You are on page 1of 13

TUGAS AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

PAPER PERATURAN BPK NO 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BPK

Oleh : 1. Fatih Tya Kusumastuti (14/3C) 2. M. Mario (24/3C) 3. Noris Wahyu Pranata (27/3C) 4. Randy Matius Bintang (29/3C) 5. Samuel Aloysius S (33/3C) 6. Widyo Andrya Z (35/3C)

PERATURAN BPK NO 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BPK

A. DASAR PERTIMBANGAN HUKUM Berdasarkan BAB VI pasal 29 dan 30 Undang-Undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, disebutkan bahwa BPK Wajib menyusun kode etik yang berisi normanorma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK. Pada mulanya, kode etik Badan Pemeriksa Keuangan diatur dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK RI. Peraturan tersebut ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 2007 serta telah ditetapkan Kode Etik BPK sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Namun seiring perkembangan zaman, peraturan ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi. Dengan alasan tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan yang baru untuk menyempurnakan Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan. Peraturan BPK ini merupakan aturan hukum yang dikeluarkan oleh BPK yang mengikat secara umum dan dimuat dalam lembaran negara.

B. PENJELASAN UMUM 1. BADAN PEMERIKSAAN KEUANGN Badan Pemeriksa Keuangan merupakan satu-satunya lembaga negara yang bertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Anggota BPK adalah Pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh presiden. Berdasar UU No. 15 Tahun 2006 keanggotaan BPK terdiri dari 9 anggota yang memegang jabatan selama 5(lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan, keanggotaan tersebut antara lain, ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota, dan 7 anggota lain.

Badan Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan

2 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

tanggung jawab kleuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, undang-undang memberikan kebebasan dan kemandirian kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Kebebasan tersebut meliputi kebebasan untuk menyusun perencanaan dan kebebasan untuk melaksanakan dan melaporkan hasil pemeriksaan, sedangkan kemandirian mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.

2. KODE ETIK Kode Etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.

Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain : a. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. b. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan pemerintah. c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada profesinya. d. Penberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.

3 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

C. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KODE ETIK BPK Dalam rangka mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, BPK memerlukan nilai-nilai dasar yang meliputi Integritas, Independensi, dan Profesionalisme sebagai Kode Etik BPK yang berlaku bagi Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya. Kode Etik sebagai nilai-nilai dasar merupakan pedoman untuk diinternalisasikan dalam setiap pribadi pejabat/aparatur negara dan diimplementasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, selaku makhluk individu/anggota masyarakat, selaku warga negara, dan selaku

pejabat/aparatur negara yang harus dipahami, diamalkan, dan diwujudkan dalam sikap, perkataan, dan perbuatan untuk diarahkan kepada terciptanya pejabat/aparatur negara yang etis, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang bermutu bagi penyempurnaan tata kelola keuangan negara yang lebih baik dan sekaligus untuk memantapkan dan memelihara persatuan bangsa dan menjaga integritas nasional secara lestari.

Di dunia internasional, salah satu perkembangan dalam bidang auditor di lingkungan internasional adalah diterbitkannya Kode Etik Auditor Sektor Publik oleh INTOSAI, yaitu organisasi yang terdiri atas BPK seluruh dunia pada tahun 1998. Menurut INTOSAI, kode etik auditor merupakan pelengkap atau tambahan penting yang dapat memperkuat Standar Audit. Kode etik auditor tersebut adalah prinsip dasar atau nilai dasar yang menjadi acuan dalam melaksanakan audit. Setiap BPK suatu negara selaku lembaga pemeriksa eksternal pemerintah bertanggung jawab mengembangkan kode etik yang sesuai dengan budaya, sistem sosial, atau lingkungannya masing-masing. Selanjutnya BPK perlu memastikan bahwa segenap auditor secara mandiri mempelajari nilai-nilai dan prinsip yang dimuat dalam kode etik tersebut dan berperilaku sesuai dengan kode etik itu.

