You are on page 1of 25

Perkembangan Kognitif | i

Kata Pengantar

Pertama sekali kami ingin menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana dengan rahmat dan hidayah-Nya telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik yang mana merupakan tugas dari mata kuliah Psikologi Perkembangan II semester 3, tahun ajaran 2011/2012.

Tujuan utama dari pembuatan kertas kerja ini adalah untuk menjelaskan secara gamblang kepada pembaca tentang Perkembangan Kognitif. Alasan dibalik pemilihan judul tersebut ialah agar pembaca mendapatkan pemahaman yang jelas tentang perubahan-perubahan kognitif apa saja yang terjadi dalam masa perkembangan seorang anak.

Namun begitu, kami menyadari bahwasanya kertas kerja ini masih jauh dari sempurna. Kami mengakui keterbatasan dan ketidakmapuan kami, dan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan kertas kerja ini.

Akhir sekali, kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan kerjasama sepenuhnya dalam penyusunan kertas kerja ini, serta gagasan dan koreksi yang sangat membantu. Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang seikhlas-ikhlasnya kepada Ibuk Afisah Wardah Lubis, S.Psi, M.Si, sebagai dosen pembimbing dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan II.

Penulis, 12 Desember, 2011

Perkembangan Kognitif |1

BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anak tidak berpikir seperti orang dewasa. Pada tahun pertama kehidupan bayi, jika suatu benda yang awalnya dilihat bayi tiba-tiba menjadi tidak terlihat (tertutup sesuatu), maka ia tidak akan memikirkannya. Kemudian ketika sudah mencapai usia empat tahun dia bisa melakukan protes karena saudaranya memiliki jus buah yang lebih banyak hanya karena ada perbedaan bentuk gelas, bukan perbedaan jumlah jusnya. Pada umur lapan tahunan, ia akan sudah dapat menyusun dan mengelompokkan mainanmainannya menurut jenisnya, dan begitu seterusnya. Bagaimana dan mengapa cara berpikir anak berubah? Apakah kemampuan kognitif mereka muncul begitu saja secara alami tanpa ada hubungannya dengan kejadian-kejadian lain dalam kehidupan mereka? Ataukah perkembangan kognitif itu terjadi karena anak senantiasa mencoba memahami segala sesuatu dengan mengolah informasi-informasi kecil yang diterimanya dan berusaha menyelaesaikan masalah? Pada tahun 1920-an, psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) mengajukan teori tentang perkembangan kognitif. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemataskema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Menurut Piaget, sejalan dengan perkembangan fisik anak, pemikiran anak secara konstan beradaptasi dalam situasisituasi dan pengalaman baru. Tetapi tidak ada apapun yang dapat mempercepat perubahan kualitatif yang terjadi saat anak melalui tiap tahapan kognitif. Sebaliknya, psikolog Rusia yang bernama Lev Vygotsky (1896-1934), menekankan pengaruh sosial budaya dalam perkembangan kognitif anak. Vygotsky percaya bahwa anak menciptakan representasi mental tentang dunia melalui budaya dn bahasa, dan orang dewasa berperan penting dalam perkembangan anak dengan cara terus-menerus membimbing dan mengajarkan sesuatu.

Perkembangan Kognitif |2

1.2 Perumusan Masalah dan Pembahasan masalah Supaya pembahasan makalah ini tidak teralu luas, maka penulis memberi batasan masalah dengan rumusan sebagai berikut: 1. Menjelaskan Definisi Perkembangan Kognitif. 2. Menjelaskan Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget. 3. Menjelaskan Teori Perkembangan Kognitif dari Vygotsky.

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2. Membandingkan Teori dari Piaget dan Teori dari Vygotsky. 3. Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif. 4. Menjelaskan Proses Perkembangan Kognitif.

Perkembangan Kognitif |3

BAB 2: PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif Istilah Cognitive berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian atau mengerti. Pengertian yang luas mengenai cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak, ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli psikologi aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis. Kognisi manusia ditinjau dari sudut pandang perkembangan, adalah hasil dari rangkaian tahap-tahap perkembangan yang dimulai sejak tahun-tahun awal permulaan

pertumbuhan pada tahap awal. Persepsi, memori, bahasa dan proses berpikir kita dikendalikan oleh struktur genetik dasar yang kita warisi dan perubahan yang kita alami sebagai tanggapan terhadap permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial. Intinya, kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat proses-proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu; keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan pendidikannya; serta sebagai akibat interaksi antara perubahan fisik individu dengan lingkungannya.

Perkembangan Kognitif |4

Perhatian terhadap perkembangan kognitif sepanjang rentang kehidupan individu, pertama kali dirintis oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss dan teori yang dikembangkan oleh Lev S.Vygotski dari Rusia. Sementara Piaget telah banyak diketahui, masih sedikit yang mengetahui tentang kehidupan dari teori Vygotsky.

Teori Piaget memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.1

Disamping itu, teori Vygotsky lebih menekankan pada pengaruh sosial budaya dalam perkembangan kognitif anak. Vygotsky percaya bahwa anak menciptakan representase mental tentang dunia melalui budaya dan bahasa, dan orang dewasa berperan penting dalam perkembangan anak dengan cara terus-menerus membimbing dan mengajarkan sesuatu. Saat anak telah memiliki kemampuan berbahasa dan menginternalisasi aturan dari bahasa, mereka mulai menggunakan private speech, berbicara dengan diri sendiri untuk mengarahkan prilaku mereka sendiri.2

Bagaimanapun, Vygotsky tidak sependapat dengan pandangan Piaget bahwa anak melalui tahapan-tahapan yang tetap (fixed stages). Saat anak telah menguasai bahasa, menurut Vygotsky, perkembangan kognitif mereka dapat berlanjut ke berbagai arah, tergantung apa yang diajarkan oleh orang dewasa kepada mereka, dan lingkungan tempat mereka tinggal.
1 2

Solso, Maclin & Maclin (2007). Psikologi Kognitif, hal.364. Wade & Travis (2008). Psikologi edisi ke-9, hal.250.

