You are on page 1of 13

Paper Penerapan Konsep Green

Economy di Indonesia

Disusun oleh : Anissya Harsono Herlinda Pratiwi (7211410004) (7211410014)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI S1 2012

BAB I Pendahuluan

1.1

Latar Belakang Benturan yang terjadi antara prinsip ekonomi neoklasik dengan isu

lingkungan sudah terjadi sejak revolusi industri hingga sekarang (Stiglizt, 1974; Agnani et al., 2005), sayangnya dalam dinamika perekonomian dunia, prinsip ekonomi neoklasik lebih sering diimplementasikan oleh manusia. Hal ini dibuktikan dengan lebih berkembangnya growth economic dibandingkan dengansustain growth economic. Implementasi growth menyebabkan terjadinya economic ini juga terjadi daya di Indonesia mengarah yang pada

eksploitasi

sumber

alam

kerusakan alam yang merugikan manusia. Misalnya ijin konsesi tambang batu bara, kebun sawit dan HPH di Kalimantan Timur mencapai 21,7 Ha sementara lahan yang tersedia hanya 19,8 juta Ha yang menyebabkan penebangan hutan secara besar-besaran. Sedangkan secara agregat, total kerugian materi yang melanda Indonesia akibat banjir disertai longsor di 34 kabupaten/kota di Indonesia sebesar Rp. 2,7 triliun. Hal ini menunjukkan dahsyatnya dampak negatif pengelolaan sumberdaya alam dengan banyaknya ijin eksploitasi yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. (Wahana Lingkungan Hidup, 2010) Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang mengedepankan kelestarian alam demi mencegah dampak perubahan iklim. Mengatasi perubahan iklim merupakan agenda nasional pemerintah. Sudah ada langkah awal dari indonesia untuk mendorong dunia merumuskan kesepakatan baru untuk secara konsisten bersamasama melakukan aksi nyata mencegah perubahan iklim global. Tujuan dari

pembangunan berkaitan dengan perubahan iklim tetap untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, membuka lebih banyak lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Tiga tujuan itu harus bisa dicapai tanpa mengabaikan aspek perlindungan lingkungan.(Detik.com, 30 September 2011) Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 13 Ayat 3 menyatakan bahwa Pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimaa dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Penanggugjawab usaha dan atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggungjawab masing-masing. Sesuai dengan pernyataan diatas, pemerintah sebagai pelindung sekaligus pembuat kebijakan bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat yaitu dengan mengarahkan masyarakat menuju ekonomi hijau (Green Economy). Untuk menerapkan Green Economy tersebut, pemerintah memiliki

kebijakan green government yang mempunyai visi dan misi yang mengarah pada sustain development. Namun hal ini belum dijalankan sepenuhnya oleh Indonesia dibuktikan dengan belum adanya konsistusi yang mengarahkan kita kepada Green Economy serta sistem yang terpadu antara seluruh stake holder terkait.

1.2

Tujuan Untuk memberikan penjelasan tentang Green Economy Untuk mendiskripsikan tentang Green Economy Untuk mengetahui sejauh mana Indonesia menerapkan Ekonomi Hijau tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

Green economy atau disebut juga ekonomi hijau menurut UNEP (Badan PBB untuk program lingkungan Hidup) adalah suatu model pembangunan suatu model pembangunan untuk mencegah meningkatnya emisi gas rumah kaca dan mengotasi perubahan iklim. Model ini punya peran untuk menggantikan model hitam yang boros konsumsi bahan bakar fosil, batu bara, dan gas alam. Green Economy dipakai atas dasar pentingnya ekosistem buol aktivitas manusia sebagai pelaku ekonomi dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas. Selain itu, green economy juga jadi jalan keluar agar lingkungan yang ada tercipta bersih dan bebas polusi. Pada saat ini secara global tantangan yang dihadapi adalah masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan iklim dan krisis finansial. Pada pertemuan Governing Council / GMEF UNEP upaya pembangunan ekonomi hijau merupakan upaya yang tepat dalam menghadapi krisis finansial global dengan semboyan The Global Green New Deal. Menurut UNEP beberapa Negara yang telah merespon krisis finansial dengan ekonomi hijau yaitu dengan investasi pada infrastruktur hijau, mengurangi emisi karbon misalnya : 1. Cina mengalokasikan 12% dari US$ 586 milyar paket stimulusnya untuk energi efisiensi, peningkatan kualitas lingkungan, meningkatkan 2 kali lipat pendanaan untuk pembangunan transportasi perkereta apian (low carbon

emission), pembangunan jaringan listrik baru sebesar US$ 70 milyar. 2. Jerman telah melakukan pembangunan ekonomi hijau dengan

