You are on page 1of 33

BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp.

1.

SEJARAH SINGKAT Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. 2. SENTRA PETERNAKAN Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika. 3. JENIS Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifatsifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss)

bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih. Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas. MANFAAT Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain: 1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. 2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan 3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia. 5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran 6. 4.

sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. 1) Konstruksi dan letak kandang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang. 2) Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk

memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.

6.2. Pembibitan Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah: 1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya. 2) Matanya tampak cerah dan bersih. 3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir. 4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba. 5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya. 6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur. 7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu. 8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari. Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciriciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut: 1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. 2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan. 3) laju pertumbuhannya relatif cepat. 4) efisiensi bahannya tinggi. 6.3. Pemeliharaan Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah : a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari. b) Mempermudah perawatan dan pemantauan. c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. 2. Pemberian Pakan Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar. Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll. 3. Pemeliharaan Kandang Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7.

HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Penyakit

1. Penyakit antraks Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati. 2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE) Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah. 3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE) Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa. 4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. 7.2. Pengendalian Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: 1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.

2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan. 3. Mengusakan lantai kandang selalu kering. 4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

PANEN 8.1. Hasil Utama Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya 8.2. Hasil Tambahan Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong. PASCA PANEN 9.1. Stoving Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: 1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan 2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging. 3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas. 4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin. 9.2. Pengulitan Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat. 9.3. Pengeluaran Jeroan Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi. 9.4. Pemotongan Karkas Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan 9.

8.

cow yang akan dipotong. Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut: Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 % Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan). 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Biaya Produksi a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,b. Kandang Rp. 1.000.000,c. Pakan - Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 12.000.000,Rp. 7.482.500,d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan

a. Penjualan sapi kereman Tambahan >Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi

Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan a. Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg

Rp. 111.110.000,b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,3) Keuntungan a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,4) Parameter kelayakan usaha a. B/C ratio

= 1,61

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu : a) Konsumen Akhir Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu : 1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas ) Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.

2. Konsumen asing Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan. b) Konsumen Industri Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu : a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat. b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta. 6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York. 12. KONTAK HUBUNGAN 1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Selamat Sore, Wednesday, April 04, 2012 7:25:47 PM

TEKNOLOGI TEPAT GUNA


Mentri Negara Riset dan Teknologi Username: Password: TTG BUDIDAYA PETERNAKAN BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG ( Bos sp. ) Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan | Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan

KRT LIPI LAPAN BPPT BATAN BSN

BAPETEN BAKOSURTANAL BMG Badan POM Lembaga Eijkman

1. SEJARAH SINGKAT Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. 2. SENTRA PETERNAKAN Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia. Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika. 3. JENIS Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih. Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas. 4. MANFAAT

Membership Download Tips & Trik Hobi

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain: 1. Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. 2. Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan garang kerajinan 3. Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia. 5. PERSYARATAN LOKASI Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. 6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan

kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. 1. Konstruksi dan letak kandang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang. 2. Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m. 3. Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi. 6.2. Pembibitan Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah: 1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya. 2. Matanya tampak cerah dan bersih. 3. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir. 4. Kukunya tidak terasa panas bila diraba. 5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya. 6. Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.

7. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu. 8. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari. Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan. laju pertumbuhannya relatif cepat. efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah : a. Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari. b. Mempermudah perawatan dan pemantauan. c. Menjaga keamanan dan kesehatan sapi. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. 2. Pemberian Pakan Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau

bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar. Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll. 3. Pemeliharaan Kandang Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi. 7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Penyakit 1. Penyakit antraks o Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. o Gejala: 1. demam tinggi, badan lemah dan gemetar; 2. gangguan pernafasan; 3. pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; 4. kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; 5. kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; 6. limpa bengkak dan berwarna kehitaman. o Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE) o Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE. o Gejala: 1. rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; 2. demam atau panas, suhu badan menurun drastis; 3. nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; 4. air liur keluar berlebihan. o Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah. 3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE) o Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. o Gejala: 1. kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; 2. leher, anus, dan vulva membengkak; 3. paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; 4. demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. o Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa. 4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) o Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. o Gejala: 1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; 2. kulit kuku mengelupas; 3. tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; 4. sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. 7.2. Pengendalian Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: 1. 2. 3. 4. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan. Mengusakan lantai kandang selalu kering. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