Perkembangan Kognitif |5

2.2 Perbandingan Teori-teori Perkembangan Kognitif Teori Piaget, diambil dari buku: Psychology of the Child and the Adolescent 4th Edition (Robert I. Watson & Hendry Clay Lingdren; 1979):

Kognisi telah lama digunakan oleh para psikolog untuk menjelaskan aspek-aspek perilaku yang terkait dengan mengetahui (knowing)- yaitu, memersepsi, membayangkan, penalaran, berpikir, dan menilai. Secara tradisional ini kontras dengan aspek affective3 atau emosional perilaku dan dengan conation4, sebuah istilah yang sedikit digunakan saat ini dan kira-kira setara dengan motivasi.

Interaksi Antara Bayi dan Lingkungan Perkembangan fisik bayi, terutama perkembangan sensorimotor-nya, terkait erat dengan perkembangan kognitif-nya. Dalam istilah Piagietian, melalui interaksi langsungnya dengan lingkungan, bayi bisa mengembangkan skema yang memungkinkannya untuk mendapatkan pemahaman tentang objek dan peristiwa yang membentuk realitas fisik. Kemampuan bayi untuk fokus dan menggerakkan kedua-dua matanya-dapat mengikuti obyek yang bergerak dengan pandangannya-memungkinkan bagi bayi untuk melihat titik di mana objek telah menghilang. Beberapa minggu kemudian ia akan mampu menjelajahi dengan matanya sebagian objek yang tersembunyi. Pada saat dia berumur sekitar setengah tahun, matanya akan kembali ke titik awal, jika benda yang bergerak perlahan menghilang. Setelah beberapa minggunya lagi, dia mampu bergerak dengan merangkak, bahkan mungkin menemukan sebuah mainan yang tersembunyi di bawah perabotan. Setiap skema ini didasarkan pada skema yang dibangun sebelumnya, yang mana sebagiannya disebabkan oleh perkembangan motorik. Piaget menganggap proses-proses kognitif sebagai sesuatu yang dinyatakan dalam pemikiran dan kecerdasan, yang dia anggap menjadi aspek dari pusat yang sama dengan proses kognitif. Ia juga mendefinisikan persepsi sebagai subordinat untuk intelijensi sebagai sarana adaptasi individu atau penyesuaian terhadap lingkungan (Flavell, 1963). Fungsi intelektual dipandang oleh Piaget sebagai sebuah aspek dari interaksi adaptif anak

3 4

Afeksi= perasaan Konasi= kehendak

Perkembangan Kognitif |6

dan lingkungan. Adaptasi ini dinyatakan dalam dua fungsi komplementeri; asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1957). Asimilasi terjadi ketika organisme menggunakan beberapa obyek di lingkungan dalam aktivitasnya. Hal ini terjadi ketika perilaku baru ditarik ke dalam sekumpulan perilaku lama dan menjadi bagian dari organisasi batin bayi. Misalnya, ketika sesuatu yang baru dirasa menyerupai yang lama (obyek yang sudah dikenal), maka obyek baru tersebut akan digunakan seperti obyek lama. Akomodasi, di sisi lain, terjadi ketika perbendaharaan lama disesuaikan untuk memperkirakan obyek baru yang dialami. Oleh karena itu, kegiatan baru ditambahkan ke perbendaharaan bayi dan kegiatan lama dimodifikasi sejauh itu. Asimilasi adalah sesuatu yang mencakup apa yang dalam istilah lama akrab kita sebut dengan generalisasi dan diskriminasi, sedangkan akomodasi meliputi diferensiasi, atau belajar dari tanggapan baru. Proses adaptasional ini, merangkul asimilasi dan akomodasi sebagai fungsinya, akan tetap sejalan dengan pertumbuhan usia anak. Dalam setiap organisme- pertukaran lingkungan- asimilasi dan akomodasi selalu terjadi bersamasama, meskipun salah satu mungkin pada beberapa waktu memainkan peran yang lebih dominan daripada yang lain. Teori kecerdasan Piaget, adalah teori yang menekankan terutama mengenai teori struktur atau skema. Istilah skema, jika digunakan dalam pengertian ini mengacu pada jaringan dinamis dari hubungan yang dikonseptualisasikan antara tindakan dan benda, ke mana anak akan mengintegrasikan interaksinya yang terus-menerus dengan

lingkungannya dengan cara tidak mengubah fungsi kecerdasannya. Skema merujuk kepada suatu proses yang semakin tersusun, menyusun kembali dan kemudian berubah sesuai penggunaan, sedangkan intelijen tetap konstan. Saat lahir struktur yang hanya tersedia untuk bayi adalah respon-respon sensorimotorik yang kita sebutkan pada bab sebelumnya. Pada tahap perkembangan ini, tindakan bayi belum terinternalisasi dalam bentuk pikiran (Piaget, 1957). Seperti fungsi-fungsi bayi pada tingkat ini, ia mengasimilasikan realitas dari lingkungannya dengan cara yang benarbenar sesuai/setingkat dengan kemampuan pemecahan masalah dari subhuman animalhewan manusiawi /manusia tingkat rendah (Piaget, 1952). Dia melatih kapasitas motorsensoris ini dan meraba-raba tentang lingkungannya, misalnya, memperlihatkan respon menghisap terhadap hampir semua rangsangan pada bibir.

