You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Hidup merupakan perjuangan untuk hidup untuk mencapinya orang harus melakukan hal yang sesuai. Kalau diperhatikan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, akan terlihat bermacam-macam hal yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut. Ada yang kelihatannya selalu gembira, walau apapun yang akan dihadapinya. Sebaliknya adapula yang sering mengeluh dan bersedih hati, tidak cocok dengan orang lain dan pekerjaannya. Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka mengganggu orang lain, suka mengadu domba, memfitnah, menyeleweng, menganiaya, menipu dan sebagainya. Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat akan suatu hal untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat. Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah yang mendorong para ahli jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku orang berbeda-beda, kendatipun kondisinya sama. Usaha ini menumbuhkan suatu cabang termuda dari ilmu jiwa yaitu kesehatan. Dan dalam mempelajari kesehatan mental terdapat penyesuaian diri antara diri sendiri dengan dirinya sendiri, maupun diri sendiri dengan orang lain ataupun lingkungan. Dengan penyesuaian diri ini orang dapat dan mampu untuk mengatasi masalah dengan baik. Mampu menempatkan dirinya pada suatu hal yang berguna bagi dirinya dan orang lain dikalangan masyarakat. Didalam penyesuaian diri ini orang harus tau betul apa yang akan dipelajari dalam hal ini. Penyesuaian diri terdapat hal hal seperti faktor faktor, aspek aspek penyesuaian diri, karakteristik, bentuk bentuk penyesuaian diri, konsep dan proses penyesuaian diri. Hal hal ini harus bisa terpenuhi supaya tidak terjadi masalah didalam masyarakat.

1.2.Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut : 1.2.1 Apakah penyesuaian diri itu? 1.2.2 Apa saja faktor-faktor dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri? 1.2.3 Bagaimana karateristik dari penyesuaian diri itu? 1.2.4 Bagaimana konsep dan proses dari penyesuaian diri itu? 1.2.5 Bagaimana bentuk bentuk dari penyesuaian diri?

1.3.Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diambil tujuannya yaitu sebagai berikut : 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari penyesuaian diri

1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri 1.3.3 Untuk mengetahui karateristik dari penyesuaian diri 1.3.4 Untuk mengetahui konsep dan proses dari penyesuaian diri itu

1.4.Maanfaat Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu sebagai berikut : 1.4.1 Dapat mengetahui pengertian dari penyesuaian diri 1.4.2 Dapat mengetahui faktor-faktor dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri 1.4.3 Dapat mengetahui karateristik dari penyesuaian diri 1.4.4 Dapat mengetahui konsep dan proses dari penyesuaian diri itu

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional. Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Penyesuaian dapat berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah,dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar dan prinsip.Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam koflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efesien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara adekuat/memenuhi syarat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada dirisendiri dan lingkungan 2.1.1 Pengertian penyesuaian diri menurut para ahli Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup responrespon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penyesuaian Diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.

2.1.2 Penyesuaian diri pada remaja Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).

Disebutkan juga oleh Hurlock (1980) bahwa seperti halnya proses penyesuaian diri yang sulit yang dihadapi manusia secara umum, para remaja juga mengalami proses penyesuaian diri di mana proses penyesuaian diri pada remaja ini merupakan suatu peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam periode peralihan ini terdapat keraguan akan peran yang akan dilakukan, namun pada periode ini juga memberikan waktu kepada remaja untuk mencoba gaya baru yang berbeda, menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Dengan kata lain hal ini merupakan proses pencarian identitas diri yang dilakukan oleh para remaja.

Untuk menjadikan remaja mampu berperan serta dan melaksanakan tugasnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini dalam diri remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada fisik, psikis, maupun sosial. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam berhubungan yang belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus banyak penyesuaian baru.

Agar penyesuaian diri yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja

mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui bahwa para remaja tersebut memakai model pakaian yang sama denga pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok
5

menjadi lebih besar. Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan lingkungannya.

