You are on page 1of 3

1.

Sejarah Bahasa Indonesia Genearologi bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat hingga saat ini. Terdapat tiga periodesasi bahasa Melayu yang terbagi menjadi Melayu klasik, Melayu tengahan, dan Melayu baru. Periode Melayu klasik dapat dibuktikan dengan adanya prasasti Sajamerta kemudian prasasti Manjucrirgha yang ditemukan di Jawa Tengah. Prasasti tersebut berasal dari tahun yang sama dengan dinasti Syailendra, sekitar abad kesembilan Masehi. Pada periode Melayu tengahan, pengaruh Islam sangat kuat dalam penyebaran tradisi penulisan Arab-Melayu. Periode Melayu tengahan tidaklah bertahan lama karena bangsa Eropa yang menjajah Indonesia menyebarluaskan pemakaian huruf latin dalam berbahasa. Tahun 1850, Rochussen menetapkan penggunaan huruf latin dalam bahasa Melayu. Kemudian pada tahun 1897, usulan penyeragaman ejaan untuk bahasa Melayu diusulkan oleh Fokker. Peristiwa itu yang menandai awal periode Melayu baru tetapi penggunaan huruf latin dan ejaan bahasa Melayu baru resmi ditetapkan pada tahun 1901. Dalam periode ini, ejaan yang digunakan adalah ejaan van Ophuijen. Ejaan bahasa Indonesia semakin berkembang. Setelah van Opuhujien, ejaan Soewandi muncul pasca kemerdekaan. Diikuti oleh ejaan pembaharuan, Melindo, ejaan baru, dan yang digunakan hingga saat ini adalah EYD atau ejaan yang disempurnakan.

2. Karya Tulis Ilmiah Karya tulis ilmiah memiliki ciri-ciri antara lain; (1) menyajikan pengetahuan yang dapat berupa gagasan, argumentasi, deskripsi atau pemecahan masalah, (2) pengetahuan yang ditulis bedasarkan fakta, data atau bedasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, (3) bersifat objektif dan mengandung kebenaran, (4) menggunakan bahasa baku dan EYD, (5) serta disusun secara sistematis. Adapun tiga manfaat utama dari penulisan karya tulis ilmiah adalah; fungsi refrensial, fungsi edukatif, dan fungsi diseminatif. Fungsi refrensial berarti sebagai rujukan atau refrensi dalam menyiapkan karya tulis ilmiah lainnya. Fungsi

Sumber: Buku Bunga Rampai Kuliah Bahasa Indonesia

edukatif adalah penggunaan sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan wawasan dalam bidang ilmu. Fungsi diseminatif adalah menyebarluaskan ilmu sehingga ilmu tersebut tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang. Karya ilmiah menjadi unsur krusial dalam pembentukan sarana berpikir ilmiah karena karya ilmiah memiliki manfaat untuk menggembangkan keterampilan membaca yang efektif karena penulis karya ilmiah harus membaca rujukan sebelum menulis. Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk berlatih mengintegrasikan hasil bacaan dengan gagasan sendiri untuk kemudian mengembangkannya menjadi pemikiran yang lebih mantang. Penulis akan lebih terampil dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta dan data secara jelas dan sistematis. Penulis yang dituntut berpikir secara objektif juga dasar dari berpikir ilmiah.

3. Struktur Karya Ilmiah Karya ilmiah terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penitup. Pendahuluan berisi latar belakang yang menggambarkan mengapa topik yang dibahas itu penting. Selain itu juga terdapat rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan metodologi penelitian. Bagian pembahasan adalah bagian yang paling besar dalam karya tulis ilmiah. Panjang atau pendeknya bagian pembahasan bergantung pada jenis kerya tulis ilmiah. Skripsi, dan tesis mungkin mencantumkan beberapa bab sedangkan artikel ilmiah hanya terdiri dari beberapa subtopik. Bagian pembahasan berisi paparan prises penelitian yang telah dilakukan dan membahas mengenai hasil penelitian tersebut. Dalam bagian pembahasan, teori digunakan untuk memperkuat argumentasi penulis. Bagi pembaca, bagian ini meropakan bagian yang terpenting untuk mengetahui secara terperinci proses gagasan yang ingin disampaikan. Bagian penutup adalah bagian terakhir dari karya ilmiah. Penutup dalam karya ilmiah berisi kesimpulan, harapan, rekomendasi, atau tindak lanjut mengenai permasalahan yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.

Sumber: Buku Bunga Rampai Kuliah Bahasa Indonesia

4. Sikap Penulis dalan Karya Ilmiah Karya ilmiah haruslah bersifat objektif. Penulis seharusnya menyajikan tulisan yang berdasarkan fakta dan data yang cukup kuat atau selalu mendukung argumentasi yang disampaikan oleh penulis. Teori dan bukti empiris juga diperlukan dalam penulisan karya ilmiah sebagai dasar dari argumentasi maupun pembuktian mengenai suatu argumen tertentu. Gaya bahasa yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah gaya bahasa impersonal yang ditandai dengan banyak penggunaan bentuk pasif dan tidak menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa resmi dan formal juga akan membantu penulis untuk bersikap netral sehingga penulis dapat menyajikan hal-hal yang diakui kebenarannya oleh orang banyak atau penulis terdahulu. Penulis tidak diperkenankan menggunakan perasaan (gaya bahasa personal) dalam karya tulis ilmiah karena hal itu dinilai subjektif. Penulisan yang baik tidak akan menulis hal-hal yang mampu memberi persepsi yang berbedabeda pada pembacanya namun menyajikan fakta yang memiliki satu kebenaran.

Sumber: Buku Bunga Rampai Kuliah Bahasa Indonesia

You might also like