Perkembangan Kognitif |7

Konsep Obyek Realitas adalah sesuatu yang belum jadi entitas5; hanya ada elemen-elemen fungsional; sesuatu yang harus disedot, harus ditangani, atau dipindahkan. Obyek belum ada sebagai obyek. "Tak terlihat, tak terpikir" mungkin bisa dikatakan untuk menandai pandangan dari bayi. Dia tidak memperoleh "konsep obyek" dan bersikap seolah-olah benda-benda yang telah menghilang dari pandangan tidak lagi ada (Flavell, 1963). Sebagai contoh, Piaget mengatakan kepada kita bahwa bayi dari usia lima sampai delapan bulan, yang sudah cukup besar untuk merebut benda padat, akan kehilangan minat dan berpaling jika kain dilemparkan di atas obyek sebelum tangannya mencapai obyek itu. Pada usia yang sedikit lebih besar ia mampu mencari obyek di belakang layar, dengan begitu menunjukkan permulaan dari gagasan atau pikirannya akan ketetapan eksterior yang nyata dari suatu obyek. Namun ia masih berfungsi pada tingkat yang lebih primitif. Seorang bayi di tingkat yang sedang kita bicarakan, telah diberikan pengalaman mengambil obyek yang dia lihat ditempatkan dibagian bawah kiri dua bantal (bantal sebelah kiri). Pada kesempatan berikutnya, dia mencari obyek di mana dia telah menemukan obyek tersebut sebelumnya-yaitu dibawah bantal sebelah kiri- meskipun fakta bahwa si penguji, di depan matanya, telah menempatkan obyek di bawah bantal yang disebelah kanan. Seperti yang dinyatakan Piaget, ini seperti, aksinya dalam mencapai bagian bawah bantal sebelah kiri diputuskan oleh keberhasilan dari tindakan dimana dia telah menemukan obyek sebelumnya, dan bukan oleh realitas eksternal penempatan di bawah bantal di sebelah kanan pada kesempatan yang baru ini. Bayi menyadari bahwa obyek adalah stabil, terlepas dari dirinya sendiri; bahwa mereka memiliki bentuk yang tetap sama meskipun saat ia mengubah tampilan visualnya menjadi bervariasi; bahwa obyek mempertahankan identitasnya meskipun dia bervariasi dalam bentuk ukuran menurut penglihatan ketika mereka mendekat atau menjauh; dan mungkin menurutnya, yang paling mengejutkan dari semuanya, bahwa obyek tetap ada meskipun telah keluar dari pandangan. Di atas semua itu, bayi belajar tentang sebab dan akibat. Proses seumur hidup ini dimulai selama tahun pertama kehidupannya.

Entities = sesuatu yang benar-benar ada

Perkembangan Kognitif |8

Dorongan dan tarikan bayi membuat mainan-mainan bergerak, berderak-derak dan berdecit. Pada awalnya dia tidak menyadari bahwa perlu baginya untuk menyentuh mainan tersebut untuk menyebabkan efek ini. Dia mencoba "sulap" dengan melambaikan tangannya pada mainan tersebut dari kejauhan. Dibutuhkan beberapa minggu atau bulan sebelum ia menyadari bahwa untuk membuat objek bergerak dia harus menyentuhnya.

Teori Piaget, diambil dari buku: Introduction to Psychology 8th Edition (Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson & Ernest R. Hilgard, 1981):

Pengembangan Kognitif Sebagai orang dewasa, kita mengetahui banyak aspek-aspek di dunia ini dengan begitu saja- tanpa harus menggunakan proses berpikir yang mendalam. Kita tahu, misalnya, bahwa tangan kita adalah bagian dari tubuh kita dan bahwa meja itu tidak bertumpu. Kita mengakui/mengenal topi kita sebagai objek yang sama, apakah topi itu tergeletak di atas meja atau di rak lemari. Kita tahu bahwa jika kita meninggalkan rumah untuk berjalan di seberang jalan, kita harus berbalik untuk pulang. Kita tahu bahwa bola timah lebih berat dari bola plastik, dan kita akan langsung menyesuaikan otot-otot kita sesuai dengan bola yang kita ambil ketika kita mengambil salah satu bola tersebut. Tapi fakta-fakta ini, yang langsung diketahui oleh orang dewasa, adalah hal yang harus dipelajari bagi bayi. Dari pertemuan mereka dengan benda-benda dan orang-orang, anakanak belajar untuk memahami dunia mereka. Mereka melanjutkan dengan kecepatan yang luar biasa dari pengetahuan dasar yang diperoleh dengan memanipulasi objek ke jenis karakteristik pemikiran abstrak orang dewasa. Meskipun kebanyakan orangtua menyadari perubahan intelektual yang menyertai pertumbuhan fisik anak-anak mereka, mereka akan mengalami kesulitan menggambarkan bentuk dari perubahan ini. Psikolog Swiss Jean Piaget (1869-1980) membuat studi yang paling intensif dalam perkembangan kognitif anak-anak. Setelah bertahun-tahun menjalani pengamatan yang cermat, Piaget mengembangkan teori tentang bagaimana kemampuan anak untuk berpikir dan alasan tentang kemajuan dunia mereka melalui serangkaian tahap yang berbeda sejalan dengan pertumbuhannya.