8. PANEN 8.1. Hasil Utama

Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya 8.2. Hasil Tambahan Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong. 9. PASCAPANEN 9.1. Stoving Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: 1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan 2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging. 3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas. 4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin. 9.2. Pengulitan Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat. 9.3. Pengeluaran Jeroan Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi. 9.4. Pemotongan Karkas Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagianbagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut: Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 % Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan). 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA 10.1. Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1. Biaya Produksi a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- -----------------------> Rp. 48.750.000,b. Kandang ---------------------------------------------------------------------> Rp. 1.000.000,c. Pakan Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari --------------> Rp. 12.000.000, Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari ------------> Rp. 7.482.500,d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- ---------------> Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi -----------------------------------------------------------> Rp. 69.307.500,2. Pendapatan : a. Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg, Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg

Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg --------------------------> Rp. 111.110.000,b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- ------------------------> Rp. 1.095.000,Jumlah Pendapatan -------------------------------------------------------------> Rp. 112.205.000,3. Keuntungan Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. ---------> Rp. 42.897.500,4. Parameter kelayakan usaha : a. B/C ratio = 1,61 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu : a. Konsumen Akhir Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu : 1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas ) Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera. 2. Konsumen asing Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan. b. Konsumen Industri Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu : 1. KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat. 2. APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan

3. ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia). 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta. 6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York. 12. KONTAK HUBUNGAN 1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829 2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

PENGEMUKAN SAPI POTONG SISTEM KEREMAN 1. KELUARAN Teknologi dan metoda pengemukan sapi 2. BAHAN Sapi bakalan, hijauan segar, makanan penguat, konsentrat, vitamin, air minum dan obatobatan 3. ALAT Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul, karung plastik, dll. 4. PEDOMAN TEKNIS Penggemukan pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi genetik untuk tumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam jangka waktu maksimal 6 bulan. Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang dengan diberi pakan dasar hijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan (konsentrat). Jumlah pakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 14 -16 %. 1. Sapi bakalan

Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan muda atau dewasa, kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur kurang antara 1-1,5 tahun 2. Pakan tambahan (konsentrat) Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat maka perlu diimbangi dengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat, antara lain dengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul 60, batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur 0,5 dan mixed mineral 0,5. 3. Perkandangan Kandang ternak harus berjarak 10 - 20 m dari rumah atau sumber air. Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan panjang 2 m, lantai kandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor. Tempat makan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoran ternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoran untuk kompos yang terpisah dari kandang. 5. SUMBER Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001 6. KONTAK HUBUNGAN Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian - Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia Profil IPTEK | Site Map | Contact Us Copyright 2005, IPTEKnet. All rights reserved Office : BPPT, Gd.1 - Lt.16 , Jl. M.H. Thamrin 8, Jakarta 10340 Technical Support (021)71112109; Customer Care 081389010009; Fax. (021)3149058

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu peluang usaha yang prospektif yang dapat dikembangkan di kabupaten Subang. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke tahun, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan rata-rata kualitas hidup masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat untuk mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup. Usaha penggemukan sapi potong juga relevan dengan upaya pelestarian sumberdaya lahan. Kotoran sapi yang diperoleh selama masa penggemukan, selain volumenya yang cukup besar juga memiliki berbagai kandungan senyawa dan mikroorganisme yang

dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah. Dalam tinjauan makro, pengembangan usaha penggemukan sapi juga merupakan salah satu upaya penghematan devisa. Pengembangan usaha penggemukan sapi merupakan salah satu upaya substitusi impor. Dengan demikian usaha penggemukan sapi sangat layak dalam tinjauan mikro, dan sangat terpuji dalam pandangan makro.

