You are on page 1of 12

MATERI

WAWASAN WIYATA MANDALA TATA KRAMA


KAMIS, 14 JULI 2011 MASA ORIENTASI SISWA SMA DAN SMK SEJAHTERA SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

BAB I WAWASAN WIYATAMANDALA


LATAR BELAKANG Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terns berkembang agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan keinginan untuk maju. Sejalan dengan upaya tersebut fungsi sekolah perlu dipertegas dan diperjelas agar tidak menimbulkan penafsiran yang keliru.
A.

Sekolah sering dianggap sebagai satu-satunya tumpuan untuk mendididk anak. Sehingga sering sekolah mendapatkan beban yang berat. Segala akibat khususnya yang kurang baik seolah-olah merupakan akibat sekolah tidak berfungsi dengan baik. Keadaan ini sangat tidak menguntungkan, sehingga perlu diciptakan suatu pandangan atau wawasan yang dipakai dalam pengelolaan sekolah. Wawasan tersebut dikenal dengan nama Wawasan Wiyatamandala. Dengan wawasan ini diharapkan sekolah dapat benar-benar berfungsi secara tepat dan tidak disalahgunakan oleh golongan-golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Dalam menciptakan Wawasan Wiyatamandala perlu pula diupayakan suatu kondisi yang dinamis dan iklim yang menguntungkan di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan tertib, aman dan dalam suasana kekeluargaan. Kondisi semacam ini dikenal dengan nama Ketahanan Sekolah. dalam menciptakan Wawasan Wiyatamandala dimana didalamnya berisi ketahanan sekolah yang tangguh, dituntut setiap siswa dan unsur yang terkait dalam persekolahan untuk berperan aktif sesuai dengan kedudukan masing-masing.

TUJUAN Pembinaan Wiyatamandala bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan peningkatan pemahaman tentang Wawasan Wiyatamandala kepada siswa sehingga diharapkan siswa lebih berperan secara optimal melaksanakan Wawasan Wiyatamandala dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.
B.

RUANG LINGKUP Untuk memudahkan memahami Wawasan Wiyatamandala pembahasan diuraikan dengan ruang lingkup sebagai berikut. Siswa diajak untuk mengenal sekolah dan fungsinya, kemudian dijelaskan tentang arti dan makna Wawasan Wiyatamandala. Hal yang penting bahkan teramat penting yaitu peran aktif siswa sendiri dalam kegiatan proses belajar mengajar. Peran tersebut tidak dapat dilepaskan dari kondisi yang kan mendukung pelaksanaan Wawasan Wiyatamandala yaitu Ketahanan Sekolah.
C.

D. SEKOLAH DAN FUNGSINYA A. Keadaan Fisik Sekolah Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses belajar mengajar, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, dan teknologi, keterampilan, dan wawasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti sekolah merupakan lembaga formal pendidikan suatu lembaga yang utuh dan bulat yang memiliki makna sebagai satu kesatuan yang didalamnya terdiri dari bagian-bagian yang paling berperan dan berkaitan. Apabila terjadi kekurangan pada bagian-bagian tertentu, menyebabkan fungsi

sekolah terganggu sehingga terhambat mencapai tujuan. Fisik sekolah adalah merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan lembaga pendidikan itu. Sekolah akan berlangsung secara lebih baik jika keadaan fisik sekolah berfungsi secara baik. Adapun yang termasuk fisik sekolah antara lain gedung, perabot, bangku, meja, papan tulis, perpustakaan, laboraturium, aula dan lain-lain. Bagian lain yang tidak termasuk dalam kelompok fisik sekolah antara lain kurikulum, peserta didik, dan lembaga kependidikan. Keadaan fisik sekolah itu harus dalam keadaan baik dan siap pakai. Untuk itu gedung sekolah dan lingkungan harus bersih, cahaya dalam ruangan cukup, perabot sekolah bersih dan dapat digunakan. Oleh sebab itu siswa berewajiban ikut merawat fisik sekolah dan menjaganya serta menggunakannya sesuai dengan fungsinya. Siswa dapat melakukannya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip 5K, yaitu keamanan, kebersihan ketertiban, keindahan dan kekeluargaan. B. Fungsi Sekolah Apabila dikaji lebih dalam dapat diambil satu pengertian bahwa sekolah mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan di sekolah yang dilaksanakan secara terencana, tertib, dan teratur merupakan pendorong terselenggaranya proses belajar mengajar secara baik. Sekolah juag dapat dipandang sebagai suatu masyarakat yang utuh dan bulat yang memilki kepribadian sendiri. Denga kata lain sekolah merupakan masyrakat belajar berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi, dan mengembangkan nilai nilai pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan wawasan sehingga tercipta manusia Indonesia seutuhya tanpa meninggalkan akar budaya bangsa. Oleh sebab itu sebagai masyarakat belajar tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Sekolah tidak hidup menyendiri, melepaskan diri dari tatanan sosoal budaya dalam masyarakat melainkan merupakan sub bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. E. ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA 1) Arti Wawasan Wiyatamandala Secara harfiah wawasan mengandung arti pandang, penglihatan, tinjauan, atau tanggapan inderawi. Kata wawasan selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara lihat, cara tinjau, atau cara tanggap inderawi. Kata wiyata mempunyai arti pengajaran atau pendidikan, sedangkan mandala berarti bulatan, lingkaran, lingkaran daerah atau kawasan. Dengan demikian, Wawasan Wiyatamandala berarti suatu pandangan atau tinjauan sistem dari kehidupan