Perkembangan Kognitif |9

Tahap sensorimotor Memperhatikan interaksi antara aktivitas motorik dan persepsi pada bayi, Piaget menunjuk dua tahun pertama sebagai tahap sensorimotor. Selama periode ini, bayi sedang sibuk menemukan hubungan antara aksi mereka dan konsekuensi dari tindakan tersebut. Mereka belajar, misalnya, seberapa jauh mereka harus mencapai untuk mendapat suatu objek, apa yang terjadi ketika mereka mendorong hidangan makanan mereka di tepi meja, dan bahwa tangan mereka adalah bagian dari tubuh mereka sedangkan kereta api mainan bukanlah bagian dari tubuh. Melalui "percobaan" yang tak terhitung jumlahnya, bayi mulai mengembangkan konsep diri mereka sebagai bagian yang terpisah dari dunia luar. Penemuan penting selama tahap ini adalah konsep keabadian obyek (object permanence): suatu kesadaran bahwa obyek terus ada bahkan ketika obyek itu tidak dapat terdeteksi oleh panca indra. Jika kain diletakkan di atas mainan yang akan digapai oleh bayi usia 8-bulan, bayi tersebut akan segera berhenti menggapai mainan itu dan tampak seperti kehilangan minat. Bayi tampak tidak terkejut atau marah, tidak berusaha untuk mencari mainan, dan bertindak seolah-olah mainan itu sudah tidak ada. Sebaliknya, bayi usia 10-bulan secara aktif akan mencari sebuah benda yang telah tersembunyi di bawah kain atau di belakang layar. Bayi yang lebih tua tampaknya menyadari bahwa obyek itu tetap ada meskipun telah keluar dari pandangannya. Dia telah mencapai konsep obyek permanen. Tetapi bahkan pada usia ini, pencariannya terbatas. Jika bayi telah berhasil berulang kali dalam mengambil mainan yang tersembunyi di satu tempat, ia akan terus mencarinya di tempat itu bahkan setelah melihat orang dewasa menyembunyikannya di lokasi yang baru. Bayi mengulangi tindakan yang membuatnya berhasil menemukan mainan sebelumnya, daripada mencari mainan itu di mana ia melihatnya terakhir kali. Belum sampai usia 1 tahun, anak akan mulai secara konsisten mencari objek dimana ia terakhir terlihat menghilang terlepas dari apa yang telah terjadi pada uji coba sebelumnya.

Tahap praoperasional Sekitar usia 1 - 2 tahun, anak-anak telah mulai menggunakan bahasa. Kata-kata, sebagai simbol, dapat mewakili berbagai hal atau sekelompok benda. Dan satu objek dapat

Perkembangan Kognitif |10

mewakili (melambangkan) obyek yang lain. Jadi, dalam bermain anak usia 3 tahun dapat memperlakukan sebuah tongkat seolah-olah itu adalah seekor kuda dan menungganginya mengelilingi ruangan, sebuah balok kayu dapat menjadi mobil, satu boneka dapat menjadi seorang ibu dan boneka lainnya menjadi seorang bayi. Meskipun bayi usia 3 dan 4-tahun dapat berpikir secara simbolis, kata-kata dan gambaran-gambaran mereka belumlah terorganisir dalam cara yang sangat logis. Piaget menyebut usia 2 ke 7-tahun sebagai tahap dari perkembangan kognitif praoperasional, karena anak belum memahami aturan-aturan tertentu atau operasi. Suatu operasi adalah rutinitas mental untuk mengubah urutan informasi, dan juga membalikkannya; setiap operasi memiliki logis yang berlawanan. Memotong sebuah kue pie berbentuk lingkaran menjadi empat irisan yang sama besar merupakan operasi, karena kita dapat membalikkan prosedur dan meletakkan potongan-potongan itu kembali ke bentuk awalnya menjadi lingkaran yang utuh. Aturan bahwa kita mengkuadratkan angka 3 untuk mendapatkan 9 adalah operasi karena kita dapat membalikkan operasi dan mengambil akar kuadrat dari 9 untuk mendapatkan 3. Pada tahap praoperasional perkembangan kognitif, pemahaman anak tentang aturan seperti tidak ada atau lemah. Piaget menggambarkan kekurangan ini dengan beberapa percobaan pada pengembangan dari apa yang dia sebut konservasi. Sebagai orang dewasa, kita menerima prinsip-prinsip konservasi (kekelan) sebagai sesuatu yang benar/pasti: jumlah (massa) suatu zat tidak akan berubah ketika bentuknya berubah atau ketika zat tersebut dibagi menjadi beberapa bagian; berat total satu set obyek akan tetap sama tidak peduli bagaimana mereka dikemas bersama-sama, dan cairan tidak akan berubah jumlahnya ketika mereka dituangkan dari satu bentuk wadah ke bentuk wadah yang lain. Untuk anak-anak, bagaimanapun, pencapaian konsep-konsep ini merupakan suatu aspek pertumbuhan intelektual yang membutuhkan waktu beberapa tahun. Dalam sebuah studi tentang kekekalan massa, seorang anak diberikan beberapa tanah liat untuk dibuat menjadi sebuah bola sama seperti bola satunya yang dibuat dari bahan yang sama; anak tersebut menyatakan bahwa bola-bola tersebut adalah "sama". Sekarang, penguji meninggalkan satu bola untuk referensi, dan menggulung bola yang lain menjadi bentuk sosis yang panjang, sementara anak memperhatikan. Anak tersebut dapat melihat dengan jelas bahwa tidak ada tanah liat yang telah ditambahkan atau dikurangi.

