Professional Documents
Culture Documents
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
Pendahuluan
Kita sering kali ingin mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih, misalkan kita ingin mengetahui apakah ayah yang mempunyai tinggi di atas rata-rata juga akan mempunyai anak yang mempunyai tinggi di atas rata-rata teman sebayanya, apakah ada hubungan pemberian motivasi terhadap prestasi akademik anak di sekolah. Atau ketika kita ingin melihat apakah ada hubungan antara usia kendaraan dengan harga jualnya di pasaran. Analisis korelasi berusaha mengukur eratnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Nilai keeratan hubungan itu dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut koefisien korelasi.
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
Jika nilai r lebih kecil dari nol sering disebut korelasi negatif, secara geometris korelasi ini akan terjadi jika nilai X mengalami kenaikan maka nilai Y sebaliknya akan mengalami penurunan atau sebaliknya ketika nilai X turun maka nilai Y akan mengalami kenaikan. Jika nilai r lebih besar dari nol, korelasi yang terjadi sering disebut korelasi positif. Jika nilai X naik maka nilai Y juga akan naik atau sebaliknya jika nilai X turun maka nilai Y juga akan turun. Jika nilai r sama dengan nol atau mendekati nol artinya tidak terdapat korelasi antara X dengan Y. Selengkapnya di ringkas pada tabel di bawah ini
Nilai r r lebih kecil dari nol (r < 0) Jenis korelasi Korelasi negatif X Y
13 Mei 2009
Lanjutan
Nilai koefisien korelasi antara variabel x dan y biasanya dinyatakan dengan rxy atau untuk memudahkan penulisan, indeksnya dihilangkan sehingga cukup ditulis dengan r saja. Nilai korelasi merupakan rasio antara simpangan baku gabungan xy (sxy) terhadap perkalian antara simpangan baku variabel X (sX) dan simpangan baku variabel Y(sY). Nilai korelasi antara variabel X dan y berkisar antara -1 sampai +1 (-1 r +1).
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
Gambar di bawah ini menggarkan jenis korelasi antara X dan Y, pada gambar (a) korelasi positif, (b) korelasi negatif dan (c) tidak berkorelasi.
Y
85 80 75 70 65 60 55 50 60 70 80
Korelasi Positif
85 80 75 70 65 60 55
Korelasi Negatif
X
50 60 70 80
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
( X X )(Y Y ) ( X X ) (Y Y )
2
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
mahasiswa yang mempunyai nilai matakuliah Matematika tinggi maka nilai matakuliah Fisikanya juga akan tinggi.Untuk membuktikan asumsi itu, peneliti tersebut mengambil 10 responden sebagai sampel dan dilihat hasil ujian akhir semester kesepuluh mahasiswa itu, dimana hasilnya seperti terlihat pada tabel di bawah (X menyatakan nilai matakuliah Matematika sedangkan Y menyatakan nilai matakuliah Fisika).
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X 65 63 67 64 68 62 70 66 68 67 Y 68 66 68 65 69 66 68 65 68 67 X- X -1 -3 1 -2 2 -4 4 0 2 1 Y - Y 1 -1 1 -2 2 -1 1 -2 1 0 (X - X )(y -Y ) -1 3 1 4 4 4 4 0 2 0 (X X )2
(Y - Y )2 1 1 1 4 4 1 1 4 1 0 18
1 9 1 4 4 16 16 0 4 1 56
21 by Otong Suhyanto
Untuk menguji anggapan di atas perlu dilakukan pengujian, Ada beberapa tahapan untuk pengujian hipotesis, yaitu: 1) Hipotesis: H0 : Tidak terdapat hubungan antara nilai matakuliah Matematika dengan nilai matakuliah Fisika. H1 : Terdapat hubungan antara nilai matakuliah Matematika dengan nilai matakuliah Fisika Atau kalau kita nyatakan sebagai hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0 : = 0 H1 : 0 2) . r= Menentukan statistik hitung:
21
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
3) Mencari statistik tabel, Untuk mencari statistik tabel ada dua nilai yang harus dicari terlebih dahulu, pertama penentuan taraf nyata, misalkan 5%. Karena hipotesis yang kita gunakan adalah hipotesis dua arah maka taraf nyata yang digunakan adalah 5%/2 = 2,5%. Kedua mencari derajat bebas, untuk korelasi derajat bebas atau db dicari dengan menggunakan rumus db = n -2, dimana n jumlah sampel sehingga untuk kasus di atas db = 10 2 = 8. Dari tabel t diperoleh t(2,5%;8) = 0,747. 4) Membandingkan Statistik hitung dengan statistik tabel. Dari poin 2 didapat statistik hitung thit = 0,661 dan t(2,5%;8) = 0,747. Karena itu thit lebih kecil dari ttab sehingga H0 diterima. 5) Kesimpulan. Karena H0 diterima maka dapat kita simpulkan bahwa Tidak terdapat hubungan antara nilai matakuliah Matematika dengan nilai matakuliah Fisika.
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
Terkadang kita tidak perlu menghitung simpangan baku masing-masing variabel dan simpangan baku gabungan atau ratarata untuk masing-masing variabel, maka nilai korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
r= n X i Yi
i =1 n
X Y
i =1 i i =1
2 n 2 n n 2 n 2 n X i X i n Yi Yi 1=1 1=1 i =1 i =1
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
Perhitungan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah X 65 63 67 64 68 62 70 66 68 67 660 Y 68 66 68 65 69 66 68 65 68 67 670 XY 4420 4158 4556 4160 4692 4092 4760 4290 4624 4489 44241 X2 4225 3969 4489 4096 4624 3844 4900 4356 4624 4489 43616 Y2 4624 4356 4624 4225 4761 4356 4624 4225 4624 4489 44908
r= r=
10(44.241) (660)(670) [(10)(43.616) (660) 2 ][(10)(44.908) (670) 2 ] 442.410 44.2200 = 210 [560][180] = 0,6614
Bisa jadi pada saat tertentu kita tidak mendapatkan tabel korelasi r sebagai perbandingan terhadap nilai rhitung dalam pengujian hipotesis, sementara yang tersedia adalah tabel t. Untuk itu kita dapat melakukan trasfomasi dari nilai r ke nilai t dengan transformasi sebagai berikut: r n 2 db = n - 2
Transformasi dari r ke t
t=
1 r2
0,6614 10 2 1 (0,6614) 2 = 0,6614 8 1 0,43744996 = (0,6614)(2,82843) 0,56255004
Hasilnya
t=
Lanjutan
dengan db = n 2 = 10 2 = 8 dan dengan taraf nyata = 2,5% didapat t(2,5%,8) = 2,752. Karena t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima, dan kesimpulannya sama dengan di atas.
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto
13 Mei 2009
by Otong Suhyanto