You are on page 1of 20

Sejarah perkebunan kelapa sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura". Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2] Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia). Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

Tanaman kelapa sawit


pemupukan di pasar mati

Selama ini pemupukan pada tanaman kelapa sawit diberikan pada daerah piringan tanaman, padahal dalam membersihkan gulma dari sekeliling batang kelapa sawit yang disebut dengan piringan cukup memakan biaya. Pembuatan piringan dengan cara membabat kandas gulma secara manual dapat berbiaya Rp.1000 Rp.2000 / piringan, sedangkan dengan menyemprotkan herbisida kontak dapat mencapai Rp.600 Rp.1000. dan sering dikabarkan penggunaan herbisida dapat mengakibatkan stressnya tanaman. Padahal jika ditinjau dari daerah yang akar tersier/kuarter/rambut akar kelapa sawit yang paling banyak adalah di daerah ujung kanopi daun, itu adalah berada di daerah bawah tumpukan pelepah pada pasar mati. Di bawah tumpukan pelepah 99% bebas dari gulma, maka alasan apa yang dapat menolak pendapat bahwa pemupukan yang paling baik diberikan di bawah tumpukan pelepah tersebut dengan bantuan sebuah pipa untuk meluncurkan pupuk? Mohon pendapat anda..

KELAPA SAWIT Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah salah satu jenis tanaman dari famili palma yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil). Selain dari kelapa sawit, minyak nabati juga dapat diperoleh dari tanaman kelapa, kacang kedelai, bunga matahari, kacang tanah, dan lainnya. Dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang produktifitas menghasilkan minyak tertinggi, dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit (2000/3000 kg TBS/ha)

Buah kelapa sawit seberat 45 kg/tandan

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetik, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi dalam bidang kosmetik Kelapa sawit saat ini telah menjadi pionir dalam dunia pertanian di Indonesia, hal itu dikarenakan telah terjadinya peningkatan harga TBS yang luar biasa, yaitu mencapai Rp.1.550/kg TBS. Meskipun kenaikan harga TBS juga turut diikuti oleh kenaikan harga input produksi seperti pupuk, tenaga kerja, pestisida dan alsintan, tetapi secara total peningkatan harga TBS tetap memberikan tambahan pendapatan yang sangat menguntungkan para pekebun.

BIOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT Tanaman penghasil minyak nabati terdapat 3 jenis, yaitu Elaeis guinensis jacq, Elaeis oleifera atau Elaeis melanocca dan Elaeis odora atau Barcella odora (Corley, 1976). Kelapa sawit yang banyak ditanam di Indonesia adalah berasal dari Afrika. Beberapa varietas kelapa sawit adalah: Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Dwikka wakka. Penggolongan varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah menurut Hutgers dan Yampolski: 1. Varietas Macrocarya = type Congo tebal tempurung 4-8 mm daging buah 30-50 % tempurung/buah 20-40 % inti 10 % 2. Varietas Dura = type Deli tebal tempurung 2-5 mm daging buah 50-70 % tempurung/buah 20-40 % inti 10 % 3. Varietas Tenera = type Lesobe tebal tempurung 0,5-2,5 mm daging buah 70-85 % tempurung/buah 5-20 % inti 8-10 % pohon kelapa sawit tenera

4. Varietas Pisifera tebal tempurung +- 0 mm daging buah 85-100 % tempurung/buah +- 0 % inti 0-5 % pohon kelapa sawit varietas pisifera
Penggolongan kelapa sawit berdasakan warna buah menurut Vanderwejn

1. Nigrescens Buahnya berwana hitam pada saat masih muda dan berubah menjadi orange kehitam-hitaman pada saat buah matang.Buah sawit Nigrescens

