You are on page 1of 132

1

IMPLEMENTASI METODE RESITASI


TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)



SKRIPSI




Oleh:

Abd. Azis Tata Pangarsa
NIM. 01140038













JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Maret 2007


ii
ii
IMPLEMENTASI METODE RESITASI
TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)


SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
Strata-I (S-I) Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)


Oleh:

Abd. Azis Tata Pangarsa
NIM. 01140038












JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Maret 2007



iii
iii
IMPLEMENTASI METODE RESITASI
TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)



SKRIPSI


Oleh:

Abd. Azis Tata Pangarsa
NIM. 01140038


Telah Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing




Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA
NIP. 150 302 530


Tanggal, 26 Maret 2007




Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam




Drs. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP. 150 267 235




iv
iv
IMPLEMENTASI METODE RESITASI
TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)

SKRIPSI
Dipersiapkan dan Disusun oleh
Abd. Azis Tata Pangarsa (NIM. 01140038)
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 01 April 2007

Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Pada Tanggal: 03 April 2007

Panitia Ujian

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,





Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA
NIP. 150 302 530





M. Amin Nur, M.Ag
NIP. 150 327 263


Penguji Utama, Pembimbing




Drs. H. Satral, M.Ag
NIP. 150 023 946




Drs. H, Bakhruddin Fannani, MA
NIP. 150 302 530
Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang




Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031



v
v
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati terdalam yang tulus ikhlas
karya ini aku persembahkan sebagai tanda baktiku
teruntuk Bapak dan Ibuku tercinta yang telah melahirkan, membimbing,
membesarkan, menyayangi, mendidik, menasehati dan motivasi dan yang paling
berjasa dalam hidupku dan yang selalu memberikan doa di setiap saat
serta di setiap gerak langkahku.
Istriku tercinta "Sulis Bintari" dan anakku terkasih "Nazira Fikriyatun Nuha
Tatapangarsa Al Qodri" yang tak henti-hentinya memberikan dorongan dan
semangat untuk terus berusaha dan berdoa demi mewujudkan mimpi-mimpiku.
Guru-guru MI Miftahul Huda yang telah menerima dan mendukung serta
mengarahkanku, sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada
Pak Abdul Rozzaq S.Pd. (Pak Dul).
Tak terlupakan sahabat sejatiku mas Fajar, Sodik, Afif, Jodang, Anang dll.
Terima kasih atas segala ketulusan dan keihlasan dalam curahan kasih sayangnya
selama ini, sehingga menjadikan hidupku lebih hidup, lebih semangat dan lebih
indah. Persembahan buah karyaku yang sangat sederhana ini teruntuk semua yang
membaca karyaku ini
Tiada kata selain doa dan harapan yang bisa terucap semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmad, taufiq, hidayah dan inayahnya, ketabahan dan
kesabaran kepadaku demi mewujudkan mimpi-mimpi yang selama ini
aku cita-citakan. Semoga amal kebaikan antum jamian menjadi amal ibadah
menuju riddho Allah Subhanahu Wataala amin ya Robbal alamin.


vi
vi
Halaman Motto:




, = | , - _ . _ , - : - = | . , , ; - | - - :




Barang siapa yang menghendaki segala harapannya dapat tercapai,
maka gunakanlah waktu malam itu sebagai kendaraan
untuk mengejar segala harapannya.
1
























Drs. H. Bakhruddin Fannani,MA.

1
Syekh Az Zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm.39


vii
vii
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Abd. Azis Tata Pangarsa Malang, 26 Maret 2007
Lamp : 6 (Enam) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini :
Nama : Abd. Azis Tata Pangarsa
NIM : 01140038
Jurusan : Pendidikan Islam
Judul Skripsi : Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di MI
Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang).
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,


Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA.
NIP. 150 302 530



viii
viii
SURAT PERNYATAAN



Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dan teracu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.


Malang, 26 Maret 2007


Abd. Azis Tata Pangarsa























ix
ix
KATA PENGANTAR
,,=\' _==\' =' ,= ,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wataala yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa
Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang).
Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurah dan telimpahkan
kepada Baginda junjungan kita Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallama,
yang telah membimbing perubahan akhlaq dari yang sesat menuju akhlaqul
karimah.
Penulis sangat menyadari penuh bahwa kripsi ini dengan melibatkan banyak
pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Untuk itu patut kiranya pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak dan Ibuku yang kuhormati (Muhammad Terba'i Qodri dan
Sayuni), istriku tercinta Sulis Bintari serta anakku terkasih Nazira
Fikriyatun Nuha Tatapangarsa Al Qodri yang senantiasa memberikan
dorongan semangat dan doa, serta yang telah memberikan motivasi baik
dhohir maupun batin.


x
x
2. Bapak. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Malang.
3. Bapak. Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
4. Bapak. Drs. Moh. Padil. M,Pd.I sebagai Ketua Jurusan Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.
5. Bapak. Drs.Bakhruddin Fannani, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang
penuh kesabaran dan ketelitian memberikan bantuan dan pengarahan
kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepada semua pihak yang terkait terutama Bapak Abd. Rozzaq, S.Pd.
dan segenap cifitas MI Miftahul Huda Sumbernongko yang telah
membantu penulis mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
penelitian.
Tiada ucapan yang dapat penulis sampaikan kecual iJaza Kumullai Khaira
al-Jaza. Dalam hal ini pula penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan
tugas akhir ini, banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun menjadi harapan penulis ke depan sebagai motivasi
perbaikan pada penulisan berikutnya.
Ahirnya dengan memohon rahmat Allah SWT. semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis kususnya dan pembaca pada umumnya
Amin Yaarobbal 'Alamin.
Malang, Maret 2007
Penulis





xi
xi
DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran I : Tabel Keadaan Guru
Lampiran II : Tabel Struktur Organisasi
Lampiran III : Data Guru dan Pegawai MI Miftahul Huda
Lampiran IV : Pedoman Wawancara : Responden Kepala Madrasah
Lampiran V : Pedoman Wawancara : Responden Guru Sains
Lampiran VI : Pedoman Angket : Responden Siswa
Lampiran VII : Tata Tertib Siswa
Lampiran VIII : Denah MI Miftahul Huda
Lampiran IX : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran X : Bukti Konsultasi
Lampiran XI : Surat Ijin Penelitian
Lampiran XII : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran XIII : Daftar Siswa yang Lulus dan Nilai Danem
Lampiran XIV : Daftar Riwayat Hidup Peneliti

















xii
xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................. vii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................................ xv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
F. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 10
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Tentang Metode Resitasi ................................................. 12
B. Tinjauan Umum Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) ...................... 33
C. Konsep Prestasi Belajar ............................................................................ 46
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 62
B. Kehadiran Peneliti .................................................................................. 64
C. Lokasi Penelitian .................................................................................... 65
D. Sumber Data ........................................................................................... 66


xiii
xiii
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 66
F. Analisis Data .......................................................................................... 72
G. Pengecekan keabsahan Data .................................................................. 75
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................... 75

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data......................................................................................... 78
B. Temuan Penelitian .................................................................................. 86
C. Pembahasan ............................................................................................ 93
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 107
B. Saran ............................................................................................... 111

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran



















xiv
xiv
ABSTRAK
Abd. Azis Tata Pangarsa, Implementasi Metode Resitasi Terhadap
Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi kasus di MI Miftahul Huda
Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang).
Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA.

Kata Kunci : Metode Resitasi, Sains, Prestasi Belajar
Suatu lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah, selalu ingin menghasilkan
out put yang berprestasi bagus, berkualitas, dan berakhlakul karimah. Hal ini
terlihat salah satunya dengan tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dari sini banyak cara dan metode, salah satunya dengan metode resitasi yang
diupayakan pihak madrasah agar bisa maju dan memiliki kualitas pendidikan yang
bagus, atau minimal madrasah yang mempunyai nilai atau ciri tersendiri
dibandingkan sekolah atau madrasah yang lain. Madrasah ini, menurut
pengamatan peneliti secara intensif, meskipun berada di tempat terpencil namun
kualitas dan prestasi belajar siswanya bagus dan dapat dibanggakan, baik prestasi
akademik, seperti mata pelajaran Sains, maupun non akademik seperti olahraga.
Melihat fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk meneliti keberadaan
madrasah tersebut. sehingga penulis dapat memaparkan tujuan dilakukannya
penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi metode resitasi
yang diterapkan oleh madrasah tersebut khususnya dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, faktor apa
saja yang dirasa mendukung dan menghambat dalam proses kegiatan tersebut,
serta bagaimanakah hasil dari implementasi metode resitasi dalam pembelajaran
mata pelajaran Sains tersebut terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang
akademik maupun non-akademik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan teknik
analisis deskriptif kualitatif pula, yaitu berupa pemaparan dan penggambaran
secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya mengenai data-data terkait,
baik yang tertulis maupun lisan dari objek penelitian yang ada di lembaga
tersebut. Selain itu juga menggunakan teknik statistik, metode ini digunakan
untuk menganalisa data yang berupa angka-angka yang peneliti dapat dari hasil
angket. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode,
yaitu metode wawancara, observasi, angket, interview dan dokumentasi. Untuk
mendukung pemaparan data, penulis juga menyertakan berbagai lampiran yang
terkait dengan penelitian ini.
Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: Implementasi
metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(Sains) ini sudah baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, ini dapat
dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Dalam mengimplementasikan metode tersebut, banyak strategi yang
ditempuh, salah satunya adalah penyusunan program pengembangan mata
pelajaran Sains, baik di dalam kegiatan belajar mengajar (di dalam kelas) maupun


xv
xv
diluar kegiatan pembelajaran yang terus diupayakan. Untuk kegiatan di dalam
kelas, ini diupayakan sepenuhnya oleh masing-masing guru kelas atau guru mata
pelajaran Sains, dalam hal ini guru Sains berusaha menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar yang bervariatif serta mengupayakan bagaimana materi pelajaran
bisa diterima oleh siswa dengan baik. Untuk kegiatan di luar kelas, siswa dengan
mandiri atau dengan bantuan orang lain bila tidak bisa mengerjakan tugas resitasi
dari guru. Selain itu juga tidak terlepas dari peran kepala madrasah dalam
mendukung serta mengaktifkan program yang telah disusun, sehingga ini
merupakan salah satu faktor pendukung dalam mengimplementasikan metode
resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Sains di madrasah tersebut, namun hal
itu juga tidak terlepas dengan adanya faktor-faktor yang menghambat penerapan
metode resitasi tersebut, salah satunya adalah dari latar belakang lingkungan dan
karakteristik siswa yang heterogen, terbatasnya waktu yang tersedia, serta
kurangnya sarana dan media pembelajaran. Namun adanya kekurangan tersebut,
dari pihak madrasah selalu mengupayakan mencari solusi guna perbaikan dalam
penerapan metode resitasi dalam pembelajaran Sains selanjutnya. Dan hasilnya
pelaksanaan metode resitasi tersebut sedikit banyak telah memenuhi target dari
tujuan yang telah ditentukan, yaitu adanya perkembangan perolehan yang baik
pada nilai akhir ujian dari siswa, khususnya dalam mata pelajaran Sains.





















xvi
xvi
IMPLEMENTASI METODE RESITASI TERHADAP PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS)
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)

SKRIPSI

Dipersiapkan dan Disusun oleh

Abd. Azis Tata Pangarsa (NIM. 01140038)


Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 02 April 2007
Dengan nilai B+
Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI.)

Pada Tanggal: 05 April 2007
Panitia Ujian


Dewan Penguji: Tanda Tangan

1. (Drs. Bakhrudin Fannani, MA) Ketua/Penguji 1.
NIP.
2. (Amin Nur, M.Ag.) Sekretaris 2.
NIP.
3. (Drs. H. Satral, M.Ag) Penguji Utama 3.
NIP.


Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang




Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah berbagai masalah dunia pendikan bangsa Indonesia, termasuk
Madrasah, peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit
diabaikan. Guru secara khusus dapat diistilahkan sebagai ruh atau jiwa bagi
pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun
model kurikulum, paradigma pendidikan yang berlaku dan metode yang wajib
digunakan, gurulah yang pada akhirnya menentukan tercapainya program
tersebut.
Namun demikian peran tenaga pendidikan lainnya tidak kurang
pentingnya. Bahkan kemampuan kerja kolektif yang ditujukan oleh semua elemen
tersebut menjadi kunci suksesnya proses pendidikan di sebuah sekolah atau
madrasah.
Guru sebagai salah satu elemen lembaga pendidikan yang tidak bisa
terpisah dari keberadaan siswa terutama di lingkungan sekolah. Karena guru
setiap saat berinteraksi dengan siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk
mencapai suatu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien seseorang guru
harus mampu memberikan variasi dan metode pengajaran yang tepat.
2
Dengan hal
lain disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materinya. Dalam suatu kelas
terdapat bermacam-macam karakteristik siswa ada yang aktif dan ada juga yang

2
S. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), Cet. Ke 1, hlm.19



2
pasif, maka agar dapat meningkatkan prestasi siswa, untuk itu harus menggunakan
metode yang tepat yang dapat dapat menumbuhkan motivasi siswa tersebut untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Uzer Usman ( tokoh pendidikan ) menyatakan bahwa tidak ada satu jenis
metode pun yang paling baik untuk semua situasi termasuk materi pelajaran.
Melainkan semua metode itu akan menjadi baik bila pemakainya disesuaikan
dengan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan tuntunan kurikulum yang
berlaku.
2. Kemampuan guru dan siswa dalam melaksanakannya.
3. Kondisi belajar siswa.
4. Sifat dan jenis bidang studi yang hendak disampaikan.
5. Kesempatan waktu yang tersedia.
Kelima hal tersebut perlu diperhatikan oleh seorang guru apabila akan
mengajar dengan menggunakan metode pengajaran agar dapat berhasil dengan
baik dan memungkinkan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan
berdasarkan realitas yang ada.
Seorang guru harus memiliki kiat (metode) dalam melakukan
pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan saja untuk mencapai tujuan pembelajaran,
tetapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.
Seorang guru yang berkompetensi, cerdas, dan profesional, memiliki seperangkat
metode khusus dalam kelas. Dengan itu ia akan menjadi guru yang dirindukan
kehadirannya di kelas. Metode tersebut antara lain ; ceramah, tanya jawab,


3
diskusi, resitasi (pemberian tugas), demonstrasi, eksperimen, bekerja kelompok,
sosiodrama, karya wisata, drill (latihan) team teaching (sistem regu),dll.(Zuhairini
: 82).
Metode resitasi digunakan terutama untuk merangsang anak agar tekun,
rajin dan giat belajar. Metode resitasi (pemberian tugas) yang kami bahas disini
pada hakekatnya adalah menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan (pekerjaan)
yang baik, berguna bagi dirinya di dalam memperoleh dan memperluas
pengetahuan dan pengertian bidang studi yang dipelajarinya, dalam hal ini adalah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Dengan demikian , metode
penugasan ada tiga bentuk fase yang bias dijadikan seorang pendidik di dalam
pelaksanaan strategi pembelajaran, antara lain : 1. Fase pemberian tugas, 2. Fase
belajar, 3. Fase resitasi (penugasan).
Metode pemberian tugas (resitasi) merupakan suatu aspek dari metode
pengajaran. Setiap guru akan memberikan tugas-tugas dalam setiap pelajaran
dengan maksud-maksud tertentu, misalnya untuk meninjau pelajaran baru,
menghafal pelajaran yang telah diberikan, membuat latihan-latihan,
mengumpulkan bahan untuk memecahkan suatu masalah, dan lain-lain.
Tugas dapat diberikan kepada individu, kepada kelompok atau kepada
seluruh siswa di kelas. Tugas digunakan dalam subyek kurikulum maupun dalam
unit. Tugas dapat dilakukan dalam kelas atau di luar jam pelajaran sebagai
pekerjaan rumah. Kiranya tak ada pelajaran yang dapat dijalankan dengan baik,
tanpa adanya tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Oleh karena peranan


4
tugas penting dalam proses belajar, maka guru hendaknya mengetahui bagaimana
memberi tugas yang baik.
Kehidupan sekolah dewasa ini semakin dinamis, dilengkapi dengan
laboratorium, perpustakaan dan lain-lain, sehingga dapat menunjang lebih baik
lagi dalam menggunakan metode ini dalam pengajaran. Resitasi (pemberian tugas)
meliputi antara lain :
1. Menyusun karya tulis
2. Menyusun laporan mengenai bahan bacaan yang berupa buku.
3. Menyusun berita atau kejadian yang diamati atau dialami.
4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang termaktub dalam buku.
5. Dan lain-lain tugas yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar.
Di dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), metode resitasi mutlak
digunakan, karena seorang pendidik (guru) dituntut untuk melakukan banyak hal,
ini dikarenakan tugas seorang guru tidak hanya sebatas mengajar dan
mengandalkan transformasi ilmu (transfer of knowledge) saja. Seorang guru yang
profesional akan menuntut adanya hubungan yang integral antara keselarasan
materi dan praktek yang sudah dijelaskannya dengan jelas terhadap para anak
didiknya. Guru akan mengetahui sejauh mana para anak didiknya memahami dan
mencerna pelajaran dan sejauh mana anak didik bisa mengaplikasikannya didalam
kehidupannya. Disinilah kegunaan metode tersebut. Suatu misal, seorang guru
memberikan tugas agar siswa mencatat, meresume, dan membuat laporan tentang
materi, kemudian materi tersebut didiskusikan di sekolah sebagai suatu bentuk