2.2. Faktor faktor dan aspek aspek yang menpengaruhi penyesuaian diri 2.2.1. Faktor faktor yang menpengaruhi penyesuaian diri Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu-penentu tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kondisi-kondisi fisik 2. Perkembangan dan kematangan 3. Penentu psikologis 4. Kondisi lingkungan 5. Penentu kultural Pemahaman tentang faktor-faktor ini dan bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat untuk memahami proses penyesuaian diri, karena penyesuaian diri tumbuh dari hubungan hubungan antara faktor- faktor ini dan tuntutan individu 2.2.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Pada aspek ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh:

Tidak adanya rasa benci, Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada

potensi dirinya.

Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh: Kegoncangan emosi Kecemasan Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya. 2. Penyesuaian sosial Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.

2.3. Karakteristik Penyesuaian Diri Menurut Hariyadi dkk. (2003) terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya:

Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya

betapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal.

Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain.

Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

Memiliki perasaan yang aman dan memadai Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungan-nya.

Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.

Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.

Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikapnya wajar.

Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.

Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri Menurut Hartono dkk. (2008) karateristik penyesuaian diri sebagai berikut : Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri,karena kadangkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individuindividu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individuindividu yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau karateristi penyesuaian diri yang positif dan yang salah. a. Penyesuaian diri secara positif Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut : 1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional. 2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. 3. Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi. 4. Memiliki pertimbangan rasional dan pertahanan diri. 5. Mampu dalam belajar. 6. Menghargai pengalaman. 7. Bersikap realistik dan obyektif. Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain : Penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung Dalam situasi ini individu secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang

dihadapainya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada gurunya. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Dalam situasi ini individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misalnya; seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelasaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi dan sebagainya. Penyesuaian dengan trial and error atau mencoba-coba. Dalam cara ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan dengan cara eksplorasi. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti) Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal menonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton TV. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis (mengarang). Dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan. Penyesuaian dengan belajar Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan peterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misalnya sorang aguru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri secara tepat pula. Dalam situasi ini individu berusaha memilah tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang

10

tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut dengan inhibisi. Disam[ing itu individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat. Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya. b. Penyesuaian diri yang salah Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan

individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkahlaku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif dan sebagainya. Ada tiga bentuk penyesuaian diri yang salah yaitu: 1. Reaksi bertahan (defence reaction) Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan ia selalu berusaha untuk menunjukan behwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain : Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya. Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis. Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya. Sour grapes (anggur kecut), yaitu unutk memutar balikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tiknya rusak, padahal di sendir tidak bisa mengetik. Dan sebagainya. 2. Reaksi menyerang (aggressive reaction) Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkahlaku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksiya tampakdalam tingkahlaku : Selalu membenarkan diri sendiri

11

Mau berkuasa dalam setiap situasi Mau memiliki segalanya Bersikap senang mengganggu oranglain Menggertak baik dengan ucapan maupun perbuatan Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka Bersikap balas dendam Memperkosa hak orang lain

2.4. Konsep dan proses penyesuaian diri 2.4.1. Konsep penyesuaian diri Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-

kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat disekolah dan diluar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang. Seorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya dan juga semua dorongan yang memberikan peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri paokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap linkungannya.

12

2.4.2. Proses penyesuaian diri Menurut Goldstein Di dalam dinamika organisme ada konsep-konsep dinamis pokok yang dikemukakan olehnya yaitu : (1) proses ekulisasi atau pemusatan organisme, (2) aktualisasi atau realisasi diri, dan (3) penyesuaian dengan lingkungan. Untuk penyesuaian lingkungan itu dijelaskan olehnya meskipun sebagai seorang teoritikus organismik Goldstein menekankan faktor-faktor tingkahlaku yang berasal dari dalam dan prinsip bahwa organisme berusaha mendapatkan lingkungan yang paling serasi untuk aktualisasi-diri, namun ia tidak berpendirian ektrem bahwa organisme imun terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia luar. Goldstein mengakui pentingnya dunia obyektif, baik sebagai sumber gangguan yang harus diatasi oleh individu maupun sebagai sumber sarana yang diperlukan individu untuk memenuhi cita-citanya. Jadi, lingkungan mengganggu organisme dengan merangsangnya atau merangsangnya secara berlebihan sehingga keseimbangan organisnya terganggu, sedangkan di lain pihak, organisme yang terganggu itu mencari dalam lingkungan apa yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan tegangan batinnya. Dengan kata lain, terdapat interaksi antara organisme dengan lingkungan. Orang harus menyesuaikan dengan lingkungan karena lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan untuk dapat mencapai aktulisasi-diri dan karena lingkungan berisikan gangguan-gangguan berupa ancaman-ancaman dan tekanan-tekanan yang