Perkembangan Kognitif |11

Dalam situasi ini, anak-anak usia sekitar 4 tahunan tidak lagi mempertimbangkan dua benda tersebut mengandung jumlah tanah liat yang sama: yang lebih panjang berisi tanah liat lebih banyak, kata mereka . Tidak sampai usia 7 tahun, kebanyakan anak-anak mencapai tahap di mana tanah liat dalam bola yang lebih panjang dirasakan sama dengan jumlah tanah liat pada bola yang jadi referensi. Jenis percobaan yang sama dapat digunakan untuk mempelajari konservasi berat. Misalnya, anak yang tahu bahwa benda-benda yang sama akan seimbang pada timbangan (mereka dapat mengujinya dimulai dengan tes dua bola) ditanya apakah bola berbentuk sosis yang panjang akan tetap membuat timbangan seimbang seperti halnya bola yang asli. Konservasi berat adalah konsep yang lebih sulit daripada konservasi massa, dan ia muncul satu tahun atau beberapa tahun lebih lambat dalam proses perkembangan. Salah satu alasan bahwa anak-anak dibawah 7 tahun memiliki kesulitan dengan konsep konservasi adalah bahwa pemikiran mereka masih didominasi oleh tayangan visual.Sebuah perubahan dalam penampilan massa tanah liat lebih berarti bagi mereka daripada kurangnya kualitas yang nyata, seperti berat. Ketergantungan anak kecil pada tayangan visual menjadi jelas dengan adanya percobaan pada konservasi nomor. Jika deretan dam hitam bertemu satu lawan satu dengan deretan dam merah yang serupa, anak usia 5 atau 6 tahun akan mengatakan bahwa masing-masing dam memiliki jumlah yang sama. Jika dam hitam dikumpulkan bersama-sama membentuk satu kelompok, maka sekarang anak usia 5-tahun akan mengatakan ada lebih banyak dam merah daripada dam hitam - walaupun tidak ada dam yang telah dibuang. Kesan visual dari deretan panjang dam merah mengesampingkan kesetaraan numerik yang jelas ketika sebelumnya dam hitam muncul dibariskan menjadi deretan yang sesuai dengan dam merah. Sebaliknya, anak usia 7-tahun berasumsi bahwa jika jumlah obyek adalah sama sebelumnya, maka itu harus tetap sama. Pada usia ini, persamaan numerik lebih penting dari kesan visual. Tahapan Operasional Antara usia 7 dan 12 tahun, pada tahapan operasional konkrit, anak-anak menguasai berbagai konsep konservasi dan mulai melakukan manipulasi logis lainnya. Misalnya, mereka dapat mengatur obyek pada dimensi dasar, seperti tinggi atau berat. Mereka juga dapat membentuk representasi mental dari serangkaian tindakan. Anak usia 5 tahunan dapat menemukan jalan ke rumah temannya tapi tidak dapat membawa anda

Perkembangan Kognitif |12

langsung kesana atau melacak rute tersebut dengan kertas dan pensil. Mereka dapat menemukan jalan karena mereka tahu mereka harus berbelok di tempat-tempat tertentu, tetapi mereka tidak memiliki gambaran keseluruhan rute. Sebaliknya, anak usia 8-tahunan dapat dengan mudah menggambar peta rute. Piaget menyebut periode ini dengan tahap operasional konkrit: meskipun anakanak menggunakan istilah-istilah abstrak, mereka melakukannya hanya dalam hubungannya dengan objek konkrit. Tidak sampai tahap akhir perkembangan kognitif, yaitu tahap operasional formal, yang dimulai sekitar usia 11 atau 12 tahun, anak-anak sudah mampu untuk berpikir dalam istilah simbolik semata-mata. Dalam satu tes berpikir operasional formal, subyek berusaha untuk menemukan apa yang menentukan jumlah waktu bagi sebuah ayunan untuk berayun bolak-balik (periode osilasinya). Subyek disajikan seutas tali dengan panjang tertentu yang tergantung pada sebuah kail dan beberapa pemberat yang dapat dikaitkan pada ujung sebelah bawah. Dia dapat memvariasikan panjang tali, menukar pemberat yang dipasang dan mengubah ketinggian dari mana cakram dilepaskan. Anak-anak yang masih dalam tahap operasional konkret akan bereksperimen mengubah beberapa variabel tapi tidak dalam cara yang sistematis. Remaja bahkan dengan kemampuan rata-rata akan membuat serangkaian hipotesis dan melanjutkan untuk menguji hipotesis tersebut secara sistematis. Mereka beralasan bahwa jika variabel tertentu (berat) mempengaruhi periode osilasi, efeknya akan muncul hanya jika mereka mengubah satu variabel dan variabel lainnya tetap konstan. Jika variabel ini tampaknya tidak berpengaruh pada saat diayunkan, mereka mengaturnya keluar dan mencoba variabel yang lain. Dengan mempertimbangkan semua kemungkinan - mengembangkan konsekuensi masing-masing hipotesis dan mengkonfirmasikan atau menyangkal konsekuensi tersebut - adalah esensi dari apa yang Piaget sebut sebagai berpikir operasional formal. Kemampuan untuk memahami kemungkinan-kemungkinan melampaui apa yang ada dalam realitas ini -memikirkan alternatif dengan cara hal-hal yang - menembus cara berpikir remaja dan terikat dengan kecenderungan remaja untuk peduli dengan filosofis dan masalah ideologis dan mempertanyakan cara di mana orang dewasa menjalankan dunia.

Perkembangan Kognitif |13

TABEL: TAHAPAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL OLEH PIAGET

TAHAPAN M 1. Sensorimotorik (lahir-2 tahun)

KARAKTERISASI Membedakan diri dari benda-benda Mengakui diri sebagai agen dari tindakan dan mulai untuk bertindak sengaja: misalnya, menarik seuntai tali untuk menjalankan mobil atau menggoncangkan mainan untuk membuat suara Mencapai keabadian obyek: menyadari bahwa benda terus ada bahkan ketika pancaindera tidak lagi merasakannya. Belajar menggunakan bahasa dan menerjemahkan obyek dengan gambar dan kata-kata Berpikir masih dengan cara egosentris: mempunyai kesulitan mengambil sudut pandang orang lain Mengklasifikasikan objek dengan fitur tunggal: misalnya, mengelompokkan semua blok merah bersama-sama tanpa memperdulikn bentuknya atau mengelompokkan seluruh persegi terlepas dari apapun warnanya. Dapat berpikir logis tentang objek dan peristiwa Mencapai konservasi nomor (7 tahun), massa (7 tahun), dan berat (9 tahun). Mengklasifikasikan objek menurut beberapa fitur dan dapat mengaturnya dalam deretan yang sesuai pada satu dimensi tunggal, seperti ukuran. Dapat berpikir logis tentang proposisi abstrak dan hipotesis uji secara sistematis Menjadi peduli dengan masa depan, hipotetis, dan masalah ideologi

