You are on page 1of 11

PENGANTAR

Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Atau dengan kata lain wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara merupakan salah satu metode untuk memahami individu yang berkedudukan sangat penting dalam memahami individu karena dengan wawancara, kita dapat mengetahui ekspresi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka, berbohong, atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber. Dan melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail. Pada konseling, wawancara digunakan untuk mengetahui permasalahan pada konseli dan untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Dalam pemahaman individu, banyak teknik yang bisa digunakan, baik teknik tes maupun teknik non tes. Namun masing-masing teknik memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing, pada beberapa teknik, si Penyelidik (konselor) tidak bisa melihat ekspresi dan tingkah laku non verbal dari yang diselidiki (konseli), sehingga validitas data yang diperoleh menjadi kurang akurat karena konselor tidak bisa membedakan jawaban yang sesuai fakta atau tidak. Pada teknik wawancara, konselor bisa memperoleh data dan informasi sekaligus bisa menyelidiki keakuratan jawaban dari konseli. Karena konselor bisa melihat ekspresi dan tingkah laku non verbal dari konseli. Dengan begitu konselor bisa memahami karakter dan watak dari konseli yang sedang diwawancara. Konselor juga bisa mendapatkan informasi atau mencari permasalahan yang tengah dihadapi konseli sekaligus mencari penyelesaian dari permasalahan konseli tersebut.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan sumber data memberikan jawaban secara lisan juga (Anonim). Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan (Arifin, 1998:44). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa wawancara adalah mengajukan pertanyaan secara lisan antara interviewer dengan interviewee yang dilakukan secara langsung / tidak langsung / insidentil / terencana untuk tujuan tertentu. 2. Tujuan dan Manfaat 2.1 Tujuan 1. Menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat ( interviewer dan interviewee). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan dan ketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadang menghambat pernyataannya. 2. Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara. Oleh karena subyek wawancara pada umumnya membawa berbagai ketegangan emosi ke dalam pertemuan dalam wawancara itu, maka kedua belah pihak harus berusaha meredakan ketegangan di dalam dirinya. 3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya. 4. Mendorong kearah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara. Hampir semua subyek wawancara menginginkan pemahaman diri yang lebih baik, dan pada dasarnya memiliki kesanggupan dan bakat yang seringkali tidak dapat berkembang dengan sempurna . Dengan wawancara subyek wawancara akan lebih memahami dirinya. 5. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu. 6. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah 7. Menciptakan rapport yang baik 8. Mendorong interviewee untuk membuka diri 9. Mengembangkan kemapuan interviewer (konselor) dalam menerima interviewee (konseli) 2.2 Manfaat a) Sebagai metode primer Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer

b) Sebagai metode pelengkap Apabila wawancara digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode pelengkap. c) Sebagai kirterium Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium 3. Macam-macam Wawancara. 3.1 Menurut Fungsinya a. Wawancara Primer, yaitu wawancara yang berfungsi sebagai satusatunya alat pengumpul data yang lainnya ( observasi dan kuesioner ) b. Wawancara Pelengkap, yaitu wawancara yang berfungsi sebagai pelengkap dari alatalat pengumpul data lainnya ( observasi dan kuesioner ) c. Wawancara Pengukur, yaitu wawancara yang hasilnya digunakan untuk menguji kebenaran atau kemantapan suatu data/informasi yang di kumpulkan dengan cara lain ( observasi dan kuesioner ). 3.2 Menurut Tekniknya a. Wawancara Bebas, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yang seolah-olah mengadakan obrolan bebas ( free talk ) tanpa kendali, wawancara bersifat pasif, sebaliknya yang di wawancara bersifat bebas mengemukakan keterangan-keterangannya ( yang di wawancara bersifat dominan). b. Wawancara Terkendali, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yang terkendali; pewawancara bertindak sebagai pengarah melalui pertanyaan-pertanyaan dan pokok permasalahan. Jadi merupakan kebalikan dari wawancara bebas. c. Wawancara Bebas Terkendali, wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terkendali. Dengan perpaduan ini dapat saling menutupi kelemahan satu sama lain; pewawancara hanya berperan sebagai pengarah dan yang di wawancara tidak dominan dan tidak pasif. 3.3 Menurut Tujuannya a. The employment interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh suatu employment. Contoh dari employment interview adalah wawancara yang dilakukan pada saat open recruitment atau wawancara yang dilakukan saat interviewee melamar pekerjaan. Jadi, employment interview adalah untuk mengetes seseorang apakah memenuhi persyaratan atau tidak dalam suatu jabatan. b. Informational interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. c. Administrative interview / wawancara disipliner, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan

perubahan-perubahan di dalam tindakannya ( change in behavior ). Contoh dari wawancara disipliner adalah wawancara yang dilakukan dalam persidangan yang bertujuan untuk menertibkan interviewee. d. Counseling interview, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan konseling. Wawancara ini khas dipergunakan dalam proses konseling dan bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi atau memecahkan masalahnya dengan kata lain wawancara ini ini dijalankan untuk keperluan konseling 3.4 Menurut Jumlah Interviewee

a. Wawancara Perorangan ( individu ), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang menyangkut masalah-masalah pribadi yang dialami oleh subyek wawancara. Misalnya : wawancara antara seorang konseli dengan seorang konselor. b. Wawancara Kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok (lebih dari satu orang), Misalnya : antara petugas bimbingan dengan seluruh siswa. 3.5 Menurut peranan yang dimainkan a. The Non Directive Interview, yaitu wawancara yang kurang terpimpin dan kurang mendasarkan atas pedoman-pedoman tertentu. Biasanya digunakan dalam proses konseling. b. The Focused Interview, yaitu wawancara yang ditujukan kepada orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan dengan obyek-obyek yang diselidiki. c. The Repeated Interview, yaitu wawancara yang berulang. Wawancara ini terutama digunakan untuk mencoba mengikuti perkembangan yang tertentu terutama proses sosial. 3.6 Menurut sifatnya a. Wawancara Langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut. b. Wawancara Tidak Langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain. c. Wawancara Insidentil, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. d. Wawancara Berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana pada waktu yang ditetapkan. Dari sekian banyak macam wawancara, macam wawancara yang paling tepat digunakan dalam tujuan pemahaman individu adalah wawancara informational. Karena wawancara informational bertujuan untuk mendapatkan informasi dari interviewee atau konseli yang dibutuhkan oleh interviewer atau konselor.

4. Data yang diperoleh Data yang dapat diperoleh dari hasil wawancara adalah informasi interviewee kita butuhkan contohnya perasaan interviewee, pengalaman interviewee, potensi interviewee, need assesment dari interviewee, dan lain sebagainya. Informasi-informasi tersebut adalah informasi yang bersifat 5 W 1H, yaitu: what (apa?), who (siapa?), where (dimana?), when (kapan?), why (mengapa?), dan how (bagaimana?)

5. Instrumen Instrumen yang diperlukan untuk wawancara adalah sebagai berikut: - interviewer: orang yang melakukan wawancara atau yang mencari informasi. pewawancara diharapkan dapat menciptakan suasana yang bebas, terbuka, dan menyenangkan sehingga mampu merangsang siswa untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh dan mencatatnya - interviewee: orang yang diwawancarai dan memberikan informasi - pertanyaan-pertanyaan: pertanyaan-pertanyaan yang diajukan interviewer kepada interviewee untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan-pertanyaan ini sebaiknya dipersiapkan dengan baik karena interviewer harus mempunyai latar belakang tentang apa yang akan ditanyakan dan agar wawancara dapat berlangsung dengan lancar, sistematis, dan teratur. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara hendaknya sesuai dengan kebutuhan : a. Pertanyaan yang bersifat mendorong pembahasan dan pemahaman. Contoh: Coba, ceritakan lebih lanjut. Bagaimana menurut pendapatmu. b. Pertanyaan yang menarik pemahaman. Yaitu pertanyaan yang mengandung kata karena, oleh sebab...., mengandung sebab akibat. c. Pertanyaan yang mendorong penerimaan perasaan. Contoh : Apakah anda merasa senang? d. Pertanyaan yang mendorong sikap/tingkah laku tertentu, ( pertanyaan yang mendorong, memperlua pandangan/memberi dorongan tentang sesuatu hal). Contoh : anda jelaskan, bagaimana hal ini bisa terjadi. Ada dua bentuk pertanyaan dalam wawancara, yaitu pertanyaan yang singkat yang dapat memberikan jawaban yang panjang lebar tapi kurang terarah dan pertanyaan yang rinci, yaitu pertanyaan yang akan dijawab secara terperinci karena jawaban diuraikan dari bukti-bukti yang diinginkan oleh interviewer. - alat perekam: Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. - pedoman wawancara: pada dasarnya pedoman wawancara ini mempengaruhi hasil wawancara. Oleh karena itu pedoman wawancara dibuat sedemikian lengkap sehingga mempengaruhi kualitas hasil wawancara. Pedoman wawancara ini meliputi: identitas siswa, masalah yang dialami, daftar pertanyaan beserta deskripsi jawaban siswa.