powered by

Senin, 19 Januari 2009


ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DAN PENGOLAHAN HASIL LIMBAH SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR
Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali DAN Pengolahan Hasil Limbah Sebagai Pupuk Organik Padat dan Cair Ketut Mahaputra, I Made Rai Yasa dan I Nyoman Adijaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Sapi Bali sampai saat ini masih merupakan komoditi unggulan bidang peternakan di Bali. Walaupun sebagai komoditi unggulan, sapi Bali memiliki banyak kelemahan yaitu pertumbuhan yang relatif lambat. Usaha penggemukan sapi Bali yang dilaksanakan pada lahan kering dicirikan dengan ketersediaan pakan ternak yang terbatas. Adanya inovasi teknologi penggemukan sapi Bali pada lahan kering memungkinkan untuk lebih meningkatkan pertambahan bobot sapi yang akhirnya akan menambah pendapatan bersih yang diterima petani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2007 di Kelompok Tani Tunas Harapan Kita Desa Sanggalangit Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng sebagai salah satu wilayah Prima Tani yang telah mengembangkan usaha penggemukan sapi dengan kandang koloni berikut pengolahan limbah sebagai pupuk organik padat dan cair (Bio Urine). Dalam penerapan inovasi teknologi tersebut tentunya seiring dengan peningkatan biaya yang diperlukan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mengetahui pendapatan bersih yang diterima petani setelah penerapan inovasi teknologi tersebut. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, penentuan sampel secara purposive dan analisis data dengan analisis parsial usahatani selama satu kali proses produksi (6 bulan) menggunakan pendekatan dengan rumus perhitungan: Pd = TR TC, dilanjutkan dengan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan usaha penggemukan sapi diperoleh pendapatan bersih Rp. 7.831.675,- , dari pupuk organik cair (bio urine) sebanyak Rp. 2,334,138,- serta hasil pupuk padat sebesar Rp. 1,180,313,-. Jadi dalam periode 6 bulan usahatani penggemukan sapi Bali dan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik padat maupun cair, memberikan pendapatan bersih kepada kelompok tani sebesar Rp. 11.346.125,- dengan R/C sebesar 1,2 yang berindikasi bahwa usaha tersebut menguntungkan untuk dilakukan. Kata kunci : Penggemukan sapi, pupuk padat, pupuk cair, pendapatan

PENDAHULUAN Keberadaan kegiatan Prima Tani yang merupakan kegiatan multi years memungkinkan melakukan kegiatan pengembangan inovasi teknis maupun kelembagaan secara bertahap.

4. Aspek Produksi
a. Proses Penggemukan 1). Sapi impor Penggemukan sapi impor dilakukan dengan sistem kandang kering (dry fattening) , yaitu dengan cara menempatkan sapi-sapi bakalan di dalam kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 60 sampai 90 hari dan di beri ransum pakan setiap hari. 2). Sapi Lokal Penggemukan sapi lokal di lakukan dengan cara kereman, yaitu menempatkan tiap ekor sapi dalam tempat tersendiri (sistem baterai 1,8 m x 2,0 m ) tidak berkelompok dan diberi ransum pakan setiap hari. Lama penggemukan 90 sampai 180 hari. b. Persyaratan Teknis 1). Lokasi penggemukan Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan persyaratan sebagai berikut : Topografi relatif dasar Tersedia cukup air (kebutuhan air 70 l/ekor/hari) Kesuburan tanah cukup untuk penanaman hijauan Sarana dan prasarana cukup memadai Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan) Tenaga kerja yang cukup dan terampil. Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidakSalah satu kegiatan dalam

mengoptimalkan sumberdaya lokal adalah pengembangan ternak sapi, dimana terdapat pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik dalam upaya pemulihan hara tanah. Bali pada tahun 1999 memiliki populasi sapi sebanyak 526.013 ekor (Anonimous, 2000) dan telah menjadi 576.586 ekor atau meningkat 9,6% di tahun 2004 atau dengan kepadatan 102,36 ekor/km. Dengan kepadatan tersebut, menempatkan Bali sebagai daerah dengan populasi ternak sapi terpadat di Indonesia (Anonimous, 2004). Sapi Bali sampai saat ini masih merupakan komoditi unggulan bidang peternakan di Bali. Walaupun sebagai komoditi unggulan, sapi Bali memiliki banyak kelemahan yaitu pertumbuhan yang relatif lambat. Selain kelemahan tersebut sapi Bali memiliki kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan jenis sapi lainnya yaitu daya adaptasinya sangat baik dengan lingkungan pemeliharaanya (Darma, 1997). Keadaan Umum lahan kering untuk daerah peternakan dicirikan dengan ketersediaan pakan ternak yang terbatas. Petani pada daerah ini pada umumnya petani kecil dengan tingkat perekonomian yang lemah dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap cara berusahatani ataupun beternak (Suprapto, dkk. 1999). Keberhasilan dan keberlanjutan dari usaha peternakan skala rumah tangga untuk lahan kering akan sangat tergantung dari ketersediaan pakan guna pemenuhan kebutuhan ternak itu sendiri. Menurut Gunawan, dkk (1996), usaha penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kwantitas yang cukup dengan kualitas yang baik secara kontinyu. Pemberian konsentrat sebagai pakan penguat biasanya dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (Kusnadi, dkk. 1993). Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi

rendah. Adanya inovasi teknologi tentunya akan merubah struktur biaya dalam proses produksi untuk menghasilkan manfaat yang diinginkan, sehingga perlu dilihat keuntungan ataupun manfaat dari penerapan inovasi teknologi terutama dalam kegiatan peternakan penggemukan sapi yang dilakukan di daerah pengkajian.