5
kegiatan resitasi. Sesungguhnya banyak metode yang bisa digunakan seorang
pendidik didalam mengajarkan dan mengaplikasikan suatu bentuk kegiatan belajar
mengajar didalam menciptakan para anak didiknya belajar dengan mandiri, tidak
hanya menggunakan metode resitasi saja. Pendidik juga dituntut agar bisa
memotivasi anak didiknya, sebab motivasi yang diberikan seorang pendidik akan
sangat berpengaruh terhadap anak didiknya. Sedangkan motivasi itu sendiri sangat
beragam, salah satu diantaranya adalah penggunaan metode pengajaran yang tepat
untuk digunakan oleh seorang pendidik (guru).
Jika seorang pendidik (guru) benar-benar menginginkan agar tujuannya
tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi yang tepat dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan
anak didik yang menerimanya.
Dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran menyangkut kegiatan
perencanaan pengajaran (ternasuk aspek-aspek metode mengajar) sangat
diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Karenanya pelaksanaan
suatu pendidikan tidaklah mudah terutama yang menyangkut bahan-bahan
pendidikan, cara-cara mendidik dan mengevaluasi tingkat kemampuan dan
keberhasilannya.
Misalnya pada pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), titik tekannya
lebih mengutamakan pada aspek kognitif. Metode yang dipakai dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) tidak hanya pemberitahuan
(penyampaian informasi) tentang berbagai hal, tetapi harus ada praktek atau uji
coba tentang teori untuk membuktikan kebenaran teori yang diajarkan.. Metode


6
pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) sangat erat hubungannya dengan
materi atau pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Oleh karenanya sebagai
guru, harus dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat dalam mendidik
anak didiknya, agar siswa dapat memahami pelajaran dengan benar.
Melihat realita yang ada di MI Miftahul Huda, Sumbernongko Desa
Sumberputih, Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, kondisi siswa yang berlatar
belakang hidup di desa hampir sama yaitu mayoritas anak petani, yang didalam
kesehariannya setelah selesai pulang dari sekolah siswa harus membantu orang
tuanya bekerja. Letak geografis MI Miftahul Huda yang ada di perbukitan,dan
keadaan alamnya yang masih alami, serta sedikitnya waktu Proses Belajar
Mengajar (PBM) sangat tepat bila metode resitasi ini diterapkan dalam
mengajarkan materi pelajaran, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(Sains) yang sangat ditunjang oleh keadan alamnya. Meskipun dalam
pelaksanaannya masih banyak kejanggalan dan kekurangan yang perlu dibenahi.
Maka dengan demikian pentingnya penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan serta menumbuhkan
motivasi bagi siswa untuk belajar dengan giat dan gembira dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
Keadaan tenaga pendidik (guru) di MI Miftahul Huda, agak kurang dari
segi jumlah atau kuantitasnya. Dengan guru berjumlah 13 orang, harus
mengayomi siswa berjumlah 180 siswa, dan kebenaran peneliti adalah guru yang
ditugaskan oleh Pemerintah, untuk membantu mengajar di MI Miftahul Huda
Sumbernongko. Tentunya metode resitasi, sangat tepat digunakan dalam


7
mengatasi kekurangan jumlah personil tenaga pendidik (guru), dalam proses
pengajaran. Siswa dapat aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar, tentunya masih
disertai dengan bimbingan guru.
Pada mulanya, pelaksanaan metode resitasi mempunyai tujuan untuk
membentuk siswa yang mandiri baik secara fisik, intelektual dan psikis,
mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri dan membiasakan siswa untuk berfikir
dengan membanding-bandingkan dan mengembangkan inisiatif pribadinya dalam
menghadapi masalah yang aktual. Akan tetapi ada sebagian kecil siswa malah
menjadi ketergantungan dengan adanya metode resitasi tersebut, misalkan suatu
contoh: Guru memberi tugas Pekerjaan Rumah (PR) atau Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) untuk bisa dikerjakan oleh siswa sendiri, akan tetapi pekerjaan tersebut
dikerjakan oleh ibu, kakak atau saudaranya. Maka dengan demikian siswa akan
menjadi manja dan ketergantungan terhadap orang lain bila dilakukan secara
terus menerus.
Selain berfungsi sebagai salah satu cara yang digunakan oleh seorang guru
dalam interaksi edukatif (belajar mengajar), metode resitasi juga dapat digunakan
sebagai salah satu motivasi belajar bagi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwasannya sangat penting bagi
seorang guru mampu merumuskan strategi dan metode yang baik dalam proses
belajar mengajar pada anak didiknya , sehingga sekiranya dapat membantu anak
didiknya meningkatkan prestasi belajarnya, selain daripada itu guru harus juga


8
memahami (kelebihan, kelemahan, macam-macamnya, penerapannya dan
sebagainya) mengenai pola metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Tentu saja metode resitasi ini tidak hanya memiliki suatu bentuk kekuatan
dan kebaikan saja, akan tetapi juga ada beberapa kelemahan didalam
penerapannya, maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti penerapan atau
implementasi metode resitasi di dalam MI Miftahul Huda, khususnya dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa..
Diharapkan dengan penerapan metode resitasi ini didalam proses belajar
mengajar nantinya akan berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Maka dari itulah penulis mengadakan penelitian dengan judul
"Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi
Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan
Wajak Kabupaten Malang)"
B. Rumusan Masalah
Dari adanya latar belakang tersebut diatas dapat ditarik suatu rumusan
masalah yaitu:
1. Bagaimana implementasi metode resitasi dalam pembelajaran mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda.
2. Usaha-usaha apa yang dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa di MI Miftahul Huda
3. Apa hambatan penerapan metode resitasi dan usaha untuk mengatasinya.


9
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan penulis dalam hal ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi metode resitasi ini dalam
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI
Miftahul Huda Sumbernongko, Desa Sumberputih Kecamatan Wajak
Kabupaten Malang?
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode resitasi dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko,
Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang?
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi
pihak-pihak yang bersangkutan :
1. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini seorang guru dapat mengembangkan
metode resitasi ini sesuai dengan karakteristik siswanya dan materi pelajaran
yang diajarkan kepada siswanya. Disamping itu juga untuk meningkatkan
keprofesionalan guru tersebut dalam mengajar.
2. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa mampu meningkatkan
prestasi mereka di kelas amupun di luar kelas, mampu menerima, memahami
dan menghayati khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(Sains) dan dapat memberi motivasi siswa agar tidak jenuh dan malas dalam
belajar (semangat dan gembira dalam belajar).


10
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam
menerapkan atau mengimplementasikan metode resitasi agar lebih profesional
dalam proses belajar mengajar.
E. Metode Pembahasan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua metode, yaitu:
1. Metode Induksi
Metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan
atas masalah atau hal-hal yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan
yang bersifat umum.
3

2. Metode Deduksi
Metode deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas
hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat khusus.
4







3
Drs. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997) Cet. Ke
2, hlm.57

4
Ibid.,hlm.58


11
F. Metode Penelitian
1. Penentuan Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian (Arikunto, 2002:
108). Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian adalah siswa.
2. Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2002:109). Pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah "untuk
sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik
diambil semuanya saja, sehingga merupakan penelitian populasi, jika
subyeknya besar, bisa diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25%
(Arikunto:2002: 112).
3. Pengumpulan Data
a. Metode Interview
Metode interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan keterangan terhadap responden melalui
percakapan langsung untuk memperoleh data-data yang tidak tertulis.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-frenomena yang diteliti. Metode observasi
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati kemudian melakukan
pencatatan terhadap objek yang diteliti.



12
c. Metode Angket
Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar
pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan
informasi/ keterangan dari sumber data.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan
lain sebagainya.
5

G. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih mempermudah dalam menyajikan dan memahami isi dari
penulisan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi:, latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode pembahasan, metode
penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II Merupakan kajian pustaka, yang berisi, 1)Tinjauan umum tentang metode
resitasi,yang mencakup; pengertian tentang metode, macam-macam
metode, pemilihan metode mengajar dalam rangka interaksi
edukatif,metode mengajar dan prinsip belajar, dasar pertimbangan
pemilihan metode mengajar, dampak pemilihan metode, pengertian
metode resitasi, kebaikan metode resitasi, kelemahan metode resitasi,
cara memberi tugas yang tidak baik, syarat-syarat tugas yang baik, waktu
pemberian tugas, petunjuk tentang memberikan tugas, jenis-jenis tugas,

5
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke
12, hlm.206


13
2) Tinjauan umum tentang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(Sains), yang mencakup; pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (Sains),
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), ruang lingkup
IPA, salingtemas, standar kompetensi kecakapan hidup, standar
kompetensi IPA di SD/ MI, rambu-rambu IPA, pola pengembangan IPA,
3) Konsep prestasi belajar, yang mencakup; pengertian prestasi belajar,
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, mengukur tingkat
keberhasilan belajar siswa, langkah peningkatan prestasi.
Bab III Pada bab ini penulis menyajikan Metode Penelitian, yang meliputi:
Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu
Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data,
Tahap-tahap Penelitian.
Bab IV Pada bab ini merupakan Temuan Penelitian dan Pembahasan, yang
meliputi; Deskripsi data, Temuan Penelitian dan Pembahasan.
Bab V Pada bab ini adalah merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan
penulis dalam penelitian serta saran-saran yang relevan.


14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar)
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari
dua suku kata yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos
yang berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan.
6

Adapun secara terminologi, Menurut Ibnu Miskawih yang dikutip
oleh Abudin Nata dalam bukunya Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,
metode diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan, yaitu perubahan-perubahan kepada keadaan yang
lebih baik dari sebelumnya.
7

2. Macam-macam Metode
Metode yang dimaksud disini adalah metode mengajar pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), pada prinsipnya metode yang
digunakan sama dengan metode mengajar mata pelajaran lainnya, disamping
diakui ada ciri khusus tersendiri.
Adapun metode mengajar menurut Winarno Surachmad dalam
bukunya "Interaksi Mengajar dan Belajar" mengemukakan beberapa metode
mengajar dalam kelas yaitu :

6
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet.Ke 5, hlm.61
7
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2000),hlm.27


15
a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode diskusi
d. Metode resitasi (pemberian tugas belajar)
e. Metode demonstrasi dan eksperimen
f. Metode bekerja kelompok
g. Metode sosiodrama dan bermain
h. Metode karya wisata
i. Metode drill (latihan)
j. Metode sistem regu (team teaching).
8

Banyaknya metode diatas tidak berarti bahwa penggunaan metode
dalam pendidikan semuanya dipakai, namun tergantung situasi dan kondisi
yang ada. Sedangkan dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada
pembahasan tentang metode resitasi (pemberian tugas belajar) saja, sesuai
dengan judul skripsi.
3. Pemilihan Metode Mengajar Dalam Rangka Interaksi Edukatif
Para ahli menganggap metodologi pengajaran sebagai ilmu Bantu
yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang
lain dalam proses pengajaran . Ia memang bersifat netral dan umum, tidak
diwarnai oleh sesuatu bidang apa pun. Tetapi mengandung unsure inovatif,
karena memberi alternative lain yang dapat dipergunakan di kelas. Karena

8
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya :
Biro Ilmiah, 1983),hlm.82


16
ilmu bantu ini bersifat luwes. Penggunannya didasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
a. Selalu berorientasi pada tujuan;
b. Tidak hanya terikat pada satu alternatif saja;
c. Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode;
d. Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya.
Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak
faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti
yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979), sebagai berikut :
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
c. Situasi dan keadaannya.
d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda.
Karena banyaknya pelajaran, maka tujuan untuk setiap mata pelajaran
pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru memilih metode
untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode yang salah akan
menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Guru jangan sesuka hati
memilih metode, ia harus berpedoman pada tujuan pembelajaran.
4. Metode Mengajar dan Prinsip Belajar
Hubungan metode mengajar dengan prinsip-prinsip belajar atau asas-
asas belajar sangat erat. Kerelevansian metode mengajar dengan prinsip-
prinsip belajar akan dapat membangkitkan gairah belajar siswa dalam


17
mencapai tujuan pembelajaran. Mansyur (1991:45) mengatakan, bahwa
metode mengajar berhubungan erat dengan prinsip-prinsip belajar. Sebagai
pendukung pendapatnya, dia mengemukakan rumusan sebagai berikut:
a. Metode Mengajar dan Motivasi
Jika bahan pelajaran disajikan secara menarik, besar kemungkinan
motivasi belajar siswa semakin meningkat. Motivasi berhubungan erat
dengan emosi, minat dan kebutuhan siswa.
Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang datang dari dalam
diri siswa disebut "motivasi intrinsik", dan motivasi yang diakibatkan
dari luar diri siswa, disebut "motivasi ekstrinsik". Motivasi dari dalam
dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba,
dan sikap mandiri siswa.
b. Metode Mengajar dan Aktifitas Siswa
Apabila dalam kegiatan interaksi edukatuf terdapat keterlibatan
intelek-emosional siswa, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi akan
meningkat sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan efektif.
Guru di dalam interaksi edukatif diharapkan benar-benar
menerapkan aktifitas siswa, yaitu belajar sambil bekerja (learning by
doing). Melakukan aktifitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari
siswa bahwa pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi
setelah melakukan aktifitas atau bekerja. Pada kelas-kel;as rendah di
sekolah dasar, aktivitas itu dapat dilakukan sambil bermain. Seperti siswa


18
kelas satu dalam belajar abjad dan bagian-bagian tubuh dilakukan sambil
bernyanyi.
Proses interaksi edukatif diatas menerapkan prinsip belajar sambil
bermain. Kegiatan belajar akan lebih berhasil dalam situasi bermain,
siswa akan aktif, senang, gembira, kreatif serta tidak mengikat.
c. Metode Mengajar dan Perbedaan Individual
Tidak tepat bila guru menyamakan semua siswa. Seorang siswa
yang hasil belajarnya jelek, dikatakan bodoh. Lalu semua siswa yang
hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Hal itu belum tentu. Mungkin
disebabkan kesehatannya terganggu, tidak ada kesempatan untuk belajar,
sarana belajar kurang, dan sebagainya.
Guru harus ingat, bahwa setiap siswa mempunyai bakat yang
berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Secara garis
besar setiap siswa mempunyai tanggapan berbeda, seperti tipe
penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil),
tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran.
d. Metode Mengajar dan Penyusunan Pemahaman yang Logis dan
Psikologis
Dalam mengajar diperlukan pemilihan metode yang tepat. Metode-
metode tertentu lebih serasi untuk memberikan informasi mengenai
bahan pelajaran dan gagasan-gagasan baru atau untuk menguraikan dan
menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks. Karenanya,
di dalam situasi-situasi tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode


19
ceramah atau pemberian kuliah maupun metode resitasi (pemberian
tugas) pada siswa.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode memiliki arti
penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa
menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses.
Karena itu tidak perbah ditemui guru mengajar tak memakai metode.
Dalam pendidikan dan pengajaran diakui, bahwa metode-metode
mengajar mempunyai kadar ke-CBSA-an yang bervariasi. Berdasarkan
perbedaan kadar ke-CBSA-an ini dapat diklasifikasikan pendekatan yang
dilakukan dalam mengajar. Bila guru memilih suatu metode, maka secara
otomatis guru dituntut untuk memilih pendekatan yang diharapkan secara
efektif mendukung perencanaan yang ditunjukkan oleh metode.
9












9
Suprihadi Saputro, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Malang:IKIP Malang,
1993),hlm.189


20

Klasifikasi Metode Interaksi Edukatif Berkaitan dengan
Kadar ke-CBSA-an dan Pendekatan
Pendekatan Kadar
CBSA
Metode
Klasikal Kelompok Individual
Proyek V
Eksperimen V O
Resitasi O V
Diskusi O V
Bermain
Peran/
Sosiodrama
V O
Demonstrasi O V
Karya wisata V O
Tanya Jawab O V
Latihan O V
Ceramah V
Tinggi