2. Virescens Buahnya berwana hijau pada saat masih muda dan berubah menjadi orange pada saat buah matang.Buah sawit Virescens 3. Albescens Buahnya berwana keputih-putihan pada saat masih muda dan berubah menjadi kekuningkuningan pada saat buah matang. EKOLOGI KELAPA SAWIT Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan baik pada daerah 15LU-15LS, yaitu dekat daerah edar garis katulistiwa. Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang sesuai adalah 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30C. Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5. Perkebunan kelapa sawit baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar (tidak lebih dari 15, berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang dalam. Perbanyakan Tanaman Tanaman kelapa sawit dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif buatan. Secara generatif, tanaman kelapa sawit diperbanyak dari biji yang terdapat dalam butiran buah sawit, dan secar generatif buatan kelapa sawit diperbanyak dengan cara kultur jaringan. Produksi Benih Benih kelapa sawit yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit adalah hasil persilangan dari varietas Dura Deli (betina) dengan varietas Pisifera (jantan). Hasil persilangan dari varietas Dura dan Pisifera akan menghasilkan anakan yang bervarietas Tenera. Kelapa sawit varietas Tenera menjadi tujuan dari kegiatan persilangan karena kelebihan yang dimilikinya, yaitu: daging buah lebih tebal, ukuran buah lebih besar, kandungan minyak lebih tinggi, peluang kematangan buah yang sangat tinggi, dan berat buah cukup tinggi. Untuk kegiatan pembibitan, penyerbukan biasanya dillakukan secara manual, yaitu dilakukan oleh manusia. Serbuk Sari dari bunga jantan (varietas Pisifera) diambil dengan cara memotongnya atau menepuk-nepukkannya pada kantong plastik agar tepung sari terkumpul dalam kantong plastik. Tepung sari (pollen) yang telah didapatkan kemudian dicampur dengan talk murni dengan perbandingan 1:1. Campuran tepung sari dan talk tersebut dimasukkan kedalam baby duster atau alat lainnya yang dapat menghembuskan tepung ke bunga betina. Setelah tepung sari ditaburkan/dihembuskan ke bunga betina (kepala putik) maka bunga betina tersebut ditutup dengan kantong kertas / plastik agar bunga betina tidak terkontaminasi dengan serbuk sari kelapa sawit tidak jelas asal usulnya yang sangat banyak beterbangan di udara. Setelah penyerbukan terjadi maka bunga betina akan matang setelah 6 bulan kemudian.

Perbanyakan kelapa sawit dengan cara penyilangan ternyata memiliki kelemahan yang sangat nyata, yaitu hasil persilangan tidak 100% menjadi bibit yang bervarietas tenera, umumnya tingkat keberhasilannya hanya dapat mencapai 75 %. Bayangkan saja jika ada 1 juta bibit yang di produksi, maka akan ada 250.000 bibit yang bervarietas Dura, Pisifera atau abnormal. Jika biaya tanaman dari benih sampai tanaman di tebang (25 tahun) (menurut perhitungan singkat penulis mencapai Rp.156.000 / tanaman/25 tahun), maka berapa opportunity cost yang terjadi? Opportunity cost yang terjadi akibat terjadinya penyimpangan varietas yang dihasilkan ternyata belumlah seberapa jika tanaman dalam suatu kebun kelapa sawit bersifat super semua. Jika dilakukan pengamatan di lapangan, maka kita akan selalu mendapati adanya pohon yang bersifat super atau bersifat sangat buruk. Suatu pohon kelapa sawit yang bersifat super dapat memiliki berat tandan mencapai 30-45 Kg/tandan yang memenuhi setiap ketiak pelepahnya, meskipun umur tanaman masih 5-7 tahun. sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun bobot tandannya dapat mencapai 40-60 Kg/tandan dengan buah yang menjejali setiap celah pelapah yang ada. Kondisi pohon yang demikian tidaklah akibat pemupukan, kondisi tanah dan perawatan yang habis-habisan, karena secara pengamatan visual pohon super tersebut berada di tengah pohon-pohon lainnya yang kondisinya biasa saja ataupun buruk.
Buah sawit 40 kg/tandan