mengenai lingkungan pendidikan atau pengajaran. Berdasarkan pokok pengertian diatas, dapat diartikan bahwa Wawasan Wiyatamandala adalah cara pandang kalangan pedidik pada umumnya dan perangkat warga sekolah khususnya tentang keberadaan sekolah pengemban tugas pendidikan di lingkungan masyarakat. Tumbuh dan berkembangnya pandangan tersebut harus tetap berdasarkan falsafah Pancasila dan beroriantasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan adanya pandangan semacam itu, dapat meningkatkan peran dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat. Hal ini berarti usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan akan dapat dicapai secara labih baik sebagaimana harapan kita bersama. 2) Makna Wawasan Wiyatamandala Adapun unsur-unsur Wawasan Wiyatamandala adalah : 1. Sekolah merupakan, lingkungan pendidikan. 2. Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggungjawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolahnya. 3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan. 4. Para warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru. 5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitar dan mendukung antar warga.

F. PERAN AKTIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR 1) Persiapan Belajar di Kelas Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, perlu pengaturan ruang dan perabotan sekolah dahulu. Tugas dari guru dan siswa adalah menciptakan suasana kelas sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi yang mendorong para siswa belajar aktif. Untuk itu para siswa perlu membantu pelaksanaan pengaturan kelas masing-masing agar dapat tercipta sekolah yang menyenangkan yang perlu mendapat perhatian adalah : 1. Bentuk pengaturan perabot disesuaikan dengan luas ruang kelas dan pelayanan kepada siswa (belajar secara individu, pasangan, kelompok, dan klasikal) 2. Jumlah kelompok dalam kelas 3. Jumlah siswa dalam tiap-tiap kelompok.

Kesiapan siswa dalam hal yang berkaitan dengan tugas-tugas sebelumnya (PR). Sudah barang tentu sangat penting termasuk mempelajari sekurangkurangnya membaca atau menyiapkan bahan pelajaran yang akan diikuti sesuai dengan jadwal pelajaran. Jangan sampai terlupakan untuk membaca buku-buku pelajaran, alat-alat tulis pelajaran lainnya. Disamping kesipan tersebut niat dan keinginan dengan sungguh-sungguh untuk belajar dengan baik. 2) Aktif Berperan Dalam Proses Mengajar di Kelas Seperti diketahui bahwa manfaat pendekatan yang menekankan aktifitas siswa adalah : 1. Diharapkan siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada pada siswa sehingga dapat mencapai tujuan belajar secara optimal. 2. Meningkatkan motivasi atau dorongan siswa dalam belajar. 3. Untuk mendapatkan umpan balik melalui kegiatan belajar mengajar. Untuk keberhasilan pendekatan tersebut siswa diharapkan aktif berperan dalam kegiatan belajar mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Siswa ikut secara aktif dalam menentukan tujuan 2. Sikap positif siswa dalam mengikuti pelajaran 3. Suasana keakraban siswa dalam kegiatan kelompok 4. Menggunakan kesempatan dengan baik dalam mengambil keputusan dan 5. Sikap guru yang positif dalam menanggapi aktifitas siswa. Bentuk-bentuk siswa biasanya digambarkan melalui keterlibatan dalam

proses belajar mengajar seperti pertanyaan yang diajukan, menjawab pertanyaanpertanyaan guru, menyampaikan ide, pandangan terhadap masalah yang timbul dalam pembahasan pelajaran baik diminta ataupun tidak. Yang cukup menggembirakan adalah siswa dalam menyelasaikan lembaran buku kerja yang diberikan oleh guru.