Rendah
Bercerita V
Keterangan : V = Pendekatan Utama
O = Pendekatan Pilihan









21
Klasifikasi Metode Interaksi Edukatif Berkaitan dengan
Keterampilan Proses yang Dikembangkan
Keterampilan Proses No
Metode Meng
amati
Menggo
longkan
Menaf
sirkan
Mera
malkan
Mene
rapkan
Mene
liti
Mengko
munika
sikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Resitasi
Eksperimen
Proyek
Diskusi
Karyawisata
Demonstrasi
TanyaJawab
Berperan
Sosiodrama
Bercerita
Latihan
Ceramah
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
_
_
_
_
_
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
_
_
V
V
V
V
_
_
_
_
_
_
_
_
V
V
V
V
V
_
_
_
_
_
_
_
V
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

Dari tabel bagan klasifikasi diatas, dapat diketahui bahwa metode
resitasi (pemberian tugas) adalah metode yang terbanyak menampilkan segi-
segi keterampilan proses. Begitu juga dengan metode diskusi, eksperimen dan
proyek. Keempatmetode itu sama-sama menampilkan tujuh kemampuan


22
dalam keterampilan proses. Sedangkan metode ceramah adalah metode yang
paling sedikit menampilkan segi-segi keterampilan proses. Karenanya.
Metode ceramah yang sering digunakan guru dalam mengajar di kelas perlu
dibatasi pemakainnya. Keterampilan proses yang dikembangkan dengan
metode ceramah kurang dapat diharapkan mengoptimalkan belajar siswa di
kelas.
5. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Mengajar
Ada beberapa factor yang harus dijadikan dasar pertimabangan
pemilihan metode mengajar. Dasar pertimbangan itu bertolak dari factor :
a. Berpedoman pada tujuan
b. Perbedaan Individual siswa
c. Kemampuan guru
d. Sifat bahan pelajaran
e. Situasi kelas
f. Kelengkapan fasilitas
g. Kelebihan dan kelemahan metode
10

6. Dampak Pemilihan Metode Mengajar
Metode mengajar yang digunakan guru hamper tidak ada yang sia-sia,
karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam kurun waktu yang relative
lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak
langsung (Instructional effects, efek instruksional atau tujuan instruksional).
Sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relative lama

10
ibid, hlm.193


23
dikatakansebagai dampak pengiring (nurturant effects, efek pengiring, atau
tujuan pengiring).
Dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung akan dicapai
melalui pelaksanaan program pengajaran yang dilaksanakan guru setelah
selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif. Hasil yang akan dicapai
biasanya berkenaan dengan cognitive domain (pengetahuan) dan psychomotor
domain (keterampilan). Kedua domain atau bidang itu dapat diukur secara
kongkret, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu.
Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat
diukur dan tidak mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan peristiwa
interaksi edukatif, tetapi hasilnya diharapkan akan berpengaruh kepada siswa
dan akan mengiring atau menyertai belakangan, memerlukan waktu, dan atau
tahapan pertemuan-pertemuan peristiwa interaksi edukatif selanjutnya.
Dalam hubungan itulah, setiap metode mengajar yang dipilih dan
digunakan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian
hasil yang diharapkan. Metode ceramah misalnya; dapat membuat siswa
menjadi pendengar yang baik, meniru cara atau sikap guru berbicara dan
bertingkah laku seperti siswa mudah melupakan apa yang diceramahkan,
membuat siswa pasif dan kurang mengembangkan kreativitasnya. Metode
resitasi (penugasan) dapat berpengaruh kepada siswa, yaitu terbinanya
kemandirian, bertanggung jawab, dan sebagainya. Dengan demikian untuk
menentukan metode mengajar yang akan digunakan perlu dipertimbangkan
kesesuaiannya dengan tujuan yang akan dicapai, baik dampak langsung


24
maupun dampak pengiring. Untuk itu perlu menguasai dan menghayati
kembali sifat tujuan pendidikan sampai kepada tujuan pendidikan nasional ,
kemudian menyesuaikannya dengan ketepatan metode mengajar yang akan
digunakan.
Dalam praktek, tidak semua metode digunakan sekaligus pada saat
yang sama untuk menyajikan materi dan pencapaian tujuan pembelajaran yang
berbeda. Jarang sekali dalam suatu peristiwa interaksi edukatif, seorang guru
hanya menggunakan satu metode mengajar. Idealnya adalah menggunakan
metode mengajar lebih dari satu atau secara bervariasi dalam suatu pertemuan
atau peristiwa interaksi edukatif, sesuai dampak langsung dan dampak
pengiring yang diharapkan.
7. Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar)
a. Pengertian Metode Resitasi
Resitasi merupakan refleksi kehidupan. Setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari tidak lepas dari tugas-tugas yang seyogyanya
dikembangkan dalam kehidupan di sekolah sebagai bentuk persiapan
memasuki dunia kerja yang penuh dengan berbagai resitasi (tugas). Sudah
barang tentu, resitasi yang diberikan adalah yang berhubungan dengan
tema (topik) yang sedang akan dipelajarinya.
Sesuai dengan firman Allah dalam Surat At Taubah : 105:
,-~ ;--;-- ^-;~ ---- = ,-~- ;--- J-
;-- -- '-- ----- '|~ ~-- -- - ) ^-;-- : (


25
Artinya: Dan katakanlah "Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa yang akan kamu
kerjakan".(Q.S. At-Taubah : 105)
11


Sudirman dkk, mendefinisikan metode resitasi sebagai cara
penyajian bahan pelajaran, dimana guru memberikan tugas tertentu agar
siswa melakukan kegiatan belajar.
12

Definisi lain, yang diutarakan oleh PPTA IAIN pusat menyatakan
bahwa, metode resitasi adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar
bilamana guru memberikan tugas tertentu dan siswa mengerjakannya,
kemudian tugas tersebut di pertanggung jawabkan kepada sang guru
pengajar.
13

Metode resitasi menurut Ramayulis adalah suatu cara mengajar,
dimana guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, sedangkan
hasil tersebut diperiksa oleh guru dan para siswa
mempertanggungjawabkannya.
14

Metode resitasi (pemberian tugas belajar), sering disebut juga
dengan metode pekerjaan rumah (PR), adalah metode dimana siswa diberi
tugas khusus diluar jam pelajaran.
Metode resitasi atau penugasan secara garis besar bisa kita
definisikan, yaitu suatu bentuk strategi dalam proses belajar mengajar yang
diberikan oleh guru kepada siswa dengan cara memberikan tugas diluar

11
Al Qur'an dan Terjemahannya,(Jakarta: Departemen Agama RI,1995),hlm.298
12
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. V, 1981) hlm.141
13
PPTA IAIN Pusat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981), hlm.237
14
Ramayulis, MetodologiPengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.145


26
jam pelajaran, agar siswa memikirkan, menelaah dan mempraktekkan
lebih lanjut tentang pelajarannya secara mendalam dan juga dapat
melaksanakan tugas yang diberikan serta mempertanggungjawabkan tugas
yang telah diberikan kepada guru dengan baik dan sempurna.
Metode pemberian tugas merupakan suatu aspek dari metode
pengajaran. Setiap guru akan memberikan tugas-tugas dalam setiap
pelajaran dengan maksud-maksud tertentu, misalnya untuk meninjau
pelajaran baru, menghafal pelajaran yang telah diberikan, membuat
latihan-latihan, mengumpulkan bahan untuk memecahkan suatu masalah,
dan lain-lain.
Tugas dapat diberikan kepada individu, kepada kelompok atau
kepada seluruh siswa di kelas. Tugas digunakan dalam subyek kurikulum
maupun dalam unit. Tugas dapat dilakukan dalam kelas atau di luar jam
pelajaran sebagai pekerjaan rumah. Kiranya tak ada pelajaran yang dapat
dijalankan dengan baik, tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
Oleh karena peranan tugas penting dalam proses belajar, maka guru
hendaknya mengetahui bagaimana memberi tugas yang baik.
b. Kebaikan Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar)
1) Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif.
2) Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah,
dengan cara: membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri,
mencoba sendiri (prinsip CBSA).


27
3) Dapat memupuk rasa taanggung jawab dalaam segala tugas
pelajaran, sebab dalam metode ini siswa harus mempertanggung
jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan,
4) Membiasakan siswa berfikir dengan membanding-bandingkan dan
mencari hukumnya.
5) Melatuh anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan
saja.
6) Membuat siswa bersemangat untuk giat dalam belajar.
7) Melatih siswa untuk membuktikan dengan nyata, teori-teori yang
diberikan oleh guru, dalam melaksanakan tugas praktek.
8) Memberi kebiasaan anak untuk giat belajar.
9) Memberikan tugas siswa yang bersifat praktis, misalnya membuat
laporan tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan
pelajaran.
c. Kelemahan Metode Resitasi
1) Seringkali tugas yang diberikan untuk dikerjakan di rumah
dikerjakan oleh orang lain (ayah, ibu, kakak), sehingga siswa tidak
mengerti tentang tugasnya, yang berarti tujuan pelajaran tidak dapat
tercapai.
2) Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak
dalam kemampuan dan minat belajar.
3) Seringkali siswa yang malas mengerjakan tugas, menyalin tugas
temannya di kelas.


28
4) Apabila tugas itu terlalu berat dan banyak akan mengganggu
keseimbangan mental siswa.
5) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan
kebanyakan dari anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
6) Pemberian tugas yang terlalu sering dan banyak apabila tidak disertai
penilaian sendiri, sering menjadi beban dan keluhan siswa.
d. Cara Memberi Tugas Yang Tidak Baik
Sering kali kita lihat cara memberi tugas sebagai berikut: Lonceng
tanda istirahat atau pulang telah berbunyi. Siswa telah bersiap untuk pergi
keluar kelas. Mereka mulai memasukkan buku ke dalam tas.pada saat
itulah guru memberi tugas. "Untuk pelajaran berikutnya harus kamu baca
halaman 71 sampai halaman 75. pelajari baik-baik, karena saya akan
selidiki siapa yang belajar atau tidak".
Tugas serupa tidak akan memberi hasil yang baik, siswa tidak
diberi petunjuk, apa sebenarnya yang harus diperhatikan dalam tugas yang
diberikan kepadanya. Mereka tidak tahu masalah-masalah apa yang
mereka hadapi dalam tugas itu bagaimana cara mengatasinya. Mungkin
mereka tidak melihat bagaimana hubungan yang wajar antara tugas dengan
apa yang baru saja mereka pelajari. Karena itu motivasi belajar tidak ada
bahkan negative. Mereka akan enggan dan malas mengerjakannya dan
hanya belajar, karena takut akan mendapat nilai jelek atau dihukum oleh
guru. Tugas itu tidak direncanakan terlebih dahulu oleh dengan cermat


29
oleh guru. Setiap tugas yang baik memerlukan perencanaan yang baik oleh
guru.
Oleh sebab guru sering tidak membuat persiapan karena berbagai
hal, maka ia memilih jalan yang paling mudah yaitu menugaskan siswa
mempelajari sejumlah halaman dari buku pelajaran tertentu. Mungkin
pemberian tugas seperti yang diuraikan di atas masih banyak terdapat di
sekolah-sekolah kita. Memberikan tugas yang baik tidak mudah, sebab
harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
e. Syarat-syarat tugas yang baik
Keadaan dalam tiap kelas berbeda dan sifat pelajaran berlainan.
Karena itu tidak dapat diberikan petunjuk yang khas mengenai setiap
tugas. Yang dapat diberikan hanyalah petunjuk umum atau prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam pemberian tugas. Tugas tidak dapat
diberikan secara otomatis akan tetapi selalu memerlukan pemikiran dari
pihak guru. Di bawah ini adalah beberapa syarat tugas yang baik, yaitu :
1) Tugas itu harus tegas dan jelas
Tugas yang kabur akan mengacaukan dan menyukarkan Siswa.
Banyak waktu terbuang karena tidak tahu benar atau tidak mengerti apa
yang harus dilakukan. Sebaiknya untuk lebih jelasnya, tugas itu ditulis di
papan tulis, yaitu apa yang harus dilakukan, siapa yang harus
melakukannya dan kapan tugas itu harus selesai. Siswa harus mengerti
tugas apa yang harus mereka kerjakan.


30
2) Sesuatu tugas yang baik, jika disertai penjelasan mengenai kesulitan-
kesulitan yang dihadapi.
Sebelum memberikan tugas, guru harus menyelidiki kesulitan-
kesulitan dalam bahan pelajaran, misalnya; hal-hal baru yang belum
pernah dibicarakan sambil memberi saran-saran tentang cara
mengatasinya. Tugas yang tidak dapat dikerjakan akan menimbulkan
frustasi dan rasa tidak senang terhadap mata pelajaran itu. Untuk itu,
sebaiknya tugas yang baik disertai dengan petunjuk-petunjuk tentang
cara mengerjakannya. Siswa harus diberi petunjuk tentang bagaiman cara
belajar yang baik
3) Tugas itu harus relevan dengan apa yang telah dipelajari.
Dalam suatu pelajaran misalnya, dihadapi suatu masalah yang
menarik dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau dihadapi
kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan yang perlu dikuasai.
Dengan demikian siswa melihat perlu dan pentingnya tugas itu. Ini
berarti bahwa tugas itu harus menarik minat anak. Motivasi ini akan
mendorong siswa melakukan tugas dengan senang hati.
4) Tugas itu hendaknya didiskusikan oleh guru dan siswa.
Diskusi ini akan memberi pengertian yang jelas tentang apa
sebenarnya tugas itu Para siswa dapat mengajukan pertanyaan dan
mendapatkan penjelasan dari guru atau siswa lain. Di samping itu juga
tugas semula dapat mengalami perubahan atauu tambahan menurut hasil
diskusi. Mungkin tugas itu terlampau luas, sehingga diberikan waktu


31
yang lebih banyak untuk mengerjakannya. Dengan adanya diskusi itu
tidak semua siswa turut berpartisipasi, sehingga tugas itu tidak dirasakan
sebagai sesuatu yang dipaksakan oleh guru melainkan ditentukan
bersama.
5) Tugas itu hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan dan jika
mungkin juga dengan minat siswa.
Pengajaran yang baik harus memperhatikan perbedaan individual.
Hal ini masih sangat kurang dilakukan di sekolah-sekolah kita. Pada
umumnya kita berikan pelajaran dan ujian yang sama kepada semua
siswa walaupun dengan nyata kita ketahui adanya perbedaan antara
kesanggupan dan minat siswa. Perbedaan individual ini harus juga
diperhatikan dalam pemberian tugas.
6) Tugas hendaknya dilakukan oleh siswa, karena yakin akan nilai
pelajaran itu baginya dan bukan karena takut karena hukuman atau
ingin mencapai angka yang tinggi.
Angka yang tinggi masih memegang peranan yang penting dalam
pengajaran kita. Para siswa kebanyakan belajar untuk mencapai angka
yang tinggi dan harus bersaing dengan siswa lain. Angka-angka masih
sering disalahgunakan oleh guru-guru untuk menolong siswa belajar.
Angka yang buruk sering digunakan sebagai ancaman, bila siswa tidak
melakukan tugasnya. Rasanya sangat sukar untuk mengubah keadaan ini.
Namun demikian dari segi pendidikan, hasil belajar lebih tinggi jika
siswa yakin akan nilai pelajaran itu baik bagi dirinya. Jadi pelajaran di


32
sekolah hendaknya dihubungkan dengan sesuatu yang berharga dalam
hidup siswa. Hal ini tidak selalu mudah, akan tetapi setidak-tidaknya
harus diperhatikan oleh guru.
7) Tugas harus disesuaikan dengan waktu yang ada pada siswa.
Tiap guru menganggap mata pelajaran sangat penting dan
melupakan bahwa siswa juga harus mengikuti pelajaran lain. Hal ini
sering terjadi di sekolah lanjutan. Di Sekolah Dasar (SD)atau Madrasah
Ibtida'iyah (MI) seluruh pelajaran dipegang oleh seorang guru dank arena
itu mudah mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di rumah.
Tugas-tugas itu hendaknya jangan terlampau memakan waktu siswa,
sehingga ia masih sempat bermain, berekreasi, atau melakukan kegiatan-
kegiatan yang berguna baginya. Itu sebabnya guru hendaknya
mengetahui berapa banyaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tugas.
15

f. Waktu Pemberian Tugas
Apakah tugas itu harus diberikan pada permulaan, pertengahan
atau akhir pelajaran atau "saat yang psikologis". Dengan saat yang
psikologis dimaksud adalah kapan saja dihadapi suatu masalah atau
situasi yang sesuai untuk memberikan tugas, jadi sewaktu suatu masalah
masih hangat dalam pikiran siswa. Saat itu mungkin timbul kapan saja
selama pelajaran berlangsung.
16


15
Suprihadi Saputro, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum, (Malang: IKIP Malang,1993),
hlm.172
16
ibid,hlm.173


33
Ada yang menganjurkan memberikan tugas pada akhir pelajaran,
untuk mengetahui dan menguji tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang sudah diajarkan, sehingga tugas itu dapat dihubungkan
dengan seluruh pelajaran yang telah selesai dibicarakan atau dijelaskan
itu. Kebanyakan guru akan memberi tugas pada akhir pelajaran. Namun
demikian, tidak ada salahnya mengikuti cara lain menurut keadaan dan
situasi belajar.
g. Petunjuk-petunjuk Tentang Memberikan Tugas
Dalam memberikan tugas, di bawah ini diberikan beberapa
petunjuk yang banyak bertalian dengan syarat-syarat tentang cara
memberikan tugas yang baik, yaitu:
1) Setiap tugas harus dipikirkan dan dipersiapkan oleh guru.
2) Guru harus berusaha, agar tugas itu diterima baik oleh siswa,
karena melihat manfaat bagi dirinya.
3) Guru harus dapat mengukur taraf kesulitan yang diberikannya. Ia
harus menganalisa kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam tugas.
4) Guru harus berusaha, agar tugas itu dipahami oleh setiap siswa.
5) Tugas itu jangan terlampau banyak memakan waktu untuk
membuatnya.
6) Tugas itu harus disesuaikan dengan perbedaan kesanggupan dan
minat siswa. Jadi sediakan tugas yang berbeda-beda.


