TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Oleh:
Abd. Azis Tata Pangarsa NIM. 01140038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Maret 2007
ii ii IMPLEMENTASI METODE RESITASI TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata-I (S-I) Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Abd. Azis Tata Pangarsa NIM. 01140038
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Maret 2007
iii iii IMPLEMENTASI METODE RESITASI TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Oleh:
Abd. Azis Tata Pangarsa NIM. 01140038
Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA NIP. 150 302 530
Tanggal, 26 Maret 2007
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235
iv iv IMPLEMENTASI METODE RESITASI TERHADAP PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
SKRIPSI Dipersiapkan dan Disusun oleh Abd. Azis Tata Pangarsa (NIM. 01140038) Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 01 April 2007
Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada Tanggal: 03 April 2007
Panitia Ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA NIP. 150 302 530
M. Amin Nur, M.Ag NIP. 150 327 263
Penguji Utama, Pembimbing
Drs. H. Satral, M.Ag NIP. 150 023 946
Drs. H, Bakhruddin Fannani, MA NIP. 150 302 530 Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
v v PERSEMBAHAN Dengan kerendahan hati terdalam yang tulus ikhlas karya ini aku persembahkan sebagai tanda baktiku teruntuk Bapak dan Ibuku tercinta yang telah melahirkan, membimbing, membesarkan, menyayangi, mendidik, menasehati dan motivasi dan yang paling berjasa dalam hidupku dan yang selalu memberikan doa di setiap saat serta di setiap gerak langkahku. Istriku tercinta "Sulis Bintari" dan anakku terkasih "Nazira Fikriyatun Nuha Tatapangarsa Al Qodri" yang tak henti-hentinya memberikan dorongan dan semangat untuk terus berusaha dan berdoa demi mewujudkan mimpi-mimpiku. Guru-guru MI Miftahul Huda yang telah menerima dan mendukung serta mengarahkanku, sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Pak Abdul Rozzaq S.Pd. (Pak Dul). Tak terlupakan sahabat sejatiku mas Fajar, Sodik, Afif, Jodang, Anang dll. Terima kasih atas segala ketulusan dan keihlasan dalam curahan kasih sayangnya selama ini, sehingga menjadikan hidupku lebih hidup, lebih semangat dan lebih indah. Persembahan buah karyaku yang sangat sederhana ini teruntuk semua yang membaca karyaku ini Tiada kata selain doa dan harapan yang bisa terucap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmad, taufiq, hidayah dan inayahnya, ketabahan dan kesabaran kepadaku demi mewujudkan mimpi-mimpi yang selama ini aku cita-citakan. Semoga amal kebaikan antum jamian menjadi amal ibadah menuju riddho Allah Subhanahu Wataala amin ya Robbal alamin.
vi vi Halaman Motto:
, = | , - _ . _ , - : - = | . , , ; - | - - :
Barang siapa yang menghendaki segala harapannya dapat tercapai, maka gunakanlah waktu malam itu sebagai kendaraan untuk mengejar segala harapannya. 1
Drs. H. Bakhruddin Fannani,MA.
1 Syekh Az Zarnuji, Pedoman Belajar Pelajar dan Santri, (Surabaya: Al-Hidayah), hlm.39
vii vii Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Abd. Azis Tata Pangarsa Malang, 26 Maret 2007 Lamp : 6 (Enam) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini : Nama : Abd. Azis Tata Pangarsa NIM : 01140038 Jurusan : Pendidikan Islam Judul Skripsi : Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang). Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Pembimbing,
Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA. NIP. 150 302 530
viii viii SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dan teracu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 26 Maret 2007
Abd. Azis Tata Pangarsa
ix ix KATA PENGANTAR ,,=\' _==\' =' ,= ,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wataala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang). Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurah dan telimpahkan kepada Baginda junjungan kita Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallama, yang telah membimbing perubahan akhlaq dari yang sesat menuju akhlaqul karimah. Penulis sangat menyadari penuh bahwa kripsi ini dengan melibatkan banyak pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Untuk itu patut kiranya pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak dan Ibuku yang kuhormati (Muhammad Terba'i Qodri dan Sayuni), istriku tercinta Sulis Bintari serta anakku terkasih Nazira Fikriyatun Nuha Tatapangarsa Al Qodri yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan doa, serta yang telah memberikan motivasi baik dhohir maupun batin.
x x 2. Bapak. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang. 3. Bapak. Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah. 4. Bapak. Drs. Moh. Padil. M,Pd.I sebagai Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. 5. Bapak. Drs.Bakhruddin Fannani, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan ketelitian memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Kepada semua pihak yang terkait terutama Bapak Abd. Rozzaq, S.Pd. dan segenap cifitas MI Miftahul Huda Sumbernongko yang telah membantu penulis mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Tiada ucapan yang dapat penulis sampaikan kecual iJaza Kumullai Khaira al-Jaza. Dalam hal ini pula penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini, banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun menjadi harapan penulis ke depan sebagai motivasi perbaikan pada penulisan berikutnya. Ahirnya dengan memohon rahmat Allah SWT. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis kususnya dan pembaca pada umumnya Amin Yaarobbal 'Alamin. Malang, Maret 2007 Penulis
xi xi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Tabel Keadaan Guru Lampiran II : Tabel Struktur Organisasi Lampiran III : Data Guru dan Pegawai MI Miftahul Huda Lampiran IV : Pedoman Wawancara : Responden Kepala Madrasah Lampiran V : Pedoman Wawancara : Responden Guru Sains Lampiran VI : Pedoman Angket : Responden Siswa Lampiran VII : Tata Tertib Siswa Lampiran VIII : Denah MI Miftahul Huda Lampiran IX : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran X : Bukti Konsultasi Lampiran XI : Surat Ijin Penelitian Lampiran XII : Surat Keterangan Penelitian Lampiran XIII : Daftar Siswa yang Lulus dan Nilai Danem Lampiran XIV : Daftar Riwayat Hidup Peneliti
xii xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................. vii HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii ABSTRAK ........................................................................................................ xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9 D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10 F. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Metode Resitasi ................................................. 12 B. Tinjauan Umum Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) ...................... 33 C. Konsep Prestasi Belajar ............................................................................ 46 BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 62 B. Kehadiran Peneliti .................................................................................. 64 C. Lokasi Penelitian .................................................................................... 65 D. Sumber Data ........................................................................................... 66
xiii xiii E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 66 F. Analisis Data .......................................................................................... 72 G. Pengecekan keabsahan Data .................................................................. 75 H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................... 75
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data......................................................................................... 78 B. Temuan Penelitian .................................................................................. 86 C. Pembahasan ............................................................................................ 93 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 107 B. Saran ............................................................................................... 111
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
xiv xiv ABSTRAK Abd. Azis Tata Pangarsa, Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. H. Bakhruddin Fannani, MA.
Kata Kunci : Metode Resitasi, Sains, Prestasi Belajar Suatu lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah, selalu ingin menghasilkan out put yang berprestasi bagus, berkualitas, dan berakhlakul karimah. Hal ini terlihat salah satunya dengan tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dari sini banyak cara dan metode, salah satunya dengan metode resitasi yang diupayakan pihak madrasah agar bisa maju dan memiliki kualitas pendidikan yang bagus, atau minimal madrasah yang mempunyai nilai atau ciri tersendiri dibandingkan sekolah atau madrasah yang lain. Madrasah ini, menurut pengamatan peneliti secara intensif, meskipun berada di tempat terpencil namun kualitas dan prestasi belajar siswanya bagus dan dapat dibanggakan, baik prestasi akademik, seperti mata pelajaran Sains, maupun non akademik seperti olahraga. Melihat fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk meneliti keberadaan madrasah tersebut. sehingga penulis dapat memaparkan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi metode resitasi yang diterapkan oleh madrasah tersebut khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, faktor apa saja yang dirasa mendukung dan menghambat dalam proses kegiatan tersebut, serta bagaimanakah hasil dari implementasi metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Sains tersebut terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang akademik maupun non-akademik. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis deskriptif kualitatif pula, yaitu berupa pemaparan dan penggambaran secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya mengenai data-data terkait, baik yang tertulis maupun lisan dari objek penelitian yang ada di lembaga tersebut. Selain itu juga menggunakan teknik statistik, metode ini digunakan untuk menganalisa data yang berupa angka-angka yang peneliti dapat dari hasil angket. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode wawancara, observasi, angket, interview dan dokumentasi. Untuk mendukung pemaparan data, penulis juga menyertakan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian ini. Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: Implementasi metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) ini sudah baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, ini dapat dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dalam mengimplementasikan metode tersebut, banyak strategi yang ditempuh, salah satunya adalah penyusunan program pengembangan mata pelajaran Sains, baik di dalam kegiatan belajar mengajar (di dalam kelas) maupun
xv xv diluar kegiatan pembelajaran yang terus diupayakan. Untuk kegiatan di dalam kelas, ini diupayakan sepenuhnya oleh masing-masing guru kelas atau guru mata pelajaran Sains, dalam hal ini guru Sains berusaha menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang bervariatif serta mengupayakan bagaimana materi pelajaran bisa diterima oleh siswa dengan baik. Untuk kegiatan di luar kelas, siswa dengan mandiri atau dengan bantuan orang lain bila tidak bisa mengerjakan tugas resitasi dari guru. Selain itu juga tidak terlepas dari peran kepala madrasah dalam mendukung serta mengaktifkan program yang telah disusun, sehingga ini merupakan salah satu faktor pendukung dalam mengimplementasikan metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Sains di madrasah tersebut, namun hal itu juga tidak terlepas dengan adanya faktor-faktor yang menghambat penerapan metode resitasi tersebut, salah satunya adalah dari latar belakang lingkungan dan karakteristik siswa yang heterogen, terbatasnya waktu yang tersedia, serta kurangnya sarana dan media pembelajaran. Namun adanya kekurangan tersebut, dari pihak madrasah selalu mengupayakan mencari solusi guna perbaikan dalam penerapan metode resitasi dalam pembelajaran Sains selanjutnya. Dan hasilnya pelaksanaan metode resitasi tersebut sedikit banyak telah memenuhi target dari tujuan yang telah ditentukan, yaitu adanya perkembangan perolehan yang baik pada nilai akhir ujian dari siswa, khususnya dalam mata pelajaran Sains.