3)

Kegiatan Estrakurikuler Belajar akan lebih efektif apabila dibarengi dengan kegiatan-kegiatan

kurikuler maupun kegiatan estrakurikuler. Pada umumnya belajar meliputi kegiatan mendengarkan, melihat, mengajar bentuk-bentuk lain. Bentuk kegiatan dimaksudkan agar tercapai koordinasi antara perbuatan pikir dengan aktifitas jasmani seperti berfikir, menanggapi dan menghayati. Demikian pula dalam belajarketerampilan, terdapat koordinasi dalam menerapkan pengertian dan prinsipprinsip tertentu. Diharapkan siswa banyak melakukan belajar dengan cara

mengalami sendiri, melakukan hal-hal yang dipelajari, tidak hanya mendengar dan melihat tetapi dipraktekkan melalui kegiatan estrakurikuler. Kegiatan estrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran biasa atau pada waktu libur sekolah, disekolah atau di luar sekolah secara berkala atau hanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa contoh kegiatan estrakurikuler antara lain : 1. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing dan menjaga kerukunan atau umat beragama. 2. Melaksanakan baktisosial/masyarakat. 3. Mempelajari dan menghayati semangat perjuangan para pahlawan bangsa (napak tilas). 4. Anjangsana ketempat orang tua, siswa, guru, dan sesama siswa di lingkungan masyarakat. 5. Membentuk kelompok belajar berdasarkan keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan dan kekeluargaan (5K). 6. Meningkatkan keterampilan dalam menciptakan suatu barang berguna. 7. Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS). 8. Mementaskan, memamerkan berbagai cabang seni baik karya siswa/sekolah maupun karya seniman luar.

BAB II TATA KRAMA


Komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan merupakan arena yang paling banyak menuntut diterapkannya tatakrama. Oleh karena itu, ada anggapan yang menyatakan bahwa tatakrama dan komunikasi dalam pergaulan merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan. Keduanya ibarat benang yang jalin menjalin dan menghasilkan suatu tenunan yang utuh. Sekarang perlu diketahui apa yang dimaksud dengan tatakrama. A. Pengertian Tatakrama.

Secara harfiah tatakrama terdiri dari dua kata, yaitu Tata : Yang berarti adat, norma dan peraturan

Krama : Yang berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perubahan Dengan demikian, tatakrama berarti kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tatakrama telah menjadi bagian dalam hidup kita dan merupakan persyaratan dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari tatakrama itu sangat penting, karena tatakrama merupakan gerak dan langkah kehidupan sehari-hari di semua lapisan masyarakat dalam berkomunikasi dengan sesamanya Mungkin anda masih ingat bagaimana orangtua anda melatih bermacammacam kebiasaan dalam berbagai kesempatan, misalnya berbicara, cara makan, cara minum, cara menyapa, cara bertemu, dan lain-lain. Karena latihan tersebut, prilaku anda terbentuk menjadi suatu kebiasaan yang tanpa memikirkan mengapa anda harus berprilaku demikian. Dari uraian diatas jelas bagi kita bahwa tatakrama adalah kebiasaan. Kebiasaan ini muncul karena adanya aksi dan reaksi dalam pergaulan. Sebagai contoh kaiau orang Indonesia setuju dengan apa yang ia kemukakan, ia akan menganggukkan kepala, kalau tidak setuju maka ia akan menggelengkan kepala. B. Ruang Lingkup Tatakrama Tatakrama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama kelamaan merambat kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Perkembangan itu berlangsung secara perlahan tanpa diarahkan dan pada akhirnya diterima sebagai kesepakatan bersama. Lama kelamaan kesepakatan bersama ini diterima sebagai kesepakatan nasional.
Tatakrama

Dengan demikian ruang lingkup tatakrama meliputi tatakrama nasional


Nasional dan tatakrama lokal. Tatakrama Lokal Lokal adalah tatakrama yang berlaku pada

kehidupan sehari-hari dalam suatu kelompok masyarakat tertentu yang terdiri dari
Dilingkungan Dilingkungan Dilingkungan tatakrama dirumah, disekolah dan di masyarakat. Sedangkan tatakrama nasional