METODOLOGI PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian dilaksanakan di wilayah kajian Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering Kabupaten Buleleng, Kecamatan Gerokgak, Desa Sanggalangit yang ditentukan secara purposive pada Kelompok Tunas Harapan Kita untuk satu kandang koloni dengan jumlah sapi penggemukan sebanyak 10 ekor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2007. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan alat bantu kuisioner. Analisis usahatani dilakukan secara parsial selama satu kali prose produksi (6 bulan) menggunakan pendekatan dengan rumus perhitungan : Pd = TR TC TC = TFC + TVC Keterangan : Pd = Pendapatan bersih ; TR = Total penerimaan ; TC = Total biaya yang terdiri atas biaya tetap dan biaya tidak tetap ; Py = Harga per satuan input Selanjutnya perhitungan R/C ratio, merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 2002). PEMBAHASAN Di Desa Sanggalangit sejak tahun 2003 telah berkembang kelompok penggemukan sapi. Penggemukan biasanya dilakukan selama 8 bulan dengan pakan tambahan berupa dedak padi dengan pakan dasar berupa hijauan yang ketersediannya sangat tergantung musim. Permasalahan utama yang dihadapi dalam usaha penggemukan sapi adalah kesulitan pakan di musim kering. Untuk itu perlu kiranya dalam usaha penggemukan sapi Bali direncanakan dengan melihat kalender musim hasil PRA (Participatory Rural Appraisal) serta data curah hujan yang telah dilaksanakan sebelumnya dalam hubungannya dengan ketersediaan pakan. Curah Hujan Wilayah Gerokgak 1996-2006 Jenis pakan yang tersedia di kelompok ini sangat bervariasi tergantung musim, dimana pada bulan-bulan basah produksinya berlimpah sehingga petani dapat memilih jenis pakan yang dikehendaki. Semua jenis tanaman pakan ternak produksinya meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan dan menurun saat curah hujan menurun (Gambar 1). Petani merasakan pakan sangat melimpah saat MH dan paceklik pakan saat MK. Sumber : Sri Agung 2006 Gambar 1. Data curah hujan di Kecamatan Gerokgak 1996-2006 Pakan yang umum diberikan sapi-sapi di kelompok ini antara lain rumput lapangan, gamal (Glirisidia sp), lamtoro, limbah jagung, gamelina, sonokeling, intaran (mimba), rumput kering di bukit, jerami padi (membeli dari daerah lain), daun kelapa, daun asem, waru, batang pisang, daun pisang kering dan lainnya. Secara umum di musim kering yang berlangsung antara bulan Juni sampai Nopember peternak sudah mulai kesulitan mencari pakan ternak. Pada saat MK tersebut waktu yang mereka habiskan untuk mencari pakan cukup lama karena jarak mencari pakan cukup jauh (sekitar 3-4 km). Gamelina, Sonokeling, dan Mimba (Intaran) merupakan tanaman penghijauan di bukit yang dijadikan sumber hijauan di saat MK. Selain itu, pohon mangga, asem dan tanaman lain pun tidak terlepas dari pemangkasan untuk pakan di musim kering. Lebih parah lagi ada beberapa petani mengumpulkan daun bambu kering untuk pakan. Tabel 1. Keterkaitan Musim dengan Ketersediaan Pakan di Kec. Gerokgak, Kab.