meningkatkan

pendanaan yang tersedia sebesar US$ 3,78 milyar untuk

membiayai

renovasi

untuk

bangunan

agar

menjadi

bangunan

hijau,

mempercepat investasi pada transportasi dan mensubsidi pengembangan pembangunan per-keretaapi-an, pengelolaan air, mengurangi pajak untuk bangunan hijau dan memberikan keringanan pajak keuntungan untuk kendaraan yang ramah lingkungan. 3. Republik Korea Selatan telah menetapkan Green New Deal, dimana pemerintah akan menginvestasikan US$ 38 milyar untuk 4 tahun mendatang untuk perencanaan pertumbuhan hijau yang terdiri dari 36 proyek besar yang terdiri dari program pemulihan 4 daerah aliran sungai yang utama, membuat jalan sepeda, meningkatkan sampai 68000 kendaraan yang ramah lingkungan, dan mengganti sebanyak 20% lampu-lampu untuk fasilitas umum menjadi lampu hemat energi dan lain sebagainya. 4. Dan menurut Hillary Clinton, pada pembukaan pertemuan pertama persiapan Major Economies Forum bulan April 2009 yang lalu mengatakan bahwa dari dana rencana recovering sebesar US$ 80 milyar digunakan untuk program renewable energi dan energi efisiensi yang diyakini keluar dari krisis menjadi green recovery 5. Selain itu beberapa negara berkembang seperti Bangladesh, Srilanka juga melakukan berbagai aktifitas untuk low carbon emission, energi effisiensi serta kebijakan fiskal memungut pajak lingkungan yang digunakan sepenuhnya untuk perbaikan lingkungan Dengan melihat beberapa Negara yang sudah menerapkan green economy atau ekonomi hijau, di sini penulis akan membahas sejauh mana Negara Indonesia menerapkan konsep green economy pada pemerintah dan masyarakat-

masyarakatnya.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Indonesia dan Green Economy Pada saat ini Indonesia sangat bertumpu pada sumber daya alam-nya baik yang tidak dapat diperbaharui maupun yang dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang pada saat ini yang menjadi tulang-punggung perekonomian kita adalah migas, mineral dan hutan kita. Dari data-data yang kita ketahui bersama misalnya hutan di Indonesia sudah mengalami degradasi sehingga tutupan lahan di Indonesia menjadi berkurang misalnya: Pulau Jawa tinggal 7,55%, Bali 27,23%, Sumatera 32%, Kalimantan 46,48%, Sulawesi 56,87%, Maluku 72,42% dan Papua 79,30%. Sedangkan minyak bumi ketersediaannya juga terbatas demikian juga batubara. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana lingkungan antara lain banjir, longsor, kenaikan temperatur, perubahan iklim, badai, cuaca yang tidak dapat diprediksi secara baik sehingga menimbulkan sulitnya melaksanakan program pengentasan kemiskinan yang utama pada petani dan nelayan. Dari data studi KLH tentang adaptasi menunjukkan musim tanam bergeser dari bulan November menjadi bulan Januari dan Februari. Belum lagi karena gelombang pasang yang sangat tinggi maka nelayan kita yang kapalnya sangat kecil tidak dapat melaut. Selain itu juga terjadi tekanan terhadap alih fungsi hutan, bahkan karena nilai ekonomi suatu komoditi maka banyak aktifitas ekonomi yang melanggar peraturan perundangan

misalnya.kawasan lindung seperti tidak boleh bercocok tanam di kawasan lindung dengan kemiringan >40%, tetapi di Pegunungan Dieng dan Lembang, petani menanam kentang tapi akibatnya petani setelah mengalami booming uang hasil panen hanya dinikmati-nya selama 5 tahun dan setelah itu terjadi penambahan

pupuk karena humusnya hilang karena erosi dan juga terjadi berbagai bencana kekeringan dan longsor. Perubahan iklim juga memerlukan bibit tanaman khususnya padi yang tahan terhadap badai dan banjir kalau tidak akan terjadi gagal panen. Selain terjadinya kerusakan lingkungan juga terjadi pencemaran lingkungan baik air, udara dan laut kita. Dari data Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) tahun 2007, status mutu air 33 sungai pada 30 provinsi di Indonesia sudah tercemar dengan kisaran ringan-berat bila dibandingkan mutu air sungai kelas I dan II. Padahal kita ketahui bersama air merupakan unsur utama dalam kehidupan manusia, dan dengan perubahan iklim ini bisa terjadi kelangkaan air. Berbagai peraturan perundangan diterbitkan untuk mencegah terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan serta memacu terjadinya perubahan iklim tetapi tanggapan pebisnis kita selalu negatif. Padahal berbagai peraturan tersebut dapat dijadikan peluang, misalnya PT. Astra karena memenuhi standar EURO II mendapatkan kepercayaan dari Toyota untuk ekspor ke negara lainnya. Peluang lain yang diambil oleh 100 perusahaan Indonesia adalah dengan carbon trading melalui program Clean Development Mechanism (CDM) sesuai Kyoto Protocol. Jadi pendekatan Redesigning and Reimagining sebagai pendekatan baru untuk menghadapi tantangan dibidang lingkungan tersebut perlu kita lakukan secara bersama-sama.