34
7) Guru harus memberikan petunjuk-petunjuk tentang cara membuat
tugas. Ini tidak berarti, bahwa guru harus membuat apa yang
sebenarnya harus dilakukan oleh siswa.
8) Guru harus menyediakan bahan/sumber tambahan berupa buku dan
lain-lain.
9) Guru harus memusatkan perhatian siswa kepada soal-soal penting
atau baru dalam tugasitu.
10) Tugas itu hendaknya juga mengandung unsure yang mendorong
siswa untuk berpikir dan menyelidiki.
11) Sedapat mungkin guru memberikan alat atau cara kepada siswa
untuk menilai hasil pekerjaannya.
h. Jenis-jenis Tugas
Tugas-tugas yang diberikan bermacam-macam jenisnya dan sukar
digolong-golongkan. Tugas-tugas tersebut meliputi sebagai berikut:
1) Tugas latihan.
Tugas ini terdiri dari soal-soal yang sudah dijelaskan, akan tetapi
memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran.
2) Tugas mempelajari sejumlah halaman
Guru menyuruh siswa mempelajari sejumlah halaman dari buku
tertentu.
3) Tugas mempelajari satu bab.
Sebenarnya tugas ini sama dengan diatas, hanya meliputi suatu bab
tertentu.


35
4) Tugas mempelajari satu topik atau satu pokok.
Misalnya, tentang iklim atau tentang binatang buas. Untuk itu
anak-anak disuruh untuk mempelajari bermacam-macam buku atau
menyelidiki sumber-sumber lain.
5) Tugas Unit/Proyek
Tugas ini diberikan berhubungan dengan unit yang dibicarakan di
dalam kelas.
6) Tugas Eksperimen
Siswa disuruh membuat suatu percobaan, misalnya dalam pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains).
7) Tugas Praktis
Siswa ditugaskan membuat sesuatu dengan menggunakan
keterampilan motorik.
8) Tugas Individual
Yaitu tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa.
9) Tugas Kelompok.
Yaitu tugas yang harus dilakukan oleh kelompok siswa.
17

B. Tinjauan Umum tentang Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
Menurut GBPP Sekolah Dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
adalah hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh melalui serangkaian

17
Op.Cit,hlm.3


36
proses ilmiah. Mata pelajaran IPA memiliki materi pelajaran yang terdiri dari
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur IPA. Semua unsur
tersebut diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah.
18

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar.
19

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Kurikulum IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses IPA. Pemahaman ini bermanfaat bagi siswa
agar dapat: i) menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, budaya,
ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam
bidang IPA dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap
kelangsungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan iv)
memilih karir yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum IPA lebih menekankan
siswa untuk menjadi pebelajar aktif dan luwes.

18
Hadi Suwono,Pembelajaran dan Konsep IPA serta Kesalahan Konsep IPA yang sering Terjadi
di Sekolah Dasar,(Malang: Depag Kabupaten Malang,2000),hlm.1
19
Ibid,hlm.3


37
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
Tujuan pembelajaran IPA (Sains) di Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa mampu:
a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d. Berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
e. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan.
f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
atau Madrasah Tsanawiyah (MTs).
20

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
a. Kerja ilmiah mencakup: perencanaan, penyelidikan, mengolah
data/informasi, mengevaluasi temuan, berkomunikasi ilmiah,
pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, serta pengembangan
sikap dan nilai ilmiah (lihat peta kerja ilmiah dan kelas).

20
Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta: Departemen Pemdidikan Nasional,2005),hlm.2


38
b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya, yang mencakup:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
Makhluk hidup mempunyai banyak keberagaman dalam hal struktur
dan perilaku yang berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan
hidupnya. Siswa mengumpulkan informasi tentang cara-cara makhluk
hidup untuk bertahan hidup dan mengembangkan pemahaman mengenai
strukturnya agar berfungsi secara efektif di lingkungannya. Siswa
mengidentifikasi pola interaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Sub aspek Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya adalah:
a) Ciri-ciri makhluk hidup dan fungsinya saling berkaitan.
b) Perubahan terjadi pada makhluk hidup.
c) Lingkungan adalah dinamis dan terdiri atas komponen makhluk
hidup dan benda tak hidup.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
Sifat-sifat benda ditentukan oleh struktur dasarnya. Benda dapat
dikelompokkan menurut sifat-sifatnya yang berbeda. Siswa menyelidiki
sifat-sifat benda, bagaimana sifat ini dapat diubah, dan pengaruh
perubahan ini pada kegunaan benda.
Sub aspek Benda dan Sifatnya ini adalah:
a) Sifat dan struktur benda saling berkaitan.
b) Interaksi mempengaruhi benda.


39
c) Kegunaan bahan dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
Bumi tempat kita hidup telah dibentuk oleh gaya-gaya yang
mempengaruhi bentuk, gerak, perilaku, dan energi dari objek. Siswa
menjajagi pengaruh gaya dalam kehidupan sehari-hari, memikirkan cara
menggunakan energi dan konsekuensinya terhadap lingkungan dan
masyarakat.
Sub aspek Energi dan Perubahannya adalah:
a) Gaya yang terjadi pada objek mempengaruhi gerakan, bentuk,
perilaku dan energinya.
b) Interaksi mempengaruhi dan mengubah energi.
c) Berbagai cara memperoleh dan menggunakan energi.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Bumi merupakan salah satu bagian dari alam semesta serta
memiliki banyak komponen. Siswa menggali gagasan tentang sifat bumi
yang dinamis dan sistem tata surya. Menyelidiki berbagai cara makhluk
hidup memanfaatkan bumi, tata surya dan sumber daya alam.
Sub aspek Bumi dan Alam Semesta adalah:
a) Bumi dan sistem tata surya adalah sistem yang dinamis.
b) Perubahan-perubahan terjadi pada bumi dan sistem tata surya.


40
c) Makhluk hidup memanfaatkan sumber dari bumi dan sistem tata
surya.
5) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas)
merupakan penerapan konsep Sains dan saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya
teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
IPA terdapat di dalam teknologi, lingkungan , dan masyarakat.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar
tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Penekanan pembelajaran
salingtemas diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi
bekerja ilmiah secara bijaksana. Sub aspek Sains, Lingkungan,
Teknologi dan Masyarakat yang perlu dipelajari siswa adalah:
a) Mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan.
b) Merancang dan membuat produk teknologi berdasarkan ciri-ciri
makhluk hidup, sifat dan struktur benda, konsep gaya beserta
karakteristiknya, dan perubahan yang terjadi pada bumi dan sistem
tata surya.
c) Memperbaiki produk teknologi yang ramah lingkungan dan
masyarakat.



41
4. Standar Kompetensi Kecakapan Hidup
Kecakapan Hidup merupakan kompetensi yang dibakukan tentang
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan
vokasional. Standar kompetensi kecakapan hidup ini harus dicapai oleh
peserta didik melalui pengalaman belajar.
Standar Kompetensi Kecakapan Hidup tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kecakapan Personal (pribadi)
Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan Yang maha Esa,
berakhlak mulia, berfikir rasional, memahami diri sendiri, percaya diri,
bertanggungjawab untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan
menilai diri sendiri. Aspek akhlak mulia meliputi kemampuan pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan
pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan.
b. Kecakapan Sosial
Kecakapan ini meliputi kompetensi bekerjasama dalam kelompok,
menunjukkan tanggungjawab sosial, mengendalikan emosi, dan
berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal serta global. Disamping


42
itu siswa dapat meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap
sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
c. Kecakapan intelektual
Kecakapan ini meliputi kompetensi menguasai pengetahuan,
menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah,
mengembangkan kapasitas sosial dan berfikir strategis untuk belajar
sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah. Disamping itu, siswa
dapat memperoleh kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berfikir dan berperilaku ilmiah secara kritis, kreatif,
dan mandiri serta menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai untuk mengambil keputusan yang tepat.
d. Kecakapan vokasional
Kecakapan ini berkaitan dengan suatu bidang
kejuruan/keterampilan yang meliputi keterampilan fungsional seperti
mengurus diri sendiri dan sekitarnya, keterampilan bermata pencaharian
seperti bercocok tanam dan beternak; keterampilan bekerja seperti
mengerjakan tugas secara sistematis; kewirausahaan seperti menabung,
memiliki rasa tanggungjawab terhadap nilai uang; dan keterampilan
menguasai teknolologi informasi dan komunikasi seperti menggunakan
peralatan elektronik secara benar, menggunakan media dan alat elektronik
denganbenar.
21


21
Ibid,hlm.4


43
5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SD/MI
Kompetensi Mata Pelajaran IPA yang harus dimiliki siswa setelah lulus
SD/MI adalah:
a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu,
bekerjasama, bekerja keras dan cerdas, bertanggungjawab dalam
mengambil keputusan seta memiliki kepedulian terhadap makhluk
hidup dan lingkungan.
b. Mampu memahami ciri-ciri makhluk hidup dan kaitan antara ciri-ciri
dan fungsinya, perubahan yang terjadi pada makhluk hidup
(pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan makhluk hidup)
serta hubungan antar makhluk hidup dan antara makhluk hidup dan
lingkungan. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan
melakukan inkuiri ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan
penelitian sederhana dalam lingkup pengalamannya.
c. Mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan pemahamannya tentang
benda padat, cair dan gas dan sifatnya, perubahan sifat benda dan
pengaruh sifat benda terhadap kegunaan benda.
d. Mampu memahami pengaruh gaya dalam kehidupan sehari-hari, cara
penggunaan energi dan konsekuensi dari penggunaan energi terhadap
lingkungan dan masyarakat.
e. Siswa memahami tentang sifat bumi dan sistem tata surya yang
dinamis, perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi dan tata surya


44
serta pemanfaatan sumberdaya alam oleh makhluk hidup dan cara
pengelolaannya secara bijaksana.
f. Mampu memanfaatkan IPA dan merancang/membuat suatu karya atau
produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip IPA dan
mampu mengelola lingkungan di sekitar rumah dan sekolah serta
memiliki saran/usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di
sekitar rumah dan sekolah.
22

6. Rambu-rambu IPA
a. Bahan kajian IPA untuk kelas I, II dan III tidak diajarkan sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan (dipadukan) ke
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia secara tematis.
b. Aspek kerja ilmiah merupakan cara untuk memperoleh bahan
pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kerja ilmiah
hendaknya terintegrasi (tidak terpisahkan) dalam kegiatan
pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak artinya tidak perlu mengikuti seluruh aspek
pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi
untuk kelas I, II, ,III,IV, V dan VI.
c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada
siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari
ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan

22
Op.Cit,hal.5


45
untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman,
lingkungan, dan nara sumber lain. Ada 6 pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA, yaitu:
1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk
berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk
menjadi dirinya sendiri).
2) Inkuiri IPA.
3) Konstruktivisme.
4) IPA, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat
5) Pemecahan Masalah.
6) Pembelajaran IPA yang bermuatan nillai.
d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu
memecahkan masalah. Keterampilan proses yang digunakan dalam IPA
antara lain:
- mengamati
- menggolongkan
- mengukur
- menggunakan alat
- mengkomunikasikan hasil melalui berbagai seperti lisan, tulisan,
dan diagram
- menafsirkan


46
- memprediksi
- melakukan percobaan
Agar mampu bekerja secara ilmiah para siswa perlu ditanamkan
sikap-sikap berikut:
- rasa ingin tahu,
- bekerja sama secara terbuka,
- bekerja keras dan cerdas,
- mengambil keputusan yang bertanggung jawab,
- peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan,
- dan lain-lain
e. Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti
pengamatan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi
mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber,
simulasi/bermain peran, nyanyian, demonstrasi/ peragaan model dan
penggunaan multimedia.
f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar
langsung. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif
berperan dalam proses belajar. Guru terbiasa memberikan peluang
seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan
memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan
edukatif.
g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan
materi asal masih dalam semester yang sama.


47
h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta
ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek
ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat (Salingtemas) secara nyata dalam konteks pengembangan
teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan,
pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya.
Kompetensi masing-masing mata pelajaran terkait ditentukan dan
dinilai.
i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses
pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode
tetapi dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran. Kemajuan
belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk).Penilaian IPA
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes
tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek.
Dengan demikian, lingkup penilaian IPA dapat dilakukan baik pada
hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses perolehan hasil
belajar (selama kegiatan belajar). Hasil penilaian dapat diwujudkan
dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk
komentar deskriptif kualitatif.
j. Dalam pelaksanaan di sekolah, Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar dan Indikator ini perlu dijabarkan lagi dalam silabus yang
disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.



48
C. Konsep Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang
berbeda. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas pengertian prestasi
belajar, maka penulis akan memberikan pengertian prestasi dan belajar.
Langkah ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam
tentang pengertian tersebut.
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian
sendiri-sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua
kata tersebut sangat berhubungan.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah
dikerjakan,
23
menurut Zainal Arifin berasal dari kata prestatie bahasa Belanda
yang berarti hasil usaha. Jadi prestasi belajar merupakan hasil usaha
belajar.
24

Menurut Nasru Harahap prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum. Sedangkan Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari

23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), hlm 895
24
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur (Bandung: Remaja
Karya, 1988), hlm 123


49
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok.
25

Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukan para ahli diatas,
jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun
intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat
dipahami, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu.
Dari pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli diatas,
mempunyai inti yang sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan.
Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana
mengenai hal ini, yakni sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
26

Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan suatu kegiatan. Dari kegiatan yang digeluti maka seseorang
mendapatkan prestasi. Dalam hal ini berhasil atau gagalnya tujuan belajar
adalah terletak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan belajar agar berhasil. Andai
kata mengalami kegagalan maka akibat yang memikulnya adalah dirinya

25
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 19
26
Ibid, hlm 23


50
sendiri, tidak mungkin perbuatan-perbuatan belajar dilakukan oleh orang lain,
orang tua, guru, teman. Orang lain hanya sebagai petunjuk saja. Yang
memberikan dorongan dan bimbingan yang diberikan serta untuk selanjutnya
dipelajari sendiri dengan mengolah, menyimpan dan memanifestasikan serta
menerapkannya. Oleh karena itu kesuksesan ini terletak pada diri sendiri
(pelajar). Sudah barang tentu faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk
sukses, cita-cita yang tinggi merupakan unsur-unsur mutlak yang bersifat
mendukung usahanya.
Hasil belajar dan penguasaan ini diketahui melalui pengukuran atau
tes dan penelitian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul-simbul,
sehingga dapat diketahui pencapaian belajar, yang sering disebut dengan
prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Dra. Sutratinah Tirtonegoro
yang memaparkan sebagai berikut: kualitas prestasi belajar adalah hasil dari
pengukuran serta peralatan usaha belajar. Kualitas belajar disini adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
27

Jadi pengertian kualitas prestasi belajar adalah mutu yang terdapat
dalam penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh
manusia secara sadar dalam mengajarkan, membimbing, melatih, membina,
dan mendidik manusia menuju kesempurnaan serta kedewasaan dalam hidup
dan kehidupan. Yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun

27
Dra. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta:
Bina Aksara, 1984), hlm 43


51
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu.
Sementara itu kata yang kedua adalah belajar. Belajar menurut
Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Hamalik belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman
28
. Dan menurut Djamarah belajar adalah suatu
aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya baik ranah kog nitif, afektif maupun
psikomotorik.
Agar kita bisa lebih jelas mengetahui arti dari belajar, ada beberapa
ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, antara lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar, yaitu individu menyadari akan
terjadinya perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu
perubahan yang terjadi secara terus-menerus dan dinamis, hal ini banyak
membawa manfaat dalam kehidupan individu.