2. Praoperasional (2-7 tahun)

3. Konkret operasional (7-12 tahun)

4. Formal operasional (12 tahun keatas)

Perkembangan Kognitif |14

Pendekatan non-Tahap Teori Piaget memberikan gambaran luas dari perkembangan kognitif. Ini adalah teori yang paling komprehensif saat ini dan telah mempengaruhi banyak penelitian pada cara anak berpikir tentang dunia dan memecahkan masalah. Kebanyakan penelitian mendukung pengamatan Piaget pada rangkaian dalam pengembangan kognitif, meskipun usia di mana anak-anak mencapai tingkat yang berbeda sangat bervariasi, tergantung pada faktor-faktor seperti kecerdasan dan pengalaman. Sebagai contoh, anak-anak dari kalangan ekonomi menengah mengembangkan konsep konservasi lebih awal daripada anak-anak dari keluarga miskin. Beberapa kritikus percaya bahwa Piaget meremehkan kemampuan anak prasekolah. Misalnya, jika kondisi pengujian secara hati-hati diatur dalam percobaan konservasi sehingga respon anak tidak tergantung pada kemampuan bahasa mereka (anak dapat memahami tentang apa yang dimaksud penguji dengan "lebih banyak" atau "lebih panjang"), bahkan anak usia 3 dan 4 tahun juga dapat menunjukkan kesadaran mereka mengenai konservasi nomor; mereka dapat membedakan antara jumlah item dalam satu set dan cara barang-barang diatur secara spasial (Gelman dan Gallistel, 1978). Ini dan beberapa studi yang sejenis menunjukkan bahwa kualitas pemikiran anak tidak berubah secara dramatis dari satu tahap ke tahap berikutnya. Transisi antara tingkatan intelektual tumbuh secara bertahap, melibatkan penggabungan dari keterampilan sebelumnya sehingga mereka menjadi otomatis. Hal ini juga

dipertimbangkan untuk konservasi cairan. Jika tugas ini disederhanakan dengan berbagai cara (misalnya, dengan menarik perhatian anak pada tinggi dan lebar wadah cairan), maka anak prasekolah akan dapat memperkirakannya. Seorang anak usia 7 atau 8 tahun, sebaliknya, tidak perlu melirik wadah. Dia tahu bahwa kuantitas cairan tetap sama terlepas dari bentuk kontainer tempat cairan tersebut dituangkan. Alih-alih berfokus pada tingkatan-tingkatan perkembangan kognitif, beberapa psikolog melihat perkembangan kognitif sebagai peningkatan bertahap dalam pengetahuan dan penguasaan keterampilan. Salah satu keterampilan kognitif yang penting adalah mengingat. Banyak perbedaan kinerja antara anak yang lebih tua dan lebih muda mungkin karena perbedaan dalam kemampuan mereka untuk mengingat (Case, 1982). Anak yang lebih muda mungkin tidak mampu untuk mendapatkan konsep-konsep tertentu

Perkembangan Kognitif |15

(seperti percakapan) karena untuk melakukannya akan dibutuhkan penguasaan informasi yang lebih banyak dalam pikiran secara bersamaan, melebih kapasitas memori anak saat itu. Anak prasekolah berkinerja buruk pada tes memori dibandingkan dengan anak usia sekolah. Dengan bertambahnya usia, kemampuan mereka akan meningkat. Misalnya, jika anak-anak mendengar daftar 15 kata sederhana dan kemudian diminta untuk mengingatnya, maka seorang anak usia 6-tahun akan mengingat empat kata, anak 9tahun lima kata; dan 11-tahun tujuh kata (Yussen dan Berman, 1981). Kinerja yang buruk dari anak-anak yang lebih kecil mungkin dikarenakan kapasitas memori yang terbatas. Kapasitas ini akan meningkat sejalan dengan kematangan fisiknya. Tetapi perubahan yang sejalan dengan bertambahnya usia ini mungkin lebih tampak sebagai kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam strategi untuk meningkatkan memori. Misalnya, anak belajar untuk berlatih informasi (mengulanginya beberapa kali kepada diri mereka sendiri), untuk mengatur daftar kata-kata kedalam kategori yang bermakna dan menghafal mereka sesuai kategorinya, dan menggunakan berbagai isyarat untuk membantu memori.

Perkembangan Kognitif |16

Teori Vygotsky, diambil dari buku: Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan (Robert L.

