You are on page 1of 20

MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN

Bab 2 Kelembagaan

ARI ADITYO 051.07.007 Teknik Sipil Universitas Trisakti

2.1 Konteks Manajemen


Faktor Eksternal dan Internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap manajemen pemeliharaan mempunyai 2 sifat, yaitu teknis dan inspirasional Secara teknis sebuah manajemen atau organisasi dituntut untuk dapat melaksanakan tugas-tugas fisik seperti penyiapan data, pengadaan material, teknis operasional, pengawasan, dll Dalam bidang keuangan, manajemen organisasi, dan pengelolaan sumber daya lebih bersifat inspirasional. Faktor eksternal merupakan faktor yang secara teknis tidak dapat dikontrol oleh sebuah organisasi, seperti iklim dan cuaca, situasi politik, kondisi sosial suatu negara, ekonomi makro dan sumber daya alam.

Faktor Ekonomi
Dalam merencanakan sebuah jaringan jalan faktor ekonomi tidak dapat lepas dari pertimbangan. Sebagai contoh pengelolaan manajemen lalu lintas yang baik dapat menekan anggaran secara signifikan dibandingkan dengan membuat sebuah konstruksi jalan yang baru. Manajerial jalan yang baik seharusnya dapat menopang pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut

Peran dan Tujuan


Kebijakan sebuah negara dalam mengatur manajerial jalan sebaiknya didasarkan dengan pemahaman peran dan tujuan tiap institusi pengelola jalan. Kebanyakan pemilik dan pembangun sebuah jaringan jalan adalah pemerintah sebuah negara itu sendiri, dan diatur dalam kebijakan atau peraturan yang telah dibuat. Namun di beberapa negara, pembuat kebijakan dan pengelola sebuah jalan dapat dibedakan bahkan institusi swasta pun dapat mengelola sebuah jaringan jalan

Pemegang Kekuasaan
Di suatu pemerintahan, biasanya terdapat sebuah kementerian yang mengatur bidang transportasi yang mencakup perencanaan jaringan jalan. Institusi tersebut mempunyai kewajiban mengatur kebijakan serta peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan pembangunan jaringan jalan didasarkan kepada kebutuhan masyarakat umum sebagai sumber utama penyandang dana melalui pajak. Perusahaan kontraktor dan konsultan memegang kendali dalam pelaksanaan pembuatannya, yang sebelumnya telah ditunjuk atau melalui proses tender oleh pemerintah.

2.2 Hukum Kepemilikan


Konsep Kepemilikan
Idealnya pemerintah sebagai pemilik membuat jaringan jalan sebanyak-banyaknya yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak dengan biaya perencanaan dan pemeliharaan yang memungkinkan. Pemilik jalan secara langsung bertanggung jawab atas pembuatan, pemeliharaan, dan peningkatan kualitas jalan.

Kepemilikan dan Pengelolaan Modal


Salah satu pendekatan manajemen jalan adalah menjadikan sebuah jaringan jalan sebagai aset. Dengan ini sebuah jaringan jalan dapat dengan mudah di audit atau menaikan nilai aset tersebut. Terdapat berbagai pendapat mengenai instusi mana yang seharusnya mengatur manajerial sebuah jaringan jalan. Namun ada beberapa alasan yang menuju bahwa sebaiknya kepemilikan aset jalan dipegang oleh negara

2.3 Kerangka Kebijakan


Manajemen dan Kebijakan
Kebijakan harus dibedakan dari rencana. Kebijakan adalah what dan why; Rencana adalah how, who, when dan where. Howe (1996) berpendapat bahwa kebijakan jalan harus mempunyai visi penunjang aspek transportasi, infrastruktur, dan angkutan. Sedangkan kebijakan transportasi harus mempunyai visi seluruh komponen kebutuhan masyarakat akan angkutan umum, pejalan kaki, sepeda, dan semua orang yang tidak mempunyai kendaraan pribadi. Sebuah kerangka kebijakan seharusnya dibuat secara ideal. Hal ini dimaksudkan agar sebuah kebijakan dapat mencakup semua aspek seperti aliran dana, kebutuhan, dan semua fungsi administrasi. Isi kerangka kebijakan harus ditetapkan dalam dokumen kebijakan yang tersedia untuk publik. Ini harus diperbarui secara berkala, dan dapat memberikan dasar rencana anggaran untuk administrasi jalan.