28
Prof. Dr. Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hlm.27


52
c. Perubahan dalam belajar yang bersifat posesif dan aktif, yaitu perubahan
yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya.
d. Perubahan dalam belajar yang bukan bersifat sementara, yaitu perubahan
yang bersifat sementara tetapi perubahan yang terjadi adalah setelah
belajar dan bersifat permanen dan menetap.
e. Perubahan yang terarah dan bertujuan, yaitu perubahan tingkah laku yang
terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
f. Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu hasil belajar
yang mencapai pada perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik
dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami mengenai kata
prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari
suatu aktifitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku
yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal)
29
. Oleh
karena itu, seorang guru haruslah kompeten didalam memilih metode
pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. Salah satu metode
yang cukup relevan terhadap penyampaian materi khususnya yang dapat

29
A. Mursal, H.M. Taker, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Jakarta: Al-Maarif, 1981),
hlm 50


53
dipraktekkan oleh siswa adalah metode demonstrasi dan pemberian tugas.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat fisik/tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna serta adanya kelelahan.
Kondisi kesehatan fisik yang sehat, sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar terutama yang berkaitan dengan konsentrasi,
sebagaimana Hasbullah Thabrani berpendapat bahwa: kesekatan diri
sangat mempengaruhi segala aktifitas kita, baik aktifitas fisik maupun
mental. Jika anda menderita, anda kurang bisa berkonsentrasi dengan
baik, adakah anda sakit, ini juga dapat mengganggu konsentrasi anda.
30

Dengan demikian anak yang kurang sehat karena kurang gizi,
dapat memberi pengaruh pada daya tangkap dan kemampuan belajarnya
menjadi kurang, selain itu juga, adanya gangguan pada organ tubuh
yang lemah, seperti pusing kepala atau yang lainnya, maka hal ini akan
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya akan kurang bahkan tidak berbekas.
31

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri atas:

30
Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),
hlm. 34
31
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 132


54
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
b) Faktor non-intelektif yaitu unusr-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
Faktor eksternal ini merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa yang bersumber dari luar diri seseorang. Menurut Singgih D.
Gunarsa
32
, ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas prestasi belajar
siswa, yaitu:
2) Faktor Lingkungan keluarga
Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan hasil belajar
seseorang. Yaitu adanya hubungan yang harmonis dalam keluarga,
tersedianya fasilitas belajar, keadaan ekonomi yang cukup, suasana yang
mendukung dan perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar
anak.




Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
a) Cara mendidik anak

32
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Gunung
Agung, 1991), hlm. 131


55
Setiap keluarga memiliki spesifikasi dalam mendidik anak, ada yang
secara diktator, demokratis dan acuh tak acuh, yang mana hal ini
akan mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa tersebut.
b) Hubungan orang tua dan anak
Ada bermacam-macam hubungan orang tua dan anak, ada yang
dekat sekali, sehingga kadang-kadang mengakibatkan anak menjadi
bergantung ataupun manja, ada yang acuh tak acuh, sehingga dalam
diri anak timbul reaksi frustasi, ada pula yang jauh, karena orang tua
yang terlalu keras terhadap anak sehingga menghambat proses
belajar, serta anak selalu diliputi ketakutan yang terus menerus.
c) Sikap orang tua
Anak adalah gambaran dari orang tua, karena sikap orang tua tidak
dapat kita hindari. Sehingga sikap orang tua juga menjadi contoh
bagi si anak.
d) Ekonomi keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
keluarga. Keharmonisan hubungan orang tua dan anak kadang-
kadang tidak terlepas dari faktor ekonomi, demikian pula faktor
keberhasilan seseorang, namun faktor ekonomi keluarga ini
pengaruhnya bersifat tidak mutlak.

e) Suasana dalam keluarga


56
Suasana dalam rumah tangga berpengaruh dalam membantu belajar
bagi anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering
ribut dan bertengkar, akibatnya anak tidak dapat belajar dengan
nyaman, karena belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi.
3) Faktor Lingkungan Sekolah.
Kondisi lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kondisi
belajar antara lain: adanya guru yang cukup memadai, peralatan belajar
yang cukup lengkap serta gedung yang cukup memenuhi syarat untuk
belajar.
Faktor lingkungan sekolah mempunyai pengaruhyang sangat besar
pula, karena hampir sepertiga dari kehidupan anak sehari-hari berada di
sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang dapat menunjang keberhasilan
belajar anak, disamping gedung, guru dan anak, juga semua faktor lain
yang ada di sekolah, seperi: faktor cara penyampaian pelajaran, faktor
antara guru dan siswa, faktor asal sekolah, faktor kondisi gedung, serta
kelas harus memenuhi syarat belajar dan kedisiplinan yang diterapkan oleh
sekolah yang bersangkutan.
33

4) Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan sekitar
anak dimana dia berada, hal ini juga memberikan pengaruh terhadap
keberhasilan belajar anak. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam, antara
lain:

33
Ibid, hlm 131


57
a) Faktor Media Masa, termasuk semua alat-alat media masa, buku-buku,
film, video casette dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan secara
positif sebagai penunjang belajar siswa, namun juga bisa berdampak
negatif bila disalah gunakan. Karena itu kewajiban dan perhatian orang
tua dan guru sangat diperlukan untuk mengendalikan mereka.
b) Faktor Pergaulan, teman bergaul dan aktifitas dalam masyarakat
merupakan salah satu faktor yang dapat membantu keberhasilan dalam
belajar siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus dapat membagi waktu
untuk belajar. Bila tidak dapat demikian, maka aktifitas anak tersebut
dapat mengganggu pelajarannya, sehingga perhatian orang tua sangat
diperlukan untuk terus dan selalu mengawasinya.
c) Tipe keluarga, seperti pendidikan, jabatan orang tua anak itu akan
memberikan pengaruh dalam perkembangan siswa.
34

Jadi lingkungan dapat menunjang keberhasilan belajar siswa untuk
memperoleh kualitas prestasi belajar yang bisa juga diperoleh melalui
lembaga pendidikan non-formal, sanggar majlis taklim, organisasi
agama maupun karang taruna.
5) Faktor Cara Belajar yang Salah
a) Cara pembagian waktu belajar yang tepat. Belajar membutuhkan
keteraturan, ketekunan yang terus menerus. Bila anak belajar pada
saat hampir menghadapi ulangan saja, maka bahan pelajaran yang

34
Ibid, hlm 134


58
telah diterimanya akan kurang bisa dikuasi, sehingga hal ini akan
mempengaruhi hasil belajarnya.
b) Cara belajar yang salah. Materi yang dipelajari mempunyai cara-cara
tertentu didalam mempelajarinya, ada yang dengan menghafal, ada
pula yang dimengerti dengan latihan atau praktek. Hubungan materi
yang dipelajari dengan materi lainnya, serta bahan yang dipelajari
hanya berhenti pada apa yang ditulis di bukunya dan tidak
berkembang.
c) Waktu istirahat. Belajar tanpa istirahat dan belajar dalam keadaan
lelah, tidak akan membawa hasil yang optimal, karena dalam
keadaan lelah baik pikiran maupun fisiknya, maka keadaan itu akan
dapat mengganggu konsentrasi belajar.
d) Tugas rumah yang terlalu padat. Anak akan mengalami kesulitan
dalam pelajarannya, bila tugas di rumah yang dipikulnya terlalu
banyak dan meminta banyak waktu dan perhatian, dan waktu belajar
yang sempit, maka dimungkinkan anak akan mengalami kelelahan
dalam belajar. Dalam hal ini ketepatan membagi waktu sangat
diperlukan.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor eksternal lain yang juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah:
1) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan
kesenian.
2) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.


59
3) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Demikianlah, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi
baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
3. Mengukur Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
tersebut dapat dilakukan melalui test prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan
ruang lingkupnya test prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis
penilaian sebagai berikut:
a. Test Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan
tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap siswa terhadap satuan bahasan tersebut.
b. Test Subsumatif
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahasan
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tingkat prestasi belajar siswa.
c. Test Sumatif
Penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya
adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam
suatu periode belajar tertentu. Selain itu evaluasi ini lazim dilakukan pada


60
akhir semester atau akhir tahun dan hasilnya dijadikan bahan laporan resmi
mengenai kinerja akademik siswa.
35

Pada bagian lain, pengukuran keberhasilan belajar dapat dilihat
dengan mengevaluasi prestasi belajar siswa pada tiga ranah, yaitu ranah
cipta, ranah rasa, dan ranah karsa.
1) Evaluasi prestasi kognitif.
Untuk mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah
cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis
maupun tes lisan dan perbuatan.
2) Evaluasi prestasi afektif.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer adalah skala likert
(Likert Scala) yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan/sikap
orang. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap
sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju, dapat pula
mencerminkan sikap-sikap mulai sangat ya sampai sangat tidak.
3) Evaluasi prestasi psikomotorik.
Adapun cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan
belajar yang berdimensi ranah psikomotor ini adalah observasi. Observasi
dalam hal ini dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah
laku atau fenomena lain dengan pengamatan langsung, namun observasi ini

35
Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 144


61
harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen umumnya
dipandang sebagai salah satu cara observasi.
36

Dalam evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), tujuan
merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Sebagaimana kita ketahui
bahwa kurikulum mengandung materi pelajaran yang tersusun dalam program
dan diproses dengan berbagai metode yang sesuai menuju suatu pendidikan
yang maksimal.
Evaluasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
merupakan cara atau teknik penilaian terhadap pemahaman dan tingkah laku
anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprensif dari
seluruh aspek-aspek penilaian yang bersifat logis dengan disertai pembuktian.
4. Langkah Peningkatan Prestasi
37

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, usaha dalam
meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan
mutu, dengan prinsip bahwa setiap sekolah berkesempatan untuk menampilkan
keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah
untuk meningkatkan prestasi sekolah. Keempatnya adalah School Review,
Quality Assurance, Quality Control, dan Bechmarking.
a. School Review

36
Ibid, hlm 156
37
Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah ( : Insan Cendekia,
2002), hlm 151


62
School Review adalah proses yang di dalamnya seluruh komponen
sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak yang relevan, khususnya orang
tua siswa dan tenaga professional untuk mengevaluasi dan menilai
efektivitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta mutu
lulusannya. Dengan School Review diharapkan akan dapat ditemukan
jawaban atas pertanyaan dibawah ini.
38

2) Apa yang hendak dicapai oleh sekolah sesuai dengan tuntutan orang
tua dan masyarakat.
3) Apa yang perlu dilaksanakan sekolah dalam tiga atau empat tahun
mendatang.
4) Bagaimana hasil pencapaian belajar.
5) Faktor-faktor apa yang menghambat pencapaian belajar siswa secara
maksimal.
6) Faktor-faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasil
belajar siswa.
Secara hakikat School Review diharapkan akan dapat menghasilkan
suatu laporan yang membeberkan tentang kelemahan, kekuatan dan prestasi
sekolah serta memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan
strategis pengembangan sekolah pada masa-masa mendatang.
b. Quality Assurance
Dari data tentang School Review itu, kita dapat berusaha untuk
melangkah agar rata-rata kondisi guru lebih baik, langkah tersebut dapat

38
Ibid., hlm 155


63
ditempuh dengan Quality Assurance. Quality Assurance bersifat proses
oriented. Asumsinya, jika proses yang ideal telah ditempuh dalam suatu
kegiatan, maka dapat diharapkan out putnya akan maksimal pula.

c. Quality Control
Quality Control adalah suatu system untuk mendeteksi terjadinya
penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar
kualitas ini bersifat relative dan dapat diciptakan oleh masing-masing
sekolah.
d. Benchmarking
Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu standar
baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.
Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfleksikan dari realitas ada.
Langkah-langkah Benchmarking:
1) Memilih sekolah yang mempunyai aktivitas dengan indikator yang
lebih baik, sebagai standar.
2) Membandingkan indikator sekolah sendiri dengan indicator sekolah
yang baik
3) Menetapkan gap antara indikator sendiri dengan indikator yang baik
(sekolah lain).
4) Menentukan target yang akan dicapai dalam jangka waktu tiga tahun
mendatang.


64
5) Merumuskan cara-cara agar skor indikator sekolah sendiri meningkat
mendekati skor sekolah yang baik (sekolah lain).
6) Menyusun program
39


39
Ibid, hlm 157

65
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan pada judul skripsi kami, yaitu "Implementasi Metode Resitasi
Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa", ini merupakan sebuah penelitian yang
bersifat mengungkap suatu peristiwa ataupun kejadian pada subjek peneliti, yaitu
bagaimana implementasi atau penerapan metode resitasi terhadap pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) khususnya di MI Miftahul Huda Sumbernongko
Desa Sumberputih Kecamatan Wajak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, serta kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaanya. Oleh
karena itu untuk memahami fenomena secara menyeluruh tentunya harus
memahami segenap konteks dan melakukan analisa yang bersifat holistik,
penjabarannya dengan dideskriftifkan, maka dalam penulisan skripsi ini
pendekatan yang dipakai adalah pendekatan Penelitian Deskriptif Kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus (Case Study).
Ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima:
1. Menggunakan latar ilmiah.
2. Bersifat deskriptif.
3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
4. Induktif.


66
5. Makna yang merupakan hal yang esensial
40

Menurut Whitney Penelitian Deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena.
41
Sedangkan menurut Drs. Mardalis metode deskriptif
adalah upaya mendiskripsikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau
ada.
42

Penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus (case study) yaitu
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka
penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit, akan tetapi
ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan objeknya adalah
MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak. Adapun
tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang
latar belakang, sifat-sifat, karakter yang khas dari kasus ataupun status dari
individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang
bersifat umum.
43


40
Sanafiah Faisal, metodologi penyusunan angket (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh
/YA3, 1989), hlm 9.
41
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2003), hlm.55
42
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
hlm. 26
43
Moh. Nazir, Loc. Cit, hlm 57


67
Menurut Arief Furchan, dalam penelitian studi kasus yang ditekankan
adalah pemahaman tentang mengapa subjek tersebut melakukan demikian dan
bagaimana perilaku berubah ketika subjek tersebut memberikan tanggapan
terhadap lingkungan dengan menemukan variabel penting dalam sejarah
perkembangan subjek tersebut.
44

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memahami bagaimana pelaksanaan
pendidikan di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan
Wajak, Mengapa metode resitasi diterapkan di lembaga tersebut dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), serta bagaimana hasil dari
penerapan metode resitasi tersebut terhadap peningkatan prestasi belajar siswa,
baik dalam bidang akademik mapun non-akademik.
B. Kehadiran Peneliti
Peneliti sebagai instrumen penelitian dimaksudkan sebagai pewawancara
dan pengamat, sebagai pewawancara peneliti akan mewawancarai kepala
madrasah, guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), pegawai tata
usaha, wakil kepala madrasah urusan kesiswaan dan siswa yang berkaitan dengan
implementasi metode resitasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(Sains). Sebagai pengamat (observer), peneliti mengamati proses kegiatan belajar
mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di madrasah tersebut.
Jadi selama penelitian ini dilakukan, peneliti bertindak sebagai observer,
pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana,

44
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), hlm. 416


68
pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil
penelitian.
45

C. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi dalam penelitian ini bertempat di MI Miftahul Huda
Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak, dimana lokasi madrasah
tersebut berada di lereng bukit sebelah timur Kecamatan Wajak dan sangat
strategis karena berada di perbatasan antara tiga kecamatan di Kabupaten Malang,
yaitu Kecamatan Wajak, Kecamatan Dampit dan Kecamatan Tirtoyudo, sehingga
siswanya pun berasal dari tiga kecamatan tersebut. Meskipun berada jauh dari
perkotaan, namun dalam kegiatan belajar mengajar di MI Miftahul Huda, tidak
kalah dengan sekolah yang ada di wilayah kota. Terbukti dengan keberhasilan
siswa setiap tahun pelajaran selalu lulus seratus persen, dan berhasil menjadi tiga
besar terbaik lulusan sewilayah Kecamatan Wajak. Begitu juga prestasi non
akademiknya, seperti olahraga, hampir setiap ada perlombaan olahraga siswa MI
Miftahul Huda selalu membawa juara atau menang. Dengan berada di daerah
pedesaan yang masih asri, sejuk dan tenang yang tidak ada gangguan lingkungan
yang kurang baik serta suara bising kendaraan bermotor seperti di daerah kota.
Sehingga menurut pandangan peneliti lokasi tersebut sangat strategis untuk lokasi
kegiatan pendidikan dan tepat untuk dijadikan objek penelitian.