merupakan tatakrama kehidupan berbangsa dan bernegara

rumah

Sekolah

Masyarakat

Contoh : Pd waktu makan

Contoh : Pd waktu Bertemu guru

Contoh : Pd waktu Berkunjung Kerumah family

siswa setidak-tidaknya menyandang tiga predikat 1. la adalah warga sekolah 2. la tetap menjadi salah seorang anggota keluarga 3. la adalah anggota masyarakat, baik masyarakat tetangga, organisasi, desa maupun kelurahan dan khalayak ramai serta sebagai warga Negara Sebagai warga sekolah, siswa akan berkomunikasi dengan guru, tatausaha sekolah dan teman di sekolah. Sebagai anggota keluarga, siswa akan berkomunikasi dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya. Sebagai anggota masyarakat siswa akan menjalin hubungan dengan bermacam-macam manusia yang mempunyai pekerti yang beraneka ragam. Dalam berbagai hubungan tersebut diatas, tatakrama akan berperan menuntun tingkah laku tertentu dari para siswa. Tatakrama memberi warna dalam pergaulan antar manusia. Bagaimana menciptakan situasi pergaulan yang harmonis turut dipengaruhi oleh tatakrama. Perlu disadari, kegagalan dalam bergaul banyak disebabkan oleh karena kurangnya sopan santun. Oleh karena itu perlu diperhatikan 4 kunci pokok agar terjadi keserasian dalam pergaulan. Keempat kunci pokok tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perlakukanlah orang lain sebagaimana anda memperlakukan diri sendiri 2. Hargailah setiap orang menurut jati diri masing-masing 3. Anda perlu membuka diri agar dikenal. Hal ini akan membantu cara orang lain bersikap terhadap diri anda

4. Percaya kepada orang lain, cinta dan sedia berkorban C. yaitu 1. Tatakrama berbicara 2. Tatakrama pergaulan 3. Tatakrama penampilan Hubungan antar manusia dalarn kehidupan sehari-hari tidak luput dari aktivitas berbicara. Berbicara merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pergaulan. Sehubungan dengan itu, tatacara kita dalam berbicara perlu diatur dalam tatakrama berbicara. Selain tatakrama berbicara tidak kalah pentingnya adalah tatakrama pergaulan antar sesama. Demikian jugu tatakrama penampilanpun sangat perlu untuk mendapat perhatian. Dibawah ini akan diuraikan ketiga macam tatakrama tersebut. 1.1 Tatakrama Berbicara. Pepatah mengatakan, " Berjalan Peliharalah Kaki, Berkata Peliharalah Lidah. " Ada lag' bunyi pepatah, " Lidah lebih tajam dari pada pedang. " Dari kedua pepatah tadi dapat dipahami bahwa berbicara mempunyai peran yang penting. Berhasil tidaknya seseorang dalam pergaulan, antara lain dipengaruhi dari cara seseorang itu berbicara. Ucapan yang dikeluarkan harus benar-benar disaring. Sekali terlontar kalimat yang menusuk perasaan sukar untuk ditarik kembali. Walaupun mungkin dapat diperlemah dengan ucapan "Maaf", namun sudah terlanjur membekas dihati orang yang diajak bicara. Oleh karena itu dalam berbicara perlu dihindari hal-hal sebagai berikut
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Penernpan Tatak.rama : Dalam kehidupn sehari-hari tatakrama seseorang tercermin dalam tiga hal,

Membicarakan hal-hal yang dapat menyinggung perasaan orang lain Mempermalukan orang lain Memborong seluruh pembicaraan Memotong pembicaraan orang lain Berbisik-bisik dalam suatu pertemuan Menyela pembicaraan tanpa diminta Berbicara sambil bertolak pinggang

Berbicara tatap muka berbeda dengan berbicara melalui telepon atau surat. Dalam menelepon sebaiknya menggunakan bahasa yang singkat. dan padat. Jangan berbicara tak tentu arah. Begitu halnya pembicaraan melalui surat, sangat perlu dibaca sekali lagi sebelum dikirimkan. Apa yang tertulis merupakan bukti asli dan lebih sulit untuk dilupakan. Pergunakanlah bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.

