You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami telah menyelesaikan paper mata kuliah Geometri Transformasi yang berjudul Pencerminan. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami temukan. Namun kami menyadari penyusunan ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, teman-teman dan Bapak Bawa selaku dosen mata kuliah Geometri Transformasi sehingga hambatan yang kami hadapi dapat teratasi. Dalam penulisan paper ini kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan paper ini. Dalam penyusunan paper ini kami berharap dapat memberi manfaat bagi kami sendiri maupun kepada pembacanya.

Denpasar, April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

PUTU IKA FARMANI (2009. V. I.0183) KADEK DWI FARMANI (2009. V. I.0182)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa definisi serta sifat-sifat pencerminan (refleksi) ? 2. Bagaimana pencerminan terhadap sumbu x dan sumbu y ? 3. Bagaimana pencerminan terhadap suatu garis? 4. Bagaimana pencerminan terhadap suatu titik asal?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi serta sifat-sifat pencerminan (refleksi). 2. Untuk mengetahui pencerminan terhadap sumbu x dan sumbu y. 3. Untuk mengetahui pencerminan terhadap suatu garis. 4. Untuk mengetahui pencerminan terhadap suatu titik asal.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Sifat-sifat Pencerminan A. Definisi Pencerminan Pencerminan dalam arti geometri dapat disebut juga dengan refleksi. Refleksi adalah menggambarkan pencerminan cermin suatu bangun. Pencerminan itu dapat diperoleh sebagai berikut : 1. Tentukan terlebih dahulu sumbu cerminnya atau sumbu simetri

2. Tarik garis tegak lurus pada sumbu cermin dari tiap-tiap sudut bangun (titik) yang hendak dibuat pencerminannya. 3. Jarak antara titik sudut bangunan dengan titik sudut pencerminannya harus sama terhadap sumbu simetri. Contoh : Buatlah pencerminan dari bangun berikut ini: Caranya: m

Gambar 2.1 m= sumbu cermin Garis putus-putus merupakan pencerminan dari bangun yang dimaksud. Pencerminan
y suatu bangun dalam bidang kartesius.

A A

D D

Bangun

adalah pencerminan bangun merupakan pencerminan

jika dicerminkan terhadap yang dicerminkan

sumbu y. Bangun

terhadap sumbu x. Pencerminan terhadap sumbu x disimbolkan dengan X. Bangun ABCD dicerminkan terhadap sumbu x ditulis X (ABCD).

Pencerminan terhadap sumbu y disimbolkan dengan Y. Jadi Y (ABCD) merupakan pencerminan bangun ABCD terhadap sumbu y.

Pada pencerminan diperlukan sebuah garis sebagai sumbu pencerminan. Pencerminan terhadap suatu sumbu merupakan transformasi berlawanan. B. Sifat-sifat Pencerminan Dalam transformasi geometri khususnya pencerminan terdapat beberapa sifat-sifat yang selalu ditemukan. Adapun sifat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jarak suatu titik terhadap cermin sama dengan jarak antara pencerminan dengan cermin. 2. Garis yang menghubungkan titik dengan pencerminannya selalu tegak lurus dengan cermin. 3. Setiap garis dan pencerminannya selalu sama panjang. 4. Setiap bangun dan pencerminannya selalu kongruen.

2.2 Pencerminan Terhadap Sumbu-x dan Sumbu y Pencerminan terhadap sumbu-x berarti suatu pecerminan yang menggunakan sumbux dalam diagram kartesius sebagai cermin. Pencerminan titik A(a,b) terhadap sumbu-x menghasilkan pencerminan titik B( ) dengan dan . Oleh karena itu

pencerminan terhadap sumbu- x dapat dirumuskan sebagai berikut :

y b o -b B(a,-b) A(a,b) x

Gambar 2.2

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan matriks transformasi untuk pencerminan terhadap sumbu-x adalah ( ), sehingga

( )

)( )