Buleleng Bali, 2004. Parameter Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Musim Hujan Pakan sulit Sumber : Yasa, dkk. 2005 Menurut Yasa, dkk (2006), sapi-sapi di Desa Sanggalangit mengalami lima bulan krisis pakan yaitu dari bulan Juli sampai Nopember (Tabel 1). Pada bulan-bulan tersebut, sapisapi diberikan pakan seadanya dengan kualitas (kandungan gizi rendah) dan kwantitas terbatas. Pakan yang diberikan hampir 70% berupa pakan kering (hay) seperti limbah jagung, rumput gunung, jerami padi yang dibeli di desa lain, daun pisang kering dan pada puncak krisis ternak diberikan daun bambu. Untuk pakan segar, hijauan yang diberikan berupa daun gamal, lamtoro, gamelina, sonokeling, intaran (mimba), daun kelapa, daun asam, waru, batang pisang bahkan daun mangga juga diberikan Melihat kondisi tersebut (Tabel 1) masa yang tepat untuk pengemukan sapi Bali adalah mulai dilakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Juni, sehingga dengan terjaminnya kwalitas maupun kuantitas pakan yang diberikan pada masa penggemukan diharapkan memberikan pertumbuhan optimal serta mempercepat periode produksi. Hal ini akan menjadi lebih efisien baik dari tenaga ataupun biaya lain dibutuhkan dalam proses produksi. Yasa, dkk (2006) menyatakan bahwa pertambahan bobot sapi pada bulan Maret sampai Juni, selanjutnya laju pertumbuhannya mulai menurun dari bulan Juli sampai Agustus. Kondisi ini seiring dengan menurunnya ketersediaan pakan khususnya untuk hijauan serta kurang baiknya kondisi lingkungan dengan rendahnya curah hujan pada saat itu. Memperhatikan kondisi seperti itu, penggemukan sebaiknya diawali pada bulan Desember selanjutnya dipasarkan pada bulan Mei-Juni tahun berikutnya. Strategi lain yang dapat dilakukan berupa peningkatan 1) volume pemberian pakan penguat, namun dengan perhitungan secara ekonomis terlebih dahulu; 2) memperbesar bobot badan awal sapi yang akan digemukkan, yakni paling tidak 300 kg supaya waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot potong menjadi lebih singkat (5 bulan); dan 3) meningkatkan sumber pakan hijauan bermutu melalui penananam hijauan pakan bermutu tahan kering seperti lamtoro yang telah terbukti berproduksi sepanjang tahun. Dalam mengoptimalkan manfaat kegiatan penggemukan sapi Bali guna memberi nilai tambah dari investasi yang ditanamkan, berbagai produk dapat dihasilkan antara lain limbah sapi yang diolah sebagai pupuk organik padat dan cair (bio urine). Namun dalam proses produksi ikutan tersebut, perlu infrastruktur pendukung berupa kandang koloni untuk menunjang Instalasi Produksi Pupuk Organik Cair. Kandang koloni ini khusus dimanfaatkan untuk sapi penggemukan dan menunjang Instalasi Produksi Pupuk Organik padat dan cair. Kandang ini dibangun atas kerjasama BPTP Bali, Bappeda Provinsi Bali dan Kelompok Tani Tunas harapan Kita dengan biaya Rp. 25.166.500,Petani di Desa Sanggalangit secara umum berpendapatan rendah dengan kepemilikan lahan yang sempit (sekitar 0,5 Ha). Pendapatan yang rendah ini akan berdampak terhadap daya beli saprodi. Di lain pihak wilayah di desa ini merupakan lahan kritis yang butuh pupuk dan pupuk kimia harganya terus mengalami peningkatan. Untuk memecahkan masalah ini, maka diintroduksikan teknologi pengolahan kotoran ternak untuk menghasilkan pupuk organik padat dan cair.

Instalasi pupuk cair serta instalasi pengolahan pupuk padat sebagai pelengkap kandang koloni, dibangun tidak terlepas dari swadaya petani dengan menghabiskan anggaran senilai Rp. 7.611.000,- per unit. Menurut Yasa, dkk (2006) berbagai kelebihan diperoleh dari pupuk organik antara lain : 1) karena bentuknya cair, aplikasinya lebih mudah, karena bisa dilakukan dengan penyemprotan, dan pada tanaman pohon tidak harus membuat lubang pada tanah; 2) bahan baku pupuk organik bisa bertambah tidak hanya dari kotoran (faeces) tapi juga dari kencing ternak; dan 3) volume penggunaanya lebih hemat dibandingkan pupuk kompos. Untuk tanaman padi, jika pupuk kompos (padat) perhektar memerlukan 2,5 - 5 ton, maka dengan pupuk cair hanya memerlukan 1,2 ton permusim. Satu ekor sapi memproduksi rata-rata 5 liter urin setiap hari, sehingga instalasi bio urin yang berisi 10 ekor sapi menghasilkan pupuk organik cair sebanyak 500 liter per sekali proses (satu kali proses butuh waktu 10 hari). Dampak aplikasi pupuk organik ini cukup menggembirakan pada tanaman bawang merah. Pada proses produksi pupuk organik cair ini, menggunakan fermentor RB dan Azba produksi BPTP Bali Demikian halnya dengan kotoran sapi yang semakin melimpah seiring dengan meningkatnya populasi sapi di desa ini. Untuk menjadi pupuk organik siap pakai secara alami membutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan diperlukan fermentor dan tempat fermentasi seperti untuk menghindarkan kompos yang dihasilkan terkena air hujan dan terkena sinar matahari langsung. Penggemukan di daerah pengkajian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Januari sampai akhir Juni 2006, sapi yang diberikan pakan dasar hijauan segar dan kering secara ad libitum dengan tambahan pakan penguat berupa dedak padi sebanyak 2 kg/ekor; di tambah feed aditif berupa probiotik Bio Cas 5 ml per ekor per hari. Probiotik Bio-Cas merupakan cairan berwarna coklat hasil pengembangan BPTP Bali. Mikroorganisme ini dilaporkan mampu menguraikan bahan organik kompleks dalam pakan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh saluran pencernaan. Sapi yang digemukkan berumur antara 1,5 sampai 2 tahun dengan bobot awal rata-rata 254,7 kg. Sejalan dengan periode penggemukan yang sesuai di daerah pengkajian, bobot akhir sapi penggemukan selama 6 bulan pemeliharaan mencapai rata-rata 364,5 kg dengan kenaikan bobot per hari mencapai 0,61 kg. Hal ini sudah dapat meningkatkan bobot badan sapi untuk pemeliharaan di lahan marginal yang menurut Saka (1990), dengan pola pemeliharaan secara tradisional, tambahan bobot badan sapi Bali rata-rata 280 gram/ekor/hari. Keberhasilan peningkatan bobot badan tersebut disertai pula dengan peningkatan biaya diperlukan dalam proses produksi, sehingga lebih lanjut analisis usahatani penggemukan sapi Bali dengan kandang koloni bersama dengan pemanfaatan limbahnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Bali Beserta Produksi Pupuk Organik Cair dan Padat di Kelompok Tunas Harapan Kita Sanggalangit, tahun 2006 No. A 1. a. Uraian Jumla Satuan Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Biaya Produksi 42.000.000 : 75.000