Oleh karena ternyata ada pohon sawit yang bersifat super dalam hal bobot tandan, kuantitas tandan, rendemen minyak, ketahan terhadap hama dan penyakit, ukuran pelepah, kekerasan pelepah, pertambahan tinggi batang, toleransi terhadap jenis tanah, toleransi terhadap drainase yang sangat buruk, toleransi terhadap pH tanah yang tidak sesuai, maka tentu saja akan sangat diharapkan jika seluruh tanaman yang ada dalam suatu kebun adalah sama persis dengan pohon super tersebut. Saat ini mungkin ada cara yang memungkinkan hal tersebut dapat terjadi, yaitu dengan cara dilakukannya perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif yang telah berhasil pada tanaman kelapa sawit adalah dengan cara kultur jaringan. Sebagai sel induk dalam kultur jaringan dapat digunakan dari sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya dengan jumlah yang sangat banyak, hanya saja kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan pembesarannya. Benih kelapa sawit tidak dapat diproduksi dan dipasarkan secara sembarangan, tetapi harus mendapat sertifikasi dari pemerintah untuk menjamin mutu bibit yang diproduksi dan keaslian varietas bibit. Saat ini pihak yang telah mendapat izin resmi dari pemerintah adalah Perkebunan Marihat dan Socfindo. LAND CLEARING / PERSIAPAN LAHAN Sebelum tanaman kelapa sawit ditanam, maka hal utama dan sangat menentukan kesuksesahan bisnis budidaya kelapa sawit adalah pada tahap land clearing. Suatu lahan kebun yang baik adalah jika memiliki saluran drainase yang berfungsi dengan baik, memiliki jalan yang kuat dan

rata untuk kegiatan melangsir buah ataupun truk pengangkutan, bersih dari tunggul-tunggul kayu yang mengganggu dalam bekerja, bebas dari pohon-pohonan dan semak belukar, adanya akses jalan darat ke setiap tanaman, bebas dari batu-batu besar yang mengganggu posisi penanaman dan pekerjaan. Pengerjaan land clearing dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara mekanis land clearing dikerjakan dengan alat-alat berat seperti Back Hoe, Buldozer dan Grader. Secara manual land clearing dikerjakan oleh manusia dengan peralatan sederhana berupa parang, kampak, gergaji, machine saw, cangkul, tembilang, babat. Jika ditinjau secara ekonomis, penggunaan cara mekanis ataupun manual harus memperhatikan pada beberapa faktor, yaitu: 1.Jauhnya jarak tempuh untuk mendatangkan alat-alat berat 2.Luasnya lahan 3.Tingkat kesulitan pekerjaan 4.Tingkat standar upah buruh lokal 5.Ketersediaan buruh 6.Biaya sewa/harga beli alat berat 7.Kebijakan dan peratruran pemerintah 8.Harga BBM dan oli mesin traktor 9.Tingkat upah operator traktor 10.Produktifitas kerja traktor 11.Produktifitas tenaga kerja manusia COVER CROP / TANAMAN PENUTUP Sebelum bibit kelapa sawit ditanam di lahan, satu hal yang sangat penting ada adalah tanaman penutup / cover srop, cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari kikisan air hujan, menjaga tumbuhnya gulma-gulma yang tidak diinginkan, menjaga ketersediaan unsur Nitrogen dalam tanah, mendinginkan tanah, sebagai tempat yang baik untuk berbiaknya mikroba-mikroba pengurai dan penyubur tanah BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT A. PEMBIBITAN Pembibitan sebaiknya dilaksanakn di dekat daerah penanaman, agar proses transport bibit ke lubang tanam dapat diminimalkan sehingga kerusakan bibit juga semakin sedikit. Bibit yang digunakan adalah berupa kecambah. Bibit kelapa sawit yang digunakan sebaiknya berasal dari produsen benih yang telah terpercaya kualitas tanamannya, contohnya bibit dari Marihat, Socfindo, Supergene (Malaysia), dan bibit dari Australia. Lahan untuk lokasi pembibitan adalah 10% dari luas lahan yang akan ditanami oleh bibit tersebut. Lahan tersebut dipersiapkan bersamaan dengan proses land clearing keseluruhan.