45
Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1991), hlm 95



69
D. Sumber Data
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber
data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan yaitu darimana data itu diperoleh,
sehingga penelitian akan lebih mudah untuk mengetahui masalah yang akan
diteliti. Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah informan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.
46
Dalam penelitian ini yang peneliti jadikan
informan adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah urusan kesiswaan, guru
Sains, pegawai tata usaha (TU) dan siswa.
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh organisasi
yang menerbitkannya. Data primer ini adalah data yang banyak digunakan,
dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Data ini diperoleh dari atau
bersumber dari informasi, dimana kepala madrasah maupun guru sebagai
sumber informannya. Data diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam
yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.
Data primer ini adalah data yang banyak digunakan, dan merupakan salah
satu ciri penelitian kualitatif. Data ini diperoleh dari atau bersumber dari
informasi.


46
Ibid., hlm. 90


70
Data primer dalam penelitian ini meliputi :
1. Bentuk kegiatan belajar.
2. Metode-metode pembelajaran.
3. Sumber belajar (guru / pamong / siswa / instruktur / fasilitator).
4. Pengadaan dan pemanfaatan fasilitas belajar, dan
5. Kerjasama pengembangan program Ilmu Pengetahuan Alam (Sains).
b. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan
merupakan pengolahannya. Data sekunder ini digunakan sebagai data
pendukung dari data primer. Data ini didapat atau diperoleh dari dokumen-
dokumen sekolah tentang konsep strategi pengajaran, konsep pendidikan dan
pengajaran, ragam strategi pengajaran, konsep peningkatan prestasi belajar
dan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.
Sedang data sekunder merupakan data suplemen yang meliputi :
1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan MI Miftahul Huda Sumber
Nongko Desa Sumber Putih Kecamatan Wajak.
2. Struktur organisasi MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa Sumber
Putih Kecamatan Wajak.
3. Anggota dewan guru MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa
Sumber Putih Kecamatan Wajak.
4. Peta atau denah lokasi MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa
Sumber Putih Kecamatan Wajak.


71
5. Beberapa dokumen yang relefan dengan kegiatan pengembangan Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains).
Sumber data dalam penelitian ini adalah ucapan dan tindakan melalui
wawancara dan pengamatan langsung pada objek, informan kunci (key
informan) dan selebihnya dari dokumen-dokumen yang relefan dengan fokus
masalah yang di teliti.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari adanya instrument atau alat bantu
untuk mengumpulkan data,
47
yaitu pedoman observasi yang berupa daftar
jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diselidiki., sehingga peneliti
adalah instrument kunci, yang sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian yang dibantu
alat pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi.
Adanya pedoman tersebut peneliti gunakan untuk meneliti keadaan objek
penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menghimpun data secara empiris. Dari
data tersebut dimaksudkan untuk memahami ragam kegiatan yang
dikembangkan menjadi suatu pola temuan peneliti, pola temuan tersebut
selanjutnya diferivikasi dengan menguji kebenarannya bertolak pada data baru
yang spesifik.

47
Moh. Nazir, Op. Ciit., hlm 87


72
Pengumpulan dalam penelitian ini dapat dilakukan apabila hubungan baik
dengan informan terjalin dengan baik, dalam hal ini hubungan peneliti dengan
informan sudah terjalin dengan baik, karena berbada di lapangan, keakraban
dengan pihak yang diteliti diupayakan selalu terpelihara, mereka tidak
dipandang sebagai objek yang berkedudukan lebih rendah, melainkan sebagai
manusia yang setara, pandangan dan tafsiran informan diutamakan tanpa
mendesakkan pandangan peneliti.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Faisal bahwa pelaksanaan
pengumpulan data dilakukan dengan cara antara lain :(1) penciptaan rapport
(hubungan baik antara peneliti dan informan), (2) pemilihan informan (3)
pengumpulan data melalui wawancara (4) pengumpulan data melalui
observasi (5) pengumpulan data melalui sumber-sumber non manusia, dan (6)
pencatatan data atau informasi hasil pengumpulan data bentuk wawancara
yang dilakukan merupakan wawancara tak terstruktur.
48
Faisal juga
menyebutkan bahwa biasanya dalam penelitian kualitatif menggunakan
wawancara (1) tidak berstruktur (unstructured interview), (2) dilakukan secara
terang-terangan (overted interview), dan (3) menempatkan informan sebagai
sejawat peneliti (viewing on anather as peers).
49

a. Metode interview
Metode interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

48
Faisal,op.cit., hlm. 53.
49
Ibid, hlm. 63.


73
terwawancara.
50
Metode ini penulis gunakan untuk menanyakan serangkaian
pertanyaan yang sudah tersusun secara global yang kemudian diperdalam
secara lebih lanjut. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan bagaimana implementasi metode resitasi terhadap
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode ini digunakan untuk mencari
data tentang pendapat guru, kepala madrasah dan sebaian guru tentang
pelaksanaan pembelajaran dan bagaimana implementasi metode resitasi
terhadap pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Wawancara di lakukan dengan
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa bahwa
dirinya tidak dijadikan subjek penelitihan.
b. Metode Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto
51
, metode observasi yaitu pengamatan yang
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Metode ini adalah metode yang
menggunakan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi,
metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap kenyataan-kenyataan
yang diselidiki,
52


50
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 126
51
Ibid,.
52
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, ( Yogyakarta: penerbit Psikologis Universitas
Gajahmada, ,1986), hlm.136


74
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu teknik
pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Teknik ini peneliti gunakan
untuk mengamati secara langsung terhadap objek peneliti, dimana peneliti ikut
langsung dalam kegiatan pembelajaran didalamnya, sehingga dengan ini
diharapkan akan dapat diketahui secara lebih jauh dan lebih jelas bagaimana
penerapan metode resitasi dalam membelajarkan siswa khususnya dalam
mengembangkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), baik di
dalam kelas yang terkait dengan metode resitasi dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
termasuk juga kegiatan di luar kelas (kegiatan ekstra) yang mendukung proses
pembelajaran siswa.
c. Metode Dokumenter
Metode ini merupakan suatu cara atau teknik memperoleh data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
53
Metode ini digunakan untuk
mendokumentasi tentang adminstrasi kegiatan madrasah, serta memperoleh
data tentang sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, sarana
prasarana, jumlah guru dan siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa
Sumberputih Kecamatan Wajak.



53
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 188


75
d. Angket
Menurut Muhammad Ali, yang dimaksud dengaaan angket adalah suatu
teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan secara tertulis dalam
pelaksanaannya. Angket dilakukan secara tertulis sedang wawancara secara
lisan.
Jadi angket adalah cara untuk mengumpulkaan data dengan memberikan
daftar pertanyaan secara tertulis dengan jawaban yang sudah tersedia yang
harus dipilih oleh responden.
Dengan metode angket, peneliti bermaksud untuk mengumpulkan data
tentang hasil penerapan metode resitasi yang dilakukan guru Sains untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa, yang dirasakan langsung oleh siswa.
Karena itu responden dari angket yang dilakukan peneliti adalah siswa. Dari
seluruh jumlah siswa yang berjumlah seratus delapan puluh siswa, peneliti
mengambil empat puluh siswa sebagai responden.
F. Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar.
54
Sedangkan menurut Moleong, pekerjaan menganalisis data adalah
suatu kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan
mengkatagorikan dengan tujuan menemukan tema dan hipotesis kerja.
55

Adapun teknik analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

54
Lexy J. Moleong, Op. Cit., hlm 103
55
Ibid,. hlm 99


76
1. Teknik analisa data kualitatif deskriptif dan analisa reflektif, yaitu analisa
yang berpedoman pada cara berfikir yang merupakan kombinasi antara
berfikir induksi dan deduksi, serta untuk menjawab adanya pertanyaan
bagaimana dan apa saja.
2. Teknik Statistik, metode ini digunaakan untuk menganalisa data yang
berupa angka-angka yang peneliti dapat dari hasil angket.
Perhitungan yang digunakan dalam teknik statistik adalah sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P = Angka prosentase
F = Frekwensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Jumlah Responden (banyaknya individu).
Dalam penelitian ini penganalisaan dilakukan mulai dari proses
pengumpulan data secara keseluruhan, selanjutnya dilakukan pengecekan
kembali dan mencocokkan data yang diperoleh, disistimatiskan, diinterpretasi
secara logis demi keakuratan data yang diperoleh.
Analisis data ini juga dilakukan secara berulang-ulang (cyclical) untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan
demikian, secara teoritis analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara
berulang-ulang guna memecahkan masalah.
Dalam analisis data ini peneliti juga akan memperhatikan langkah- langkah
dalam penganalisisan data, sebagaimana berikut:



77
1. Analisis Selama Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan membuat
transkip hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi kemudian membuat
daftar ringkasan wawancara dan observasi yaitu daftar yang berisikan
ringkasan dari data mentah hasil pengumpulan data di lapangan.
Daftar ringkasan hasil wawancara dan observasi dibuat untuk
membantu menentukan pokok permasalahan yang akan diungkapkan pada
kontak berikutnya, karena dari daftar ini dapat diketahui data yang belum
terungkap disamping juga akan membatasi penelitian dalam mengumpulkan
data yang kurang bermanfaat untuk dianalisis.
Karena data yang didapatkan yang dalam bentuk dokumen maka
analisis data juga dibantu dengan membuat lembar isian ringkasan dokumen
dengan lembar isian dokumen ini dapat menjadi praktis artinya tidak dalam
bentuk dokumen yang jumlahnya sangat banyak, selain itu juga dapat
berfungsi untuk menyeleksi berbagai dokumen yang tidak ada kaitannya
dengan pokok masalah yang diteliti.
2. Analisis Setelah Data Terkumpul.
Analisis ini dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, prosedurnya
dimulai dari pemberian kode pada sebelah kiri data, kode ini membantu
peneliti untuk menemukan kembali suatu pokok masalah apabila hal
tersebut dibutuhkan dan kemudian digolongkan sesuai dengan pokok


78
masalah atau tema. Manfaat selain dari kode ini agar catatan tidak campur
aduk sehingga susah untuk mengendalikannya
56

3. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut
57

Teknik tringulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan
sumber lainnya, adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini,
penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif.
58

G. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian, menurut Moleong tahap
penelitian tersebut meliputi antara lain tahap pra-penelitian, tahap penelitian,
tahap pasca-penelitian.
59




56
Nasution, op.cit. hlm 40.
57
Moleong, op. cit. hlm. 178.
58
Ibid, hlm 179.
59
Ibid, hlm.85.


79
1. Tahap Pra-Penelitian.
Pra-penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap
sebelum pra-penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: mencari
permasalahan penelitian melalui bahan-bahan tertulis, kegiatan-kegiatan
ilmiah dan non ilmiah dan pengamatan atau yang kemudian merumuskan
permasalahan yang bersifat tentatife dalam bentuk konsep awal, berdiskusi
dengan orang-orang tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang
permasalahan yang ada, menyusun sebuah konsep ide pokok penelitian,
berkonsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan persetujuan, menyusun
proposal penelitian yang lengkap, perbaikan hasil konsultasi, serta
menyiapkan surat izin penelitian.
2. Tahap Penelitian
Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya, selama berada dilapangan,
pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain menyiapkan bahan-
bahan yang diperlukan, seperti surat izin penelitian, perlengkapan alat tulis,
dan alat perekam lainnya, berkonsultasi dengan pihak yang berwenang dan
yang berkepentingan dengan latar penelitian untuk mendapatkan rekomendasi
penelitian, mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, menganalisis data,
pembuatan draf awal konsep hasil penelitian.




80
3. Tahap Pasca-Penelitian
Pasca-penelitian adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada tahap
pasca-penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain menyusun konsep
laporan penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, perampungan
laporan penelitian, perbaikan hasil konsultasi, pengurusan kelengkapan
persyaratan ujian akhir dan melakukan revisi seperlunya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pentahapan dalam penelitian ini
adalah berbentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai pada tahap pra-
penelitian, tahap penelitian, tahap pasca-penelitian. Namun walaupun
demikian sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan
tersebut tidaklah bersifat ketat dan harus dilakukan, melainkan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada di lapangan (elastis).

81
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, sebelum penyajian data, terlebih
dahulu penulis menyajikan gambaran tentang keadaan MI Miftahul Huda
Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, sebagai
objek penelitian. Agar pembahasan ini nanti mendapatkan hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan. Maka gambaran yang penulis maksudkan adalah sebagai
berikut :
A. Deskripsi Data
1. Latar Belakang Berdirinya MI Miftahul Huda
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, merupakan satuan pendidikan umum
yang bercirikan Khas Agama Islam ala Ahlusunah Wal Jamaah yang
bernaung dibawah pembinaan Lembaga Pendidikan Maarif. Sedangkan
masyarakat Kecamatan Wajak dan lingkungan sekitarnya mayoritas beragama
Islam dan dibuktikan ketika itu hampir setiap Desa di Kecamatan Wajak telah
berdiri Madrasah Ibtidaiyah Swasta di bawah naungan Lembaga Pendidikan
Maarif.
Sedangkan ketika itu di wilayah Sumberputih belum ada satu pun
sekolah yang bernafaskan Islam yang di bawah naungan Lembaga Pendidikan
Maarif. Atas kesepakatan dari tokoh masyarakat NU beserta Kepala


82
Madrasah Ibtidaiyah, berdirilah MI Miftahul Huda di Dusun Sumbernongko
Desa Sumberputih Kecamatan Wajak.
Berangkat dari latar belakang diatas, dilanjutkan dengan mengadakan
pembicaraan-pembicaraan yang diawali oleh pengambil ide atau pemrakarsa,
yaitu :
a. Ibu Nyai Maimunah
b. Bapak Abd. Qodir
Sekitar pada tahun 1964 disepakati untuk meminta restu pada Bapak
KH Bachrowi Brongkal Gondanglegi untuk mendirikan sebuah Lembaga
Pendidikan sebagai wadah pendidikan agama Islam yang pada waktu itu
sistem pendidikan menggunakan kurikulum pondok pesantren.
Perkembangan pendidikan yang seiring dengan perkembangan zaman,
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih Wajak
bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Maarif, dengan jalur pembinaan
Departemen Agama Kabupaten Malang.
Untuk merealisasi ide tersebut diatas tidak berselang lama
dilaksanakan musyawarah antara pemrakarsa dengan tokoh masyarakat
dirumah Bpk Abd. Qodir tepatnya waktu tidak terekam / yang dihadiri oleh :
a. Bapak KH. Bahcrowi ( Brongkal Gondanglegi )
b. Bapak KH Masum ( Sanankerto)
c. Ibu Nyai Maimunah ( Sumbernongko )
d. Bapak Abd. Qodir ( Sumbernongko )
e. Bapak Abd. Rohman ( Tembelang Jombang )


83
f. Bapak Asmui (alm) ( Sarirejo Sumberputih )
g. Bapak Musrifin ( Sumbernongko )
h. Bapak Maksum ( Banjarjo Gondanglegi )
Dalam pertemuan pertama ini disepakati dan diputuskan hal- hal
sebagai berikut:
a. Disetujui berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di Sumbernongko
Sumberputih Wajak.
b. Tempat belajar sementara menumpang di rumah warga Sumbernongko
(Bpk Ali Muddin / Ayah Bpk. Musrifin).
c. Penentuan dewan guru (Untuk sementara semua pemrakarsa).
d. Pertemuan dewan guru untuk menentukan pemegang bidang studi.
e. Menentukan nama madrasah.
Pertemuan lanjutan yang dihadiri oleh para pemrakarsa tersebut di atas,
memutuskan hal hal sebagai berikut :
a. Menentukan kepala madrasah dan staf - staf lainya
Kepala madrasah dan stafnya yaitu sebagai berikut :
1) Kepala sekolah diserahkan kepada Bapak Abd. Rohman.
2) Wakil Kepala Sekolah diserahkan kepada Bapak Musrifin.
b. Pembagian mata pelajaran
Pembagian mata pelajaran yaitu sebagai berikut :
1) Bapak Ky. Iskan Abdul Latif mengajar: Alquran Hadits, Tafsir, dan
Aswaja.
2) Bapak Ali Masud mengajar : Aqidah Ahlak.