xvi xvi IMPLEMENTASI METODE RESITASI TERHADAP PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (SAINS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Dipersiapkan dan Disusun oleh
Abd. Azis Tata Pangarsa (NIM. 01140038)
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 02 April 2007 Dengan nilai B+ Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI.)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah berbagai masalah dunia pendikan bangsa Indonesia, termasuk Madrasah, peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru secara khusus dapat diistilahkan sebagai ruh atau jiwa bagi pendidikan. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun model kurikulum, paradigma pendidikan yang berlaku dan metode yang wajib digunakan, gurulah yang pada akhirnya menentukan tercapainya program tersebut. Namun demikian peran tenaga pendidikan lainnya tidak kurang pentingnya. Bahkan kemampuan kerja kolektif yang ditujukan oleh semua elemen tersebut menjadi kunci suksesnya proses pendidikan di sebuah sekolah atau madrasah. Guru sebagai salah satu elemen lembaga pendidikan yang tidak bisa terpisah dari keberadaan siswa terutama di lingkungan sekolah. Karena guru setiap saat berinteraksi dengan siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai suatu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien seseorang guru harus mampu memberikan variasi dan metode pengajaran yang tepat. 2 Dengan hal lain disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materinya. Dalam suatu kelas terdapat bermacam-macam karakteristik siswa ada yang aktif dan ada juga yang
2 S. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke 1, hlm.19
2 pasif, maka agar dapat meningkatkan prestasi siswa, untuk itu harus menggunakan metode yang tepat yang dapat dapat menumbuhkan motivasi siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Uzer Usman ( tokoh pendidikan ) menyatakan bahwa tidak ada satu jenis metode pun yang paling baik untuk semua situasi termasuk materi pelajaran. Melainkan semua metode itu akan menjadi baik bila pemakainya disesuaikan dengan beberapa faktor sebagai berikut: 1. Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku. 2. Kemampuan guru dan siswa dalam melaksanakannya. 3. Kondisi belajar siswa. 4. Sifat dan jenis bidang studi yang hendak disampaikan. 5. Kesempatan waktu yang tersedia. Kelima hal tersebut perlu diperhatikan oleh seorang guru apabila akan mengajar dengan menggunakan metode pengajaran agar dapat berhasil dengan baik dan memungkinkan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan berdasarkan realitas yang ada. Seorang guru harus memiliki kiat (metode) dalam melakukan pembelajaran. Kiat yang dimiliki bukan saja untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dan itu adalah dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Seorang guru yang berkompetensi, cerdas, dan profesional, memiliki seperangkat metode khusus dalam kelas. Dengan itu ia akan menjadi guru yang dirindukan kehadirannya di kelas. Metode tersebut antara lain ; ceramah, tanya jawab,
3 diskusi, resitasi (pemberian tugas), demonstrasi, eksperimen, bekerja kelompok, sosiodrama, karya wisata, drill (latihan) team teaching (sistem regu),dll.(Zuhairini : 82). Metode resitasi digunakan terutama untuk merangsang anak agar tekun, rajin dan giat belajar. Metode resitasi (pemberian tugas) yang kami bahas disini pada hakekatnya adalah menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan (pekerjaan) yang baik, berguna bagi dirinya di dalam memperoleh dan memperluas pengetahuan dan pengertian bidang studi yang dipelajarinya, dalam hal ini adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Dengan demikian , metode penugasan ada tiga bentuk fase yang bias dijadikan seorang pendidik di dalam pelaksanaan strategi pembelajaran, antara lain : 1. Fase pemberian tugas, 2. Fase belajar, 3. Fase resitasi (penugasan). Metode pemberian tugas (resitasi) merupakan suatu aspek dari metode pengajaran. Setiap guru akan memberikan tugas-tugas dalam setiap pelajaran dengan maksud-maksud tertentu, misalnya untuk meninjau pelajaran baru, menghafal pelajaran yang telah diberikan, membuat latihan-latihan, mengumpulkan bahan untuk memecahkan suatu masalah, dan lain-lain. Tugas dapat diberikan kepada individu, kepada kelompok atau kepada seluruh siswa di kelas. Tugas digunakan dalam subyek kurikulum maupun dalam unit. Tugas dapat dilakukan dalam kelas atau di luar jam pelajaran sebagai pekerjaan rumah. Kiranya tak ada pelajaran yang dapat dijalankan dengan baik, tanpa adanya tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Oleh karena peranan
4 tugas penting dalam proses belajar, maka guru hendaknya mengetahui bagaimana memberi tugas yang baik. Kehidupan sekolah dewasa ini semakin dinamis, dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan dan lain-lain, sehingga dapat menunjang lebih baik lagi dalam menggunakan metode ini dalam pengajaran. Resitasi (pemberian tugas) meliputi antara lain : 1. Menyusun karya tulis 2. Menyusun laporan mengenai bahan bacaan yang berupa buku. 3. Menyusun berita atau kejadian yang diamati atau dialami. 4. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang termaktub dalam buku. 5. Dan lain-lain tugas yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Di dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), metode resitasi mutlak digunakan, karena seorang pendidik (guru) dituntut untuk melakukan banyak hal, ini dikarenakan tugas seorang guru tidak hanya sebatas mengajar dan mengandalkan transformasi ilmu (transfer of knowledge) saja. Seorang guru yang profesional akan menuntut adanya hubungan yang integral antara keselarasan materi dan praktek yang sudah dijelaskannya dengan jelas terhadap para anak didiknya. Guru akan mengetahui sejauh mana para anak didiknya memahami dan mencerna pelajaran dan sejauh mana anak didik bisa mengaplikasikannya didalam kehidupannya. Disinilah kegunaan metode tersebut. Suatu misal, seorang guru memberikan tugas agar siswa mencatat, meresume, dan membuat laporan tentang materi, kemudian materi tersebut didiskusikan di sekolah sebagai suatu bentuk
5 kegiatan resitasi. Sesungguhnya banyak metode yang bisa digunakan seorang pendidik didalam mengajarkan dan mengaplikasikan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar didalam menciptakan para anak didiknya belajar dengan mandiri, tidak hanya menggunakan metode resitasi saja. Pendidik juga dituntut agar bisa memotivasi anak didiknya, sebab motivasi yang diberikan seorang pendidik akan sangat berpengaruh terhadap anak didiknya. Sedangkan motivasi itu sendiri sangat beragam, salah satu diantaranya adalah penggunaan metode pengajaran yang tepat untuk digunakan oleh seorang pendidik (guru). Jika seorang pendidik (guru) benar-benar menginginkan agar tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerimanya. Dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran menyangkut kegiatan perencanaan pengajaran (ternasuk aspek-aspek metode mengajar) sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Karenanya pelaksanaan suatu pendidikan tidaklah mudah terutama yang menyangkut bahan-bahan pendidikan, cara-cara mendidik dan mengevaluasi tingkat kemampuan dan keberhasilannya. Misalnya pada pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), titik tekannya lebih mengutamakan pada aspek kognitif. Metode yang dipakai dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) tidak hanya pemberitahuan (penyampaian informasi) tentang berbagai hal, tetapi harus ada praktek atau uji coba tentang teori untuk membuktikan kebenaran teori yang diajarkan.. Metode
6 pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) sangat erat hubungannya dengan materi atau pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Oleh karenanya sebagai guru, harus dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat dalam mendidik anak didiknya, agar siswa dapat memahami pelajaran dengan benar. Melihat realita yang ada di MI Miftahul Huda, Sumbernongko Desa Sumberputih, Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, kondisi siswa yang berlatar belakang hidup di desa hampir sama yaitu mayoritas anak petani, yang didalam kesehariannya setelah selesai pulang dari sekolah siswa harus membantu orang tuanya bekerja. Letak geografis MI Miftahul Huda yang ada di perbukitan,dan keadaan alamnya yang masih alami, serta sedikitnya waktu Proses Belajar Mengajar (PBM) sangat tepat bila metode resitasi ini diterapkan dalam mengajarkan materi pelajaran, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) yang sangat ditunjang oleh keadan alamnya. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak kejanggalan dan kekurangan yang perlu dibenahi. Maka dengan demikian pentingnya penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan serta menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk belajar dengan giat dan gembira dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Keadaan tenaga pendidik (guru) di MI Miftahul Huda, agak kurang dari segi jumlah atau kuantitasnya. Dengan guru berjumlah 13 orang, harus mengayomi siswa berjumlah 180 siswa, dan kebenaran peneliti adalah guru yang ditugaskan oleh Pemerintah, untuk membantu mengajar di MI Miftahul Huda Sumbernongko. Tentunya metode resitasi, sangat tepat digunakan dalam
7 mengatasi kekurangan jumlah personil tenaga pendidik (guru), dalam proses pengajaran. Siswa dapat aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar, tentunya masih disertai dengan bimbingan guru. Pada mulanya, pelaksanaan metode resitasi mempunyai tujuan untuk membentuk siswa yang mandiri baik secara fisik, intelektual dan psikis, mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri dan membiasakan siswa untuk berfikir dengan membanding-bandingkan dan mengembangkan inisiatif pribadinya dalam menghadapi masalah yang aktual. Akan tetapi ada sebagian kecil siswa malah menjadi ketergantungan dengan adanya metode resitasi tersebut, misalkan suatu contoh: Guru memberi tugas Pekerjaan Rumah (PR) atau Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk bisa dikerjakan oleh siswa sendiri, akan tetapi pekerjaan tersebut dikerjakan oleh ibu, kakak atau saudaranya. Maka dengan demikian siswa akan menjadi manja dan ketergantungan terhadap orang lain bila dilakukan secara terus menerus. Selain berfungsi sebagai salah satu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam interaksi edukatif (belajar mengajar), metode resitasi juga dapat digunakan sebagai salah satu motivasi belajar bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwasannya sangat penting bagi seorang guru mampu merumuskan strategi dan metode yang baik dalam proses belajar mengajar pada anak didiknya , sehingga sekiranya dapat membantu anak didiknya meningkatkan prestasi belajarnya, selain daripada itu guru harus juga
8 memahami (kelebihan, kelemahan, macam-macamnya, penerapannya dan sebagainya) mengenai pola metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Tentu saja metode resitasi ini tidak hanya memiliki suatu bentuk kekuatan dan kebaikan saja, akan tetapi juga ada beberapa kelemahan didalam penerapannya, maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti penerapan atau implementasi metode resitasi di dalam MI Miftahul Huda, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.. Diharapkan dengan penerapan metode resitasi ini didalam proses belajar mengajar nantinya akan berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka dari itulah penulis mengadakan penelitian dengan judul "Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang)" B. Rumusan Masalah Dari adanya latar belakang tersebut diatas dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana implementasi metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda. 2. Usaha-usaha apa yang dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda 3. Apa hambatan penerapan metode resitasi dan usaha untuk mengatasinya.
9 C. Tujuan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan penulis dalam hal ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi metode resitasi ini dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda Sumbernongko, Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang? 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode resitasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko, Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang? D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang bersangkutan : 1. Bagi guru Dengan adanya penelitian ini seorang guru dapat mengembangkan metode resitasi ini sesuai dengan karakteristik siswanya dan materi pelajaran yang diajarkan kepada siswanya. Disamping itu juga untuk meningkatkan keprofesionalan guru tersebut dalam mengajar. 2. Bagi siswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa mampu meningkatkan prestasi mereka di kelas amupun di luar kelas, mampu menerima, memahami dan menghayati khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dan dapat memberi motivasi siswa agar tidak jenuh dan malas dalam belajar (semangat dan gembira dalam belajar).
10 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan atau mengimplementasikan metode resitasi agar lebih profesional dalam proses belajar mengajar. E. Metode Pembahasan Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua metode, yaitu: 1. Metode Induksi Metode induksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas masalah atau hal-hal yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. 3
2. Metode Deduksi Metode deduksi ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. 4
3 Drs. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997) Cet. Ke 2, hlm.57
4 Ibid.,hlm.58
11 F. Metode Penelitian 1. Penentuan Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian (Arikunto, 2002: 108). Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian adalah siswa. 2. Penentuan Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002:109). Pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah "untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semuanya saja, sehingga merupakan penelitian populasi, jika subyeknya besar, bisa diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% (Arikunto:2002: 112). 3. Pengumpulan Data a. Metode Interview Metode interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan terhadap responden melalui percakapan langsung untuk memperoleh data-data yang tidak tertulis. b. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-frenomena yang diteliti. Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati kemudian melakukan pencatatan terhadap objek yang diteliti.
12 c. Metode Angket Metode angket adalah metode pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi/ keterangan dari sumber data. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya. 5
G. Sistematika Pembahasan Untuk lebih mempermudah dalam menyajikan dan memahami isi dari penulisan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi:, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode pembahasan, metode penelitian, sistematika pembahasan. BAB II Merupakan kajian pustaka, yang berisi, 1)Tinjauan umum tentang metode resitasi,yang mencakup; pengertian tentang metode, macam-macam metode, pemilihan metode mengajar dalam rangka interaksi edukatif,metode mengajar dan prinsip belajar, dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar, dampak pemilihan metode, pengertian metode resitasi, kebaikan metode resitasi, kelemahan metode resitasi, cara memberi tugas yang tidak baik, syarat-syarat tugas yang baik, waktu pemberian tugas, petunjuk tentang memberikan tugas, jenis-jenis tugas,
5 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke 12, hlm.206
13 2) Tinjauan umum tentang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), yang mencakup; pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), ruang lingkup IPA, salingtemas, standar kompetensi kecakapan hidup, standar kompetensi IPA di SD/ MI, rambu-rambu IPA, pola pengembangan IPA, 3) Konsep prestasi belajar, yang mencakup; pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa, langkah peningkatan prestasi. Bab III Pada bab ini penulis menyajikan Metode Penelitian, yang meliputi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Tahap-tahap Penelitian. Bab IV Pada bab ini merupakan Temuan Penelitian dan Pembahasan, yang meliputi; Deskripsi data, Temuan Penelitian dan Pembahasan. Bab V Pada bab ini adalah merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan penulis dalam penelitian serta saran-saran yang relevan.