Kecambah ditanam di polibag ukuran 1 liter, pada umur umur 3bulan dipindahkan ke polibag 3 liter, pada umur 6 bulan dipindahkan ke polibag 9 liter. Bibit dapat dipingahkan ke lapangan saat berumur 9-12 bulan. B. PENGAJIRAN Pengajiran dapat dilakukan dengan menggunakan tiang pancang sepanjang 1,5m yang ditancapkan di titik yang telah detentukan untuk ditanami kelapa sawit. Jarak tanam yang digunakan antara lain 8,5mx9m, 9mx9m, 10mx10m, ata 11mx11m. Sudut antara satu baris dengan baris lainnya adalah 60 derajat, agar dapat dicapai efisiensi lahan yang maksimal C. TERASERING Terasering adalah pembuatan dataran/teras untuk lahan yang bertopografi miring. Terasering dapat dilakukan dengan cangkul ata menggunakan traktor. D. PENANAMAN COVER CROP Penanaman cover crop sangat penting untk menekan pertumbuhan gulma dan dapat meningkatkan bahan organik serta gas nitrogen dalam tanah. Tanaman cover crop yang sering digunakan antara lain pueraria javanica, centrosema pubescens E. PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT Tanaman kelapa sawit dapat ditanam setelah dilakukan pembuatan lubang danam dengan ukuran 90x90x90cm. F. PENANGANAN GULMA Gulma dapat ditangani dengan melakukan pembabatan dengan babat tangan ataupun mesin babat, dengan menggunakan herbisida, atapun menggunakan predator alami seperti kambing, kerbau, sapi, dan rusa.
Jenis-jenis gulma antara lain sebagai berikut: Gulma pakis raja Gulma rumput bendera Gulma pohon Gulma pohon di batang kelapa sawit Gulma berbatang alot

PEMUPUKAN Tanaman kelapa sawit seringkali merupakan tanaman yang sangat tergantung pada pemupukan untuk mencapai produksi yang tinggi, meskipun dapat ditemui kebun kelapa sawit yang dapat mencapai produksi rata-rata 3 ton/ha/bulan meskipun tanpa diberi pupuk sedikitpun. Secara logika, kebunkelapa sawit yang baik diharapkan dapat berproduksi TBS sebanyak 3-5 ton/bulan, dengan rendemen minyak mencapai 21%, maka produksi CPO adalah 6,3-10,5 ton/bulan, nilai kalori lemak adalah yang paling tinggi di antara zat gizi lainnya, yaitu 9,4 kalori/mg asam lemak, maka nilai energi yang dihasilkan dari satu hektar kebun sawit adalah luar biasa besarnya. Energi tersebut dapat digunakan sebagai zat gizi, bahan bakar, atau fungsi lainnya. Maka tidaklah wajar jika hasil produksi yang sedemikian besar tersebut hanya kita harapkan dari sang tanaman kelapa sawit dan tanah yang menyangganya tanpa ada sumbangsih dari kita yang menjadikannya sebagai sapi perah. Tujuan umum dari pemupukan adalah memberikan zat hara yang dibutuhkan tanaman dalam membangun jaringan akar, batang, daun dan buah. Pada saat kelapa sawit berupa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), tujuan pemupukan ada untuk menjadi bahan baku dan penolong dalam pembangunan tubuh tanaman, sedangkan pada saat kelapa sawit berupa TM (Tanaman Menghasilkan), tujuan pemupukan adalah agar tanaman kelapa sawit memproduksi buah dengan optimal. Berdasarkan banyaknya kuantitas yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu: pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur makro (unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar). Unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar antara lain adalah : Nitrogen (N), dapat diperoleh dari pupuk Urea (46% N), ZA ( %N) Posphor (P), dapat diperoleh dari pupuk TSP (46% P), Rock Posphat ( % P) Kalium (K), dapat diperoleh dari pupuk KCl (64% K) Magnesium (Mg), dapat deperoleh dari pupuk Kieserit ( % Mg) PANEN Untuk dapat berbunga, kelapa sawit membutuhkan waktu 2-3 tahun dari saat bibit ditanam di lapangan. Masa produktif tanaman dapat berlangsung 40-50 tahun. Pembentukan buah memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan (pollination). Pelaksanaan panen buah kelapa sawit tidak boleh dilakukan secara sembarangan, karena kegiatan panen tersebut menentukan pada produktifitas tanaman, rendemen minyak, mutu minyak, dan efisiensi biaya tenaga kerja. Pelaksanaan panen harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Kriteria Matang Panen Buah yang dapat dipanen haruslah buah yang daging buahnya telah berwarna kemerahmerahan/orange, dimana ada jenis buah yang meskipun kulit luarnya telah berwana kemerahmerahan tetapi ternyata daging buahnya belum matang (belum berwarna kemerah-merahan). Adapun kriteria umum yang digunakan dalam menentukan buah sawit yang layak panen adalah berdasakan pada jumlah berodolan yang telah jatuh di piringan. Kriteria jumlah berondolan dalam menentukan buah layak panen dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Berondolan
No Umur Tanaman (tahun) 1 2 3 Tanaman muda (3,5-5 tahun) Tanaman sedang (5-10 tahun) Tanaman dewasa (>10 tahun) Buah Memberondol (butir) 2 5-10 15-20