Penerapan di Indonesia terkait Kode Etik Auditor Sektor Publik secara umum telah diatur dalam UU No 15 Tahun 2006 tentang BPK. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, peraturan BPK No 2 Tahun 2011 ini merupakan pelaksanaan dari pasal 29 dan pasal 30 UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam undang-undang BPK disebutkan bahwa BPK wajib menyusun kode etik yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK. Kode etik harus memuat mekanisme penegakan kode

4 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

etik dan jenis sanksi. Dalam menegakkan kode etik dibentuk Majelis Kehormatan Kode Etik BPK yang keanggotaannya terdiri dari Anggota BPK serta unsure profesi dan akademisi.

Kode Etik bukan bersifat normatif, tetapi merupakan nilai-nilai dasar. Dalam pelaksanaan keputusannya, dapat dilihat apakah perbuatan tersebut termasuk kepada pelanggaran atau tidak, namun tidak terbatas pada kewajiban dan larangan yang tercantum dalam peraturan ini. Adapun yang menjadi sasaran dalam menerapkan nilai-nilai dasar:
1.

Menumbuhkembangkan nilai-nilai moral dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila, agama, etika, dan peraturan perundang-undangan serta hasil pemeriksaan yang sesuai dengan standar dan pedoman pemeriksaan.

2.

Memperbaiki persepsi, pola pikir, dan, perilaku yang menyimpang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, dan sekaligus untuk mempercepat pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

3.

Meningkatkan keahlian dan keterampilan melalui forum-forum profesional, agar lebih peka, kreatif, dan dinamis untuk memperbaiki kinerja secara berkesinambungan.

4.

Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan hasil pemeriksaan BPK.

Kode etik merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah profesi. Oleh karena itu, untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana yang tertulis dalam UU BPK, kode etik BPK disusun kembali dalam Peraturan BPK No 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik BPK yang merupakan penyempurnaan dari peraturan kode etik sebelumnya.

D. GAMBARAN UMUM DARI PERATURAN Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan No 2 Tahun 2011 ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 7 Oktober 2011 di Jakarta. Peraturan ini merupakan penyempurnaan dari Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No 2 Tahun 2002 tentang Kode Etik BPK RI. Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan No 2 Tahun 2011 terdiri dari 7 Bab 17 pasal. Ketujuh bab tersebut antara lain : 1. Bab I : Ketentuan Umum 2. Bab II : Tujuan dan Ruang Lingkup 3. Bab III : Kode Etik 4. Bab IV : Implementasi Kode Etik

5 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

5. Bab V : Hukuman Kode Etik 6. Bab VI : Ketentuan peralihan 7. Bab VII : Ketentuan Penutup

E. PENJELASAN ISI PERATURAN 1. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KODE ETIK Bab II pasal 2 dan 3 dalam Peraturan BPK ini mengatur tentang tujuan dan ruang lingkup Kode etik BPK. Kode Etik BPK bertujuan untuk memberikan pedoman yang wajib ditaati oleh Anggota BKP, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK lainnya untuk mewujudkan BPK yang berintegritas, independen, dan profesional demi kepentingan negara. Integritas, independensi, dan

profesional merupakan prinsip-prinsip dari pelayanan publik. Integritas yang dimaksud adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, dimilikinya sifat yang jujur, upaya keras yang diimbangi dengan kompetensi yang memadai. Sedangkan independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun dalam pengambilan keputusan. Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, BPK harus memegang teguh ketiga prinsip utama ini.

Ruang lingkup kode etik BPK berlaku bagi Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya. Berkaitan dengan ruang lingkup ini, yang dimaksudkan dengan pemeriksa adalah orang yang melakukan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Sedangkan Pelaksana BPK Lainnya adalah pejabat struktural pada Unit Pelaksana Tugas Pemeriksaan dan BPK Perwakilam Provinsi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta pejabat dan/atau pegawai lainnya sesuai surat tugas yang sah untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara. Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya dijelaskan dalam pasal 1 tentang ketentuan umum sebagai hal yang berbeda karena ketiganya memiliki definisi, tugas, dan wewenang yang berbeda, namun dalam menjalankan tugas dan wewenangnya ketiga subjek hukum tersebut harus taat pada aturan kode etik dalam peraturan ini.