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar) 1. Pengertian Metode Metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. 6
Adapun secara terminologi, Menurut Ibnu Miskawih yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, metode diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu perubahan-perubahan kepada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. 7
2. Macam-macam Metode Metode yang dimaksud disini adalah metode mengajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), pada prinsipnya metode yang digunakan sama dengan metode mengajar mata pelajaran lainnya, disamping diakui ada ciri khusus tersendiri. Adapun metode mengajar menurut Winarno Surachmad dalam bukunya "Interaksi Mengajar dan Belajar" mengemukakan beberapa metode mengajar dalam kelas yaitu :
6 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet.Ke 5, hlm.61 7 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2000),hlm.27
15 a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode diskusi d. Metode resitasi (pemberian tugas belajar) e. Metode demonstrasi dan eksperimen f. Metode bekerja kelompok g. Metode sosiodrama dan bermain h. Metode karya wisata i. Metode drill (latihan) j. Metode sistem regu (team teaching). 8
Banyaknya metode diatas tidak berarti bahwa penggunaan metode dalam pendidikan semuanya dipakai, namun tergantung situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada pembahasan tentang metode resitasi (pemberian tugas belajar) saja, sesuai dengan judul skripsi. 3. Pemilihan Metode Mengajar Dalam Rangka Interaksi Edukatif Para ahli menganggap metodologi pengajaran sebagai ilmu Bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran . Ia memang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai oleh sesuatu bidang apa pun. Tetapi mengandung unsure inovatif, karena memberi alternative lain yang dapat dipergunakan di kelas. Karena
8 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Biro Ilmiah, 1983),hlm.82
16 ilmu bantu ini bersifat luwes. Penggunannya didasarkan atas pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut : a. Selalu berorientasi pada tujuan; b. Tidak hanya terikat pada satu alternatif saja; c. Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode; d. Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lainnya. Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979), sebagai berikut : a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya. b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. c. Situasi dan keadaannya. d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya. e. Pribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda. Karena banyaknya pelajaran, maka tujuan untuk setiap mata pelajaran pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru memilih metode untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Guru jangan sesuka hati memilih metode, ia harus berpedoman pada tujuan pembelajaran. 4. Metode Mengajar dan Prinsip Belajar Hubungan metode mengajar dengan prinsip-prinsip belajar atau asas- asas belajar sangat erat. Kerelevansian metode mengajar dengan prinsip- prinsip belajar akan dapat membangkitkan gairah belajar siswa dalam
17 mencapai tujuan pembelajaran. Mansyur (1991:45) mengatakan, bahwa metode mengajar berhubungan erat dengan prinsip-prinsip belajar. Sebagai pendukung pendapatnya, dia mengemukakan rumusan sebagai berikut: a. Metode Mengajar dan Motivasi Jika bahan pelajaran disajikan secara menarik, besar kemungkinan motivasi belajar siswa semakin meningkat. Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat dan kebutuhan siswa. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri siswa disebut "motivasi intrinsik", dan motivasi yang diakibatkan dari luar diri siswa, disebut "motivasi ekstrinsik". Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, dan sikap mandiri siswa. b. Metode Mengajar dan Aktifitas Siswa Apabila dalam kegiatan interaksi edukatuf terdapat keterlibatan intelek-emosional siswa, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan efektif. Guru di dalam interaksi edukatif diharapkan benar-benar menerapkan aktifitas siswa, yaitu belajar sambil bekerja (learning by doing). Melakukan aktifitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari siswa bahwa pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktifitas atau bekerja. Pada kelas-kel;as rendah di sekolah dasar, aktivitas itu dapat dilakukan sambil bermain. Seperti siswa
18 kelas satu dalam belajar abjad dan bagian-bagian tubuh dilakukan sambil bernyanyi. Proses interaksi edukatif diatas menerapkan prinsip belajar sambil bermain. Kegiatan belajar akan lebih berhasil dalam situasi bermain, siswa akan aktif, senang, gembira, kreatif serta tidak mengikat. c. Metode Mengajar dan Perbedaan Individual Tidak tepat bila guru menyamakan semua siswa. Seorang siswa yang hasil belajarnya jelek, dikatakan bodoh. Lalu semua siswa yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Hal itu belum tentu. Mungkin disebabkan kesehatannya terganggu, tidak ada kesempatan untuk belajar, sarana belajar kurang, dan sebagainya. Guru harus ingat, bahwa setiap siswa mempunyai bakat yang berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Secara garis besar setiap siswa mempunyai tanggapan berbeda, seperti tipe penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil), tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran. d. Metode Mengajar dan Penyusunan Pemahaman yang Logis dan Psikologis Dalam mengajar diperlukan pemilihan metode yang tepat. Metode- metode tertentu lebih serasi untuk memberikan informasi mengenai bahan pelajaran dan gagasan-gagasan baru atau untuk menguraikan dan menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks. Karenanya, di dalam situasi-situasi tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode
19 ceramah atau pemberian kuliah maupun metode resitasi (pemberian tugas) pada siswa. Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa menggunakan metode, kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses. Karena itu tidak perbah ditemui guru mengajar tak memakai metode. Dalam pendidikan dan pengajaran diakui, bahwa metode-metode mengajar mempunyai kadar ke-CBSA-an yang bervariasi. Berdasarkan perbedaan kadar ke-CBSA-an ini dapat diklasifikasikan pendekatan yang dilakukan dalam mengajar. Bila guru memilih suatu metode, maka secara otomatis guru dituntut untuk memilih pendekatan yang diharapkan secara efektif mendukung perencanaan yang ditunjukkan oleh metode. 9
9 Suprihadi Saputro, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Malang:IKIP Malang, 1993),hlm.189
20
Klasifikasi Metode Interaksi Edukatif Berkaitan dengan Kadar ke-CBSA-an dan Pendekatan Pendekatan Kadar CBSA Metode Klasikal Kelompok Individual Proyek V Eksperimen V O Resitasi O V Diskusi O V Bermain Peran/ Sosiodrama V O Demonstrasi O V Karya wisata V O Tanya Jawab O V Latihan O V Ceramah V Tinggi
Rendah Bercerita V Keterangan : V = Pendekatan Utama O = Pendekatan Pilihan
21 Klasifikasi Metode Interaksi Edukatif Berkaitan dengan Keterampilan Proses yang Dikembangkan Keterampilan Proses No Metode Meng amati Menggo longkan Menaf sirkan Mera malkan Mene rapkan Mene liti Mengko munika sikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Resitasi Eksperimen Proyek Diskusi Karyawisata Demonstrasi TanyaJawab Berperan Sosiodrama Bercerita Latihan Ceramah V V V V V V V V V V V V V V V V V V V _ _ _ _ _ V V V V V V V V V V _ _ V V V V _ _ _ _ _ _ _ _ V V V V V _ _ _ _ _ _ _ V _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ V V V V V V V V V V V V
Dari tabel bagan klasifikasi diatas, dapat diketahui bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah metode yang terbanyak menampilkan segi- segi keterampilan proses. Begitu juga dengan metode diskusi, eksperimen dan proyek. Keempatmetode itu sama-sama menampilkan tujuh kemampuan
22 dalam keterampilan proses. Sedangkan metode ceramah adalah metode yang paling sedikit menampilkan segi-segi keterampilan proses. Karenanya. Metode ceramah yang sering digunakan guru dalam mengajar di kelas perlu dibatasi pemakainnya. Keterampilan proses yang dikembangkan dengan metode ceramah kurang dapat diharapkan mengoptimalkan belajar siswa di kelas. 5. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Mengajar Ada beberapa factor yang harus dijadikan dasar pertimabangan pemilihan metode mengajar. Dasar pertimbangan itu bertolak dari factor : a. Berpedoman pada tujuan b. Perbedaan Individual siswa c. Kemampuan guru d. Sifat bahan pelajaran e. Situasi kelas f. Kelengkapan fasilitas g. Kelebihan dan kelemahan metode 10
6. Dampak Pemilihan Metode Mengajar Metode mengajar yang digunakan guru hamper tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam kurun waktu yang relative lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effects, efek instruksional atau tujuan instruksional). Sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relative lama
10 ibid, hlm.193
23 dikatakansebagai dampak pengiring (nurturant effects, efek pengiring, atau tujuan pengiring). Dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif. Hasil yang akan dicapai biasanya berkenaan dengan cognitive domain (pengetahuan) dan psychomotor domain (keterampilan). Kedua domain atau bidang itu dapat diukur secara kongkret, pasti, dan karenanya dapat langsung dicapai ketika itu. Dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat diukur dan tidak mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif, tetapi hasilnya diharapkan akan berpengaruh kepada siswa dan akan mengiring atau menyertai belakangan, memerlukan waktu, dan atau tahapan pertemuan-pertemuan peristiwa interaksi edukatif selanjutnya. Dalam hubungan itulah, setiap metode mengajar yang dipilih dan digunakan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang diharapkan. Metode ceramah misalnya; dapat membuat siswa menjadi pendengar yang baik, meniru cara atau sikap guru berbicara dan bertingkah laku seperti siswa mudah melupakan apa yang diceramahkan, membuat siswa pasif dan kurang mengembangkan kreativitasnya. Metode resitasi (penugasan) dapat berpengaruh kepada siswa, yaitu terbinanya kemandirian, bertanggung jawab, dan sebagainya. Dengan demikian untuk menentukan metode mengajar yang akan digunakan perlu dipertimbangkan kesesuaiannya dengan tujuan yang akan dicapai, baik dampak langsung
24 maupun dampak pengiring. Untuk itu perlu menguasai dan menghayati kembali sifat tujuan pendidikan sampai kepada tujuan pendidikan nasional , kemudian menyesuaikannya dengan ketepatan metode mengajar yang akan digunakan. Dalam praktek, tidak semua metode digunakan sekaligus pada saat yang sama untuk menyajikan materi dan pencapaian tujuan pembelajaran yang berbeda. Jarang sekali dalam suatu peristiwa interaksi edukatif, seorang guru hanya menggunakan satu metode mengajar. Idealnya adalah menggunakan metode mengajar lebih dari satu atau secara bervariasi dalam suatu pertemuan atau peristiwa interaksi edukatif, sesuai dampak langsung dan dampak pengiring yang diharapkan. 7. Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar) a. Pengertian Metode Resitasi Resitasi merupakan refleksi kehidupan. Setiap orang dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari tugas-tugas yang seyogyanya dikembangkan dalam kehidupan di sekolah sebagai bentuk persiapan memasuki dunia kerja yang penuh dengan berbagai resitasi (tugas). Sudah barang tentu, resitasi yang diberikan adalah yang berhubungan dengan tema (topik) yang sedang akan dipelajarinya. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat At Taubah : 105: ,-~ ;--;-- ^-;~ ---- = ,-~- ;--- J- ;-- -- '-- ----- '|~ ~-- -- - ) ^-;-- : (
25 Artinya: Dan katakanlah "Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul- Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa yang akan kamu kerjakan".(Q.S. At-Taubah : 105) 11
Sudirman dkk, mendefinisikan metode resitasi sebagai cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 12
Definisi lain, yang diutarakan oleh PPTA IAIN pusat menyatakan bahwa, metode resitasi adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberikan tugas tertentu dan siswa mengerjakannya, kemudian tugas tersebut di pertanggung jawabkan kepada sang guru pengajar. 13
Metode resitasi menurut Ramayulis adalah suatu cara mengajar, dimana guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan para siswa mempertanggungjawabkannya. 14
Metode resitasi (pemberian tugas belajar), sering disebut juga dengan metode pekerjaan rumah (PR), adalah metode dimana siswa diberi tugas khusus diluar jam pelajaran. Metode resitasi atau penugasan secara garis besar bisa kita definisikan, yaitu suatu bentuk strategi dalam proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan cara memberikan tugas diluar
11 Al Qur'an dan Terjemahannya,(Jakarta: Departemen Agama RI,1995),hlm.298 12 Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. V, 1981) hlm.141 13 PPTA IAIN Pusat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981), hlm.237 14 Ramayulis, MetodologiPengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.145
26 jam pelajaran, agar siswa memikirkan, menelaah dan mempraktekkan lebih lanjut tentang pelajarannya secara mendalam dan juga dapat melaksanakan tugas yang diberikan serta mempertanggungjawabkan tugas yang telah diberikan kepada guru dengan baik dan sempurna. Metode pemberian tugas merupakan suatu aspek dari metode pengajaran. Setiap guru akan memberikan tugas-tugas dalam setiap pelajaran dengan maksud-maksud tertentu, misalnya untuk meninjau pelajaran baru, menghafal pelajaran yang telah diberikan, membuat latihan-latihan, mengumpulkan bahan untuk memecahkan suatu masalah, dan lain-lain. Tugas dapat diberikan kepada individu, kepada kelompok atau kepada seluruh siswa di kelas. Tugas digunakan dalam subyek kurikulum maupun dalam unit. Tugas dapat dilakukan dalam kelas atau di luar jam pelajaran sebagai pekerjaan rumah. Kiranya tak ada pelajaran yang dapat dijalankan dengan baik, tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Oleh karena peranan tugas penting dalam proses belajar, maka guru hendaknya mengetahui bagaimana memberi tugas yang baik. b. Kebaikan Metode Resitasi (Pemberian Tugas Belajar) 1) Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif. 2) Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah, dengan cara: membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba sendiri (prinsip CBSA).
27 3) Dapat memupuk rasa taanggung jawab dalaam segala tugas pelajaran, sebab dalam metode ini siswa harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan, 4) Membiasakan siswa berfikir dengan membanding-bandingkan dan mencari hukumnya. 5) Melatuh anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hafalan saja. 6) Membuat siswa bersemangat untuk giat dalam belajar. 7) Melatih siswa untuk membuktikan dengan nyata, teori-teori yang diberikan oleh guru, dalam melaksanakan tugas praktek. 8) Memberi kebiasaan anak untuk giat belajar. 9) Memberikan tugas siswa yang bersifat praktis, misalnya membuat laporan tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan pelajaran. c. Kelemahan Metode Resitasi 1) Seringkali tugas yang diberikan untuk dikerjakan di rumah dikerjakan oleh orang lain (ayah, ibu, kakak), sehingga siswa tidak mengerti tentang tugasnya, yang berarti tujuan pelajaran tidak dapat tercapai. 2) Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar. 3) Seringkali siswa yang malas mengerjakan tugas, menyalin tugas temannya di kelas.