2. Rotasi dan Sistem Panen

Yang dimaksud dengan rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara suatu panen dengan panen berikutnya pada suatu area panen. Rotasi panen yang baik adalah jika buah yang dipanen tidak kurang atau terlalu matang. Rotasi panen yang sering dilakukan adalah tiap 7, 10 atau 14 hari sekali. 3. Cara Pengambilan Buah Cara pelaksanaan panen yang baik adalah salah satu syarat dalam menentukan produktifitas dan efisiensi dari suatu usaha kebun kelapa sawit. Ada suatu sistem dalam hal menjaga jumlah optimum daun pada pohon kelapa sawit, dan rumus dari jumlah daun optimum tersebut sering disebut dengan sistem Songgo Dua, yaitu selalu ada dua unit pelepah daun yang menyangga buah sawit pada posisi yang paling bawah. Oleh karena itu maka dalam mengambil buah tidak boleh ikut memotong pelepah yang menyangganya, cara pengambilan buah tersebut sering disebut dengan cara curi buah/culik buah. Alat yang baik digunakan dalam memanen buah sawit adalah Dodos (untuk buah yang berada pada ketinggian <5>
HAL-HAL TERPENTING DALAM BERBISNIS KEBUN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (4-40 Ha) 1. Angkat penjaga kebun dengan memenuhi syarat mutlak, yaitu jujur, rajin, mau diatur, konsentrasinya tidak terpecah selain dari bekerja di kebun. 2. Buat dan beri sistem penggajian yang menarik dan memotifasi untuk bekerja dengan tekun dan giat, misalnya adanya bonus atas tercapai/terlampauinya target produksi. 3. Upayakan agar dapat memelihara kambing di kebun tersebut, karena dapat membantu mengendalikan rumput dan menjaga gairah hidup penjaga kebun, karena kambing dapat juga

berfungsi sebagai teman jika bekerja dalam kesunyian kebun. Setiap hari raya penjaga kebun tersebut mendapat setengah bagian dari anak kambing yang lahir sebagai penarik agar tetap serius mengurus kambing tersebut. DEFINISI