1.2

Tatakrama Pergaulan Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali keadaan atau situasi yang m. enghendaki dipatuhinya norma-norma kesopanan agar tingkah laku kita tidak menyinggung perasaan orang lain dan pergaulan akan tetap harmonis. Berkenalan dan bertemu adalah sebaglan bentuk dari pergaulan seperti dimaksud diatas yang sangat penting artinya dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini akan dikemukakan pembahasan, mengenai kedua jenis pergaulan tersebut. Tatakrama berkenalan dan bertemu cukup beragam antar suku, wilayah dan bangsa. Meskipun demikian diantara keragaman tadi ada aturan-aturan umum yang disepakati bersama. Aturan-aturan umum yang disepakati tersebut dapat dimanfaatkan, namun penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. 1) Tatacara berkenalan. Umumnya masih ada anggapan yang mengatakan jika seseorang memperkenaikan diri sebaiknya melalui seorang perantara, Hal ini dapat dilakukan tetapi tidak mutlak. Dalam berkenalan sebaiknya kedua belah pihak menyebutkan namanya masing-masing secara jelas. Waktu berkenalan pada umumnya kita berjabatan tangan. Ada beberapa ragam cara orang berjabat tangan, misalnya pada suku sunda ada kebiasaan bersalaman dengan mengatupkan tangan, saling menyentuh ujung jari lalu menarik tangan yang terkatup keujung hidung. Dikalangan masyarakat Aceh dan beberapa daerah lainnya ada kebiasaan menaruh tangan didada setelah berjabat tangan. 2) Tatacara Bertamu. Bila bertemu kerumah seseoranng, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu :
a.

Datang pada waktu yang tepat, tidak pada waktu orang

beristirahat
b. Alangkah baiknya jika sebelum datang memberi kabar terlebih

dahulu, misalnya melalul surat atau telepon


c.

Mengetuk pintu seperlunya dan tidak terlalu keras sekedar dapat terdengar dari dalam. Kalau belum ada reaksi dari dalam ulangilah ketukan tersebut.

d. Membuka sepatu/sandal, bila acara tersebut dilakukan dengan duduk

dilantai
e. f.

Jangan memasuki kamar tempat bertamu pada kebiasaan setempat, misalnya

Mengucapkan salam bila datang kerumah orang. Pengucapan salam bergantung s e l a m a t p a g i / s i a n g / malam / assalamu'alaikum / spada / kulo nuwun, dan sebagainya

Bila menerima tamu hendaknya diusahakan agar :


a. b. c.

Menerima tamu dengan wajah jernih

Menerima tamu dengan membukakan pintu dan mempersilahkan tamu untuk duduk Jika tamu tersebut datang pada saat tuan rumah akan pergi untuk suatu keperluan penting, katakanlah terus terang dan tanpa menyinggung perasaan tamu tersebut

d.

Pada saat tamu akan pulang, bukakanlah pintu dan persilahkan tamu untuk berjalan terlebih dahulu

1.3

Tatakrama Penampilan: Cara berbicara dan bersolek berpengaruh pada penampilan seseorang. Penampilan lahiriah seseorang akan memberi kesan langsung bagi penglihatan orang lain. Karena itu penampilan perlu diperhatikan agar selaras dengan tatakrama penampilan yang berlaku pads situasi tertentu. Dua hal yang harus diingat dalam ber-Tatakrama Penampilan, yaitu 1) Tatacara berbusana 2) Tatacara Bersolek dan Menggunakan Perhiasan 1) Tatacara berbusana. Indonesia sangat kaya dengan macam-macam busana, baik busana tradisional maupun yang diubah sedemikian rupa sehingga memperlihatkan adanya pengaruh dari luar, misalnya gaun untuk pesta

yang dibuat dalam beraneka model. Perlu diperhatikan pula bahwa dalam memilih busana hendaknya disesuaikan dengan bentuk tubuh. Jangan meniru cara berpakaian orang barat yang tak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk seragarn sekolah, yaitu
a. b. c. d.

Memasukkan blouse atau kemeja kedalam rok atau celana Mengancingkan secara penuh kancing baju Mempergunakan ikat pinggang yang ditentukan sekolah Menyemir sepatu agar menimbulkan kesan bersih

panjang

Agar penampilan memberi kesan yang baik, usahakan kebersihan, kerapian dan keserasian busana yang dipergunakan selalu terjaga. Jangan menggunakan untuk rekreasi ke sekolah. Memakai busana yang cocok dengan situasi dan tempat menunjukkan bahwa anda mengetahui tatakrama. 2) Tatacara Bersolek dan Menggunakan Perhiasan Setiap siswa yang akan pergi kesekolah hendaknya berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah. Jangan bersolek berlebihan, khususnya untuk siswa putri. Tampak kurang pantas jika menggunakan perhiasan yang berlebihan. Kesan pertama bagi orang yang melihat adalah seolah-olah anda menjadi etalase berjalan. Begitu pula dalam menghadiri suatu pesta, pelengkap busana seperti. anting-anting, kalung, gelang, cincin, kembang, tas, arloji dan ikat pinggang hendaknya disesuaikan dengan raut muka dan bentuk tubuh.

You might also like