28 4) Apabila tugas itu terlalu berat dan banyak akan mengganggu keseimbangan mental siswa. 5) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan kebanyakan dari anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. 6) Pemberian tugas yang terlalu sering dan banyak apabila tidak disertai penilaian sendiri, sering menjadi beban dan keluhan siswa. d. Cara Memberi Tugas Yang Tidak Baik Sering kali kita lihat cara memberi tugas sebagai berikut: Lonceng tanda istirahat atau pulang telah berbunyi. Siswa telah bersiap untuk pergi keluar kelas. Mereka mulai memasukkan buku ke dalam tas.pada saat itulah guru memberi tugas. "Untuk pelajaran berikutnya harus kamu baca halaman 71 sampai halaman 75. pelajari baik-baik, karena saya akan selidiki siapa yang belajar atau tidak". Tugas serupa tidak akan memberi hasil yang baik, siswa tidak diberi petunjuk, apa sebenarnya yang harus diperhatikan dalam tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak tahu masalah-masalah apa yang mereka hadapi dalam tugas itu bagaimana cara mengatasinya. Mungkin mereka tidak melihat bagaimana hubungan yang wajar antara tugas dengan apa yang baru saja mereka pelajari. Karena itu motivasi belajar tidak ada bahkan negative. Mereka akan enggan dan malas mengerjakannya dan hanya belajar, karena takut akan mendapat nilai jelek atau dihukum oleh guru. Tugas itu tidak direncanakan terlebih dahulu oleh dengan cermat
29 oleh guru. Setiap tugas yang baik memerlukan perencanaan yang baik oleh guru. Oleh sebab guru sering tidak membuat persiapan karena berbagai hal, maka ia memilih jalan yang paling mudah yaitu menugaskan siswa mempelajari sejumlah halaman dari buku pelajaran tertentu. Mungkin pemberian tugas seperti yang diuraikan di atas masih banyak terdapat di sekolah-sekolah kita. Memberikan tugas yang baik tidak mudah, sebab harus memenuhi syarat-syarat tertentu. e. Syarat-syarat tugas yang baik Keadaan dalam tiap kelas berbeda dan sifat pelajaran berlainan. Karena itu tidak dapat diberikan petunjuk yang khas mengenai setiap tugas. Yang dapat diberikan hanyalah petunjuk umum atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pemberian tugas. Tugas tidak dapat diberikan secara otomatis akan tetapi selalu memerlukan pemikiran dari pihak guru. Di bawah ini adalah beberapa syarat tugas yang baik, yaitu : 1) Tugas itu harus tegas dan jelas Tugas yang kabur akan mengacaukan dan menyukarkan Siswa. Banyak waktu terbuang karena tidak tahu benar atau tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Sebaiknya untuk lebih jelasnya, tugas itu ditulis di papan tulis, yaitu apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukannya dan kapan tugas itu harus selesai. Siswa harus mengerti tugas apa yang harus mereka kerjakan.
30 2) Sesuatu tugas yang baik, jika disertai penjelasan mengenai kesulitan- kesulitan yang dihadapi. Sebelum memberikan tugas, guru harus menyelidiki kesulitan- kesulitan dalam bahan pelajaran, misalnya; hal-hal baru yang belum pernah dibicarakan sambil memberi saran-saran tentang cara mengatasinya. Tugas yang tidak dapat dikerjakan akan menimbulkan frustasi dan rasa tidak senang terhadap mata pelajaran itu. Untuk itu, sebaiknya tugas yang baik disertai dengan petunjuk-petunjuk tentang cara mengerjakannya. Siswa harus diberi petunjuk tentang bagaiman cara belajar yang baik 3) Tugas itu harus relevan dengan apa yang telah dipelajari. Dalam suatu pelajaran misalnya, dihadapi suatu masalah yang menarik dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau dihadapi kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan yang perlu dikuasai. Dengan demikian siswa melihat perlu dan pentingnya tugas itu. Ini berarti bahwa tugas itu harus menarik minat anak. Motivasi ini akan mendorong siswa melakukan tugas dengan senang hati. 4) Tugas itu hendaknya didiskusikan oleh guru dan siswa. Diskusi ini akan memberi pengertian yang jelas tentang apa sebenarnya tugas itu Para siswa dapat mengajukan pertanyaan dan mendapatkan penjelasan dari guru atau siswa lain. Di samping itu juga tugas semula dapat mengalami perubahan atauu tambahan menurut hasil diskusi. Mungkin tugas itu terlampau luas, sehingga diberikan waktu
31 yang lebih banyak untuk mengerjakannya. Dengan adanya diskusi itu tidak semua siswa turut berpartisipasi, sehingga tugas itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan oleh guru melainkan ditentukan bersama. 5) Tugas itu hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan dan jika mungkin juga dengan minat siswa. Pengajaran yang baik harus memperhatikan perbedaan individual. Hal ini masih sangat kurang dilakukan di sekolah-sekolah kita. Pada umumnya kita berikan pelajaran dan ujian yang sama kepada semua siswa walaupun dengan nyata kita ketahui adanya perbedaan antara kesanggupan dan minat siswa. Perbedaan individual ini harus juga diperhatikan dalam pemberian tugas. 6) Tugas hendaknya dilakukan oleh siswa, karena yakin akan nilai pelajaran itu baginya dan bukan karena takut karena hukuman atau ingin mencapai angka yang tinggi. Angka yang tinggi masih memegang peranan yang penting dalam pengajaran kita. Para siswa kebanyakan belajar untuk mencapai angka yang tinggi dan harus bersaing dengan siswa lain. Angka-angka masih sering disalahgunakan oleh guru-guru untuk menolong siswa belajar. Angka yang buruk sering digunakan sebagai ancaman, bila siswa tidak melakukan tugasnya. Rasanya sangat sukar untuk mengubah keadaan ini. Namun demikian dari segi pendidikan, hasil belajar lebih tinggi jika siswa yakin akan nilai pelajaran itu baik bagi dirinya. Jadi pelajaran di
32 sekolah hendaknya dihubungkan dengan sesuatu yang berharga dalam hidup siswa. Hal ini tidak selalu mudah, akan tetapi setidak-tidaknya harus diperhatikan oleh guru. 7) Tugas harus disesuaikan dengan waktu yang ada pada siswa. Tiap guru menganggap mata pelajaran sangat penting dan melupakan bahwa siswa juga harus mengikuti pelajaran lain. Hal ini sering terjadi di sekolah lanjutan. Di Sekolah Dasar (SD)atau Madrasah Ibtida'iyah (MI) seluruh pelajaran dipegang oleh seorang guru dank arena itu mudah mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di rumah. Tugas-tugas itu hendaknya jangan terlampau memakan waktu siswa, sehingga ia masih sempat bermain, berekreasi, atau melakukan kegiatan- kegiatan yang berguna baginya. Itu sebabnya guru hendaknya mengetahui berapa banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. 15
f. Waktu Pemberian Tugas Apakah tugas itu harus diberikan pada permulaan, pertengahan atau akhir pelajaran atau "saat yang psikologis". Dengan saat yang psikologis dimaksud adalah kapan saja dihadapi suatu masalah atau situasi yang sesuai untuk memberikan tugas, jadi sewaktu suatu masalah masih hangat dalam pikiran siswa. Saat itu mungkin timbul kapan saja selama pelajaran berlangsung. 16
33 Ada yang menganjurkan memberikan tugas pada akhir pelajaran, untuk mengetahui dan menguji tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah diajarkan, sehingga tugas itu dapat dihubungkan dengan seluruh pelajaran yang telah selesai dibicarakan atau dijelaskan itu. Kebanyakan guru akan memberi tugas pada akhir pelajaran. Namun demikian, tidak ada salahnya mengikuti cara lain menurut keadaan dan situasi belajar. g. Petunjuk-petunjuk Tentang Memberikan Tugas Dalam memberikan tugas, di bawah ini diberikan beberapa petunjuk yang banyak bertalian dengan syarat-syarat tentang cara memberikan tugas yang baik, yaitu: 1) Setiap tugas harus dipikirkan dan dipersiapkan oleh guru. 2) Guru harus berusaha, agar tugas itu diterima baik oleh siswa, karena melihat manfaat bagi dirinya. 3) Guru harus dapat mengukur taraf kesulitan yang diberikannya. Ia harus menganalisa kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam tugas. 4) Guru harus berusaha, agar tugas itu dipahami oleh setiap siswa. 5) Tugas itu jangan terlampau banyak memakan waktu untuk membuatnya. 6) Tugas itu harus disesuaikan dengan perbedaan kesanggupan dan minat siswa. Jadi sediakan tugas yang berbeda-beda.
34 7) Guru harus memberikan petunjuk-petunjuk tentang cara membuat tugas. Ini tidak berarti, bahwa guru harus membuat apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh siswa. 8) Guru harus menyediakan bahan/sumber tambahan berupa buku dan lain-lain. 9) Guru harus memusatkan perhatian siswa kepada soal-soal penting atau baru dalam tugasitu. 10) Tugas itu hendaknya juga mengandung unsure yang mendorong siswa untuk berpikir dan menyelidiki. 11) Sedapat mungkin guru memberikan alat atau cara kepada siswa untuk menilai hasil pekerjaannya. h. Jenis-jenis Tugas Tugas-tugas yang diberikan bermacam-macam jenisnya dan sukar digolong-golongkan. Tugas-tugas tersebut meliputi sebagai berikut: 1) Tugas latihan. Tugas ini terdiri dari soal-soal yang sudah dijelaskan, akan tetapi memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran. 2) Tugas mempelajari sejumlah halaman Guru menyuruh siswa mempelajari sejumlah halaman dari buku tertentu. 3) Tugas mempelajari satu bab. Sebenarnya tugas ini sama dengan diatas, hanya meliputi suatu bab tertentu.
35 4) Tugas mempelajari satu topik atau satu pokok. Misalnya, tentang iklim atau tentang binatang buas. Untuk itu anak-anak disuruh untuk mempelajari bermacam-macam buku atau menyelidiki sumber-sumber lain. 5) Tugas Unit/Proyek Tugas ini diberikan berhubungan dengan unit yang dibicarakan di dalam kelas. 6) Tugas Eksperimen Siswa disuruh membuat suatu percobaan, misalnya dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). 7) Tugas Praktis Siswa ditugaskan membuat sesuatu dengan menggunakan keterampilan motorik. 8) Tugas Individual Yaitu tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa. 9) Tugas Kelompok. Yaitu tugas yang harus dilakukan oleh kelompok siswa. 17
B. Tinjauan Umum tentang Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Menurut GBPP Sekolah Dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh melalui serangkaian
17 Op.Cit,hlm.3
36 proses ilmiah. Mata pelajaran IPA memiliki materi pelajaran yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur IPA. Semua unsur tersebut diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah. 18
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep- konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. 19
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Kurikulum IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses IPA. Pemahaman ini bermanfaat bagi siswa agar dapat: i) menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum IPA lebih menekankan siswa untuk menjadi pebelajar aktif dan luwes.
18 Hadi Suwono,Pembelajaran dan Konsep IPA serta Kesalahan Konsep IPA yang sering Terjadi di Sekolah Dasar,(Malang: Depag Kabupaten Malang,2000),hlm.1 19 Ibid,hlm.3
37 2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Tujuan pembelajaran IPA (Sains) di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa mampu: a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. d. Berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. e. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. f. Memiliki pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). 20
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) a. Kerja ilmiah mencakup: perencanaan, penyelidikan, mengolah data/informasi, mengevaluasi temuan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, serta pengembangan sikap dan nilai ilmiah (lihat peta kerja ilmiah dan kelas).
20 Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta: Departemen Pemdidikan Nasional,2005),hlm.2
38 b. Pemahaman Konsep dan Penerapannya, yang mencakup: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. Makhluk hidup mempunyai banyak keberagaman dalam hal struktur dan perilaku yang berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan hidupnya. Siswa mengumpulkan informasi tentang cara-cara makhluk hidup untuk bertahan hidup dan mengembangkan pemahaman mengenai strukturnya agar berfungsi secara efektif di lingkungannya. Siswa mengidentifikasi pola interaksi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sub aspek Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya adalah: a) Ciri-ciri makhluk hidup dan fungsinya saling berkaitan. b) Perubahan terjadi pada makhluk hidup. c) Lingkungan adalah dinamis dan terdiri atas komponen makhluk hidup dan benda tak hidup. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. Sifat-sifat benda ditentukan oleh struktur dasarnya. Benda dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya yang berbeda. Siswa menyelidiki sifat-sifat benda, bagaimana sifat ini dapat diubah, dan pengaruh perubahan ini pada kegunaan benda. Sub aspek Benda dan Sifatnya ini adalah: a) Sifat dan struktur benda saling berkaitan. b) Interaksi mempengaruhi benda.
39 c) Kegunaan bahan dipengaruhi oleh sifat-sifatnya. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Bumi tempat kita hidup telah dibentuk oleh gaya-gaya yang mempengaruhi bentuk, gerak, perilaku, dan energi dari objek. Siswa menjajagi pengaruh gaya dalam kehidupan sehari-hari, memikirkan cara menggunakan energi dan konsekuensinya terhadap lingkungan dan masyarakat. Sub aspek Energi dan Perubahannya adalah: a) Gaya yang terjadi pada objek mempengaruhi gerakan, bentuk, perilaku dan energinya. b) Interaksi mempengaruhi dan mengubah energi. c) Berbagai cara memperoleh dan menggunakan energi. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda- benda langit lainnya. Bumi merupakan salah satu bagian dari alam semesta serta memiliki banyak komponen. Siswa menggali gagasan tentang sifat bumi yang dinamis dan sistem tata surya. Menyelidiki berbagai cara makhluk hidup memanfaatkan bumi, tata surya dan sumber daya alam. Sub aspek Bumi dan Alam Semesta adalah: a) Bumi dan sistem tata surya adalah sistem yang dinamis. b) Perubahan-perubahan terjadi pada bumi dan sistem tata surya.