Pasal 4 dan 5, bab III mengatur tentang kode etik secara umum. Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa Kode Etik bukan bersifat normatif, tetapi merupakan nilainilai dasar. Nilai Dasar merupakan kristalisasi moral yang Primus Inter Pares dan melekat pada

6 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

diri manusia serta menjadi patokan dan ideal (cita-cita) dalam kehidupan sehari-hari. Pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa, Nilai dasar kode etik BPK terdiri dari integritas, independensi, dan profesionalisme. Dengan adanya aturan kode etik ini, diharapkan dapat membentuk karakter yang sesuai dengan nilai nilai dasar tersebut. Kode Etik harus diwujudkan dalam sikap, ucapan, dan perbuatan Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara/Pejabat Negara dalam melaksanakan pemeriksaan dan dalam kehidupan sehari-hari, baik selaku Individu dan Anggota Masyarakat, maupun selaku Warga Negara. Dengan mengacu pada kode etik tersebut, perilaku auditor dalam setiap situasi atau keadaan hendaklah merupakan perilaku yang tidak tercela karena apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor maupun perilaku yang tidak benar dalam kehidupan pribadinya, maka hal tersebut akan menempatkan integritas auditor, kualitas, dan validitas tugas pemeriksaannya pada situasi yang tidak menguntungkan dan dapat menimbulkan keraguan terhadap keandalan serta kompetensi lembaga pemeriksa tersebut.

2.

IMPLEMENTASI KODE ETIK Kode etik dan perilaku pada dasarnya merupakan penjabaran dari nilai-nilai atau

prinsip prinsip etika yang telah diadopsi ke dalam bentuk kewajiban dan larangan, sesuai dengan kebutuhan atau kekhususan lingkungan dan tuntutan tugas Pegawai Badan Pemeriksa Keuangan. Kode etik atau aturan perilaku diperlukan dalam menyediakan panduan mengenaiperilaku spesifik yang diharapkan dan dilarang dari setiap aparatur pelayanan publik. Untuk menyediakan panduan yang jelas, suatu kode etik atau aturan perilaku meliputi: 1. prinsip prinsip umum 2. kewajiban dan larangan (standar perilaku) 3. ketentuan mengenai disiplin Kode etik BPK dijadikan pedoman perilaku oleh anggota BPK, Pemeriksa, Pelaksana BPK Lainnya baik dalam peran sebagai individu dan anggota masyarakat, sebagai warga negara, sebagai pejabat negara, maupun sebagai aparatur negara. Dalam peraturan ini diatur secara khusus kode etik BPK secara terinci untuk masing-masing peran tersebut. 1. Dalam hal implementasinya selaku individu dan anggota masyarakat, Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya mempunyai kewajiban dan larangan yang sudah diatur pada saat melaksanakan tugasnya, sebagai berikut:

7 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

Kewajiban: a. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia b. Menghormati perbedaan dan menjaga kerukunan hidup bermasyarakat c. Bersikap jujur dan bertingkah laku sopan d. Menjunjung tinggi nilai moral yang berlaku dalam masyarakat

Larangan: a. Menunjukkan keberpihakan dan dukungan kepada kegiatan-kegiatan politik praktis b. Memaksakan kehendak pribadi kepada orang lain dan/atau masyarakat c. Melakukan kegiatan baik secara sendiri-sendiri maupun dengan orang lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara d. Melakukan kegiatan yang dapat menguntungkan kelompoknya dengan memanfaatkan status dan kedudukannya baik langsung maupun tidak langsung.

2. dalam implementasinya selaku warga negara, Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya mempunyai kewajiban dan larangan yang harus dan selalu ditegakkan, sebagai berikut : Kewajiban: a. Mempertahankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia b. Mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku c. Menjaga nama baik, citra, dan kehormatan bangsa dan negara Larangan: a. Menjadi anggota organisasi yang dinyatakan dilarang secara sah di wilayah republik Indonesia dan organisasi lain yang menimbulkan keresahan masyarakat b. Menjadi perantara dalam pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan pemerintah.

