebahagiaan lahir dan batin atau tiga hubungan timbal balik manusia yang di sucikan yaitu hubungan manusia dengan
5

alam, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan tuhan. Tri mandala: tiga tingkatan tempat yang telah dikondisikan ( dari hulu ke teben). Dimana disini pura menjadi benteng umat hindu dalam melaksanakan persembahyangan , dan sebagai perwujudan bakti terhadap tuhan maka dari itu di bagilah bagian-bagian tempat suci untuk umat hindu sebagai tempat pemujaan tuhan yaitu: niste mandala, madya mandala dan utama mandala. Tri sadaka: tiga jenis pendeta yang memiliki kewangan untuk memuput upacara taur kesanga yaitu pedanda, rsi, bijangga

4. Catur Catur disini berarti lima. Adapun hal-hal yang sesuai konteks perihutang tehadap ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut: Catur guru : empat tingkataan giru yang harus di hormati di dunia ini. Guru wisesa (tuhan yang maha esa atau ida sang hyang widhi wasa) Guru pengajian (guru di sekolah) Guru swadiaya (pemerintah) Guru rupaka (orang tua di rumah) Catur weda: empat jenis kitab suci agama hindu yaitu reg wedha, dar weda, sama wedha yajhur wedha. Catur marga: empat jalan menuju tuhan. Yaitu : brahmacari, grhasta, wanaprasta, bhiksuka.

5. Panca

Panca artinya lima. Adapun hal-hal yang sesuai dengan konteks perhitungan tehadap ke-esa-an tuhan adalah sebagi berikut: Panca sradha : lima dasar kepercayaan agama hindu. Yaitu: tuhan, moksa, atman, karma, punarbhawa atau reinkarnasi. Panca yadnya: lima jenis upacara yadnya yaitu: dewa yadnya, rsi yadnya, manusa yadnya, pitra yadnya, bhuta yadnya. Panca dewata : lima dewa arah mata angin, yaitu: Iswara (timur). Brahma (selatan). Mahadewa (barat). Wisnu (utara). Siwa (tengah).

Panca aksara : lima huruf suci untuk memuja tuhan. Yaitu : sa ba ta ai (eng) 6. Sad Sad sama artinya dengan enam. Dimana hal-hal yang sesuai dengan konteks perhitungan tehadap ke-esa-an tuhan adalah sebagi berikut: Sad acara : enam cara mendekatkan diri dengan tuhan yaitu : tulus : tidak pamrih sama sekali, lascarya : tidak menghitungkan untung rugi, kesama : pemakluman, yadnya : tidak ada sifat pamrih, dana : uang, manastuti. 7. Sapta Sapta sama artinya dengan tujuh. Adapun hal-hal yang sesuai dengan konteks perhitungan tehadap ke-esa-an tuhan.

8. Asta Asta yaitu delapan. Adapun hal-hal yang sesuai dengan konteks perhitungan ke-esa-an tuhan adalah sebagai berikut: Asta dewata : delapan penjuru mata angin. 1. Utara ( wisnu ) 2. Selatan ( brahma )
7

3. Timur ( iswara ) 4. Timur laut ( sambhu ) 5. Tenggara ( maheswara ) 6. Barat ( maha dewa ) 7. Barat daya ( ludra ) 8. Barat laut ( sangkara ) Asta dala : delapan penjuru mata angin yang disimbulkan dengan teratai/ padma. Asta iswara : delapan kemahakuasaan ida sang hyang widhi wasa 1. Anima ( bersifat sekecil- kecilnya ) 2. Mahima ( bersifat sebesar- besarnya ) 3. Lagima ( riang ) 4. Prapti ( datang adarma berkuasa di dunia ) 5. Isithwa ( kemana ia pergi pasti ada ) 6. Yatra kama wasithwa 7. Prakamya 8. Wasithwa Asta yoga : delapan batang tubuh dan cara menghubungkan diri dengan ida sang hyang widhi wasa. 1. Yama 2. Nyama 3. Asana 4. Pranayama 5. Pratyahara 6. Dharma 7. Diana 8. Samadhi Asta pungku : delapan sifat yang harus dimiliki oleh pemangku. Astangga weda : delapan batang tubuh weda. 1. Siksa 2. Candha 3. Syotisha
8

4. Kalpa 5. Mimangsa 6. Wyakarana 7. Sruti 8. Smerti 9. Sanga Sanga sama artinya dengan sembilan. Dimana disini ada satu yang sesuai dengan konteks perhitungan tehadap ke-esa-an tuhan yaitu: Tawur kesanga : upacara yang dilaksanakan tiap tahun yaitu setiap sasih kesanga.

10. Dasa Dasa adalah sepuluh. Dimana ada satu yang sesuai dengan konteks perhitungan terhadap ke-esa-an tuhan yaitu: Dasa aksara : sa ba ta ai na ma si wa ya ( eng )

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengertian dari Ke-Esa-an Tuhan menurut umat hindu tuhan itu maha esa tiada duanya.Dalam suatu ajaran filsafat hindu Adwaita Wedanta menegaskan bahwa ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman ) yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk. 2. Dua prinsip dasar Ke-Esa-an Tuhan Prinsip pertama yaitu percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini bukanlah asal percaya saja, akan tetapi dituntut pula untuk menyembah atau berbakthi kepadaNya.Prinsip kedua yaitu berkasih sayang terhadap sesama mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. 3. Arti dari hitungan bali yand masuk dalam Ke-Esa-an Tuhan Eka,Dwi,Tri,Catur,Panca,Sad,Sapta,Asta,Sanga,Dasa

3.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu agar pembaca lebih memahami akan materi yang dibahas dan dapat menambah wawasan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

10

You might also like