3.2 Tantangan dan Peluang Mengikuti Green Economy Pada umumnya kita melihat krisis finansial dipisahkan dari upaya perbaikan kualitas lingkungan, bahkan seringkali uapaya perbaikan lingkungan dikorbankan hanya untuk perbaikan ekonomi. Padahal kita sudah mengalami berbagai bencana karena eksploitasi lingkungan yang jor-jor an. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

kejadian bencana di Indonesia dalam periode 2003-2005 saja terjadi 1429 kejadian bencana. Sekitar 53,3% adalah bencana yang terkait dengan hidro-meteorologi (sumber Bakornas PB dan Bappenas 2006). Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%) diikuti oleh longsor (16%). Menurut UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs mengindikasikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana yang terkait dengan iklim. Adapun kerugian ekonomi data dari World Bank (2006) menyebutkan bahwa kerugian global akibat perubahan iklim mencapai US$ 4,3 triliun. Kerugian ini akan menjadi beban tanggungan negara-negara berkembang dan miskin yang relatif memiliki keterbatasan kemampuan adaptasi akibat keterbatasan modal dsan teknologi. Bila negara maju ingin membantu negara berkembang dan miskin, maka dana yang terkumpul hanya US$ 500 milyar. Memperhatikan negara-negara seperti Korea Selatan, Bangladesh, Srilanka, Cina, USA, Jerman, Inggris yang sudah melaksanakan green economy dengan membuat kebijakan fiskal dan alokasi dana yang lebih besar untuk programprogram adaptasi dan mitigasi. Pada saat ini Indonesia memberikan dana stimulan yang terbesar pada kegiatan infrastruktur, padahal Amerika dan negara-negara tersebut diatas mengalokasikan dana stimulan untuk pembangunan ekonomi rendah karbon antara lain untuk energi efisiensi, membangun energi terbaharukan, mengembangkan otomotif industri rendah karbon dimana dengan cara ini juga membuat lapangan kerja baru. Di Indonesia juga dengan mendorong pelaksanaan program CDM, dan dengan adanya UU Persampahan dimana pembuangan sampah yang open dumping harus berubah menjadi landfill sudah dimulai dilakukannya landfill dan upaya pembakaran gas metan bahkan ada yang dijadikan listrik. Selain itu, industri kelapa sawit menggunakan limbah cangkangnya menjadi bahan bakar bahkan bisa

juga diproduksi listrik. Dan juga di gedung-gedung dilakukan energi efisiensi dapat menghemat biaya listrik sampai 20%, bahkan bisa lebih besar bila adanya penggantian bahan perusak ozon pada chiller akan menambah effisiensinya menjadi 40%. Bila kita melihat potensi CDM di Indonesia dari sektor energi sebesar 125 juta ton CO2, sektor kehutan 140 juta ton CO2, totalnya adalah 265 juta CO2. Belum lagi bilamana kita berani mengembangkan REDD sebagai alternatif devisa negara dari sektor kehutanan. Beberapa propinsi sudah melakukan beberapa aktifitas yang mengarah kepada green economy seperti DI Yogyakarta melakukan efisiensi energi listrik (lampu jalan), maka Pemda Yogyakarta bisa menyimpan biaya listrik sebesar 35 47%. Dana yang bisa disimpan ini digunakan untuk investasi energi terbaharukan yang dipakai oleh masyarakat yang tidak dapat listrik dari PLN. Semua aktifitas ini juga membuka lapangan pekerjaan baru misalnya pemasangan dan pemeliharaan energi terbaharukan. Pada kegiatan pertanian lainnya misalnya untuk pemeliharaan sapi, maka kotoran sapi yang mencemari lingkungan dan menghasilkan gas metan (GRK), dapat diambil gas metan dan dijadikan listrik. Demikian juga pada kegiatan adaptasi dengan adanya Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Sumur Resapan, maka anak-anak jalanan mendapatkan upah sebesar Rp 5000,- per lubang jadi bila sehari bisa membuat lubang sebanyak 5 buah maka anak jalanan mendapat upah >US$ 2,5 Pada kegiatan industri yang dilakukan adalah mencari alternatif energi, upaya yang dilakukan nya adalah melaksanakan CSR-nya dengan menanam pada lokasi bekas tambang tanaman produktif untuk petani penggarap dan jathropa untuk perusahaan semen sebagai energi alternatif. Selain itu melakukan bantuan