Solso, Otto H. Maclin & M. Kimberly Maclin, 2008): Lev Vygotsky dilahirkan tahun 1896 di kota Orsha, yang terletak diantara kota Minsk di Belarus dan Smolensk di Rusia. Sebagai seorang anak laki-laki yang cemerlang, cerdik, dan serba ingin tahu, ia memenangkan medali emas dibidang olahraga yang mengantarkannya untuk meraih beasiswa. Mungkin hanya dalam mimpi ia dapat membayangkan dirinya lolos seleksi penerimaan mahasiswa di Universitas Lomonosov (Universitas Negeri Moskow), di mana hanya sedikit anak Yahudi dari daerah terpencil yang lolos seleksi ini ( kuota untuk perguruan tinggi di Maskow dan St. Petersburg adalah sebesar 3 persen). Sekalipun kemampuannya sangat menonjol, hukum berlaku memberlakukan diskriminasi bagi orang Yahudi (Dobkin dalam Levitin, 1982). Namun demikian, ia beruntung dengan adanya beberapa lembaga pendidikan yang tidak membeda-bedakan, sehingga akhirnya ia memulai karier intelektualnya dalam sejarah psikologi di Rusia. Para mahasiswa dan koleganya yang mula-mula adalah para psikolog terkemuka dan pembentuk Soviet bersatu, termasuk Alexander Luria ( psikolog Rusia yang paling sering disitir oleh psikolog barat; 1985), Alexei Leontiev (psikolog Rusia yang paling sering disitir oleh para psikolog Rusia sendiri), Zaporozets, Zinchencho, Elkonin, Galperin, dan Bozovich. Talenta kreatif Vygotsky tidak terbatas pada bidang psikologi, tetapi juga mencakup filsafat (ia membuat karya klasik tentang Marx dan Hegel, dan bukunya tentang Spinoza masih diterbitkan , kritik seni (disertai dan buku pertamanya berjudul Psikologi Seni), penelitian dibidang karya sastra (ia merintis jurnal Verask dan bersahabat dengan penyair Mandelstam), hukum dan pengobatan (pendidikan starata satunya dibidang hukum, ia bekerja dibidang medis, dan diantara penyampaiannya ia mengukir sejarah dibidang psikologi klinis dan psikologi perkembangan). Ia meninggal tahun1934 dalam usia 37 tahun akibat serangan TBC. Kini, orang Rusia menyebutnya sebagai Mozart dalam bidang psikologi. Karya-karyanya patut dicermati. Pada bagian selajutnya, kita akan menitik beratkan pada ide-ide dasarnya yang menunjang psikologi perkembangan. Sekalipun Vygotsky dan Piaget (yang adalah pelopor psikologi perkembangan abad ini). Hidup sezaman dan sama-sama tinggal di Eropa, mereka tidak

Perkembangan Kognitif |17

pernah bertemu. Mereka pun tidak saling tahu mengenai karya masing-masing. Tetapi Vigotsky lebih dahulu mengenal Piaget dari pada Piaget mengenal Vigotsky. Terdapat kemiripan dan perbedaan teori diantara kedua ahli ini. Berikut kita akan mendiskusikan teori Vygotsky dan perbedaannya dengan Piaget.

Tahapan-tahapan dalam Perkembangan Vigotsky menerima tahap-tahap perkembangan Piaget, namun menolak penekanan rangkaian yang ditetapkan secara genetik. Piaget meyakini bahwa perkembangan mendahului pembelajaran, sedangkan Vigotsky meyakini bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Perbedaan kedua antara teori Vigotsky dan Piaget adalah pada sifat dasar dan fungsi wicara. Menurut Piaget, bicara egosentrik (egocentric speech) yang digunakn anak pada saat berpikir dengan (suara) keras membuka jalan menuju bicara sosial, di mana anak menginngat hukum-hukum pengalaman dan berbicara untuk tujuan komunikasi. Menurut Vigotsky, pikiran anak secara alamiah dan inheren bersifat sosial, dan egocentric speech sesungguhnya bersifat sosial, baik dari asal mulanya maupun dalam tujuannya. Artinya, anak mempelajari egocentric speech dari orang lain dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Prinsip inilah yang mempresentasikan pemisahan utama diantara kedua teori ini, dan mengungkap teori utama tentang perkembangan anak menurut Vigotsky. Perkembangan wicara yang berkaitan dengan perkembangan pikiran pada anak berlangsung mengikuti proses yang ada. Pertama dan yang terpenting, tujuan utama berbicara (tidak hanya pada anak, tetapi juga pada orang dewasa) adalah komunikasi yang didorong oleh kebutuhan dasar kita untuk melakukan kontak sosial kita. Bentukbentuk bicara yang paling awal (habling, menangis, cooing) menurut Vigotsky secara esensial bersifat sosial. Bicara menjadi egosentrik (di sini lah Vigotsky menerima tahap-tahap perkembangan Piaget, tetapi dengan penjelasan yang berbeda ) ketika anak mentransfer bentuk kolaborasi sosial prilaku untuk melapisi pribadi bagian dalam (inner personal) dan fungsi-fungsi fisik (Vigotsky, 1934/1962). Perkembangan pemikiran tidak berasal dari individu ke masyarakat, melainkan dari masyarakat ke individu.

Perkembangan Kognitif |18

Fenomena Internalisasi Internalisasi adalah proses, di mana tindakan eksternal (prilaku berbicara)