3. dalam implementasinya selaku Pejabat Negara, Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya mempunyai kewajiban dan larangan yang harus dan selalu ditegakkan, sebagai berikut :

8 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

4. dalam implementasinya selaku Aparatur negara, Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya mempunyai kewajiban dan larangan yang harus dan selalu ditegakkan, sebagai berikut

3.

HUKUMAN KODE ETIK Dalam peraturan ini diatur pula mengenai jenis hukuman kode etik dan sanksi atas

pelanggaran kode etik. Hukuman kode etik yang diatur dalam bab V terdiri dari beberapa bagian, antara lain tingkat dan jenis hukuman, jenis pelanggaran dan jenis hukuman bagi anggota BPK, jenis pelanggaran dan jenis hukuman bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya.

A. Jenis Hukuman bagi Anggota BPK :


Peringatan tertulis Jika Anggota BPK melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana yang diatur kode etik dalam peran sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan pejabat negara (pasal 6,7, dan 8) yang berdampak negatif terhadap organisasi BPK, maka dijatuhi hukuman peringatan tertulis. Pemberhentian dari anggota BPK Jika Anggota BPK melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana yang diatur kode etik dalam peran sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan pejabat negara (pasal 6,7, dan 8) yang berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara, maka dijatuhi hukuman pemberhentian dari keanggotaan BPK. Kedua hukuman tersebut di atas ditetapkan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik dan disahkan melalui Sidang Pleno BPK.

B. Tingkat dan Jenis Hukuman bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK lainnya
Hukuman Ringan Berupa teguran tertulis dan dicatat dalam Daftar induk Pegawai (DIP).

Hukuman Sedang 1. Penangguhan kenaikan peran Pemeriksa dan tidak melaksanakan pemeriksaan paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.

9 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

2. Penurunan peran Pemeriksa dan tidak melaksanakan pemeriksaan paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima tahun). 3. Diberhentikan sementara sebagai peran pemeriksa paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun. Hukuman Berat 1. Diberhentikan sementara sebagai Pemeriksa paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun. 2. Diberhentikan sebagai pemeriksa.

Hukuman tambahan bagi Anggota BPK maupun bagi Pemeriksa atau Pelaksana BPK lainnya berupa pengembalian uang dan/atau barang dan fasilitas lainnya apabila diperoleh secara tidak sah atau dapat pula dilakukan dengan cara pengurangan penghasilan yang diterima. Dalam menentukan jenis hukuman terhadap anggota BPK dan Pemeriksa atau Pelaksana BPK lainnya harus dilakukan penelitian terlebih dahulu dan semua data dan informasi yang diperoleh selama penelitian digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat hukuman.

C. Jenis Pelanggaran dan Jenis Hukuman Bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya
1. Jika Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya melakukan pelanggaranterhadap kewajiban dan larangan sebagaimana yang diatur dalam kode etik peran sebagai warga negara, pejabat negara, dan aparatur negara(Pasal 6,Pasal 7, dan Pasal 9) yang berdampak negatif pada unit kerja, maka dijatuhihukuman ringan berupa teguran tertulis. 2. Jika Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya melakukan pelanggaranterhadap

kewajiban dan larangan sebagaimana yang diatur dalam kode etik peran sebagai warga negara, pejabat negara, dan aparatur negara(Pasal 6,Pasal 7, dan Pasal 9) yang berdampak negatif pada organisasi BPK, makadijatuhi hukuman sedang. 3. Jika Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya melakukan pelanggaranterhadap

kewajiban dan larangan sebagaimana yang diatur dalam kode etik peran sebagai warga negara, pejabat negara, dan aparatur negara(Pasal 6,Pasal 7, dan Pasal 9) yang berdampak negatif pada pemerintah dan/ataunegara, maka dijatuhi hukuman berat. Hukuman atas pelanggaran Kode Etik bagi Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya tidak membebaskan dari tuntutan atas pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