40 c) Makhluk hidup memanfaatkan sumber dari bumi dan sistem tata surya. 5) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) merupakan penerapan konsep Sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat. IPA terdapat di dalam teknologi, lingkungan , dan masyarakat. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Penekanan pembelajaran salingtemas diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Sub aspek Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat yang perlu dipelajari siswa adalah: a) Mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan. b) Merancang dan membuat produk teknologi berdasarkan ciri-ciri makhluk hidup, sifat dan struktur benda, konsep gaya beserta karakteristiknya, dan perubahan yang terjadi pada bumi dan sistem tata surya. c) Memperbaiki produk teknologi yang ramah lingkungan dan masyarakat.
41 4. Standar Kompetensi Kecakapan Hidup Kecakapan Hidup merupakan kompetensi yang dibakukan tentang kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional. Standar kompetensi kecakapan hidup ini harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Standar Kompetensi Kecakapan Hidup tersebut adalah sebagai berikut: a. Kecakapan Personal (pribadi) Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, berfikir rasional, memahami diri sendiri, percaya diri, bertanggungjawab untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri. Aspek akhlak mulia meliputi kemampuan pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. b. Kecakapan Sosial Kecakapan ini meliputi kompetensi bekerjasama dalam kelompok, menunjukkan tanggungjawab sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal serta global. Disamping
42 itu siswa dapat meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. c. Kecakapan intelektual Kecakapan ini meliputi kompetensi menguasai pengetahuan, menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan kapasitas sosial dan berfikir strategis untuk belajar sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah. Disamping itu, siswa dapat memperoleh kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir dan berperilaku ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri serta menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai untuk mengambil keputusan yang tepat. d. Kecakapan vokasional Kecakapan ini berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/keterampilan yang meliputi keterampilan fungsional seperti mengurus diri sendiri dan sekitarnya, keterampilan bermata pencaharian seperti bercocok tanam dan beternak; keterampilan bekerja seperti mengerjakan tugas secara sistematis; kewirausahaan seperti menabung, memiliki rasa tanggungjawab terhadap nilai uang; dan keterampilan menguasai teknolologi informasi dan komunikasi seperti menggunakan peralatan elektronik secara benar, menggunakan media dan alat elektronik denganbenar. 21
21 Ibid,hlm.4
43 5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SD/MI Kompetensi Mata Pelajaran IPA yang harus dimiliki siswa setelah lulus SD/MI adalah: a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bekerjasama, bekerja keras dan cerdas, bertanggungjawab dalam mengambil keputusan seta memiliki kepedulian terhadap makhluk hidup dan lingkungan. b. Mampu memahami ciri-ciri makhluk hidup dan kaitan antara ciri-ciri dan fungsinya, perubahan yang terjadi pada makhluk hidup (pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan makhluk hidup) serta hubungan antar makhluk hidup dan antara makhluk hidup dan lingkungan. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan inkuiri ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam lingkup pengalamannya. c. Mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan pemahamannya tentang benda padat, cair dan gas dan sifatnya, perubahan sifat benda dan pengaruh sifat benda terhadap kegunaan benda. d. Mampu memahami pengaruh gaya dalam kehidupan sehari-hari, cara penggunaan energi dan konsekuensi dari penggunaan energi terhadap lingkungan dan masyarakat. e. Siswa memahami tentang sifat bumi dan sistem tata surya yang dinamis, perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi dan tata surya
44 serta pemanfaatan sumberdaya alam oleh makhluk hidup dan cara pengelolaannya secara bijaksana. f. Mampu memanfaatkan IPA dan merancang/membuat suatu karya atau produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip IPA dan mampu mengelola lingkungan di sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran/usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah. 22
6. Rambu-rambu IPA a. Bahan kajian IPA untuk kelas I, II dan III tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan (dipadukan) ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia secara tematis. b. Aspek kerja ilmiah merupakan cara untuk memperoleh bahan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, kerja ilmiah hendaknya terintegrasi (tidak terpisahkan) dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak artinya tidak perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi untuk kelas I, II, ,III,IV, V dan VI. c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan
22 Op.Cit,hal.5
45 untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain. Ada 6 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA, yaitu: 1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri). 2) Inkuiri IPA. 3) Konstruktivisme. 4) IPA, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat 5) Pemecahan Masalah. 6) Pembelajaran IPA yang bermuatan nillai. d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang digunakan dalam IPA antara lain: - mengamati - menggolongkan - mengukur - menggunakan alat - mengkomunikasikan hasil melalui berbagai seperti lisan, tulisan, dan diagram - menafsirkan
46 - memprediksi - melakukan percobaan Agar mampu bekerja secara ilmiah para siswa perlu ditanamkan sikap-sikap berikut: - rasa ingin tahu, - bekerja sama secara terbuka, - bekerja keras dan cerdas, - mengambil keputusan yang bertanggung jawab, - peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan, - dan lain-lain e. Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, simulasi/bermain peran, nyanyian, demonstrasi/ peragaan model dan penggunaan multimedia. f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung. Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru terbiasa memberikan peluang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam semester yang sama.
47 h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjau ulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkan menyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) secara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian dan pengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasan ilmiah atau sejenisnya. Kompetensi masing-masing mata pelajaran terkait ditentukan dan dinilai. i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk).Penilaian IPA dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian, lingkup penilaian IPA dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan) maupun pada proses perolehan hasil belajar (selama kegiatan belajar). Hasil penilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif. j. Dalam pelaksanaan di sekolah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan Indikator ini perlu dijabarkan lagi dalam silabus yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
48 C. Konsep Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas pengertian prestasi belajar, maka penulis akan memberikan pengertian prestasi dan belajar. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian tersebut. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata tersebut sangat berhubungan. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan, 23 menurut Zainal Arifin berasal dari kata prestatie bahasa Belanda yang berarti hasil usaha. Jadi prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar. 24
Menurut Nasru Harahap prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari
23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm 895 24 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur (Bandung: Remaja Karya, 1988), hlm 123
49 suatu kegiatan yang telah dikerjakan, dan diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. 25
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukan para ahli diatas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat dipahami, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dari pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli diatas, mempunyai inti yang sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini, yakni sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 26
Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dari kegiatan yang digeluti maka seseorang mendapatkan prestasi. Dalam hal ini berhasil atau gagalnya tujuan belajar adalah terletak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendirilah yang bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan belajar agar berhasil. Andai kata mengalami kegagalan maka akibat yang memikulnya adalah dirinya
50 sendiri, tidak mungkin perbuatan-perbuatan belajar dilakukan oleh orang lain, orang tua, guru, teman. Orang lain hanya sebagai petunjuk saja. Yang memberikan dorongan dan bimbingan yang diberikan serta untuk selanjutnya dipelajari sendiri dengan mengolah, menyimpan dan memanifestasikan serta menerapkannya. Oleh karena itu kesuksesan ini terletak pada diri sendiri (pelajar). Sudah barang tentu faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan unsur-unsur mutlak yang bersifat mendukung usahanya. Hasil belajar dan penguasaan ini diketahui melalui pengukuran atau tes dan penelitian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul-simbul, sehingga dapat diketahui pencapaian belajar, yang sering disebut dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Dra. Sutratinah Tirtonegoro yang memaparkan sebagai berikut: kualitas prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta peralatan usaha belajar. Kualitas belajar disini adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. 27
Jadi pengertian kualitas prestasi belajar adalah mutu yang terdapat dalam penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh manusia secara sadar dalam mengajarkan, membimbing, melatih, membina, dan mendidik manusia menuju kesempurnaan serta kedewasaan dalam hidup dan kehidupan. Yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun
27 Dra. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm 43
51 kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sementara itu kata yang kedua adalah belajar. Belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hamalik belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman 28 . Dan menurut Djamarah belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Dari berbagai pengertian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya baik ranah kog nitif, afektif maupun psikomotorik. Agar kita bisa lebih jelas mengetahui arti dari belajar, ada beberapa ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar, yaitu individu menyadari akan terjadinya perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan fungsional, yaitu perubahan yang terjadi secara terus-menerus dan dinamis, hal ini banyak membawa manfaat dalam kehidupan individu.
28 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.27
52 c. Perubahan dalam belajar yang bersifat posesif dan aktif, yaitu perubahan yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. d. Perubahan dalam belajar yang bukan bersifat sementara, yaitu perubahan yang bersifat sementara tetapi perubahan yang terjadi adalah setelah belajar dan bersifat permanen dan menetap. e. Perubahan yang terarah dan bertujuan, yaitu perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. f. Perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu hasil belajar yang mencapai pada perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan. Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami mengenai kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal) 29 . Oleh karena itu, seorang guru haruslah kompeten didalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. Salah satu metode yang cukup relevan terhadap penyampaian materi khususnya yang dapat
29 A. Mursal, H.M. Taker, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Jakarta: Al-Maarif, 1981), hlm 50
53 dipraktekkan oleh siswa adalah metode demonstrasi dan pemberian tugas. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat fisik/tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna serta adanya kelelahan. Kondisi kesehatan fisik yang sehat, sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar terutama yang berkaitan dengan konsentrasi, sebagaimana Hasbullah Thabrani berpendapat bahwa: kesekatan diri sangat mempengaruhi segala aktifitas kita, baik aktifitas fisik maupun mental. Jika anda menderita, anda kurang bisa berkonsentrasi dengan baik, adakah anda sakit, ini juga dapat mengganggu konsentrasi anda. 30
Dengan demikian anak yang kurang sehat karena kurang gizi, dapat memberi pengaruh pada daya tangkap dan kemampuan belajarnya menjadi kurang, selain itu juga, adanya gangguan pada organ tubuh yang lemah, seperti pusing kepala atau yang lainnya, maka hal ini akan dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya akan kurang bahkan tidak berbekas. 31
2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
30 Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 34 31 Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 132
54 a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor non-intelektif yaitu unusr-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) Faktor eksternal ini merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang bersumber dari luar diri seseorang. Menurut Singgih D. Gunarsa 32 , ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa, yaitu: 2) Faktor Lingkungan keluarga Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan hasil belajar seseorang. Yaitu adanya hubungan yang harmonis dalam keluarga, tersedianya fasilitas belajar, keadaan ekonomi yang cukup, suasana yang mendukung dan perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar anak.
Hal ini dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu: a) Cara mendidik anak
32 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Gunung Agung, 1991), hlm. 131
55 Setiap keluarga memiliki spesifikasi dalam mendidik anak, ada yang secara diktator, demokratis dan acuh tak acuh, yang mana hal ini akan mempengaruhi kualitas prestasi belajar siswa tersebut. b) Hubungan orang tua dan anak Ada bermacam-macam hubungan orang tua dan anak, ada yang dekat sekali, sehingga kadang-kadang mengakibatkan anak menjadi bergantung ataupun manja, ada yang acuh tak acuh, sehingga dalam diri anak timbul reaksi frustasi, ada pula yang jauh, karena orang tua yang terlalu keras terhadap anak sehingga menghambat proses belajar, serta anak selalu diliputi ketakutan yang terus menerus. c) Sikap orang tua Anak adalah gambaran dari orang tua, karena sikap orang tua tidak dapat kita hindari. Sehingga sikap orang tua juga menjadi contoh bagi si anak. d) Ekonomi keluarga Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan keluarga. Keharmonisan hubungan orang tua dan anak kadang- kadang tidak terlepas dari faktor ekonomi, demikian pula faktor keberhasilan seseorang, namun faktor ekonomi keluarga ini pengaruhnya bersifat tidak mutlak.