Berikut ini merupakan contoh dari pedoman wawancara: Pedoman Wawancara 1. Wawancara ke : ..................................................... 2. Waktu wawancara : ................................................ 3. Tempat wawancara : ................................................ 4. Tujuan: Memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa di rumahnya. 5. Responden: Siswa yang memperoleh hasil belajar cukup tinggi 6. Nama siswa : ............................................................ 7. Proses wawancara : ............................................................................ No. Pertanyaan Deskripsi/ jawaban 1. Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah? 2. Bagaimana cara anda untuk belajar secara efektif? 3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut? 8.Kesimpulan:....................................... Adapun cara menyusun pedoman wawancara dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. b. Berdasarkan tujuan diatas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara tersebut. c. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yang bentuk berstruktur ataukah bentuk terbuka. d. Buatlah bentuk pertanyaan yang sesuai dengan analisis (c) diatas, yakni membuat pertanyaan yang yang berstruktur atau yang bebas. 6. Teknik/langkah-langkah 6.1. Bagian-bagian wawancara A. Persiapan a. Menentukan tujuan. b. Menetapkan bentuk pertanyaan ( pertanyaan bebas atau terpimpin ). c. Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi. d. Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai e. Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara f. Mengadakan hubungan dengan responden.

B. Pelaksanaan a. Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi. b. Mengadakan wawancara. C. Penutup a. Menyusun laporan wawancara secara sistematis b. Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara. c. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu. 6.2. Langkah-langkah penyelenggaraan wawancara a. Persiapan. 1. menetapkan variabel-variabel yang akan diukur, misal kebiasaan belajar di rumah, maka variabel-variabelnya meliputi: tempat belajar, jadwal belajar, fasilitas belajar, strategi belajar, kesulitan-kesulitan yang dialami, situasi belajar, perhatian orangtua. 2. membuat pedoman wawancara, pada dasarnya pedoman wawancara ini mempengaruhi hasil wawancara. Oleh karena itu pedoman wawancara dibuat sedemikian lengkap sehingga mempengaruhi kualitas hasil wawancara. Pedoman wawancara ini meliputi: identitas siswa, masalah yang dialami, daftar pertanyaan beserta deskripsi jawaban siswa. b. Pelaksanaan. 1. mempersiapkan pedoman wawancara yang akan dipakai. 2. mengadakan kontrak dengan siswa/ responden untuk menentukan waktu dan tempat diadakan wawancara. 3. menentukan taktik wawancara, seperti: ketika wawancara tatap muka diusahakan tidak ada pihak ketiga, jawaban pertama pertanyaan itulah pendapat siswa (responden) yang sesungguhnya, diharapkan tidak tergesa-gesa dalam menuliskan jawaban responden, jawaban responden harus dimengerti maksudnya, dan menulis komentar responden secara lengkap, dan lain-lain. Kode etik wawancara dan sikap pewawancara, kedua hal ini sangat penting di dalam proses wawancara sehingga akan memperoleh data yang diharapkan. Ada beberapa kode etik yang ditetapkan bagi pewawancara dalam melaksanakan tugasnya, yaitu: cermat, obyektif, jujur dalam mencatat jawaban, netral, menulis jawaban responden selengkapnya, menaruh perhatian dan penuh pengertian, sanggup membuat responden tenang dan bersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan harus menghargai responden. Adapun sikap pewawancara selama proses wawancara meliputi: netral, adil (tidak memihak), ramah, hindarkan ketegangan, dan hindarkan kata-kata atau bahasan yang menimbulkan sugesti. c. Analisis hasil. 1. Mengidentifikasi dan mengelompokkan jawaban interviewee sesuai variabel yang akan ditabulasi, seperti: variabel tempat belajar, waktu belajar, strategi belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya. 2. Pemberian skor jawaban, penyekoran ini tentu tiada lepas dengan bentuk pertanyaan atau pun jawaban yang diharapkan, seperti bentuk pertanyaan

3. 4.

tertutup, pertanyaan terbuka, kombinasi, pertanyaan yang dijawab dengan angka, pertanyaan tertutup yang jawabannya dipilih lebih dari satu dan sebagainya. Kemudian ditabulasi terhadap variabel masing-masing. Hasil tabulasi tersebut akan diketahui frekuensi setiap variabel. Menganalisis dan menyintesis hasil jawaban interviewee sesuai dengan tujuan wawancara. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil sintesis dari berbagai jawaban interviewee.