Sapi

Penggemukan Mata 10

Sarana 10 Ekor Obat-obatan Ekor

4.200.000 7.500

b. Kulit 10 Ekor 20.000 200.000 c. Biocas (1 Ltr/ekor) 10 Kor 20.000 200.000 d. Dedak (2 kg/ekor/hari) 3650 Ekor 1.200 4.380.000 Kandang koloni 1 Unit 25.166.500 1.258.325 2. Tenaga Kerja - Mencari Pakan/HMT dan membersihkan kandang 182.5 Hok 23.000 4.197.500 3. Pembuatan Bio-rine - Penyusutan Alat (usia ekonomi 10 th) 1 Unit 7.611.000 380.550 Bahan lain : a. Asetobacter (1 ltr utk 400 ltr urine) 182.5 Liter 25.000 570.313 b. Rummino Bacillus (0,5 ltr utk 400 ltr) 11.41 Liter 20.000 228.125 Tenaga kerja 22.81 Hok 23.000 1.049.375 4. Fermentasi pupuk kandang - Fermentor Rummino Bacillus (1 Ltr RB utk 1500 kg feces) 6 Kg 20.000 120.000 Tenaga kerja 22.81 Hok 23.000 524.688 B Produksi/penjualan 1. Sapi Jantan 10 Ekor 6.014.250 60.142.500 Total Biaya 52.310.825 Pendapatan Bersih Ternak Sapi 7.831.675 2. Bio-urine 9125 Liter 500 4.562.500 (5 ltr/hari/ekor) Total Biaya 2.228.363 Pendapatan Bersih Bio-urine 2.334.138 3. Pupuk kandang 9125 Kg 200 1.825.000 (5 Kg/hari/ekor) Total Biaya 644.688 Pendapatan Bersih Pupuk Kandang 1.180.313 C Total Pendapatan Bersih 11.346.125 D R/C 1,2 Sumber : Data primer diolah Biaya-biaya yang diperhitungkan dari analisis ini antara lain : 1) biaya pembuatan kandang koloni serta instalasi pendukung pembuatan pupuk organik padat dan cair (infrastruktur); 2) dan biaya dalam proses produksi meliputi penggemukan sapi, pembuatan pupuk padat serta pembuatan pupuk cair termasuk tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk biaya infrastruktur dihitung rata-rata penyusutan selama usia ekonomis. Tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan sesuai dengan upah yang berlaku termasuk konsumsi dan snack diberikan selama bekerja. Harga-harga satuan juga berdasarkan yang berlaku didaerah pengkajian, seperti harga penjualan pupuk padat dan pupuk cair yang dihasilkan. Dari Tabel 2 terlihat penggemukan untuk 10 ekor sapi diperoleh pendapatan bersih Rp. 7.831.675,-. Dengan produksi urin sebanyak 5 liter per ekor per hari dan pupuk padat sebanyak 5 kg per ekor per hari diperoleh pendapatan bersih pupuk organik cair (bio urine) sebanyak Rp. 2,334,138,- serta hasil pupuk padat sebesar Rp. 1,180,313,-. Jadi dalam periode 6 bulan usahatani penggemukan sapi Bali dan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik padat maupun cair, memberikan pendapatan bersih kepada