menghalangi realisasi-diri. Kadang-kadang ancaman dari lingkungan itu begitu besar sehingga tingkahlaku individu menjadi beku karena kecemasan dan ia tidak mampu membuat kemajuan ke arah tujuannya. Kadang- kadang aktualisasi-diri bisa terhambat karena lingkungan kekurangan objek-objek dan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk aktualisasi. Goldstein mengadakan kepada kita bahwa organisme yang normal dan sehat adalah organisme dimana kecendrungan ke arah aktulisasi-diri timbul dari dalam dan mengatasi gangguan yang timbul dari pertentangan dengan dunia, bukan karena kecemasan melainkan karen kesenangan dan kemenangan (1939,hlm. 305).hal ini berarti bahwa penyesuaian dengan lingkungan itu terutama diwujudkan dengan mengasainya. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, maka orang harus menerima kesukaran-kesukaran dan menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan realitas-realitas dunia luar. Apabila perbedaan antara tujuan organisme dan

13

realitas-realitas dari lingkunga terlalu besar, maka organisme mengalah atau melepaskan beberapa cita-citanya dan berusaha mengaktulisasikan diri pada taraf yang lebih rendah. Goldstein telah memberikan suatu ringkasan pendek dari pandangan-pandangannya tentang organisasi dan dinamika organisme dalam kutipan berikut. Terdapat suatu perubahan yang terus-menerus menyangkutbagian mana dari organisme yang akan berada di latar depan.....dan mana yang ada pada latar belakang . bagian depan ditentukan oleh tugas yang harus dipenuhi organisme itu pada sesuatu saat tertentu, yakni oleh situasi dimana organisme itu kebetulan berada, dan oleh tuntutan-tuntutan yang harus dihadapinya. Tugas-tugas itu ditentukan oleh kodrat organisme, hakikatnyanya, yang diaktualisasikan melalui perubahan-perubahan lingkungan yang menimpa dirinya. Bentukbentuk pengungkapan aktuisasi ini adalah perubahan-perubahan organisme. Melalui pengungkapan-pengungkapan ini, organisme dapat menghadapi masing-masing dan mengakatualisasikan dirinya. Kemungkinan untuk menyatakan dirinya didunia, sambil tetap mempertahankan karakternya, menuntut semacam penyesuaian antara organisme dengan lingkungannya. Ini terjadi sedemikian rupa sehingga setiap perubahan daam organisme yang disebabkan oleh stimulus-stimulus dari ingkungan menjadi seimbang sesudah waktu tertentu, sehingga organisme mencapai kembali keadaan rata-rata yang cocok dengan kodratnya, yakni keadaan yang serasi dengan dirinya. Hanya apabila demikian maka ada kemungkinan bahwa peristiwa-peristiwa lingkungan yang sama dapat menghasilkan perubahan-perubahan yang sama, dapat menghasilkan akibat-akibat yang sama dan pengalaman-pengalaman yang sama. Hanya dalam keadaan ini organisme dapat mempertahankan sifat tetap dan identitasnya. Apabila ekualisasi ke aarah keadaan rata-rata atau memadai ini tidak terjadi, maka peristiwa-peristiwa lingkungan yang sama akan menimbulkan bermacam-macam perubahan dalam organisme. Dengan demikian lingkungan akan kehilangan sifat tetapnya bagi organisme, dan akan berubah terus-menerus. Rangkaian perbuatan yang teratu tidak mungkin akan terjadi. Organisme akan terus-menerus berada dalam keadaan tidak tenang, hidup organisme akan dibahayakan, dan akan terus-menerus menjadi organisme yang lain. Akan tetapi sesungguhnya bukanlah demikian. Sebaliknya kita dapat memperhatikan bahwa perbuatan-perbuatan organisme memperlihatkan suatu ketetapan yang relatif besar dengan fluktuasi yang rata-rata agar tetap.(1939,hal. 111-112)