Komponen Kerangka Kebijakan

Penetapan Kebijakan

Pembuat Kebijakan

Tujuan

Tujuan

Tujuan

Tim Ahli

Tingkat Pengaruh

Tingkat Pengaruh

Tingkat Pengaruh

Pegawai Teknis

Pemegang Kepentingan
Salah satu alasan mengapa kerangka kebijakan dibagi menjadi 3 tingkat adalah setiap tingkat dapat dijalankan oleh tiap pihak. Penetapan kebijakan merupakan kewajiban kaum elit atau pemerintah yang terdiri dari politisi dan orang pemerintahan. Hasil dari penetapan visi merupakan kebijakan yang relevan dengan fungsi perencanaan pengelolaan jalan. Tujuan menjadi tugas para tim ahli dan manajer yang mempunyai tanggung jawab mengembangkan kebijakan pemerintah. Mereka juga dapat membuat anggaran dalam perencanaan. Tingkat pengaruh merupakan tingkatan yang dijalankan oleh para teknisi, pengawas, dan sebagian orang pemerintahan. Mereka menjalankan fungsi pengadaan dan pengerjaan proyek.

Penetapan kebijakan
Penetapan kebijakan merupakan aspek paling fundamental dalam manajemen pengelolaan jalan. Yang menjadi perhatian utama dalam penetapan kebijakan adalah ketentuan desain, spesifikasi, dan struktur jalan. Disamping itu penetapan kebijakan juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti tingkat pelayanan jalan, pengembangan, biaya pengguna jalan, tingkat kecelakaan, dan lainnya.

Tujuan
Setelah kebijakan telah ditetapkan, para tim ahli dituntut untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan tersebut. Agar efektif, tujuan haruslah terukur, relevan, detail, dan tersedia

Tingkat Pengaruh
Tujuan berkaitan erat dengan fungsi, seperti tingkat pelayanan jalan, dan biaya pengguna jalan. Untuk itu perlu ditetapkan standar atau tingkat pengaruh agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Sudah jelas bahwa standar dan tingkat pengaruh haruslah realistis dan dapat dicapai agar berjalan beriringan dengan tujuan

Hirarki Fungsi
Tidak semua ruas jalan mempunyai fungsi dan kebutuhan yang sama, artinya perlu diperhatikan tingkat fungsi jalan. Jalan arteri mempunyai fungsi penyambung antar kota, membutuhkan pemeliharaan yang besar dan dibiayai oleh pemerintah pusat, dan mempunyai karakter angkutan jarak jauh. Hal ini jelas berbeda ketika kita membicarakan jalan kolektor atau jalan lokal.

Dasar Pengambilan Keputusan


Dasar dalam menentukan segala keputusan dan kebijakan dalam proses pembentukan kerangka kebijakan harus mempunyai pertimbangan dalam perencanaan, pilihan dan prioritas, menentukan biaya, dan pemantauan kondisi ekonomi makro dan nilai mata uang

Indikator Kinerja
Beberapa indikator kinerja sesuai dengan tujuan adalah: Alat pengambilan keputusan, alat diagnosa, tim pengawas, badan audit, alokasi sumber daya, dan sistem informasi

2.4 Organisasi
Karakter organisasi
Secara umum karakter organisasi terbagi menjadi: karakter kekuasaan, karakter jabatan, karkter pekerja, karakter individu. Dalam proyek pengerjaan jalan, karakter individu mungkin tidak termasuk. Kebijakan, manajemen konstruksi jalan, dan pengembangan organisasi merupakan 3 bidang kerja yang biasa ada dalam proyek pengerjaan jalan.
Karakter Kekuasaan Karakter Pekerja

Kebijakan Pengambilan Keputusan Penelitian dan Pengembangan

Proses Pengerjaan Proyek

Karakter Jabatan

Ukuran dan Derajat Desentralisasi


Ukuran Besarnya suatu kelompok organisasi dapat ditentukan dari seberapa besar proyek pengerjaan jalan tersebut. Artinya sebagai contoh, kelompok organisasi yang menangani proyek jalan tol ukurannya lebih besar dibandingkan dengan kelompok organisasi yang menangani proyek jalan kolektor. Desentralisasi Faktor yang menentukan derajat desentralisasi antara lain: Penyandang dana, kerangka kebijakan, perbedaan hirarki dan kelas jalan, kondisi geografi Sebagai hasilnya standar setiap proyek pengerjaan jalan dapat berbeda-beda.Berikut adalah skema keterkaitan antara faktorfaktor tersebut:
Tingkat Jalan Sumber Dana