6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Wawancara a. Orang yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai latar belakang tentang apa yang akan ditanyakan, karena yang akan ditanyakan perlu dipersiapkan dengan sebaikbaiknya, agar wawancara dapat berlangsung dengan lancar, sistematis, dan teratur. b. Pewawancara harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa maksud serta tujuan dari wawancara tersebut. c. Dalam wawancara harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik. Hubungan baik ini merupakan sumbangan yang besar di dalam jalannya atau hasil wawancara yang akan dapat dicapai. d. Interviewer atau konselor harus mempunyai sifat dapat dipercaya. Rahasia dari individu interviewee atau konseli harus dapat disimpan dengan baik, sebab kalau tidak demikian, kemungkinan konseli tidak akan mengutarakan sesuatu kepada wawancara dengan terbuka. e. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya harus jelas. f. Harus dijaga jangan sampai ada hal-hal yang mungkin mengganggu jalannya wawancara. Bila ada hal-hal yang sekiranya dapat mengganggu, sebaiknya hal-hal tersebut disingkirkan lebih dahulu. g. Bahasa yang digunakan oleh pewawancara harus disesuaikan dengan kemampuan yang diwawancarai. h. Sekalipun pertanyaan-pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu supaya sistematis, tetapi didalam memberikan pertanyaan-pertanyaan jangan sampai kaku, masingmasing pertanyaan dapat diperluas kepada hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan itu. i. Interviewer atau konselor harus menjaga jangan sampai ada waktu diam yang terlalu lama. Hal yang demikian akan mematikan suasana wawancara. j. Interviewer harus mengadakan kontrol di dalam wawancara. Kalau ada hal-hal yang bertentangan satu dengan yang lainnya perlu pewawancara mencari ketegasan. k. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengadakan kontrol diajukan setelah wawancara sampai kepada suatu titik tertentu. Jadi jangan sampai memotong pembicaran, karena ini akan mengganggu jalannya wawancara. l. Lamanya waktu wawancara sebenarnya tergantung, kepada masalahnya. Tetapi pada umumnya wawancara yang terlalu lama akan melelahkan kedua belah pihak. Karenanya waktu wawancara sekitar 30 menit merupakan waktu yang cukup. m. Di dalam wawancara hendaknya dihindari aku dari interviewer atau konselor. Jangan sampai aku tersebut ditonjol-tonjolkan. n. Individu yang sukar berbicara tidak boleh dipaksa untuk memberikan keterangan / penjelasan dengan panjang lebar. o. Tidak terlalu banyak membuat catatan selama wawancara berlangsung. Selalu harus minta ijin pada individu untuk membuat catatan seperlunya. p. Menghindari pertanyaan yang sugestif, yang mendorong interviewee untuk memberikan jawaban yang baik dan hindarkan pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak.

q. Wawancara tidak sama dengan interogasi. Karena dalam wawancara, interviewer tidak memaksa interviewee untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu, interogasi tidak menimbulkan hubungan yang baik antara interviewee dengan interviewee. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Wawancara a. Interviewer atau konselor Disini interviewer harus menguasai teknik-teknik dalam mewawancara interviewee atau konselinya. Selain itu, interviewer harus mampu bertanya dengan baik, mampu mendengar aktif, dan mampu mencatat hasil wawancara secara lengkap (Gantina : 2011). Sehingga wawancara dapat berjalan dengan baik dan memperoleh data yang dibutuhkan oleh interviewer. b. Interviewee atau konseli Interviewee sangat berpengaruh terhadap hasil wawancara, karena mutu jawaban yang diberikan tergantung dari interviewee apakah ia dapat menangkap maksud pertanyaan yang diajukan atau tidak. c. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara merupakan salah satu hal terpenting dan menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pada hasil wawancara. Karena wawancara berjalan mengikuti pedoman yang ada walaupun wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara bebas. d. Situasi Lingkungan Situasi lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil wawancara, karena jalannya wawancara sangat bergantung pada suasana lingkungan sekitar. Jika suasana lingkungan sekitar sangat ramai, maka proses wawancara akan terganggu, sehingga hasil wawancara pun tidak optimal. 7. Keuntungan wawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber . Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail

8. Kekurangan wawancara Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara Tergantung kepada kesediaan, kemampuan, dan keadaan yang dialami dari interviewee sehingga informasi tidak dapat diperoleh dengan teliti Jalan, dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang menggangu

REFERENSI
Anonim. 2010. Metode Biografis (Bahan Kuliah Pemahaman Individu Teknik Nontes). Diakses dari alamat http://susilorahardjo.blogspot.com/2010/10/metode-biografis.html pada tanggal 20 Februari 2012. ______. 2011. Penggolongan Tehnik Non Tes Wawancara (Interview). Diakses dari alamat http://www.artikelbagus.com/2011/08/penggolongan-tehnik-non-tes-wawancara.html pada tanggal 3 April 2012. Arifin. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Golden Terayon Press Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta ________________________. 2011. Penilaian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Aditya Media Asa.2012. Pengembangan Instrumen Non-tes dan Bentuknya. Diakses dari alamat http://asa2009.blogspot.com/2012/02/pengembangan-instrumen-non-tes.html pada tanggal 20 Februari 2012 Gantina, dkk. 2011. Asesmen Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: Indeks Hadi, Sutrisno, Prof., Drs. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Sugiyono, Prof., Dr. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta Yoserizal.2009.Observasi dan Wawancara. Diakses dari alamat http://www.scribd.com/doc/22186725/Observasi-Dan-Wawancara pada tanggal 20 Februari 2012.

You might also like