14

Menurut Sunarto dan Agung Hartono : Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan dimana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempurna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisikondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, frustrasi dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Apakah seseorang berhadapan dengan penyesuaian sehari-hari yang sederhana, atau suatu proses penyesuaian yang rumit, terda[at suatu pola dasar yang terdiri dari elemenelemen tertentu. Contoh: seorang anak yang membutuhkan kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain.anak akan frudtrasi dan berusaha sendiri menemukan oemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia mungkin mencari kasih sayang dimana-mana, atau mengisap jarinya, atau bahkan tidak berupaya sama sekali, atau makan secara berlebihan, sebagai respon pengganti bila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi secara wajar. Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.

15

Situasi ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kebutuhan

Motivasi
Keinginan

F R U S T R A S I

Respon

B Pemecahan bervariasi C

Berdasarkan diagaram diatas, tampak bahwa elemen-elemen umum dan esensial dalam semua situasi frustrasi ialah motivasi, frustrasi atau terhalangnya keinginan dan motifmotif, respon yang bervariasi, dan pemecahan untuk mereduksi masalah, frustrasi, atau ketegangan dengan beberapa bentuk respon. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dan setiap bentuk dapat diarahkan kepada rintangan atau frustrasi yang disebabkan oleh beberapa aspek realitas misalnya; pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya. Rintangan-rintangan ini menyebabkan individu meneliti cara-cara responnya yang berbeda-beda (A,B, atau C) sampai mendapatkan pemuasan. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

16

2.5 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu: Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: Tidak adanya ketegangan emosional. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. Mampu dalam belajar. Menghargai pengalaman. Bersikap realistik dan objektif. Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:

Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru.

Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.

Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.

Penyesuaian dengan substitusi atau mencari pengganti. Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton TV.

Penyesuaian dengan menggali kemampuan pribadi. Individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan
17

sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis (me-ngarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan.

Penyesuaian dengan belajar. Individu melalui belajar akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.

Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Selain itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.

Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Individu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya. Penyesuaian diri yang salah

Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:

Reaksi bertahan (defence reaction)

Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:

Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.

Represi,

yaitu

berusaha

melupakan

pengalamannya

yang

kurang

menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.

18

Proyeksi, yaitu melempar sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.

Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.

Reaksi menyerang (aggressive reaction)

Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.

Reaksi melarikan diri (escape reaction)

Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.

BAB III

19

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa, seseorang harus mampu melakukan penyesuaian diri dalam kehidupannya sehari hari didalam masyarakat dan untuk mendukung penyesuaian tersebut diperlukan faktor faktor, aspek aspek, bentuk bentuk, karakteristik, konsep dan proses dalam penyesuaian diri. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dalam kehidupannya sehari - hari dan di dalam masyarakat maka manusia tersebut dapat mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Tidak mudah terjerumus ke hal hal yang negatif bagi dirinya dan tidak mengganggu orang lain didalam kehidupan sehari hari.

3.2 Saran saran Dari penulisan makalah ini, kami mengharapkan agar nantinya pembaca mampu mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungan dengan melakukan penyesuaian diri sebagai awal untuk mengenal kehidupan, baik itu kehidupan kita sendiri, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Bagi calon konselor nantinya supaya dapat memahami makalah ini untuk dapat digunakan untuk bahan ajar dan berguna bagi masyarakat. Bagi para remaja supaya mampu memahami makalah ini juga agar bisa berguna bagi masyarakat dan tidak menyimpang dari kehidupan sehari hari.

20

DAFTAR PUSTAKA http://alytpuspitasari.wordpress.com/2010/06/07/penyesuaian-diri/ http://wal-ashri.blogspot.com/2009/05/penyesuaian-diri.html http://www.berpuisi.tk/2010/01/penyesuaian-diri-remaja.html Sunarto & Hartono, B. Agung. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo. Buku Kumpulan Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis) editor Dr. A. Supratiknya (1993). Yogyakarta : KANISIUS

21

You might also like