kelompok tani sebesar Rp. 11.346.125,- dengan R/C sebesar 1,2 yang berindikasi bahwa usaha tersebut cukup menguntungkan dilakukan. KESIMPULAN Dari hasil kajian dapat disimpulkan : 1. Inovasi teknologi penggemukan sapi Bali dengan kandang koloni dapat meningkatkan bobot sapi Bali yang sekaligus memberi nilai tambah dengan memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai pupuk organik padat maupun cair. 2. Usaha penggemukan sapi Bali dengan kandang koloni bersama dengan pemanfaatan limbah, cukup menguntungkan dilaksanakan dengan memberikan kontribusi pendapatan bersih sebesar Rp. 11.346.125,- dengan R/C sebesar 1,2 sehingga cukup layak untuk dilanjutkan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2000. Informasi Data Peternakan Propinsi Bali Tahun 1999. Dinas Peternakan Propinsi Bali. Denpasar Anonimus. 2004. Statistik Peternakan di Provinsi Bali Tahun 2004. Dinas Peternakan Provinsi Bali, Denpasar Dharma, D.M.N dan A.A.G. Putra. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan. CV. Bali Media Adhikarsa. Denpasar. Gunawan., M.A. Yusron., Aryogi dan A. Rasyid. 1996. Peningkatan produktivitas pedet jantan sapi perah rakyat melalui penambahan pakan konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 2. Puslitbangnak. Bogor. Kusnadi, U., M. Sabrani., Wiloeto., S. Iskandar., D. Sugandi., Subiharta.., Nandang dan Wartiningsih. (1993) Hasil Penelitian Usahatani Ternak Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah. Balai Penelitian Ternak, Bogor Saka,I.K. 1990. Pemberian pakan dan Pemeliharaan Ternak kerja. Makalah dalam Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Sapi Potong. Balai Informasi Pertanian Bali. Denpasar 10-13 Desember 1990 Sukartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia Suprapto., I.K.Mahaputra., M.A. T. Sinaga., I.G.A. Sudaratmaja dan M.Sumartini. 1999. Laporan Akhir Pengkajian SUT Tanaman Pangan di Lahan Marginal. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar. Bali Yasa, I.M.R., I.N. Adijaya., IGAK Sudaratmaja., I.K. Mahaputra., I.W. Trisnawati., J. Rinaldi., D.A. Elizabeth., A.K. Wirawan dan A. Rachim. 2005. Laporan Participatory Rural Appraisal di Desa Patas dan Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak Buleleng Bali. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar. Yasa, I.M.R. I.N. Adijaya, I.K. Mahaputra, I.A. Parwati. 2006. Pertumbuhan Sapi Bali yang Diggemukan di Lahan Kering Desa Sanggalangit Kecamatan Gerokgak Buleleng. Makalah Seminar Nasional. BPTP NTB. Diposkan oleh businises di 21:51

0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Custom Search

Penggemukan Sapi Potong


Google Microsoft Kompas Google misled consumers, Australian court rules San Francisco Chronicle COURTS Google loses appeal on ads Google misled Australian consumers in 2007 by including paid advertisements from competitors in search results for businesses, an appeals court ruled. The Federal Court of Appeal in Sydney on Tuesday overturned a lower ... Related Articles Facebook focus guides Google CEO's 1st year on job The Associated Press By MICHAEL LIEDTKE, AP Technology Writer 4 hours ago When he replaced his mentor Eric Schmidt as Google's CEO last April, Page insisted that the company had to be more aggressive about countering the threat posed by Facebook's ever-growing popularity ... Related Articles Google found guilty of serving misleading ads in Australia