e) Suasana dalam keluarga
56 Suasana dalam rumah tangga berpengaruh dalam membantu belajar bagi anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering ribut dan bertengkar, akibatnya anak tidak dapat belajar dengan nyaman, karena belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi. 3) Faktor Lingkungan Sekolah. Kondisi lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain: adanya guru yang cukup memadai, peralatan belajar yang cukup lengkap serta gedung yang cukup memenuhi syarat untuk belajar. Faktor lingkungan sekolah mempunyai pengaruhyang sangat besar pula, karena hampir sepertiga dari kehidupan anak sehari-hari berada di sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang dapat menunjang keberhasilan belajar anak, disamping gedung, guru dan anak, juga semua faktor lain yang ada di sekolah, seperi: faktor cara penyampaian pelajaran, faktor antara guru dan siswa, faktor asal sekolah, faktor kondisi gedung, serta kelas harus memenuhi syarat belajar dan kedisiplinan yang diterapkan oleh sekolah yang bersangkutan. 33
4) Faktor Lingkungan Masyarakat Faktor masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan sekitar anak dimana dia berada, hal ini juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan belajar anak. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam, antara lain:
33 Ibid, hlm 131
57 a) Faktor Media Masa, termasuk semua alat-alat media masa, buku-buku, film, video casette dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan secara positif sebagai penunjang belajar siswa, namun juga bisa berdampak negatif bila disalah gunakan. Karena itu kewajiban dan perhatian orang tua dan guru sangat diperlukan untuk mengendalikan mereka. b) Faktor Pergaulan, teman bergaul dan aktifitas dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat membantu keberhasilan dalam belajar siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus dapat membagi waktu untuk belajar. Bila tidak dapat demikian, maka aktifitas anak tersebut dapat mengganggu pelajarannya, sehingga perhatian orang tua sangat diperlukan untuk terus dan selalu mengawasinya. c) Tipe keluarga, seperti pendidikan, jabatan orang tua anak itu akan memberikan pengaruh dalam perkembangan siswa. 34
Jadi lingkungan dapat menunjang keberhasilan belajar siswa untuk memperoleh kualitas prestasi belajar yang bisa juga diperoleh melalui lembaga pendidikan non-formal, sanggar majlis taklim, organisasi agama maupun karang taruna. 5) Faktor Cara Belajar yang Salah a) Cara pembagian waktu belajar yang tepat. Belajar membutuhkan keteraturan, ketekunan yang terus menerus. Bila anak belajar pada saat hampir menghadapi ulangan saja, maka bahan pelajaran yang
34 Ibid, hlm 134
58 telah diterimanya akan kurang bisa dikuasi, sehingga hal ini akan mempengaruhi hasil belajarnya. b) Cara belajar yang salah. Materi yang dipelajari mempunyai cara-cara tertentu didalam mempelajarinya, ada yang dengan menghafal, ada pula yang dimengerti dengan latihan atau praktek. Hubungan materi yang dipelajari dengan materi lainnya, serta bahan yang dipelajari hanya berhenti pada apa yang ditulis di bukunya dan tidak berkembang. c) Waktu istirahat. Belajar tanpa istirahat dan belajar dalam keadaan lelah, tidak akan membawa hasil yang optimal, karena dalam keadaan lelah baik pikiran maupun fisiknya, maka keadaan itu akan dapat mengganggu konsentrasi belajar. d) Tugas rumah yang terlalu padat. Anak akan mengalami kesulitan dalam pelajarannya, bila tugas di rumah yang dipikulnya terlalu banyak dan meminta banyak waktu dan perhatian, dan waktu belajar yang sempit, maka dimungkinkan anak akan mengalami kelelahan dalam belajar. Dalam hal ini ketepatan membagi waktu sangat diperlukan. Selain faktor-faktor tersebut, faktor eksternal lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah: 1) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan kesenian. 2) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
59 3) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Demikianlah, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa. 3. Mengukur Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui test prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya test prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut: a. Test Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap satuan bahasan tersebut. b. Test Subsumatif Penilaian ini meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahasan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat prestasi belajar siswa. c. Test Sumatif Penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Selain itu evaluasi ini lazim dilakukan pada
60 akhir semester atau akhir tahun dan hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa. 35
Pada bagian lain, pengukuran keberhasilan belajar dapat dilihat dengan mengevaluasi prestasi belajar siswa pada tiga ranah, yaitu ranah cipta, ranah rasa, dan ranah karsa. 1) Evaluasi prestasi kognitif. Untuk mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. 2) Evaluasi prestasi afektif. Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer adalah skala likert (Likert Scala) yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan/sikap orang. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju, dapat pula mencerminkan sikap-sikap mulai sangat ya sampai sangat tidak. 3) Evaluasi prestasi psikomotorik. Adapun cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor ini adalah observasi. Observasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain dengan pengamatan langsung, namun observasi ini
35 Muhibbin Syah, Op. Cit., hlm. 144
61 harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi. 36
Dalam evaluasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai. Sebagaimana kita ketahui bahwa kurikulum mengandung materi pelajaran yang tersusun dalam program dan diproses dengan berbagai metode yang sesuai menuju suatu pendidikan yang maksimal. Evaluasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan cara atau teknik penilaian terhadap pemahaman dan tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprensif dari seluruh aspek-aspek penilaian yang bersifat logis dengan disertai pembuktian. 4. Langkah Peningkatan Prestasi 37
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, usaha dalam meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan mutu, dengan prinsip bahwa setiap sekolah berkesempatan untuk menampilkan keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah. Keempatnya adalah School Review, Quality Assurance, Quality Control, dan Bechmarking. a. School Review
36 Ibid, hlm 156 37 Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah ( : Insan Cendekia, 2002), hlm 151
62 School Review adalah proses yang di dalamnya seluruh komponen sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak yang relevan, khususnya orang tua siswa dan tenaga professional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan School Review diharapkan akan dapat ditemukan jawaban atas pertanyaan dibawah ini. 38
2) Apa yang hendak dicapai oleh sekolah sesuai dengan tuntutan orang tua dan masyarakat. 3) Apa yang perlu dilaksanakan sekolah dalam tiga atau empat tahun mendatang. 4) Bagaimana hasil pencapaian belajar. 5) Faktor-faktor apa yang menghambat pencapaian belajar siswa secara maksimal. 6) Faktor-faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Secara hakikat School Review diharapkan akan dapat menghasilkan suatu laporan yang membeberkan tentang kelemahan, kekuatan dan prestasi sekolah serta memberikan rekomendasi untuk penyusunan perencanaan strategis pengembangan sekolah pada masa-masa mendatang. b. Quality Assurance Dari data tentang School Review itu, kita dapat berusaha untuk melangkah agar rata-rata kondisi guru lebih baik, langkah tersebut dapat
38 Ibid., hlm 155
63 ditempuh dengan Quality Assurance. Quality Assurance bersifat proses oriented. Asumsinya, jika proses yang ideal telah ditempuh dalam suatu kegiatan, maka dapat diharapkan out putnya akan maksimal pula.
c. Quality Control Quality Control adalah suatu system untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar kualitas ini bersifat relative dan dapat diciptakan oleh masing-masing sekolah. d. Benchmarking Benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu standar baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfleksikan dari realitas ada. Langkah-langkah Benchmarking: 1) Memilih sekolah yang mempunyai aktivitas dengan indikator yang lebih baik, sebagai standar. 2) Membandingkan indikator sekolah sendiri dengan indicator sekolah yang baik 3) Menetapkan gap antara indikator sendiri dengan indikator yang baik (sekolah lain). 4) Menentukan target yang akan dicapai dalam jangka waktu tiga tahun mendatang.
64 5) Merumuskan cara-cara agar skor indikator sekolah sendiri meningkat mendekati skor sekolah yang baik (sekolah lain). 6) Menyusun program 39
39 Ibid, hlm 157
65 BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan pada judul skripsi kami, yaitu "Implementasi Metode Resitasi Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa", ini merupakan sebuah penelitian yang bersifat mengungkap suatu peristiwa ataupun kejadian pada subjek peneliti, yaitu bagaimana implementasi atau penerapan metode resitasi terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) khususnya di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, serta kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu untuk memahami fenomena secara menyeluruh tentunya harus memahami segenap konteks dan melakukan analisa yang bersifat holistik, penjabarannya dengan dideskriftifkan, maka dalam penulisan skripsi ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan Penelitian Deskriptif Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (Case Study). Ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima: 1. Menggunakan latar ilmiah. 2. Bersifat deskriptif. 3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil. 4. Induktif.
66 5. Makna yang merupakan hal yang esensial 40
Menurut Whitney Penelitian Deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan- pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. 41 Sedangkan menurut Drs. Mardalis metode deskriptif adalah upaya mendiskripsikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. 42
Penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit, akan tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan objeknya adalah MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak. Adapun tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 43
40 Sanafiah Faisal, metodologi penyusunan angket (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh /YA3, 1989), hlm 9. 41 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2003), hlm.55 42 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 26 43 Moh. Nazir, Loc. Cit, hlm 57
67 Menurut Arief Furchan, dalam penelitian studi kasus yang ditekankan adalah pemahaman tentang mengapa subjek tersebut melakukan demikian dan bagaimana perilaku berubah ketika subjek tersebut memberikan tanggapan terhadap lingkungan dengan menemukan variabel penting dalam sejarah perkembangan subjek tersebut. 44
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memahami bagaimana pelaksanaan pendidikan di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak, Mengapa metode resitasi diterapkan di lembaga tersebut dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), serta bagaimana hasil dari penerapan metode resitasi tersebut terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, baik dalam bidang akademik mapun non-akademik. B. Kehadiran Peneliti Peneliti sebagai instrumen penelitian dimaksudkan sebagai pewawancara dan pengamat, sebagai pewawancara peneliti akan mewawancarai kepala madrasah, guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), pegawai tata usaha, wakil kepala madrasah urusan kesiswaan dan siswa yang berkaitan dengan implementasi metode resitasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Sebagai pengamat (observer), peneliti mengamati proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di madrasah tersebut. Jadi selama penelitian ini dilakukan, peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana,
44 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 416
68 pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil penelitian. 45
C. Lokasi Penelitian Adapun lokasi dalam penelitian ini bertempat di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak, dimana lokasi madrasah tersebut berada di lereng bukit sebelah timur Kecamatan Wajak dan sangat strategis karena berada di perbatasan antara tiga kecamatan di Kabupaten Malang, yaitu Kecamatan Wajak, Kecamatan Dampit dan Kecamatan Tirtoyudo, sehingga siswanya pun berasal dari tiga kecamatan tersebut. Meskipun berada jauh dari perkotaan, namun dalam kegiatan belajar mengajar di MI Miftahul Huda, tidak kalah dengan sekolah yang ada di wilayah kota. Terbukti dengan keberhasilan siswa setiap tahun pelajaran selalu lulus seratus persen, dan berhasil menjadi tiga besar terbaik lulusan sewilayah Kecamatan Wajak. Begitu juga prestasi non akademiknya, seperti olahraga, hampir setiap ada perlombaan olahraga siswa MI Miftahul Huda selalu membawa juara atau menang. Dengan berada di daerah pedesaan yang masih asri, sejuk dan tenang yang tidak ada gangguan lingkungan yang kurang baik serta suara bising kendaraan bermotor seperti di daerah kota. Sehingga menurut pandangan peneliti lokasi tersebut sangat strategis untuk lokasi kegiatan pendidikan dan tepat untuk dijadikan objek penelitian.
45 Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991), hlm 95
69 D. Sumber Data Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan yaitu darimana data itu diperoleh, sehingga penelitian akan lebih mudah untuk mengetahui masalah yang akan diteliti. Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 46 Dalam penelitian ini yang peneliti jadikan informan adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah urusan kesiswaan, guru Sains, pegawai tata usaha (TU) dan siswa. E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diolah oleh organisasi yang menerbitkannya. Data primer ini adalah data yang banyak digunakan, dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Data ini diperoleh dari atau bersumber dari informasi, dimana kepala madrasah maupun guru sebagai sumber informannya. Data diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data primer ini adalah data yang banyak digunakan, dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Data ini diperoleh dari atau bersumber dari informasi.
46 Ibid., hlm. 90
70 Data primer dalam penelitian ini meliputi : 1. Bentuk kegiatan belajar. 2. Metode-metode pembelajaran. 3. Sumber belajar (guru / pamong / siswa / instruktur / fasilitator). 4. Pengadaan dan pemanfaatan fasilitas belajar, dan 5. Kerjasama pengembangan program Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). b. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahannya. Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer. Data ini didapat atau diperoleh dari dokumen- dokumen sekolah tentang konsep strategi pengajaran, konsep pendidikan dan pengajaran, ragam strategi pengajaran, konsep peningkatan prestasi belajar dan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Sedang data sekunder merupakan data suplemen yang meliputi : 1. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa Sumber Putih Kecamatan Wajak. 2. Struktur organisasi MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa Sumber Putih Kecamatan Wajak. 3. Anggota dewan guru MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa Sumber Putih Kecamatan Wajak. 4. Peta atau denah lokasi MI Miftahul Huda Sumber Nongko Desa Sumber Putih Kecamatan Wajak.
71 5. Beberapa dokumen yang relefan dengan kegiatan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam (Sains). Sumber data dalam penelitian ini adalah ucapan dan tindakan melalui wawancara dan pengamatan langsung pada objek, informan kunci (key informan) dan selebihnya dari dokumen-dokumen yang relefan dengan fokus masalah yang di teliti. 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini tidak terlepas dari adanya instrument atau alat bantu untuk mengumpulkan data, 47 yaitu pedoman observasi yang berupa daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diselidiki., sehingga peneliti adalah instrument kunci, yang sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian yang dibantu alat pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dokumentasi. Adanya pedoman tersebut peneliti gunakan untuk meneliti keadaan objek penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menghimpun data secara empiris. Dari data tersebut dimaksudkan untuk memahami ragam kegiatan yang dikembangkan menjadi suatu pola temuan peneliti, pola temuan tersebut selanjutnya diferivikasi dengan menguji kebenarannya bertolak pada data baru yang spesifik.