Pencerminan terhadap sumbu-y berarti suatu pecerminan yang menggunakan sumbuy dalam diagram kartesius sebagai cermin. Pencerminan titik A(a,b) terhadap sumbu-y menghasilkan pencerminan titik C( ) dengan dan . Oleh karena itu

pencerminan terhadap sumbu- y dapat dirumuskan sebagai berikut :


y C(-a,b) b

A(a,b) x

-a

Gambar 2.3

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan matriks transformasi untuk pencerminan terhadap sumbu-y adalah ( ), sehingga

( )

)( )

2.3 Pencerminan Terhadap Suatu Garis A. Pencerminan Terhadap Garis atau Sumbu 1. Pencerminan titik
p

Titik P merupakan pencerminan dari titik P Dikatakan titik P dicerminkan terhadap gari xy (sumbu xy) Ditulis terhadap xy P . Q
Q y

Disingkat

2. Pencerminan garis Garis merupakan pencerminan dari garis

Dikatakan PQ dicerminkan terhadap garis xy. Ditulis

B. Pencerminan Terhadap Garis y=x Pencerminan titik A(a,b) terhadap garis y=x menghasilkan bayangan D a b dengn a b dan b a

a b o

D(b,a) A(a,b) x

Gambar 2.4

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan matriks transformasi untuk pencerminan terhadap sumbu-y adalah ( ), sehingga

( ) C. Pencerminan Terhadap Garis y= -x

)( )

Pencerminan titik A(a,b) terhadap garis y=-x menghasilkan bayangan E a b dengn a -b dan b -a.
y

b o E(-b,-a) -a a

A(a,b) x

y =-x

Gambar 2.5

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan matriks transformasi untuk pencerminan terhadap sumbu-y adalah ( ), sehingga

( ) D. Pencerminan Terhadap Garis x=h

)( )

Pencerminan titik A(a,b) terhadap garis x=h menghasilkan bayangan G a b dengn a 2h-a dan b b.
y

x=h

b A(a,b) o a

G(2h-a,b) 2h-a x

Gambar 2.6

Jika ditulis dengan matriks transformasi sebagai berikut: ( ) E. Pencerminan Terhadap Garis y=k Pencerminan titik A(a,b) terhadap garis y=k menghasilkan bayangan H a b dengn a a dan b 2k-b.
y 2k-b H(a, 2k-b) y=k b o a A(a,b) x

)( )

Gambar 2.7

Jika ditulis dengan matriks transformasi sebagai berikut: ( ) ( )( ) ( )

F. Pencerminan Dua Kali Apabila suatu bangun dicerminkan terhadap sumbu AB kemudian dicerminkan lagi terhadap sumbu CD, dapat dikatakan bangun tersebut docerminkan dua kali atau dua pencerminan. Jika pencerminan terhadap AB = M1 dan pencerminan terhadap CD =

M2, maka dua pencerminan itu disimbolkan dengan: M2 o M1. Dibaca : M1 diteruskan dengan M2. Dua pencerminan dapat dilakukan dengan : a. Dua sumbu sejajar b. Dua sumbu yang saling tegak lurus c. Dua sumbu berpotongan. G. Pencerminan dengan Dua Sumbu Sejajar Contoh pencerminan dengan dua sumbu sejajar ditampilkan pada gambar berikut.
y F A F C F

(-1,2) -1 0 B

(1,2) 1 2 3 D 4

(5,2) 5

Gambar 2.3 AB sejajar CD di mana CD berada pada x = 3. F merupakan hasil pencerminan dari F sumbu AB. Sedangkan adalah hasil pencerminan terhadap sumbu CD. Titik ( -

1,2) menjadi titik (1,2) oleh pencerminan terhadap AB sehingga ditulis . Titik (1,2) menjadi titik (5,2) akibat pencerminan terhadap CD yang dapat ditulis Dengan cara pemetaan dapat ditulis sebagai berikut : atau dan

Jadi pencerminan berturut-turut terhadap sumbu-sumbu

Jarak antara AB dan CD = 3 serta arahnya merupakan arah AC (ke kanan). Apabila pencerminan terhadap AB disebut sebut M1 dan pencerminan CD disebut dengan M2, maka hasil M1 o M2 = (5,2). Simbol M1 o M2 berarti M1 diteruskan dengan M2. H. Pencerminan dengan Sumbu Saling Tegak Lurus
y

