You are on page 1of 4

Kelompok Okupasional dan Volunteer Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan,

dimana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contoh dari kelompok okupasional adalah kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, Ikatan Dokter Gigi Indonesia, dan lain-lain. Kelompok Volunteer adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama, namun tidak mendapatkan atensi dari masyrakat. Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Contoh dari kelompok volunteer adalah organisasi-organisasi bernafaskan budaya atau agama seperti Front Pembela Islam atau yang biasa kita sebut dengan FPI. Kelompok Olupasional yang merupakan kelompok yang terdiri dari orang orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarah kepribadian seseorang ( terutama yang menjadi anggotanya ). Dengan demikian bekembannya masyarakat, pengkhususan dikembangkan secara ilmiah dan dipusatkan kepada lembaga lembaga tertentu. Salah satu akibat dari terpenuhnya kepentingan kepentingan itu, baik yang bersifat material maupun spiritual, adalah munculnya kelompok kelompok volunter. Kelompok volunter mencakup orang orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunya tadi. Dengan demikian, maka kelompok kelompok volunter akan dapat memenuhi kepentingan kepentingan anggotanya secara individual, tanpa menggangu kepentingan masyarakat secara umum. Kelompok kelompok volunter itu mungkin dilandaskan pada kepentingan kepentingan primer. Kepentingan primer harus dipenuhi, karena manusia harus dapat hidup wajar.

Teologi Kemiskinan Kita sudah sepakat untuk mengejar ketertinggalan di segala bidang, terutama mengentaskan kemiskinan. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengubah nasib. Artinya, membuat proses pengalihan dari satu keadaan ke keadaan lain yang lebih baik, dari miskin ke sejahtera, dari kufur kepada iman, dan seterusnya. Tetapi benarkah kemiskinan dapat diatasi? Mari kita melihat dulu tipologi kemiskinan secara teologis. Jika dilihat dari ajaran qadha' dan qadar, maka ada dua tipe kemiskinan. Pertama, kemiskinan ikhtiary, Allah SWT berfirman, Manfaat bagi manusia karena kasab (pendapatan/pekerjaan yang baik)-nya dan mudarat bagi manusia karena tasab

(pendapatan/pekerjaan yang buruk)-nya (QS 2:286) Kemiskinan tipe ini antara lain disebabkan oleh dua hal: 1. Akibat sistem (struktur) yang timpang, yaitu disebabkan antagonisme oleh sebagian kelompok mapan. Cara untuk mengentaskan kemiskinan yang ini adalah mengubah sistem yang timpang tadi, karena hanya merekalah yang berkepentingan mengubahnya secara obyektif. 2. Akibat berbuat yang tidak rasional malas, tidak ada etos kerja, cepat merasa puas, tidak terampil, dan seterusnya. Cara mengentaskan kemiskinan macam ini adalah dengan mengubah sifat pribadi yang negatif dengan sifat-sifat yang positif, konstruktif dan produktif, sehingga menjadi orang mapan dan sejahtera. Harus ditumbuhkan pula cara berpikir rasional, kerja keras, terampil, dan ber-iptek. Strateginya adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan. Jika semua hal tadi tidak segera ditangani, maka teori mengentaskan kemiskinan yang sudah dipopulerkan akan menghasut orang miskin untuk berbuat harakiri. Berikanlah modal yang produktif agar mampu berinisiatif dan kreatif di masa yang akan datang yang lebih kondusif. Kita mempuyai pijakan Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa setiap orang yang sungguhsungguh mencari jalan, niscaya bakal mendapat petunjuk pada kebaikan yang dicarinya itu (QS 94:6) Kedua, kemiskinan taqdiry, yaitu kemiskinan yang disengaja diberikan oleh Allah kepada manusia. Kemiskimam tipe ini disebut qadha' mubarram atau mudhthar, yaitu ketentuan Alllah secara langsung tanpa ada usaha manusia. Firman Allah, Katakanlah, "sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah dietapkan oleh Allah bagi kami (QS 9:51) Kemiskinan macam ini digelar oleh Allah untuk menguji keimanan (kepasrahan) yang bersangkutan. Bagi orang yang pasrah, ujian itu akan berbalik menjadi anugrah. Miskin tipe ini tidak relevan dengan usaha mengentaskan kemiskinan secara totalitas. Yang relevan adalah diberi nasehat supaya sabar dan tawaqal atas pemberian Allah itu. Berikan sedekah kepada mereka. Disinilah tugas orang kaya (mampu) memenuhi ajaran yang mulia, dengan memberi santunan yang konsumtif. Tiga tipe kemiskinan : kemiskinan ekonomikal, kemiskinan intelektual dan kemiskinan persona *Tiga tipe kemiskinan : kemiskinan ekonomikal, kemiskinan intelektual dan kemiskinan personal *Kemiskinan ekonomikal: angka-angka yang dikomunikasi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)mengenai sekitar 27 Juta penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, masih adanya sejumlah desa tertinggal,dsb, menunjukkan masih adanya kemiskinan ekonomikal yang melanda masyarakat kita. *Bagaimana dengan kemiskinan intelektual? Ternyata hal ini pun masih melanda

sebagian masyarakat kita, ter-utama pada masyarakat pedesaan (dan terpencil) yang jauh dari kesertaan terhadap kemajuan alam dan jaman.Tentunya hal ini bukan berarti bahwa masyarakat kota bebas dari kemiskinan intelektual ini. *Apabila kita mau berbicara dengan jujur sebagian kaum terpelajar dan masyarakat akademik pun "dijangkiti" kemiskinan tipe ini. Ambil misal,mahasiswa baru PTN yang masih harus dimatrikulasi untuk bisa menempuh program S1 termasuk dalam kelompok mahasiswa yang miskin intelektual. Para calon mahasiswa program S2 atau pasca sarjana yang gagal melewati paket "prapasca" pun sebenarnya juga termasuk dalam kelompok miskin intelektual ini.

*Kemiskinan personal : ditandai dengan makin banyaknya kasus-kasus kejahatan yang terungkap, perkosaan, pembunuhan,dsb, menandakan bahwa sebagian masyarakat kita masih "terjangkiti" kemiskinan personal. *Kemiskinan personal tersebut di samping dialami oleh masyarakat umum ternyata juga dialami oleh masyara-kat terdidik, termasuk generasi muda terpelajar yang se-cara sistematis disiapkan untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan. *Anak-anak sekolah yang dengan bangganya melibatkan diri di dalam berbagai kasus kenakalan remaja (jouvenile delinquency) ataupun pelanggaran seks (sexual crime) dapat dikategorisasi sebagai kelompok siswa yang mengalami kemiskinan personal. Peran guru ? *Meski peran guru terhadap upaya mengentas kemiskinan ekonomikal boleh dikatakan tidak signifikan tetapi tidak perlu berkecil hati karena di dalam upaya mengetas kemiskinan intelektual dan personal justru bersifat lang sung dan berarti. *Berkaitan dengan tugas guru untuk me-ngembangkan kemampuan beranalisis dan menanamkan nilai-nilai kepribadian pada anak didik maka peran guru dalam upaya mengentas kemiskinan intelektual serta kemiskinan personal bersifat langsung melalui hubungan yang bertipe kan "asymmetrical relationship". *Siswa yang selesai dididik oleh guru secara langsung intelektualitasnya dapat berkembang dan personalitasnya dapat pula menjadi makin mantap. Ini

berarti bahwa peran guru di dalam upaya mengentas kemiskinan intelektual dan kemiskinan personal bersifat langsung

You might also like