Dodos: Dodos adalah alat memotong tandan buah kelapa sawit yang posisi buahnya kurang dari 5m
Egrek: Egrek adalah alat pemotong tangkai tandan sawit yang posisi buahnya lebih tinggi dari 5m Pasar Pikul : Pasar pikul adalah jalan diantara pohon kelapa sawit dimana para pemanen melewatinya saat pane. Pada pasar pikul ini tidak ada penghalang apapun untuk dijalani, seperti pelepah sawit, batu, lubang, rumput yang tinggi, dan lain sebagainya. Culik buah/Curi Buah: Culik buah adalah kegiatan memanen buah sawit tanpa memotong pelepahnya, sehingga jumlah pelepah pohon sawit tidak berkurang dari jumlah yang optimal

TBS : TBS adalah singkatan dari tandan buah segar, yaitu buah sawit yang telah matang dan telah dipotong dari pohonnya.
CPO : CPO adalah singkatan dari Crde Palm Oil, yang berarti minyak sawit mentah. Yaitu hasil pemerasan dari TBS yang dilakukan di pabrik kelapa sawit. CPO ini belum diperuntukkan untuk dikonsumsi karena masih mengandung ampas dari buah sawit, air, tanah, pasir, dan lainnya sehingga masih perl melewati proses pemurnian. PKO : PKO adalah singkatan dari Palm Kernel Oil, yaitu minyak yang diperoleh dari pemerasan inti yang terdapat pada biji kelapa sawit. Inti kelapa sawit memilik bentuk dan rasa seperti daging buah kelapa, tetapi dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi.

PKS
: PKS adalah singkatan dari Pabrik Kelapa Sawit, dimana TBS diolah agar menjadi CPO.

tipe kelapa sawit


Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari

Dura, Pisifera, dan Tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan

Bagian Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit


OPINI | 24 March 2011 | 01:27 106 0 Nihil Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil. Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub-famili: Cocoidae Genus : Elaeis Spesies : 1. Elaeisguineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin). Varietas/tipe : Digolongkan berdasarkan: 1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp): dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera. 2. Warna buah: dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). a. Akar (Radix) Sebagai tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang. Akar yang keluar dari pangkal batang sangat besar jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Sistem perkaran kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Akar primer, yaitu akar yang keluar dari bagian bawah batang (bulb), tumbuh secara vertikal (radicle) atau mendatar (adventitious roots), dan berdiameter 5 10 mm. 2) Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, yang arah tumbuhnya mendatar ataupun ke bawah, dan berdiameter 1 4 mm. 3) Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, yang arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 15 cm, dan berdiameter 0,5 1,5 mm. 4) Akar kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier yang berdiameter 0,2 0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm. Akar tertier dan kuarter inilah yang paling aktif mengambil hara dan air dari dalam tanah. Pada tanaman yang tumbuh di lapangan akar-akar tersebut terutama berada 2,0 2,5 m dari pokok dan terbanyak dijumpai pada kedalaman 0 20 cm dari permukaan tanah serta dapat tumbuh memanjang ke samping hingga mencapai 6 m dengan pola penyebaran yang berbeda-beda.