4. Aspek Produksi
a. Proses Penggemukan 1). Sapi impor Penggemukan sapi impor dilakukan dengan sistem kandang kering (dry fattening) , yaitu dengan cara menempatkan sapi-sapi bakalan di dalam kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 60 sampai 90 hari dan di beri ransum pakan setiap hari. 2). Sapi Lokal Penggemukan sapi lokal di lakukan dengan cara kereman, yaitu menempatkan tiap ekor sapi dalam tempat tersendiri (sistem baterai 1,8 m x 2,0 m ) tidak berkelompok dan diberi ransum pakan setiap hari. Lama penggemukan 90 sampai 180 hari. b. Persyaratan Teknis 1). Lokasi penggemukan Lokasi lahan usaha baik untuk sapi impor maupun sapi lokal memerlukan persyaratan sebagai berikut : Topografi relatif dasar Tersedia cukup air (kebutuhan air 70 l/ekor/hari) Kesuburan tanah cukup untuk penanaman hijauan Sarana dan prasarana cukup memadai Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan) Tenaga kerja yang cukup dan terampil. Jarak antara INTI dan PLASMA sebaiknya tidak lebih dari 1 jam perjalanan kendaraan truk. 2). Kandang Sapi Import Untuk sapi impor luas kandang per baterai berukuran 3,0 m2 per ekor sapi di ikat, dan dalam satu kandang di tempatkan sejumlah sapi. Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan (gang way) seluas 1,5 Sapi lokal Dalam sistem baterai setiap satu sapi di tempatkan dalam kandang berukuran 1,8 x 2 m, jadi sapi tidak ditempatkan secara berkelompok.
Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

16

3). Sapi bakalan Sapi import Sapi import didatangkan dari Australia pada umumnya jenis Brahman Cross. Jenis sapi ini mempunyai Average Daily Growth (ADG) yang cukup tinggi berkisar 0,8 - 1,2 kg/hari. Berat awal berkisar 300 sampai dengan 350 kilogram dengan umur 1,5 sampai 2 tahun. Sapi bakalan Ada beberapa jenis sapi lokal yang dapat di gunakan sebagai sapi bakalan. Jenis sapi Bali dan sapi Ongole mempunyai potensi sebagai sapi bakalan. Sapi Bali mempunyai ADG 1,5 - 1,0 kg/hari. Sedangkan sapi Ongole mempunyai 0,4 - 0,8 kg/hari. Berat awal berkisar 200 sampai 300 kg dengan umur 1,5 sampai 2 tahun. 4). Pakan Sapi import Komposisi pakan sapi import terdiri dari konsentrat dan hijauan dengan persentasi 85% dan 15%. Komposisi makanan sangat penting

karena di gunakan sebagai sumber energi dan pembentukan protein. Kebutuhan gizi minimal untuk keperluan pertumbuhan bobot. Komposisi beberapa jenis hijauan dan konsentrat terlampir. Sapi lokal Komposisi pakan sapi lokal terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pada umumnya kebutuhan hijauan per hari sekitar 10% dari bobot sapi, sedangkan konsentrat sekitar 1-2 kg/hari. Untuk meningkatkan efisiensi pakan telah di kembangkan suatu probiotik, yaitu semacam enzim pemecah karbohidrat struktural (selulusa, hemiselulosa, dan lignin), protein dan lemak. Hijauan pakan untuk sapi lokal bisa di sediakan dengan menanam rumput gajah atau king grass. Untuk ini peternak perlu menggunakan bagian lahan usaha pertaniannya untuk menanam rumput tersebut. Untuk ini peternak perlu menggunakan kebutuhan 4 ekor sapi penggemukan, rumput harus minimal di tanam pada lahan seluas 0,4 ha. Dengan pemupukan yang baik, rumput di panen dengan sistem ratoon. Apabila kelembaban tanah cukup, pemberian pupuk setelah panen akan mempercepat pertumbuhan tunas dan kelebatan rumput.
Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

5). Pemeliharaan Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari. Kebutuhan air sebanyak 70 liter per ekor per hari Kebersihan kandang harus di perhatikan Sapi yang tidak sehat dipisahkan dari kelompok. Sapi jangan terganggu lingkungannya. 6). Panen Sapi impor dapat dipanen pada kisaran 60 sampai dengan 90 hari penggemukan. Sedangkan sapi lokal dapat di panen pada kisaran 90 sampai 180 hari. Penimbangan berat akhir di lakukan di lokasi INTI atau di lokasi peternak sesuai perjanjian. Karena transportasi sapi bisa menganggu berat badan, maka apabila di timbang di lokasi inti, lokasi peternakan harus tidak jauh dari lokasi Perusahaan Inti (sekitar 1 jam perjalanan kendaraan). c. Lingkungan Usaha penggemukan sapi ini selama di laksanakan di luar kota tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Justru dari limbah penggemukan sapi ini, akan diperoleh kotoran sapi yang akan bisa menjadi pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan lahan petani, ini akan mengakibatkan bisa diperolehnya peningkatan hasil pertanian.
Bank Indonesia Penggemukan Sapi Potong

17

5.

18

You might also like