A(2,3) S

A(4,3) n

A (2,3)

A (4,3)

Gambar 2.4 Sumbu m tegak lurus pada sumbu n pada x = 3 dan n tegak lurus garis m pada y = 1. Bangun O berada pada posisi titik A (2,3). Jika bangun tersebut dicerminkan terhadap sumbu m diperoleh diperoleh n .
y

. Jika

dicerminkan terhadap sumbu n

(-3,2)

(3,-2)

Gambar 2.5 Pada gambar 2.5 tampak bahwa pencerminan dua kali berturut-turut pada sumbu yang saling tegak lurus sama dengan setengah putaran pada pusat S. Apabila pencerminan terhadap sumbu m = M1, pencerminan terhadap sumbu n = M2 , dan pemutaran setengah putaran terhadap S disebut H, maka

Pencerminan pada dua sumbu yang saling tegak lurus berlaku hukum komutatif sebagai berikut :

Bila dipergunakan kordinat , maka pencerminan terhadap sumbu x disebut X dan pencerminan terhadap sumbu y disebut Y. Sedangkan perputaran terhadap putaran O disebut dengan H.

2.4 Pencerminan Terhadap Titik Asal Pencerminan titik A(a,b) terhadap ttik asal menghasilkan bayangan F(a,b) dengan a=-a dan b=-b.
y

b o F (-b,-a) -a a

A(a,b) x

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan matriks transformasi untuk pencerminan terhadap sumbu-y adalah ( ), sehingga

( ) Soal-soal

)( )

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Refleksi adalah menggambarkan pencerminan cermin suatu bangun yang memiliki sifat yaitu jarak suatu titik terhadap cermin sama dengan jarak antara pencerminan dengan cermin, garis yang menghubungkan titik dengan pencerminannya selalu tegak lurus dengan cermin, setiap garis dan pencerminannya selalu sama panjang, dan setiap bangun dan pencerminannya selalu kongruen. Beberapa jenis pencerminan yaitu pencerminan terhadap suatu titik asal, pencerminan terhadap sumbu-x, pencerminan terhadap sumbu y, pencerminan terhadap garis y=x, pencerminan terhadap garis y=-x, dan pencerminan terhadap garis x = h dan y = k. Berikut merupakan beberapa matriks yang digunakan pada beberapa pencerminan. a. Untuk Refleksi A (x, y) terhadap sumbu X menghasilkan berikut: ( ) ( )( ) ( )( ) ) dengan matriks berikut : ( ) dengan matriks

b. Jika sumbu y sebagai cermin maka dihasilkan ( ) (

c. Jika garis y = k sebagai cermin maka dihasilkan ( ) ( )(

( )

) dengan matriks :

d. Jika garis y = x sebagai cermin maka dihasilkan ( ) (

) dengan matriks berikut :

)( ) ( ) dengan matriks berikut :

e. Jika garis y = -x sebagai cermin maka dihasilkan ( ) ( ( )(

)( ) ) dengan matriks berikut : )

f. Jika garis x = a sebagai cermin dihasilkan ( ) (

3.2 Saran Dalam pokok bahasan geometri khususnya pencerminan atau refleksi membutuhkan pemahaman siswa terlebih dahulu mengenai penggunaan diagram kartesius. Pada pokok bahasan pencerminan diagram kartesius merupakan media utama untuk menjelaskan sifat-sifat suatu pencerminan. Oleh sebab itu diharapkan pembelajaran awal mengenai tata letak koordinat pada diagram kartesius serta teknik pembelajaran yang tepat agar penyampaian materi pencerminan lebih mudah diterima oleh siswa. Adapun makalah ini diharapkan mampu menjadi masukan untuk pembuatan makalah serupa yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Tamrin. 2003. Rahasia Penerapan Rumus rumus Matematika SMU. Gitamedia Press: Surabaya. Negoro, S.T & B.Harahap. 1998. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia. Yohanes, S. 2008. Mahir Matematika SMP. Kendi Mas Media: Jakarta.

Tambahin bahannya yg kmaren dikasi ya,

You might also like