Zone perakaran kebanyakan terletak pada kedalaman 1,5 m dengan jumlah perakaran terbesar berada pada kedalaman antara 15 30 cm. Pada zone yang lebih dalam, perkembangan akar pada umurnnya sangat sedikit. Walaupun demikian, karena sistem perakarannya sangat rapat (lebat), maka pohon kelapa sawit dapat berdiri dengan kokoh dan kuat, sehingga jarang sekali ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang, kecuali bila solute tanah sangat dangkal seperti pada lahan gambut. b. Batang (Caulis) Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40 60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik turn- buh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun- daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat. Pangkal batang umumnya membesar memben- tuk bonggol batang (bowl). Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varitasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan (per- tambahan tinggi) sekitar 25 40 cm per tahun. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan batang kelapa sawit adalah kon-disi di sekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan), kerapatan tanaman, umur, dan sebagainya. Batang kelapa sawit untuk beberapa tahun pada umumnya masih terbungkus oleh pelepah daun, sehingga lingkar batang menjadi lebih besar. Apabila pelepah (frond) dipangkas secara teratur, bekas kaki-kaki (pangkal pelepah) daun tampak pada batang yang letaknya teratur seperti spiral. Pada umumnya, setiap tanaman mempunyai 8 spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri. Sifat ini merupakan sifat genetis. Pangkal pelepah daun biasanya mulai lepas (jatuh) setelah tanaman berumur 10 tahun atau lebih. Pangkal pelepah yang jatuh dapat mulai dari mana saja, tetapi lebih sering dari pertengahan tinggi batang. Secara alamiah (pertumbuhan liar di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 m. tetapi secara komersial (dalam budi daya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi ketinggian 15 18 m. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan panenan buah dan pemeliharaan lainnya, misalnya pemangkasan daun. c. Daun (Folium) Daun pertama yang keluar pada stadium bibit berbentuk lance-late, kemudian muncul bifurcate dan akhirnya pinnate. Pangkal pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun dan terdiri atas rachis (basis tangkai daun (petiolus), duriduri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (intervenium). Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duriduri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anal; daun dalam satu pelepah berkisar antara 120 160 pasang.

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang metingkari batang di many daun ke-1, ke-9, ke-17, dan seterusnya membentuk garis spiral. Pada tanaman yang tumbuh normal, 2 set spiral dapat dilihat selang 8 daun berputar ke kanan atau ke kiri, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Jumlah pelepah daun yang terbentuk selama saw tahun dapat mencapat 20 30 helai, tetapi kemudian berkurang sesuai dengan bertambahnya umur tanaman samapai menjadi 18 25 helai atau kurang. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40 50 pelepah daun. Apabila tidal dilakukan pemangkasan sewaktu panen, maka jumlah pelepah dam dapat melebihi 60 batang. Pada tanaman kelapa sawit dapat ditemukan daun songgo dua, yaitu dua daun yang tumbuh secara bertumpuk. Setelah tanaman mulai berbunga, pada ketiak pelepah daun akan keluar bunga betina (tandan buah) atau bunga jantan.

I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3). II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. 2.2. Media Tanam Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Penyemaian Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut : Pupuk Makro Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)

> 15-15-6-4

Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), > 12-12-17-2 minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr). Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr) Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air > POC NASA perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali). > 12-12-17-2

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman 3.2. Teknik Penanaman 3.2.1. Penentuan Pola Tanaman Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. 3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng. 3.2.3. Cara Penanaman Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran

tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. 3.3. Pemeliharaan Tanaman 3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari. 3.3.2. Penyiangan Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan Anjuran pemupukan sebagai berikut : Pupuk Makro 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 225 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 1000 kg/ha dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 48 & 60

Urea

TSP

115 kg/ha 750 kg/ha

MOP/KCl

1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 200 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 1200 kg/ha dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 75 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 600 kg/ha dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 20 kg/ha 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 40 kg/ha dst

Kieserite

Borax

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). POC NASA a. Dosis POC NASA mulai awal tanam : 0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali >36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.) 3.3.4. Pemangkasan Daun Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu: a. Pemangkasan pasir Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan. b. Pemangkasan produksi Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan. c. Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. 3.3.5. Kastrasi Bunga Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan. 3.3.6. Penyerbukan Buatan Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga. a. Penyerbukan oleh manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan: 1. Bak seludang bunga. 2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer. b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%. 3.4. Hama dan Penyakit 3.4.1. Hama a. Hama Tungau Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR. b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona. 3.4.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO. b. Garis Kuning Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal. c. Dry Basal Rot Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen 3.5.1. Umur Panen Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

http://74.125.39.104/search?q=cache:Py9coGHF9IQJ:fitagri.com/kelapa_sawit/kelapa_sa wit_main.html+kelapa+sawit+tenera&hl=de&ct=clnk&cd=13&gl=de&lr=lang_id&client =firefox-a ^ http://elearning.unej.ac.id/courses/PNU1705/document/babIklpswt.doc?cidReq=PNU170 5

You might also like