47 Moh. Nazir, Op. Ciit., hlm 87
72 Pengumpulan dalam penelitian ini dapat dilakukan apabila hubungan baik dengan informan terjalin dengan baik, dalam hal ini hubungan peneliti dengan informan sudah terjalin dengan baik, karena berbada di lapangan, keakraban dengan pihak yang diteliti diupayakan selalu terpelihara, mereka tidak dipandang sebagai objek yang berkedudukan lebih rendah, melainkan sebagai manusia yang setara, pandangan dan tafsiran informan diutamakan tanpa mendesakkan pandangan peneliti. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Faisal bahwa pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan cara antara lain :(1) penciptaan rapport (hubungan baik antara peneliti dan informan), (2) pemilihan informan (3) pengumpulan data melalui wawancara (4) pengumpulan data melalui observasi (5) pengumpulan data melalui sumber-sumber non manusia, dan (6) pencatatan data atau informasi hasil pengumpulan data bentuk wawancara yang dilakukan merupakan wawancara tak terstruktur. 48 Faisal juga menyebutkan bahwa biasanya dalam penelitian kualitatif menggunakan wawancara (1) tidak berstruktur (unstructured interview), (2) dilakukan secara terang-terangan (overted interview), dan (3) menempatkan informan sebagai sejawat peneliti (viewing on anather as peers). 49
a. Metode interview Metode interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
48 Faisal,op.cit., hlm. 53. 49 Ibid, hlm. 63.
73 terwawancara. 50 Metode ini penulis gunakan untuk menanyakan serangkaian pertanyaan yang sudah tersusun secara global yang kemudian diperdalam secara lebih lanjut. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan bagaimana implementasi metode resitasi terhadap pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode ini digunakan untuk mencari data tentang pendapat guru, kepala madrasah dan sebaian guru tentang pelaksanaan pembelajaran dan bagaimana implementasi metode resitasi terhadap pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Wawancara di lakukan dengan menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa bahwa dirinya tidak dijadikan subjek penelitihan. b. Metode Observasi Menurut Suharsimi Arikunto 51 , metode observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini adalah metode yang menggunakan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap kenyataan-kenyataan yang diselidiki, 52
74 Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengamati secara langsung terhadap objek peneliti, dimana peneliti ikut langsung dalam kegiatan pembelajaran didalamnya, sehingga dengan ini diharapkan akan dapat diketahui secara lebih jauh dan lebih jelas bagaimana penerapan metode resitasi dalam membelajarkan siswa khususnya dalam mengembangkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), baik di dalam kelas yang terkait dengan metode resitasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa termasuk juga kegiatan di luar kelas (kegiatan ekstra) yang mendukung proses pembelajaran siswa. c. Metode Dokumenter Metode ini merupakan suatu cara atau teknik memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 53 Metode ini digunakan untuk mendokumentasi tentang adminstrasi kegiatan madrasah, serta memperoleh data tentang sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, sarana prasarana, jumlah guru dan siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak.
53 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 188
75 d. Angket Menurut Muhammad Ali, yang dimaksud dengaaan angket adalah suatu teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan secara tertulis dalam pelaksanaannya. Angket dilakukan secara tertulis sedang wawancara secara lisan. Jadi angket adalah cara untuk mengumpulkaan data dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan jawaban yang sudah tersedia yang harus dipilih oleh responden. Dengan metode angket, peneliti bermaksud untuk mengumpulkan data tentang hasil penerapan metode resitasi yang dilakukan guru Sains untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yang dirasakan langsung oleh siswa. Karena itu responden dari angket yang dilakukan peneliti adalah siswa. Dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah seratus delapan puluh siswa, peneliti mengambil empat puluh siswa sebagai responden. F. Analisis Data Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. 54 Sedangkan menurut Moleong, pekerjaan menganalisis data adalah suatu kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkatagorikan dengan tujuan menemukan tema dan hipotesis kerja. 55
Adapun teknik analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
76 1. Teknik analisa data kualitatif deskriptif dan analisa reflektif, yaitu analisa yang berpedoman pada cara berfikir yang merupakan kombinasi antara berfikir induksi dan deduksi, serta untuk menjawab adanya pertanyaan bagaimana dan apa saja. 2. Teknik Statistik, metode ini digunaakan untuk menganalisa data yang berupa angka-angka yang peneliti dapat dari hasil angket. Perhitungan yang digunakan dalam teknik statistik adalah sebagai berikut: P = Keterangan: P = Angka prosentase F = Frekwensi yang sedang dicari prosentasenya N = Jumlah Responden (banyaknya individu). Dalam penelitian ini penganalisaan dilakukan mulai dari proses pengumpulan data secara keseluruhan, selanjutnya dilakukan pengecekan kembali dan mencocokkan data yang diperoleh, disistimatiskan, diinterpretasi secara logis demi keakuratan data yang diperoleh. Analisis data ini juga dilakukan secara berulang-ulang (cyclical) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, secara teoritis analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang guna memecahkan masalah. Dalam analisis data ini peneliti juga akan memperhatikan langkah- langkah dalam penganalisisan data, sebagaimana berikut:
77 1. Analisis Selama Pengumpulan Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan membuat transkip hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi kemudian membuat daftar ringkasan wawancara dan observasi yaitu daftar yang berisikan ringkasan dari data mentah hasil pengumpulan data di lapangan. Daftar ringkasan hasil wawancara dan observasi dibuat untuk membantu menentukan pokok permasalahan yang akan diungkapkan pada kontak berikutnya, karena dari daftar ini dapat diketahui data yang belum terungkap disamping juga akan membatasi penelitian dalam mengumpulkan data yang kurang bermanfaat untuk dianalisis. Karena data yang didapatkan yang dalam bentuk dokumen maka analisis data juga dibantu dengan membuat lembar isian ringkasan dokumen dengan lembar isian dokumen ini dapat menjadi praktis artinya tidak dalam bentuk dokumen yang jumlahnya sangat banyak, selain itu juga dapat berfungsi untuk menyeleksi berbagai dokumen yang tidak ada kaitannya dengan pokok masalah yang diteliti. 2. Analisis Setelah Data Terkumpul. Analisis ini dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, prosedurnya dimulai dari pemberian kode pada sebelah kiri data, kode ini membantu peneliti untuk menemukan kembali suatu pokok masalah apabila hal tersebut dibutuhkan dan kemudian digolongkan sesuai dengan pokok
78 masalah atau tema. Manfaat selain dari kode ini agar catatan tidak campur aduk sehingga susah untuk mengendalikannya 56
3. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut 57
Teknik tringulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya, adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 58
G. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan proses pelaksanaan penelitian, menurut Moleong tahap penelitian tersebut meliputi antara lain tahap pra-penelitian, tahap penelitian, tahap pasca-penelitian. 59
79 1. Tahap Pra-Penelitian. Pra-penelitian adalah tahap sebelum berada di lapangan, pada tahap sebelum pra-penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain: mencari permasalahan penelitian melalui bahan-bahan tertulis, kegiatan-kegiatan ilmiah dan non ilmiah dan pengamatan atau yang kemudian merumuskan permasalahan yang bersifat tentatife dalam bentuk konsep awal, berdiskusi dengan orang-orang tertentu yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang ada, menyusun sebuah konsep ide pokok penelitian, berkonsultasi dengan pembimbing untuk mendapatkan persetujuan, menyusun proposal penelitian yang lengkap, perbaikan hasil konsultasi, serta menyiapkan surat izin penelitian. 2. Tahap Penelitian Penelitian adalah tahap yang sesungguhnya, selama berada dilapangan, pada tahap penelitian ini dilakukan kegiatan antara lain menyiapkan bahan- bahan yang diperlukan, seperti surat izin penelitian, perlengkapan alat tulis, dan alat perekam lainnya, berkonsultasi dengan pihak yang berwenang dan yang berkepentingan dengan latar penelitian untuk mendapatkan rekomendasi penelitian, mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, menganalisis data, pembuatan draf awal konsep hasil penelitian.
80 3. Tahap Pasca-Penelitian Pasca-penelitian adalah tahap sesudah kembali dari lapangan, pada tahap pasca-penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain menyusun konsep laporan penelitian, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, perampungan laporan penelitian, perbaikan hasil konsultasi, pengurusan kelengkapan persyaratan ujian akhir dan melakukan revisi seperlunya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pentahapan dalam penelitian ini adalah berbentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai pada tahap pra- penelitian, tahap penelitian, tahap pasca-penelitian. Namun walaupun demikian sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut tidaklah bersifat ketat dan harus dilakukan, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan (elastis).
81 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan hasil penelitian ini, sebelum penyajian data, terlebih dahulu penulis menyajikan gambaran tentang keadaan MI Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, sebagai objek penelitian. Agar pembahasan ini nanti mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Maka gambaran yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut : A. Deskripsi Data 1. Latar Belakang Berdirinya MI Miftahul Huda Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, merupakan satuan pendidikan umum yang bercirikan Khas Agama Islam ala Ahlusunah Wal Jamaah yang bernaung dibawah pembinaan Lembaga Pendidikan Maarif. Sedangkan masyarakat Kecamatan Wajak dan lingkungan sekitarnya mayoritas beragama Islam dan dibuktikan ketika itu hampir setiap Desa di Kecamatan Wajak telah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Swasta di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif. Sedangkan ketika itu di wilayah Sumberputih belum ada satu pun sekolah yang bernafaskan Islam yang di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif. Atas kesepakatan dari tokoh masyarakat NU beserta Kepala
82 Madrasah Ibtidaiyah, berdirilah MI Miftahul Huda di Dusun Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak. Berangkat dari latar belakang diatas, dilanjutkan dengan mengadakan pembicaraan-pembicaraan yang diawali oleh pengambil ide atau pemrakarsa, yaitu : a. Ibu Nyai Maimunah b. Bapak Abd. Qodir Sekitar pada tahun 1964 disepakati untuk meminta restu pada Bapak KH Bachrowi Brongkal Gondanglegi untuk mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan sebagai wadah pendidikan agama Islam yang pada waktu itu sistem pendidikan menggunakan kurikulum pondok pesantren. Perkembangan pendidikan yang seiring dengan perkembangan zaman, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih Wajak bernaung dibawah Lembaga Pendidikan Maarif, dengan jalur pembinaan Departemen Agama Kabupaten Malang. Untuk merealisasi ide tersebut diatas tidak berselang lama dilaksanakan musyawarah antara pemrakarsa dengan tokoh masyarakat dirumah Bpk Abd. Qodir tepatnya waktu tidak terekam / yang dihadiri oleh : a. Bapak KH. Bahcrowi ( Brongkal Gondanglegi ) b. Bapak KH Masum ( Sanankerto) c. Ibu Nyai Maimunah ( Sumbernongko ) d. Bapak Abd. Qodir ( Sumbernongko ) e. Bapak Abd. Rohman ( Tembelang Jombang )
83 f. Bapak Asmui (alm) ( Sarirejo Sumberputih ) g. Bapak Musrifin ( Sumbernongko ) h. Bapak Maksum ( Banjarjo Gondanglegi ) Dalam pertemuan pertama ini disepakati dan diputuskan hal- hal sebagai berikut: a. Disetujui berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di Sumbernongko Sumberputih Wajak. b. Tempat belajar sementara menumpang di rumah warga Sumbernongko (Bpk Ali Muddin / Ayah Bpk. Musrifin). c. Penentuan dewan guru (Untuk sementara semua pemrakarsa). d. Pertemuan dewan guru untuk menentukan pemegang bidang studi. e. Menentukan nama madrasah. Pertemuan lanjutan yang dihadiri oleh para pemrakarsa tersebut di atas, memutuskan hal hal sebagai berikut : a. Menentukan kepala madrasah dan staf - staf lainya Kepala madrasah dan stafnya yaitu sebagai berikut : 1) Kepala sekolah diserahkan kepada Bapak Abd. Rohman. 2) Wakil Kepala Sekolah diserahkan kepada Bapak Musrifin. b. Pembagian mata pelajaran Pembagian mata pelajaran yaitu sebagai berikut : 1) Bapak Ky. Iskan Abdul Latif mengajar: Alquran Hadits, Tafsir, dan Aswaja. 2) Bapak Ali Masud mengajar : Aqidah Ahlak.
84 3) Bapak Mathori mengajar : Bhs. Arab dan Fiqih. 4) Bapak Ali Hasan mengajar : Matematika, IPA, OR, Bhs. Inggris. 5) Bapak Syaroni mengajar : Bhs. Indonesia dan IPS. c. Menentukan seragam madrasah Seragam Sekolah pada awalnya masih belum ada penentuan sebagai berikut : - Untuk siswa putra : celana pendek, baju lengan panjang dan memakai kopyah hitam. - Untuk siswa Putri : Memakai rok, baju biasa dan berkerudung. d. Menentukan tata tertib sekolah dan hari masuk sekolah Hari masuk sekolah : Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis Hari libur sekolah : Jumat Hari belajar siswa : pagi Tata tertib sekolah : diserahkan kepada kepala madrasah untuk mengurusnya. Tahun Ajaran Sekolah : Tahun ajaran mulai Januari s.d. Desember e. Menentukan nama madrasah Disepakati bernama MIFTAHUL HUDA , sehingga menjadi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda f. Peresmian pembukaan madrasah Hari berdirinya ditentukan pada tanggal 5 Desember 1969 ditandai dengan acara pengajian umum yang dihadiri oleh Bapak Burhanudin Sholeh selaku Ketua Cabang Lembaga Pendidikan
85 Maarif Kabupaten Malang dari Singosari bertempat pada tanah kosong di utara masjid yang sekarang ditempati Madrasah Ibtidaiyah dengan mengundang masyarakat umum dan tokoh masyarakat Desa Pagedangan dan sekitar, maka disahkanlah berdirinya sebuah Madrasah Ibtidaiyah oleh Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Cabang Kabupaten Malang dan dapat mulai menerima siswa baru. g. Langkah - langkah berikutnya Melakukan persiapan - persiapan untuk : 1) Membuat Surat ijin / Pemberitahuan secara resmi tentang berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih Wajak pada instansi-instansi terkait 2) Upaya Pengerahan Siswa dilakukan secara bersama - sama sebagai berikut : a) Menyebar pengumuman ke masjid masjid dan Pondok Pesantren di berbagai daerah. b) Sebagian guru mencari siswa dan siswi yang belum bersekolah. Hasilnya ketika secara resmi dibuka pendaftaran siswa baru MI MIFTAHUL HUDA, telah terdaftar sebagai siswa resmi sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh ) anak putra dan putri, yang berdatangan dari berbagai daerah, seperti Dusun Wonoayu, Sumberputih (Kidul Sawah), Sumbernongko, Sarirejo, Arjosari, Magersari.
