You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

ACARA II PENETAPAN KADAR AIR TANAH

OLEH: AKHMAD IZZUL FARKHI A1L011036 ROMBONGAN A2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

ACARA III PENETAPAN KADAR AIR

Tanggal Praktikum Nama NIM Rombongan Asisten

: 21 Maret 2012 : Akhmad Izzul Farkhi : A1L011036 : A2 : 1. Septia Linda Nurvita 2. Ratri Noorhidayah 3. Soffa 4. Nova Margareth

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian air yang diperlukan tumbuhan berasal dari tanah (disebut air tanah). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda (Hakim,1986). Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk menyangkut hasil-hasil fotosintesisnya. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Kadar dan komposisi udara tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah yang terdiri dari campuran gas itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki oleh air (Buckman, 1982). Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang baik (Sarwono,2010). Dalam menentukan jumlah air yang tersedia bagi tanaman ada beberapa istilah : 1. Kapasitas Lapang Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air yang terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Ditahan pada tegangan 1/3 atm (pF 2,54). 2. Titik Layu Permanen Kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Air ditahan pada tegangan 15 atm (pF 4,2). 3. Air tersedia Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen.

B.

Tujuan Menetapkan kadar air contoh air tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air tanah dengan metode gravimetric (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

II.

METODE KERJA

A.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol semprot, air, cawan tembaga porus, keranjang kuningan, timbangan analisis, colet, cawan dakhil, dan serbet/tissue, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2mm, bak perendam, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator. Bahan yang digunakan praktikum kali ini adalah tanah kering udara halus (Ultisol).

B.

Prosedur Kerja 1. Kadar air tanah kering tanah angin (udara) a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang, (= a gram) b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah keringangin yang berdiameter 2 mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu di timbang kembali (= b gram) c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan kedalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105 1100C selama minimal 4 jam d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram) Perhitungan : Kadar air = x 100 % Keterangan : (b c) = massa air; (c a) = massa tanah kering mutlak (massa padatan)

2. Kadar air kapasitas lapang (metode pendekatan) a. Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram) b. Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan kedalam bejana seng c. Contoh tanah kering angin 2 mm dimasukkan kedalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan

d. Diteteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 mL), kemudian bejana seng ditutup, diletakkan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit e. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati hati hingga tertinggi 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (= b gram) Perhitungan : Kapasitas 3. Kadar air maksimum tanah a. Cawan tembaga porus dan patridish dibersihkan dan diberi label secukupnya b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam Petridis kemudian ditimbang (= a gram) c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari Petridis, isi dengan contoh tanah halus ( 0,5 mm) kurang lebih 1/3-nya, cawan diketuk ketuk perlahan sampai permukaan tanahnya rata, contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3-nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet. d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12 16 jam e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perenda. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan Petridis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b gram) f. Cawan tembaga porus dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 105 1100C g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gram) h. Tanah yang ada didalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan Petridis yang sama lalu di timbang beratnya (= d gram) Perhitungan : Kadar air maksimum = x 100 % lapang = x 100 %

III.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan 1. Tabel Tanah Kering Udara Ulangan Botol timbang kosong (a gr) 24.47 24.83 (a) + contoh tanah (b gr) 36.23 34.99 Rata-rata (b) setelah dioven (c gr) 35.16 33.98 Kadar Air tanah kering udara (%) 10 % 11.03 % 10.52 %

Ka 1 Ka 2

2. Tabel Kapasitas Lapang Ulangan Keranjang kuningan kosong (a gr) 32.10 34.17 Rata-rata (a) + gumpalan tanah basah (b gr) 34.41 38.85 Kadar Air kapasitas lapang (%) 645 % 74.63 % 359.82 %

KL- 1 KL- 2

3. Tabel Kadar Air Maksimum Ulangan Cawan + kertas saring jenuh + petridish (a gr) KAM-1 KAM-2 67.83 62.02 (a) + tanah basah jenuh air (b gr) 126.75 121.15 Rata-rata (b) setelah dioven (c gr) 100.37 94.49 Petridish + cawan kertas saring setelah dioven (d gr) 67.45 63.88 Kadar Air Maksimum

78.98 % 93.17 % 86.07 %

B. Pembahasan

Kadar air adalah banyaknya air yang hilang bila massa tanah dikeringkan dalamoven suhu 105 C sampai diperoleh berat kering tanah yang tetap. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi. Dengan adanya gaya-gaya tersebut, maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi : 1. Air Higroskopik Yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air). Air ini terikat kuat pada matriks tanah, ditahan dengan tegangan 31 - 10.000 atm (pF 4,0 - 4,7) 2. Air Kapiler Yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air ) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi.air ini dapat bergerak ke samping atau keatas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar air dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro, ditahan antara tegangan 1/3 - 15 atm (pF 2,54 - 4,20). 3. Air Gravitasi Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsure hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.