Tanggung Jawab

Kerangka Kebijakan

Status Organisasi
Apabila pengelola jalan terpisah dari badan pemerintah, maka diperlukan ketetapan yang jelas mengenai status pengelolaan jalan tersebut. Sebagai contoh pihak swasta yang mengelola jalan tol milik pemerintah mempunyai kebijakan dalam menentukan tarif jalan tol tersebut namun tetap mengalokasikan keuntungannya kepada pihak pemerintah sesuai dengan kesepakatan dan peraturan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

2.5 Efektivitas dan Efisiensi


Konsep Dasar
Prinsip dari sebuah pengelolaan jalan adalah efektif dan efisien. Efektif berarti tepat sasaran, dan efisien berarti mencapai tujuan dengan sumber daya seminimal mungkin

Spesifisitas
Dalam pengendalian dan pengawasan kinerja organisasi agar fokus dan tepat sasaran dalam pengerjaan proyek terdapat beberapa faktor spesifisitas yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Objektif b. Waktu c. Prosedur d. Kontrol e. Pemegang kendali f. Kerangka kebijakan g. Pembagian tugas h. Manajemen pelatihan

Kompetisi
Iklim kompetisi antar organisasi dapat meningkatkan peluang efektivitas dan efisiensi dari sebuah tujuan. Jenis kompetisi yang dapat terjadi antara lain: a. Eksternal terjadi antar organisasi b. Internal terjadi di dalam badan sebuah organisasi c. Campuran terjadi antara perusahaan milik bersama dengan perusahaan pribadi

Pembagian Tugas
Pemerintah membuat kebijakan, pengadaan dana Klien dan Pemasok menetapkan standar kerja, pengawas, pengontrol dan pemberi arah

Komersialisasi
Komersialisasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi dalam upaya mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dengan menjalin hubungan kerjasama dengan institusi lain dengan bentuk kerjasama yang dapat berbeda-beda, akan meringankan beban organisasi itu sendiri, sesuai dengan prinsip efisiensi.

2.6 Pengembangan Institusi


Hirarki Manajemen
Berdasarkan hasil studi yang pernah diteliti, pengembangan institusi atau peningkatan kualitas sebuah institusi secara berkala sangat berdampak positif. Hasil studi tersebut juga menghasilkan sebuah hirarki pengembangan yang berbentuk piramid. Dalam implementasinya piramid ini harus berjalan bertahap dari dasar ke atas.

Faktor Teknis Faktor Institusi Faktor Eksternal

2.7 Sumber Daya Manusia


Kebutuhan SDM
Satu hal yang sering luput dari sebuah organisasi pengelola jalan adalah kebutuhan sumber daya manusianya akan lingkungan sekitar wilayah pengelolaan. Ketidakmampuan sebuah organisasi menjaga kondusifitas di lingkup SDM nya sendiri dapat berakibat menurunnya kualitas kinerja yang dapat berakibat fatal

Keahlian dan Motivasi


Anggota organisasi sudah selayaknya diberi pelatihan secara berkala dalam rangka meningkatkan keahliannya. Metode motivasi juga dapat dipakain dalam meningkatkan kualitas kinerja dari para anggota organisasi tersebut.

Pelatihan
Tujuan Pelatihan pelatihan untuk para anggota seharusnya tidak menjadi sebuah pilihan bagi setiap institusi. Ini merupakan cara yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian para anggota organisasi Kondisi untuk sukses metode pelatihan baiknya disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Tidak setiap anggota tim memerlukan metode pelatihan yang sama. Hasil evaluasi kinerja tiap anggota dapat menjadi dasar dalam menentukan metode yang tepat untuk tiap anggota

2.8 Isu Lingkungan


Permasalahan
Pembangunan jalan sangat erat kaitannya dengan isu perusakan lingkungan hidup. Tantangan bagi para manajer proyek jalan adalah bagaimana menghindari, mengurangi atau kompenasasi yang bisa dilakukan dalam pembangunan jalan tanpa merusak lingkungan di sekitarnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya terbatas pada perusakan alam tetapi juga harus melihat dampak sosial dan ekonomi masyarakat di lingkungan tersebut

You might also like