ditransformasikan menjadi fungsi-fungsi psikologis internal (proses berbicara). Pada titik ini, Vigotsky dan Piaget sepakat pada level deskriptif, tetapi tidak pada asal mula internalisasi. Pendapat Vigotsky mirip dengan tulisan Emile Durkheim dan Pierre Janet (dan tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh keduanya karena ia sangat familiar dengan sosiologi mazhab Perancis), bahwa kesadaran manusia terbentuk dari internalisasi sosial dan hubungan interpersonal. Pentingnya prinsip ini dalam psikologi perkembangan adalah bahwa anak cenderung mennggunakan bentuk pribadi yang sama, dalam berhubungan dengan dirinya sendiri, sebagaimana yang orang lain ekspresikan padanya. Hal ini dicapai dengan cara anak mengikuti contoh yang diberikan orang dewasa dan secara gradual mengembangkan kemampuannya untuk melakukan berbagai hal tanpa bantuan orang dewasa. Perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan dan tanpa bantuan orang tua olehVigotsky disebut sebagai zona perkembangan proksimal. Tahap-tahap Perkembangan Vigotsky mengamati cara anak memilah-milih objek, seperti memilih balok yang berbeda ukuran, warna dan bentuk. Anak yang lebih besar, usia 7 tahun keatas tampaknya memilih kreteria tertentu, misalnya warna. Jadi balok hijau dikelompokkan tersendiri, demikian pula balok biru, dan seterusnya. Anak yang lebih kecil, di bawah usia 7 tahun menggunakan konsep berantai. Vigotsky menunjukkan bahwa klasifikasi berubah mengikuti proses seleksi. Seorang anak mungkin mengambil sedikit balok biru kemudian mengamati balok yang berbentuk segitiga. Hal ini akan mengantarkannya pada pilihan atas balok segitiga lainnya, sementara yang lainnya ditinggalkan. Proses pemilihan tampak berantai dan berubah-ubah. Anak usia prasekolah tampaknya cenderung mengorganisasikan objek secara tematik dari pada taksonomik. Misalnya, jika anak yang lebih besar dan orang dewasa meletakkan hewan pada satu kategori, perabotan pada kategori lain dan mainan pada kelompok tersendiri (klasifikasi taksonomik), anak kecil cenderung mengklasifikasikan kucing dengan kursi, mainan dengan tempat buku dan anjing dengan frisbee, karena kucing duduk di kursi, mainan diletakkan di tempat buku, dan anjing bermain dengan frisbee (klasifikasi tematik).

Perkembangan Kognitif |19

Berdasrkan observasi tersebut, Vygotsky berpikir bahwa anak melalui tiga tahapan dalam perkembangan konseptual, yaitu : 1. Pembentukan konsep tematik, di mana hubungan antar objek di nilai penting. 2. Pembentukan konsep berantai 3. Pembentukan konsep abstrak yang menyerupai bentuk konsep pada dewasa. Berbeda dengan Piaget, Vygotsky berkesempatan melakukan percobaan beberapa hipotesisnya di bawah kondisi laboraturium yang terkontrol dengan baik. Sekarang kita akan membahas inti pokok teori Vygotsky.

Teori Vygotsky tentang Bahasa Tahapan Fungsi

Sosial (eksternal) (sebelum usia 3 tahun)

Mengontrol prilaku orang lain Mengekspresikan pikiran-pikiran dan emosi-emosi sederhana Fase antara bicara eksternal dan internal Mengontrol prilaku, tetapi diekspresikan dengan keras Pembicaraan dengan diri sendiri (self-talk) yang memungkinkan pemikiran terarah Bahasa melibatkan fungsi mental yang lebih tinggi

Egosentris (usia 3-7 tahun)

Internal (inner) (usia 7 tahun keatas)

Perkembangan Pikiran dan Internalisasi Kemampuan Berbicara

Perkembangan pikiran pada anak banyak ditemukan melalui bukti-bukti pada perkembangan bahasa. Menurut Vygotsky (1934/1962). Bahasa adalah kesatuan antara pembicaraan di luar yang didengar anak dan pembicaraan di dalam yang dipikirkannya.

Perkembangan Kognitif |20

Adalah mudah untuk menyimpulkan bahwa bahasa dan pikiran adalah fenomena yang sama, sekalipun merupakan dua entitas yang berbeda. Hal ini membawa kita pada kesimpulan logis bahwa keberadaan pikiran tergantung pada bahasa. Tanpa bahasa tidak ada pikiran. Walaupun beberapa psikolog perkembangan mendukung ide ini, tidak demikian hal nya dengan Lev Vygotsky. Menurut Vygotsky, ketika anak yang belum mampu berbahasa dapat berfikir, berarti kita harus membedakan akar wicara dan pikiran. Prinsip dasar psikologi Vygotsky adalah bahwa pikiran dan bahasa memiliki akar genetik yang berbeda, sehingga tingkat perkembangan keduanya pun berbeda pula. Kurva perkembangan pikiran dan wicara mungkin saling bersilangan, tetapi tetap berbeda. Pikiran bersumber pada perkembangan biologis anak, sementara bahasa bersumber pada lingkungan sosialnya. Walaupun demikian, hubungan antara keduanya terjalin ketika anak sampai pada realisasi bahwa setiap benda memiliki nama. Selanjutnya, pikiran dan bahasa tidak dapat dipisahkan lagi. Demikianlah, internalisasi bahasa menyebabkan pikiran dapat diekspresikan dalam bicara internal.

Perkembangan Kognitif |21

BAB 3: PENUTUP
3.1 Simpulan

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahanumur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat intelegensi anak. Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis : a. Tahap Sensori Motor : 0 2 tahun ; Pada masa kanak-kanak ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap.

Perkembangan Kognitif |22

b. Tahap Pra Operasi : 2 7 tahun ; Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam lingkungannya saja.. c. Tahap Operasi Konkrit : 7 11 tahun ; Anak telah dapat mengetahui simbolsimbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud). d. Tahap Operasi Formal : 11 keatas; Pada tahap operasional formal, anakanak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal).Tahap ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalahmasalah filosofis. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-an. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan

pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidangbidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat

Perkembangan Kognitif |23

penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai alat kebudayaan tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya. Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa anak-anak mampu melakukan sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaiman anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Perkembangan Kognitif |24

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L., Atkinson & Hilgard. 1981. Introduction to Psychology 8th Edition: Printed in the United States of America Solso, Robert L.,Maclin & Maclin. 2008. Psikologi Kognitif Edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga Wade, Carole & Carol Travis. 2008. Psikologi Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga Watson, Robert I. & Henry Clay Lindgren. 1979. Psychology of the Child and the Adolescent 4th Edition: Printed in the United States of America

You might also like