84
3) Bapak Mathori mengajar : Bhs. Arab dan Fiqih.
4) Bapak Ali Hasan mengajar : Matematika, IPA, OR, Bhs. Inggris.
5) Bapak Syaroni mengajar : Bhs. Indonesia dan IPS.
c. Menentukan seragam madrasah
Seragam Sekolah pada awalnya masih belum ada penentuan sebagai
berikut :
- Untuk siswa putra : celana pendek, baju lengan panjang dan
memakai kopyah hitam.
- Untuk siswa Putri : Memakai rok, baju biasa dan berkerudung.
d. Menentukan tata tertib sekolah dan hari masuk sekolah
Hari masuk sekolah : Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis
Hari libur sekolah : Jumat
Hari belajar siswa : pagi
Tata tertib sekolah : diserahkan kepada kepala madrasah untuk
mengurusnya.
Tahun Ajaran Sekolah : Tahun ajaran mulai Januari s.d. Desember
e. Menentukan nama madrasah
Disepakati bernama MIFTAHUL HUDA , sehingga
menjadi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda
f. Peresmian pembukaan madrasah
Hari berdirinya ditentukan pada tanggal 5 Desember 1969
ditandai dengan acara pengajian umum yang dihadiri oleh Bapak
Burhanudin Sholeh selaku Ketua Cabang Lembaga Pendidikan


85
Maarif Kabupaten Malang dari Singosari bertempat pada tanah
kosong di utara masjid yang sekarang ditempati Madrasah Ibtidaiyah
dengan mengundang masyarakat umum dan tokoh masyarakat Desa
Pagedangan dan sekitar, maka disahkanlah berdirinya sebuah
Madrasah Ibtidaiyah oleh Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Cabang
Kabupaten Malang dan dapat mulai menerima siswa baru.
g. Langkah - langkah berikutnya
Melakukan persiapan - persiapan untuk :
1) Membuat Surat ijin / Pemberitahuan secara resmi tentang
berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko
Sumberputih Wajak pada instansi-instansi terkait
2) Upaya Pengerahan Siswa dilakukan secara bersama - sama sebagai
berikut :
a) Menyebar pengumuman ke masjid masjid dan Pondok
Pesantren di berbagai daerah.
b) Sebagian guru mencari siswa dan siswi yang belum bersekolah.
Hasilnya ketika secara resmi dibuka pendaftaran siswa baru MI
MIFTAHUL HUDA, telah terdaftar sebagai siswa resmi sebanyak 77
(tujuh puluh tujuh ) anak putra dan putri, yang berdatangan dari
berbagai daerah, seperti Dusun Wonoayu, Sumberputih (Kidul
Sawah), Sumbernongko, Sarirejo, Arjosari, Magersari.




86
2. Visi dan Misi MI Miftahul Huda
Visi MI Miftahul Huda adalah terwujudnya generasi muda yang
bertakwa dan berwawasan Ilmu Pengetahuan Tehnologi Modern
berlandaskan ajaran agama Islam ala Ahlusunah Wal Jamaah, yang sanggup
menghadapi tantangan masa depan.
Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan Pendidikan Tingkat
Sekolah Dasar yang berciri khas agama Islam di bawah binaan Departemen
Agama Republik Indonesia dan di bawah naungan Lembaga Pendidikan
Maarif, untuk :
a. Menghasilkan generasi muslim yang berwawasan iptek
b. Meningkatkan prestasi siswa dalam beribadah dengan benar
c. Mendidik siswa bersikap sopan santun dan berahlakul karimah
d. Mendidik siswa trampil, jujur, tertib dan disiplin
e. Mencetak siswa mandiri, kreatif dan inovatif.
3. Keadaan Madrasah
a. Keuangan Madrasah
Siswa tidak dikenakan uang pangkal uang gedung, hanya uang
SPP yang besarnya tidak ditentukan (seikhlasnya), sumbangan sukarela
dari masyarakat sekitar madrasah dan dari program bantuan dari
pemerintah yaitu BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
b. Gedung Madrasah
Pembangun gedung baru untuk Madrasah Ibtidaiyah Miftahul
Huda Sumbernongko Sumberputih Wajak ditanah wakaf dari Bpk. ABD.


87
Halim dan Bpk. Ali Muddin. Pembangunan gedung baru tersebut dibantu
oleh Bpk. H Sinwani, Penjalinan Gondanglegi.
c. Status Madrasah
MI Miftahul Huda menerima Piagam Terdaftar dari Departemen
Agama Republik Indonesia Nomor : LM./3 /2023/A /1978 dengan alamat
Jl. Sumber Ilmu, Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak,
yang didirikan oleh yayasan Lembaga Pendidikan Maarif.
Dengan bergantinya Akte Notaris Lembaga Pendidikan Maarif
Pusat dengan Akte Notaris JOENOES E. MAOGIMON SH. No. 103/1986
pada tanggal 15 Januari 1986, maka Lembaga Pendidikan Maarif Wilayah
Jawa Timur melakukan registrasi dan MI Miftahul Huda Sumbernongko
dinyatakan terdaftar.
Untuk mecapai prestasi dan kualitas yang lebih baik, maka MI.
Miftahul Huda Sumbernongko mengikuti Akreditasi Madrasah yang
dilaksanakan oleh Departemen Agama dengan perolehan predikat status
DISAMAKAN", dengan Surat Keputusan Departemen Agama Propinsi
Jawa Timur, Nomor : M.m-16/ 05.03/ PP.03/2498/ SK/ 02/ tanggal 03
Agustus 2002, dengan nama MI. Miftahul Huda dengan N.S.M.
112350711106 dengan alamat Jl. Sumber Ilmu, Sumbernongko Desa
Sumberputih Kecamatan Wajak yang berlaku dari 2002- 2007.
Berikutnya MI Miftahul Huda telah mengikuti Reakreditasi pada
tanggal 26 Desember 2006 yang dilaksanakan oleh Departemen Agama
dengan perolehan predikat statusnya masih menunggu (belum keluar).


88
d. Prestasi yang pernah diraih MI Miftahul Huda
REKAP KEJUARAAN DARI PIALA
NO REKAP KEJUARAAN TINGKAT TAHUN
1 Juara 8 Lomba Lari Maraton Putra Nasional 2006
2 Juara 10 Lomba Lari Maraton Putri Nasional 2006
3 Juara I Lomba Lari 3000 M Putra Kabupaten Malang 2005
4 Juara I Lomba Lari 200 M Putri Kabupaten Malang 2002
5 Juara I Lomba Lari 100 M Putri Kabupaten Malang 2002
6 Juara II Deville Kabupaten Malang 2002
7 Juara III Lomba Lari 1500 M Putri Kabupaten Malang 2002
8 Juara I Lomba Tartil (FAS) Kecamatan Wajak 2006
9 Juara II Lomba Adzan Kecamatan Wajak 2005
10 Dan Lain-lain

B. Temuan Penelitian
1. Implementasi Metode Resitasi terhadap Mata Pelajaran
a. Persiapan guru
Persiapan guru dalam mengajar ditandai dengan pembuatan Program
Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana Pengajaran
(RP). Selain itu guru juga mendiskusikan teknik atau strategi mengajar,
seperti : teknik membuka dan menutup pelajaran, teknik menjelaskan, dan
teknik tanya jawab dan lain-lain. Dalam persiapan pengajaran, dapat
diketahui perencanaan berbagai metode yang akan diterapkan oleh guru


89
dalam pelaksanaan metode resitasi yang direncananakan, dalam hal ini
peneliti telah melakukan penelitian mengenai persiapan pengajaran dalam
pelaksanaan metode resitasi, dengan cara mewancarai guru mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda.
Setelah peneliti bertanya "Apakah membuat persiapan pengajaran
dalam melaksanakan metode resitasi?" Guru Sains (Pak Azis) menjawab
"Ya". Jadi pengamatan peneliti, bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda
Sumbernongko dalam melaksanakan metode resitasi selalu membuat dan
melaksanakan persiapan dalam mengajar, yaitu diantaranya dengan
membuat Rencana Pengajaran (RP), Program Tahunan (Prota), Program
Semester (Promes), dan lain-lain.
b. Pelaksanaan Metode Resitasi
Berdasarkan pelaksanaan metode resitasi yang diterapkan di MI
Miftahul Huda Sumbernongko dalam pelajaran Sains, melalui wawancara
dengan guru Sains, ada berbagai bentuk pelaksanaannya, diantaranya
adalah:
1) Memberi tugas meresume buku,
2) Memberi Pekerjaan Rumah (PR) sesuai dengan materi yang sedang
diajarkan,
3) Memberi tugas untuk melakukan penelitian, baik secara individu
maupun kelompok,
4) Menyuruh siswa bereksperimen, dengan bimbingan guru.


90
5) Memberi tugas siswa untuk membaca di rumah, yang kemudian
siswa dimintai pertanggungjawaban dengan menanyai siswa satu
persatu.
6) Menyuruh siswa membuat daftar pertanyaan, yang kemudian
dibahas bersama-sama dengan guru pada pertemuan berikutnya.
7) Memberi tugas siswa untuk melakukan praktek sesuai dengan materi
pelajaran yang sedang diajarkan, misalnya praktek menanam,
mencangkok, memelihara hewan, dan lain-lain.
8) Menyuruh siswa membuat mainan atau kerajinan tangan sesuai
dengan materi yang sedang diajarkan.
9) Memberi tugas pada siswa untuk melakukan wawancara.
10) Memberi tugas siswa untuk menggambar sesuai materi pelajaran
yang sedang diajarkan, misalnya pada materi tentang Panca Indera
dengan menyuruh siswa menggambar mata, telinga, hidung, kulit,
lidah.
Berdasarkan wawancara pada guru Sains di MI Miftahul Huda,
bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu
melaksanakan metode resitasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain
itu juga di MI Miftahul Huda, menurut pengamatan peneliti pelaksanaan
metode resitasi dilaksanakan dengan baik dan mendapat respon positif dari
para siswa dan guru dalam penerapannya. Dimana siswa dapat
mengerjakan tugasnya secara individu atau kelompok secara mandiri
dengan dapat dievaluasi oleh guru secara intensif.


91
Selain itu juga bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda
Sumbernongko selalu melaksanakan metode resitasi sesuai dengan materi
pelajaran yang sedang diajarkan, selalu melaksanakan metode resitasi
sesuai dengan karakteristik siswa dan selalu melaksanakan metode resitasi
sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM). Meskipun dalam implementasinya ada hambatan,
namun guru Sains di MI Miftahul Huda selalu berusaha menanganinya
dengan baik.
c. Evaluasi Metode Resitasi
Evaluasi adalah barometer atau alat ukur untuk mengetahui hasil
belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru.
Untuk mengetahui hasil penelitian tentang evaluasi yang dilaksanakan
guru
Setelah peneliti bertanya "Apakah guru Sains selalu melaksanakan
evaluasi setiap selesai membahas materi pelajaran?" Guru Sains menjawab
"Ya", Jadi pengamatan peneliti, bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda
Sumbernongko selalu melaksanakan evaluasi setiap akhir pembahasan
materi pelajaran. Selain itu menurut Pak Azis selain melaksanakan
evaluasi, beliau juga mengkoreksi hasil evaluasi yang telah diberikan
kepada siswa dan mengembalikannya kembali kepada siswa hasil evaluasi
tersebut setelah dikoreksi dan dinilai. Sehingga membuat siswa
bersemangat untuk belajar mencapai nilai yang terbaik. Karena menurut
Pak Azis hasil evaluasi dengan metode resitasi pada mata pelajaran Sains


92
yang dilakukan di MI Miftahul Huda Sumbernongko dapat mencapai
tujuan pembelajaran, yaitu salah satunya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Ini dapat dibuktikan dengan prestasi siswa MI miftahul
Huda dari tahun ke tahun selalu meningkat, khususnya nilai mata pelajaran
Sains.
2. Usaha-usaha Peningkatan Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala madrasah, guru Sains
dan beberapa guru lainnya, peneliti dapat menyimpulkan berbagai macam
usaha yang dilakukan oleh guru di MI Miftahul Huda, khususnya guru Sains
dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa diantaranya adalah:
a. Memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran di sekolah,
b. Mendidik, mengajar dan membimbing siswa dengan penuh semangat
sabar dan telaten,
c. Melatih siswa untuk berdisiplin dalam belajar di sekolah dan di rumah,
d. Bekerja sama dengan orang tua siswa, dalam memantau belajar siswa,
e. Memberikan dorongan, motivasi dan nasehat pada siswa untuk giat dan
tekun belajar,
f. Menghukum siswa yang tidak belajar (tidak mengerjakan PR di rumah),
g. Memberikan hadiah atau penghargaan bagi siswa yang prestasinya baik,
h. Memberikan bagaimana cara belajar yang baik dan menyenangkan pada
siswa,
i. Memberikan perhatian penuh pada siswa,
g. Dan lain-lain.


93
3. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Usaha Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, tentu saja ada
hambatannya. Dalam hal ini peneliti mengambil siswa sebagai responden
untuk mengetahui pendapat siswa. Karena selain guru, siswa merupakan
instrumen penting dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yang hendaknya
perlu diperhatikan pendapatnya. Karena jumlah siswa cukup banyak,
peneliti menggunakan angket dalam rangka mengumpulkan data. Peneliti
telah memberikan angket kepada 40 siswa sebagai responden untuk diisi
atau dijawab dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL I
KESESUAIAN METODE RESITASI
DENGAN KONDISI KARAKTERISTIK SISWA
No Kategori Jawaban N F Prosentase
1. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 20
5
15
50 %
12,5 %
37,5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah
metode resitasi sesuai dengan kondisi karakteristik siswa?". 50 % siswa
menjawab "Ya", 12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab
"Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut pendapat


94
siswa, metode resitasi yang diimplementasikan guru sudah bisa dikatakan
sesuai, namun sebagian siswa yang lain masih kurang memahaminya,
karena tingkat perbedaan variasi kondisi karakteristik siswa. Untuk itu
perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya.

TABEL II
KECUKUPAN WAKTU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
2. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 20
10
10
50 %
25 %
25 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah waktu yang
diberikan guru cukup dalam melaksanakan tugas?". 50 % siswa menjawab
"Ya". Walaupun ada sebagian siswa yang menjawab "Tidak" dan
"Kadang-kadang" yang masing-masing 10 % siswa. Hal itu disebabkan,
karena kemampuan belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang
dapat belajar cepat dan ada pula yang belajar secara lambat. Jadi, menurut
tabel diatas, mengenai waktu yang disediakan guru pada siswa bisa
dikatakan kurang mencukupi dalam siswa menyelesaikan tugasnya.




95
TABEL III
SARANA PRASARANA DAN MEDIA PEMBELAJARAN
PENUNJANG METODE RESITASI
No Kategori Jawaban N F Prosentase
3. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 20
15
5
37,5 %
50 %
12,5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah sarana
dan media pembelajaran yang ada di MI Miftahul Huda sudah mencukupi
dan dapat menunjang siswa melaksanakan metode resitasi untuk
meningkatkan prestasi belajarnya?" 37,5 % siswa menjawab "Ya", 50 %
menjawab "Tidak" dan 12,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat
disimpulkan, bahwa sarana dan media yang ada di MI Miftahul Huda
Sumbernongko, kurang mencukupi sehingga kurang dalam menunjang
metode resitasi yang diterapkan oleh guru Sains untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
C. Pembahasan
1. Hambatan Guru Sains dalam Menerapkan Metode Resitasi
Hambatan yang sering menjadi permasalahan dalam penerapan sebuah
metode adalah mengembangkan proses pembelajaran dengan kesesuaian
metode dengan karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia, sarana dan


96
prasarana serta media. Begitu juga di MI Miftahul Huda, dari wawancara
yang dilakukan peneliti kepada guru Sains, peneliti dapat mengetahui
hambatan yang dihadapi guru Sains di MI Miftahul Huda dalam menerapkan
metode resitasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya
adalah:
a. Metode resitasi yang diterapkan guru Sains, terkadang tidak dapat
dilaksanakan dengan baik oleh beberapa siswa dikarenakan perbedaan
karakteristik diantara siswa. Ada siswa yang kurang cepat/ lambat
dalam belajar atau kurang cerdas sehingga tidak dapat mengikuti
teman-temannya yang cepat dalam belajar atau siswa yang cerdas.
b. Keterbatasan waktu yang tersedia, sehingga terkadang materi pelajaran
yang harus diajarkan tidak dapat semuanya diajarkan kepada siswa,
kalau pun sempat diajarkan itu pun dengan terburu-buru. Selain itu juga
penerapan metode resitasi pada materi-materi mata pelajaran Sains
tertentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga menyita
waktu alokasi materi pelajaran yang lain. Banyaknya materi pelajaran
Sains yang harus diajarkan dengan terbatasnya waktu yang tersedia
menuntut guru Sains untuk efektif dan efisien dalam memanfaatkan
alokasi waktu yang tersedia.
c. Sarana prasarana dan media yang ada di MI Miftahul Huda dalam
menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang kurang memadai,
sehingga guru Sains dalam penerapan metode resitasi kurang maksimal.



97
2. Upaya Guru Sains Dalam Mengatasi Hambatan
Guru sebagai pendidik selalu dan harus berupaya untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam belajarnya. Berbagai upaya
yang dilakukan guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko dalam
mengatasi hambatan atau kendala implementasi metode resitasi dalam
pembelajaran mata pelajaran Sains. Dalam wawancara yang dilakukan
peneliti dengan guru Sains di MI Miftahul Huda, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko, selalu
berupaya dengan berbagai macam cara untuk mengatasi kecukupan waktu
dengan materi pelajaran yang harus diajarkan.
Diantaranya upaya guru Sains dalam mengatasi hambatan waktu
adalah:
a. Dengan membuat Program Tahunan (Prota) dan Program Semester
(Promes), sebagai program atau agenda dalam mengajar.
b. Menghitung alokasi waktu yang ada dengan materi pelajaran yang
harus diajarkan. Kemudian membagi waktu yang tersedia dengan
materi yang harus diajarkan,
c. Merencanakan setiap materi pelajaran yang akan diajarkan dengan
membuat Rencana Pengajaran (RP),
d. Guru Sains memberikan tugas kepada siswa untuk meresume dan
mencatat tentang materi pelajaran di rumah.