pada pengelolaan sampah yang dijadikan kompos sebagai pupuk untuk petani dan bahan bakar alternatif untuk industri semen-nya. Pendekatan CSR seperti ini juga dilakukan oleh Coca Cola dimana perusahaan ini sangat aktif dalam

program lingkungan untuk konservasi air. Pendekatan ini dianjurkan juga agar dilaksankan oleh semua industri, yaitu mengaitkan kepentingan bisnis dan upaya perlindungan lingkungan. Dengan uraian tersebut diatas kita Indonesia bisa melaksanakan green economy dengan merubah cara pandang kiat mengeksploitasi sumber daya alam sebelumnya yaitu eksploitasi sumber daya alam misalnya dari sektor kehutanan, migas, tambang, pertanian, perikanan dan pengembangan industri menuju pada: Pemanfaatan sumber daya alam dengan prisip pembangunan berkelanjutan 1. Kehutanan untuk pelayanan lingkungan : CDM, Carbon Trade, REDD, Eco Tourism, Keanekaragaman Hayati dan Pembagian Hasil 2. Efisiensi Energi (biaya rendah) 3. Energi Terbarukan : waste for energy, biomass, biogas, solar cell, mass transportation, organic for agriculture 4. Kepariwisataan Adapun kegiatan untuk adaptasi yang utama yang bisa dilakukan serta sekaligus memberikan lapangan pekerjaan adalah program yang dilakukan secara komprehensif untuk rehabilitasi lingkungan seperti tersebut di bawah ini; 1. Reforestrasi dengan partisipasi masyarakat 2. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai 3. Pembuatan sumur resapan/biopori 4. Situ,kolam dan rehabilitasi Danau 5. Rehabilatasi lahan kritis

Kegiatan tersebut juga berdampak pada upaya pencegahan bencana lingkungan serta membantu upaya pelaksanaan program pertanian dan sektor ekonomi lainnya. 3.3 Usaha Pemerintah Menerapkan Green Economy Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Swadaya Masyarakat World Wildlife Fund (WWF) mengajak para pebisnis untuk ikut dalam kampanye Green Economy. Pemerintah menjanjikan insentif bagi pebisnis yang menaati green economy. Pemerintah mengajak para pelaku bisnis dan para stake holder agar mau menerapkan green economy. Maksud dari penerapan green economy adalah, para pebisnis melalui unit usahanya yang bergerak di bidang sumberdaya alam menerapkan standar internasional berupa pengurangan penebangan hutan dan melestarikan

keanekaragaman hayati untuk mencegah perubahan iklim. Jika pebisnis melakukan pengurangan sampah, pemerintah dapat memberikan potongan pajak atau retribusi. Pengurangan itu bersifat progresif yang artinya jika semakin lama sampah yang mereka buang sedikit, semakin sedikit pula pajak atau retribusi yang pemerintah kenakan. Selain itu untuk pembebasan bea masuk, pemerintah akan berkoordinasi dengan pihak terkait seperti bea cukai. Perusahaan yang menerapkan green economy diberikan rekomendasi untuk dibebaskan bea masuk barang impornya.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Indonesia bisa melaksanakan green economy dengan merubah cara pandang kiat mengeksploitasi sumber daya alam sebelumnya yaitu eksploitasi sumber daya alam misalnya dari sektor kehutanan, migas, tambang, pertanian, perikanan dan pengembangan industri menuju pada: Pemanfaatan sumber daya alam dengan prisip pembangunan berkelanjutan 1. Kehutanan untuk pelayanan lingkungan : CDM, Carbon Trade, REDD, Eco Tourism, Keanekaragaman Hayati dan Pembagian Hasil 2. Efisiensi Energi (biaya rendah) 3. Energi Terbarukan : waste for energy, biomass, biogas, solar cell, mass transportation, organic for agriculture 4. Kepariwisataan Adapun kegiatan untuk adaptasi yang utama yang bisa dilakukan serta sekaligus memberikan lapangan pekerjaan adalah program yang dilakukan secara komprehensif untuk rehabilitasi lingkungan seperti tersebut di bawah ini; 1. Reforestrasi dengan partisipasi masyarakat 2. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai 3. Pembuatan sumur resapan/biopori 4. Situ,kolam dan rehabilitasi Danau 5. Rehabilatasi lahan kritis

Pemerintah dan juga masyarakat sudah melakukan usaha untuk menerapkan menerapkan green economy. Dari masyarakat sendiri misalnya daerah NTT sudah menggunakan lampu jalan tenaga surya. Kalau dari pemerintah, pemerintah mengurangi tarif pajak bagi perusahaan yang meminimalkan jumlah sampah mereka dan juga membebaskan tarif bea masuk atau retribusi untuk barang-barang impornya.

You might also like