1. Kadar air kering udara Dari pengamatan kelompok kami didapat bahwa tanah ultisol dengan diameter 2 mm mempunyai kadar air kering udara pada cawan 1 dan cawan 2 10 % dan 11.03 %. Dari kedua cawan tersebut diambil rata-ratanya sebesar 10.52 %. Kadar kering udara pada tanah kering cawan 1 dan cawan 2 berbeda dalam persentasenya, tetapi kemampuan untuk menahan airnya adalah sama.

Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting oleh karena ruang pori-pori ini diisi oleh air dan udara (Hakim, 1986). Tanah dengan diameter 0,5 mm memiliki kadar air lebih besar karena luas permukaan besar sehingga semakin kuat menyerap air, sedangkan tanah dengan diameter 2 mm kadar airnya lebih rendah. Berat tanah juga berhubungan dengan jumlah ruang pori-pori (Hakim, 1986). Semakin besar diameternya maka berat tanahnya semakin kecil sehingga kemampuan menahan air juga kecil. Berat dan ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu horizon ke horizon yang lain, sama halnya dengan sifat-sifat tanah lainnya dan dua variabel ini dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah (Hakim, 1986). Tanah tanah organic memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rebdah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan organis yang menyusun tanah organic itu dan kandungan air pada saat pengambilan contoh. Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Hal ini dimungkinkan karena tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloodal, ruang pori dan permukaan adsortif yang lebih banyak (Hakim, 1986).

2. Kapasitas lapang Pada pengamatan yang dilakukan kelompok kami pada KL-1 di dapat 645 % dan KL-2 74.63 %. Dari kedua percobaan tersebut didapatkan rata-rata sebesar 359.82 %. Tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda sebab ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara. Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori kecil, dalam tanah-tanah berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas lapang rendah. Sebaliknya

top soil yang bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori-pori total yang sebagian besar terdiri dari pori-pori kecil. Kapasitas lapang merupakan suatu keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Kapasitas lapang tanah terjadi bila air memasuki tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi basah artinya seluruh ruang poripori tanah terisi air. Tanah demikian dikatakan jenuh dengan air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Dalam hal ini lapisan air sekeliling dan antara partikel-partikel tanah sangat tebal. Tegangan yang terdapat permukaan lapisan air sangat kecil atau hampir 0 atm. Akibatnya sebagian air yang ditahan pada ruang pori yang besar mudah ditarik atau mengalir ke bawah karena gaya gravitasi, sehingga air menipis. Bila tebal lapisan air menipis, tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat dan akhirnya begitu besar sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Air dalam ruang pori makro tidak ada lagi tetapi masih tetap dalam pori mikro. Keadaa ini terjadi pada permukaan lapisan air berkisar 1/3 atm (Hakim,1986). 3. Kadar air maksimum Kadar air maksimum adalah banyaknya air maksimum yang dapat diserap oleh tanah. Pada praktikum yang kami lakukan untuk menentukan kadar air maksimum digunakan lima jenis tanah dengan diameter 0,5 mm. Penggunaan tanah dengan diameter 0,5 mm karena kemampuannya untuk menahan air lebih besar dan luas permukaannya juga lebih besar. Dari tanah ultisol kadar air maksimum pada KAM-1 78.98 % dan KAM-2 93.17 %. Kemudian didapatkan rata-rata kadar air maksimum tanah ultisol sebesar 86.07 %. Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Tekstur tanah yang halus menyebabkan porositasnya rendah sehingga mampu

menahan air. Tinggi rendahnya kadar air maksimum tergantung juga pada jenis tanah, sebab tanah juga mempunyai tekstur yang berbeda pula. Pada praktikum yang dilakukan diperlukan ketelitian dari praktikan dalam melakukan pengisian tanah pada cawan porus dan petridis, penimbangan serta saat pencoletan setelah perendaman. Seringkali selisih antasa ulangan satu dan dua menyimpang jauh dari teori yang semestinya. Hali itu dapat terjadi karena factor-faktor yang telah disebutkan di atas. Penggunaan perhitungan bobot tanah kering udara diaplikasikan pada contoh berikut: 1. Diketahui kadar tanah kering udara = 25 %, bobot tanah kering mutlak 24 gram, hitunglah bobot tanah kering udara ! Kadar air = 25 % (c-a) = 24 gram Kadar air = 25 % = x 100 % x 100 %

600 = (b-c) 100 (b-c) = 6 (b-a)= (c-a) + (b-c) = 24 + 6 = 30 gram

IV.

KESIMPULAN

Dari percoban-percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa kadar air tanah kering tanah angin, kadar air kapasitas lapang, dan kadar air maksimum masing-masing adalah 10.52 %, 359.82 %, dan 86.07 %.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung. Hardjowigeno, Suwarno. 2010. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta.

Sutanto, Racman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.

You might also like