10 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

D. Majelis Kehormatan Kode etik


Untuk menegakkan Kode Etik, BPK membentuk Majelis Kehormatan Kode Etik yang pengaturan dan penetapannya sebagai berikut: 1. Peraturan BPK tentang Majelis Kehormatan Kode Etik yang mengaturmengenai keanggotaan, tugas, wewenang, dan tata carapersidangan/pemeriksaan

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 30 ayat(3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; dan 2. Keputusan BPK tentang Majelis Kehormatan Kode Etik yang merupakanpenetapan Anggota Majelis Kehormatan Kode Etik. Penjelasan lebih rinci terkait Majelis Kehormatan Kode Etik diatur dalam Peraturan BPK No 2 Tahun 2007 tentang Kode etik Pasal 9, 10 dan pasal 11. Majelis Kehormatan merupakan alat kelengkapan BPK yang dalam menjalankan tugasnya bersifat independen. Majelis Kehormatan berkedudukan di kantor Pusat BPK. Anggota Majelis Kehormatan berjumlah lima orang, yang terdiri dari tiga orangAnggota BPK, satu orang dari unsur profesi, dan satu orang dari unsur akademisi. Keanggotaan Majelis Kehormatan yang berasal dari Anggota BPK dapat dijabat secara bergantian dengan jangka waktu tertentu. Keanggotaan Majelis Kehormatan yang berasal dari unsur profesi dan akademisi dijabat selama tiga tahun. Untuk dapat dipilih sebagai Anggota Majelis Kehormatan, calon yang berasal dari unsur profesi dan akademisi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. warga negara Indonesia. b. tidak menjadi anggota partai politik. c. memiliki reputasi dan kredibilitas yang diakui oleh masyarakat. d. memiliki kompetensi di bidang profesi atau akademis. e. memiliki integritas dan independensi yang diperlukan untuk menegakkan kodeetik BPK. f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. g. sehat jasmani dan rohani. h. sekurang-kurangnya berusia 35 (tiga puluh lima) tahun

11 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

4.

KETENTUAN PERALIHAN Pengaduan indikasi pelanggaran Kode Etik yang diterima sebelum Peraturan ini

ditetapkan dan belum diproses, penyelesaiannya berdasarkan peraturan ini. Pengaduan indikasi pelanggaran Kode Etik yang terjadi sebelum Peraturanini ditetapkan dan sedang dalam proses oleh Majelis Kehormatan Kode Etik,penyelesaiannya berdasarkan Peraturan BPK No. 2 Tahun 2007 tentangKode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Penjelasan (Sumber : Peraturan BPK No.2 Th.2007) TATA CARA PERSIDANGAN Bagian Pertama Pengaduan Pasal 21 (1) Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau merasa dirugikan, yaitu: a. pejabat/pegawai dari entitas yang diperiksa. b. teman sejawat sesama pemeriksa. (2) Pengaduan yang diterima terbatas pada dugaan pelanggaran atas kode etik. (3) Pengaduan wajib disampaikan secara tertulis serta dilengkapi dengan alat bukti dan identitas pengadu yang jelas.

Pasal 22 (1) Pengaduan yang diterima dicatat oleh Panitera dalam buku register pengaduan. (2) Panitera menyampaikan pengaduan kepada Majelis Kehormatan selambatlambatnya lima hari kerja sejak pengaduan diterima.

Pasal 23 (1) Majelis Kehormatan menetapkan waktu sidang Majelis Kehormatan danmemberitahukan kepada Panitera. (2) Panitera menyampaikan surat panggilan kepada pengadu serta Anggota BPK atau Pemeriksa yang diadukan untuk mengikuti persidangan yang sudah ditetapkan. (3) Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya tiga hari kerja sebelum sidang Majelis Kehormatan dilaksanakan.

12 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

5.

KETENTUAN PENUTUP Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan BPK No.2 Tahun 2007 tentang Kode

Etik Badan Pemeriksa Keuangan RI, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan BPK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, meperintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

13 Peraturan BPK no 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

You might also like