98
e. Memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah,
misalnya pada waktu sebelum masuk sekolah, jam istirahat atau
sepulang dari sekolah.
Selain berupaya mengatasi hambatan kecukupan waktu guru Sains di
MI Miftahul Huda Sumbernongko juga selalu berupaya dengan berbagai
macam cara untuk mengatasi hambatan kurang lengkapnya sarana dan media.
Diantaranya yang dilakukan guru adalah:
f. Dengan mengalokasikan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari
Pemerintah untuk membangun atau memperbaiki sarana dan prasarana
madrasah (gedung, lapangan, masjid, taman dan kantor madrasah),
g. Membeli media yang bisa menunjang dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), seperti: komputer, penggaris besar, mikroskop, buku, alat
peraga, dan lain sebagainya,
h. Guru Sains bertindak kreatif, dengan memanfaatkan segala yang ada di
sekitar yang sekiranya dapat dijadikan media dalam menunjang Proses
Belajar Mengajar (PBM). Misalnya memanfaatkan bambu, kayu, kertas,
kaleng bekas, botol bekas, sungai, hewan, bola, karet, magnet, besi, dan
lain sebagainya sebagai media pembelajaran.
i. Bekerjasama dengan sekolah lain, dengan saling meminjam media
pembelajaran yang dipunyai masing-masing sekolah.





99
Untuk mengatasi hambatan perbedaan tingkat variasi kondisi
karakteristik siswa, guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko, selalu
berupaya dengan berbagai macam cara, diantaranya yaitu:
a. Memberikan perhatian khusus (pelajaran tambahan) kepada siswa yang
lambat belajar agar siswa tersebut dapat mengerti tentang materi
pelajaran yang diajarkan.
b. Selain itu juga dengan guru memberikan kesempatan bertanya kepada
siswa yang belum mengerti, setiap kali guru selesai memberikan
penjelasan tentang materi pelajaran.
c. Melatih siswa yang lambat belajar agar mampu belajar dengan baik dan
mandiri, agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan siswa yang lain.
d. Berusaha memberikan tugas yang sesuai dengan karakteristik setiap
siswa, tugas untuk siswa yang pandai tidak sama dengan tugas untuk
siswa yang lambat dalam belajarnya. Tentunya tugas untuk siswa yang
lambat belajar lebih mudah, sehingga siswa tersebut dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
3. Hasil Dari Implementasi Metode Resitasi Pada Siswa
Untuk mengetahui hasil dan manfaat dari penerapan metode resitasi
terhadap pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
kepada siswa secara langsung, peneliti telah memberikan angket kepada 40
siswa sebagai responden. Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:




100
TABEL IV
APAKAH SISWA SELALU SIAP DALAM MENGERJAKAN TUGAS
YANG DIBERIKAN GURU SAINS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
4. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 36
2
2
90 %
5 %
5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa
selalu siap mengerjakan tugas yang diberikan guru?" 90 % siswa menjawab
"Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi
dapat disimpulkan, bahwa siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu
siap mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Ini dikarenakan guru dalam
memberi tugas selalu memberikan rangsangan atau motivasi kepada siswa
untuk mengerjakan tugas, misalnya bagi siswa yang mengerjakan tugas
dengan baik akan mendapatkan nilai yang bagus atau mendapatkan hadiah,
sehingga memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik, gembira
dan penuh semangat, serta selalu siap dalam menerima dan mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru. Malah kalau guru tidak memberikan tugas
siswa akan memintanya. Dan kebalikannya, terhadap siswa yang tidak
mengerjakan tugas, siswa tersebut akan mendapatkan hukuman.



101
TABEL V
APAKAH SISWA DAPAT MERASAKAN MANFAAT
TENTANG METODE RESITASI YANG DIBERIKAN GURU SAINS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
5. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 36
2
2
90 %
5 %
5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa dapat
merasakan manfaat tentang metode resitasi yang diberikan oleh guru Sains?". 90
% siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-
kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dapat merasakan manfaat metode
resitasi yang diterapkan oleh guru, baik secara langsung (mendapatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan), maupun tidak langsung (sebagai pengalaman
yang mungkin berguna di masa depan).









102
TABEL VI
APAKAH SETELAH MENGERJAKAN TUGAS SISWA MEMAHAMI
MATERI PELAJARAN
No Kategori Jawaban N F Prosentase
6. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 32
2
6
80 %
5 %
15 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah setelah
mengerjakan tugas siswa dapat memahami materi pelajaran yang sedang
diajarkan oleh guru?". 80 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak"
dan 15 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi peneliti dapat menyiimpulkan,
bahwa setiap selesai mengerjakan tugas siswa selalu memahami terhadap
materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
TABEL VII
APAKAH SISWA TERPAKSA DALAM MENERIMA
TUGAS DARI GURU
No Kategori Jawaban N F Prosentase
7. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 2
32
6
5 %
80 %
15 %
Jumlah 40 40 100 %


103
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa
terpaksa dalam menerima dan mengerjakan tugas dari guru?". 5 % siswa
menjawab "Ya", 80 % menjawab "Tidak" dan 15 % menjawab "Kadang-
kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa MI Miftahul Huda
Sumbernongko, tidak merasa terpaksa dalam menerima tugas yang diberikan
oleh guru, sebagai implementasi metode resitasi. Justru para siswa merasa
senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dan hanya
sebagian kecil yang merasa terpaksa atau malas mengerjakan tugas, ini
diakibatkan karena siswa tersebut lambat dalam belajar dan kurang dapat
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru
TABEL VIII
APAKAH WAKTU YANG DIBERIKAN CUKUP
UNTUK MENGERJAKAN TUGAS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
8. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 20
5
15
50 %
12,5 %
37,5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah waktu
yang diberikan oleh guru mencukupi dalam menyelesaikan tugas?". 50 %
siswa menjawab "Ya", 12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab
"Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa waktu yang diberikan guru


104
dalam mengerjakan tugas kurang mencukupi. Ini diakibatkan sedikitnya
alokasi waktu yang ada dibandingkan dengan materi pelajaran yang harus
diajarkan kepada siswa, sesuai dengan kurikulum yang sudah ada.
TABEL IX
APAKAH TUGAS YANG DIBERIKAN GURU SAINS MENGANGGU
DALAM MENGHADAPI PELAJARAN LAIN
No Kategori Jawaban N F Prosentase
9. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 2
32
6
5 %
80 %
15 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah tugas
yang diberikan oleh guru Sains mengganggu dalam menghadapi pelajaran
lain?". 5 % siswa menjawab "Ya", 80 % menjawab "Tidak" dan 15 %
menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa tugas yang
diberikan guru Sains kepada siswa, tidak mengganggu siswa dalam
menghadapi pelajaran lain.







105
TABEL X
APAKAH ORANG TUA MENGAWASI SISWA
DALAM MENGERJAKAN TUGAS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
10. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 20
5
15
50 %
12,5 %
37,5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah orang tua
mengawasi siswa dalam mengerjakan tugas?". 50 % siswa menjawab "Ya",
12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi
dapat disimpulkan, bahwa para orang tua kurang mengawasi tugas yang
diberikan guru pada siswa untuk dikerjakan di rumah. Hal ini disebabkan
karena kesibukan para orang tua siswa dalam mencari nafkah untuk
kehidupan sehari-hari keluarga, sehingga kurang memperhatikan pendidikan
anaknya.








106
TABEL XI
APAKAH SISWA MINTA BANTUAN ORANG LAIN
DALAM MENGERJAKAN TUGAS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
11. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 5
15
20
12,5 %
37,5 %
50 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah minta
bantuan orang lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru?". 12,5
% siswa menjawab "Ya", 50 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab
"Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dalam menjalankan
tugas kadang-kadang minta bantuan orang lain. Apabila tugas yang diberikan
itu mudah dan siswa mampu mengerjakannya sendiri, siswa pun
mengerjakannya sendiri, sedangkan bila tugasnya sulit, siswa minta bantuan
orang lain, misalnya minta bantuan orang tua, kakak, teman atau saudaranya.








107
TABEL XII
APAKAH SISWA BERUPAYA UNTUK MEMPERBAIKI
TERHADAP SETIAP TUGAS YANG DIBERIKAN GURU SAINS
No Kategori Jawaban N F Prosentase
12. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 36
2
2
90 %
5 %
5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa
berusaha memperbaiki terhadap setiap tugas yang diberikan oleh guru
Sains?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 %
menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dalam
mengerjakan tugas selalu memperbaiki dan berusaha menyelesaikan lebih
baik dari setiap tugas yang diberikan oleh guru Sains.
TABEL XIII
APAKAH METODE RESITASI MERUPAKANMETODE EFEKTIF
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No Kategori Jawaban N F Prosentase
13. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 36
2
2
90 %
5 %
5 %
Jumlah 40 40 100 %


108
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah metode
resitasi merupakan metode yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar?".
90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab
"Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut pendapat siswa
metode resitasi merupakan metode yang efektif dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
TABEL XIV
APAKAH METODE RESITASI DAPAT
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
No Kategori Jawaban N F Prosentase
14. a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
40 36
2
2
90 %
5 %
5 %
Jumlah 40 40 100 %

Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa
berusaha memperbaiki terhadap setiap tugas yang diberikan oleh guru
Sains?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 %
menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa metode resitasi
yang diberikan oleh guru Sains, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian secara keseluruhan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian ini, maka sebagai akhir pembahasan, peneliti akan memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Metode Resitasi dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda
a. Metode resitasi dalam pelaksanaannya diawali dengan persiapan
pengajaran, dimana dalam persiapan pengajaran tersebut, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda selalu melakukan
persiapan pengajaran sebelum mengajar.
b. Penerapan metode resitasi yang dilakukan guru Sains di MI Miftahul
Huda sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi
pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik siswa dan sesuai
dengan alokasi waktu yang ada. Meskipun masih ada beberapa
kekurangan, namun guru Sains berusahamelakukan berbagai upaya
dalam mengatasi kekurangan dan hambatan tersebut.
c. Evaluasi dari metode resitasi selalu diberikan guru Sains pada akhir
materi pelajaran dan mengoreksi hasil tugas yang telah diberikan pada
siswa, setelah selesai dikreksi dan dinilai hasil tugas yang dikerjakan
siswa dikembalikan lagi kepada siswa.


110
d. Hasil evaluasi dengan metode resitasi dapat mencapai tujuan
pembelajaran, terbukti dengan menggunakan metode resitasi dalam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa, dilihat dari nilai siswa dari tahun ke tahun yang terus meningkat.
2. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Metode Resitasi Dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
a. Minimnya alokasi waktu yang tersedia dengan materi pelajaran yang
banyak,
b. Kurangnya sarana prasarana dan media pembelajaran yang menunjang
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
c. Tingkat variasi kondisi karakteristik siswa yang berbeda-beda, sehingga
penerapan metode resitasi kurang maksimal.
3. Usaha Yang Dilakukan Guru Sains Dalam Mengatasi Hambatan
Guru telah berupaya dengan segala macam cara untuk mengatasi
berbagai macam hambatan yang terjadi, diantaranya adalah :
a. Dalam mengatasi kecukupan waktu
Guru membuat Program Tahunan (Prota) dan Program Semester
(Promes) serta menghitung alokasi waktu yang ada dengan materi
pelajaran yang harus diajarkan. Selain itu juga dalam menghadapi kendala
minimnya waktu, guru Sains memberikan tugas kepada siswa untuk
meresume dan mencatat tentang materi pelajaran di rumah serta
memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah,


111
misalnya pada waktu sebelum masuk sekolah, jam istirahat atau sepulang
dari sekolah.
b. Dalam mengatasi kurangnya sarana dan media
Diantaranya adalah dengan mengalokasikan dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) dari Pemerintah untuk membangun atau
memperbaiki sarana dan prasarana madrasah (gedung, lapangan, masjid,
taman dan kantor madrasah) serta membeli media yang bisa menunjang
dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seperti: komputer, penggaris
besar, mikroskop, buku, alat peraga, dan lain sebagainya.
c. Dalam mengatasi perbedaan karakteristik siswa
Yaitu dengan cara, memberikan perhatian khusus (pelajaran
tambahan) kepada siswa yang lambat belajar agar siswa tersebut dapat
mengerti tentang materi pelajaran yang diajarkan sehingga siswa tersebut
mampu mengejar ketertinggalannya dari siswa yang lain. Selain itu juga
dengan guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum
mengerti, setiap kali guru selesai memberikan penjelasan tentang materi
pelajaran.
4. Hasil Dari Implementasi Metode Resitasi Terhadap Siswa
a. Siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu siap mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru,
b. Siswa dapat merasakan manfaat metode resitasi yang diterapkan oleh
guru, baik secara langsung (mendapatkan ilmu pengetahuan dan


112
keterampilan), maupun tidak langsung (sebagai pengalaman yang
mungkin berguna di masa depan),
c. Setiap selesai mengerjakan tugas siswa selalu memahami terhadap
materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru,
d. Siswa merasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru,
e. Waktu yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas kurang
mencukupi dalam siswa mengerjakan tugasnya,
f. Tugas yang diberikan guru Sains kepada siswa, tidak mengganggu
siswa dalam menghadapi pelajaran lain,
g. Para orang tua kurang mengawasi tugas yang diberikan guru pada siswa
untuk dikerjakan di rumah,
h. Siswa dalam menjalankan tugas kadang-kadang minta bantuan orang
lain,
i. Siswa dalam mengerjakan tugas selalu memperbaiki dan berusaha
menyelesaikan lebih baik dari setiap tugas yang diberikan oleh guru
Sains,
j. Menurut pendapat siswa metode resitasi merupakan metode yang
efektif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
k. Menurut siswa metode resitasi yang diberikan oleh guru Sains, dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari penjelasan dalam analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa metode resitasi yang diimplementasikan oleh guru-guru Sains di MI


113
Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih dengan berbagai
kelebihannya, telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
bukti bahwa setiap tahun, prestasi siswa semakin meningkat baik dalam
lulusannya maupun dalam kenaikan kelasnya.
B. Saran-saran
Setelah mengetahui hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Guru Sains hendaknya dalam mengimplementasikan metode resitasi dalam
pelajaran Sains juga menggunakan metode pengajaran yang lain,
misalnya metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, dan lain-
lain.
2. Guru hendaknya memberikan jam belajar tambahan kepada siswa yang
lambat belajar atau tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata, di luar jam
pelajaran sekolah.
3. Kalau ada kesempatan, hendaknya guru Sains meningkatkan
kemampuannya dengan kuliah atau mengikuti pelatihan-pelatihan (work
shop) guru mata pelajaran,
4. Perlu adanya sarana dan media yang menunjang terciptanya suasana dan
kondisi yang nyaman dan kondusif dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM).
5. Guru perlu memperhatikan dan mengatur kecukupan alokasi waktu
dengan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa.


114
6. Pengelola pendidikan (Kepala Madrasah) MI Miftahul Huda
Sumbernongko hendaknya turut mengevaluasi dan mengontrol Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang sedang berlangsung, sehingga kesalahan
guru dalam mengimplementasikan metode resitasi tidak terjadi atau dapat
dihindari.
7. Orang tua hendaknya mengawasi dan lebih memperhatikan anaknya
dalam belajar di rumah,
8. Siswa sebaiknya mampu belajar mandiri dan kreatif dalam bimbingan
guru Sains.


DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : Rajawali
Pers, 2000.
Al Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama RI, Jakarta 1995
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan ,Surabaya: Usaha
Nasional, 1992.
Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1993.
Lexy. J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1991.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal , Jakarta: Bumi
Aksara, 1993.
Moh. Nazir, Metode Penelitian , Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2003.
Mursal, H.M. Taker, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Jakarta: Al-Maarif,
1981.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah, Insan Cendekia,
2002.
Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
PPTA IAIN Pusat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta,
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981.
Ramayulis, MetodologiPengajaran Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 1990.


Sanafiah Faisal, Metodologi Penyusunan Angket ,Malang: Yayasan Asih Asah
Asuh /YA3, 1989.
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta:
Gunung Agung, 1991.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1997.
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan Bandung, Remaja Rosda Karya, Cet. V, 1981.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002.
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya
Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, Yogyakarta: Penerbit Psikologis
Universitas Gajahmada, ,1986.
S. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan
Agama, Surabaya : Biro Ilmiah, 1983.

You might also like