86 2. Visi dan Misi MI Miftahul Huda Visi MI Miftahul Huda adalah terwujudnya generasi muda yang bertakwa dan berwawasan Ilmu Pengetahuan Tehnologi Modern berlandaskan ajaran agama Islam ala Ahlusunah Wal Jamaah, yang sanggup menghadapi tantangan masa depan. Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar yang berciri khas agama Islam di bawah binaan Departemen Agama Republik Indonesia dan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif, untuk : a. Menghasilkan generasi muslim yang berwawasan iptek b. Meningkatkan prestasi siswa dalam beribadah dengan benar c. Mendidik siswa bersikap sopan santun dan berahlakul karimah d. Mendidik siswa trampil, jujur, tertib dan disiplin e. Mencetak siswa mandiri, kreatif dan inovatif. 3. Keadaan Madrasah a. Keuangan Madrasah Siswa tidak dikenakan uang pangkal uang gedung, hanya uang SPP yang besarnya tidak ditentukan (seikhlasnya), sumbangan sukarela dari masyarakat sekitar madrasah dan dari program bantuan dari pemerintah yaitu BOS (Bantuan Operasional Sekolah) b. Gedung Madrasah Pembangun gedung baru untuk Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sumbernongko Sumberputih Wajak ditanah wakaf dari Bpk. ABD.
87 Halim dan Bpk. Ali Muddin. Pembangunan gedung baru tersebut dibantu oleh Bpk. H Sinwani, Penjalinan Gondanglegi. c. Status Madrasah MI Miftahul Huda menerima Piagam Terdaftar dari Departemen Agama Republik Indonesia Nomor : LM./3 /2023/A /1978 dengan alamat Jl. Sumber Ilmu, Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak, yang didirikan oleh yayasan Lembaga Pendidikan Maarif. Dengan bergantinya Akte Notaris Lembaga Pendidikan Maarif Pusat dengan Akte Notaris JOENOES E. MAOGIMON SH. No. 103/1986 pada tanggal 15 Januari 1986, maka Lembaga Pendidikan Maarif Wilayah Jawa Timur melakukan registrasi dan MI Miftahul Huda Sumbernongko dinyatakan terdaftar. Untuk mecapai prestasi dan kualitas yang lebih baik, maka MI. Miftahul Huda Sumbernongko mengikuti Akreditasi Madrasah yang dilaksanakan oleh Departemen Agama dengan perolehan predikat status DISAMAKAN", dengan Surat Keputusan Departemen Agama Propinsi Jawa Timur, Nomor : M.m-16/ 05.03/ PP.03/2498/ SK/ 02/ tanggal 03 Agustus 2002, dengan nama MI. Miftahul Huda dengan N.S.M. 112350711106 dengan alamat Jl. Sumber Ilmu, Sumbernongko Desa Sumberputih Kecamatan Wajak yang berlaku dari 2002- 2007. Berikutnya MI Miftahul Huda telah mengikuti Reakreditasi pada tanggal 26 Desember 2006 yang dilaksanakan oleh Departemen Agama dengan perolehan predikat statusnya masih menunggu (belum keluar).
88 d. Prestasi yang pernah diraih MI Miftahul Huda REKAP KEJUARAAN DARI PIALA NO REKAP KEJUARAAN TINGKAT TAHUN 1 Juara 8 Lomba Lari Maraton Putra Nasional 2006 2 Juara 10 Lomba Lari Maraton Putri Nasional 2006 3 Juara I Lomba Lari 3000 M Putra Kabupaten Malang 2005 4 Juara I Lomba Lari 200 M Putri Kabupaten Malang 2002 5 Juara I Lomba Lari 100 M Putri Kabupaten Malang 2002 6 Juara II Deville Kabupaten Malang 2002 7 Juara III Lomba Lari 1500 M Putri Kabupaten Malang 2002 8 Juara I Lomba Tartil (FAS) Kecamatan Wajak 2006 9 Juara II Lomba Adzan Kecamatan Wajak 2005 10 Dan Lain-lain
B. Temuan Penelitian 1. Implementasi Metode Resitasi terhadap Mata Pelajaran a. Persiapan guru Persiapan guru dalam mengajar ditandai dengan pembuatan Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana Pengajaran (RP). Selain itu guru juga mendiskusikan teknik atau strategi mengajar, seperti : teknik membuka dan menutup pelajaran, teknik menjelaskan, dan teknik tanya jawab dan lain-lain. Dalam persiapan pengajaran, dapat diketahui perencanaan berbagai metode yang akan diterapkan oleh guru
89 dalam pelaksanaan metode resitasi yang direncananakan, dalam hal ini peneliti telah melakukan penelitian mengenai persiapan pengajaran dalam pelaksanaan metode resitasi, dengan cara mewancarai guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda. Setelah peneliti bertanya "Apakah membuat persiapan pengajaran dalam melaksanakan metode resitasi?" Guru Sains (Pak Azis) menjawab "Ya". Jadi pengamatan peneliti, bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko dalam melaksanakan metode resitasi selalu membuat dan melaksanakan persiapan dalam mengajar, yaitu diantaranya dengan membuat Rencana Pengajaran (RP), Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), dan lain-lain. b. Pelaksanaan Metode Resitasi Berdasarkan pelaksanaan metode resitasi yang diterapkan di MI Miftahul Huda Sumbernongko dalam pelajaran Sains, melalui wawancara dengan guru Sains, ada berbagai bentuk pelaksanaannya, diantaranya adalah: 1) Memberi tugas meresume buku, 2) Memberi Pekerjaan Rumah (PR) sesuai dengan materi yang sedang diajarkan, 3) Memberi tugas untuk melakukan penelitian, baik secara individu maupun kelompok, 4) Menyuruh siswa bereksperimen, dengan bimbingan guru.
90 5) Memberi tugas siswa untuk membaca di rumah, yang kemudian siswa dimintai pertanggungjawaban dengan menanyai siswa satu persatu. 6) Menyuruh siswa membuat daftar pertanyaan, yang kemudian dibahas bersama-sama dengan guru pada pertemuan berikutnya. 7) Memberi tugas siswa untuk melakukan praktek sesuai dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan, misalnya praktek menanam, mencangkok, memelihara hewan, dan lain-lain. 8) Menyuruh siswa membuat mainan atau kerajinan tangan sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. 9) Memberi tugas pada siswa untuk melakukan wawancara. 10) Memberi tugas siswa untuk menggambar sesuai materi pelajaran yang sedang diajarkan, misalnya pada materi tentang Panca Indera dengan menyuruh siswa menggambar mata, telinga, hidung, kulit, lidah. Berdasarkan wawancara pada guru Sains di MI Miftahul Huda, bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu melaksanakan metode resitasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu juga di MI Miftahul Huda, menurut pengamatan peneliti pelaksanaan metode resitasi dilaksanakan dengan baik dan mendapat respon positif dari para siswa dan guru dalam penerapannya. Dimana siswa dapat mengerjakan tugasnya secara individu atau kelompok secara mandiri dengan dapat dievaluasi oleh guru secara intensif.
91 Selain itu juga bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu melaksanakan metode resitasi sesuai dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan, selalu melaksanakan metode resitasi sesuai dengan karakteristik siswa dan selalu melaksanakan metode resitasi sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Meskipun dalam implementasinya ada hambatan, namun guru Sains di MI Miftahul Huda selalu berusaha menanganinya dengan baik. c. Evaluasi Metode Resitasi Evaluasi adalah barometer atau alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Untuk mengetahui hasil penelitian tentang evaluasi yang dilaksanakan guru Setelah peneliti bertanya "Apakah guru Sains selalu melaksanakan evaluasi setiap selesai membahas materi pelajaran?" Guru Sains menjawab "Ya", Jadi pengamatan peneliti, bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu melaksanakan evaluasi setiap akhir pembahasan materi pelajaran. Selain itu menurut Pak Azis selain melaksanakan evaluasi, beliau juga mengkoreksi hasil evaluasi yang telah diberikan kepada siswa dan mengembalikannya kembali kepada siswa hasil evaluasi tersebut setelah dikoreksi dan dinilai. Sehingga membuat siswa bersemangat untuk belajar mencapai nilai yang terbaik. Karena menurut Pak Azis hasil evaluasi dengan metode resitasi pada mata pelajaran Sains
92 yang dilakukan di MI Miftahul Huda Sumbernongko dapat mencapai tujuan pembelajaran, yaitu salah satunya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ini dapat dibuktikan dengan prestasi siswa MI miftahul Huda dari tahun ke tahun selalu meningkat, khususnya nilai mata pelajaran Sains. 2. Usaha-usaha Peningkatan Prestasi Belajar Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala madrasah, guru Sains dan beberapa guru lainnya, peneliti dapat menyimpulkan berbagai macam usaha yang dilakukan oleh guru di MI Miftahul Huda, khususnya guru Sains dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa diantaranya adalah: a. Memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran di sekolah, b. Mendidik, mengajar dan membimbing siswa dengan penuh semangat sabar dan telaten, c. Melatih siswa untuk berdisiplin dalam belajar di sekolah dan di rumah, d. Bekerja sama dengan orang tua siswa, dalam memantau belajar siswa, e. Memberikan dorongan, motivasi dan nasehat pada siswa untuk giat dan tekun belajar, f. Menghukum siswa yang tidak belajar (tidak mengerjakan PR di rumah), g. Memberikan hadiah atau penghargaan bagi siswa yang prestasinya baik, h. Memberikan bagaimana cara belajar yang baik dan menyenangkan pada siswa, i. Memberikan perhatian penuh pada siswa, g. Dan lain-lain.
93 3. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Usaha Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, tentu saja ada hambatannya. Dalam hal ini peneliti mengambil siswa sebagai responden untuk mengetahui pendapat siswa. Karena selain guru, siswa merupakan instrumen penting dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yang hendaknya perlu diperhatikan pendapatnya. Karena jumlah siswa cukup banyak, peneliti menggunakan angket dalam rangka mengumpulkan data. Peneliti telah memberikan angket kepada 40 siswa sebagai responden untuk diisi atau dijawab dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL I KESESUAIAN METODE RESITASI DENGAN KONDISI KARAKTERISTIK SISWA No Kategori Jawaban N F Prosentase 1. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 20 5 15 50 % 12,5 % 37,5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah metode resitasi sesuai dengan kondisi karakteristik siswa?". 50 % siswa menjawab "Ya", 12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut pendapat
94 siswa, metode resitasi yang diimplementasikan guru sudah bisa dikatakan sesuai, namun sebagian siswa yang lain masih kurang memahaminya, karena tingkat perbedaan variasi kondisi karakteristik siswa. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya.
TABEL II KECUKUPAN WAKTU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS No Kategori Jawaban N F Prosentase 2. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 20 10 10 50 % 25 % 25 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah waktu yang diberikan guru cukup dalam melaksanakan tugas?". 50 % siswa menjawab "Ya". Walaupun ada sebagian siswa yang menjawab "Tidak" dan "Kadang-kadang" yang masing-masing 10 % siswa. Hal itu disebabkan, karena kemampuan belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat belajar cepat dan ada pula yang belajar secara lambat. Jadi, menurut tabel diatas, mengenai waktu yang disediakan guru pada siswa bisa dikatakan kurang mencukupi dalam siswa menyelesaikan tugasnya.
95 TABEL III SARANA PRASARANA DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENUNJANG METODE RESITASI No Kategori Jawaban N F Prosentase 3. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 20 15 5 37,5 % 50 % 12,5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah sarana dan media pembelajaran yang ada di MI Miftahul Huda sudah mencukupi dan dapat menunjang siswa melaksanakan metode resitasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya?" 37,5 % siswa menjawab "Ya", 50 % menjawab "Tidak" dan 12,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa sarana dan media yang ada di MI Miftahul Huda Sumbernongko, kurang mencukupi sehingga kurang dalam menunjang metode resitasi yang diterapkan oleh guru Sains untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. C. Pembahasan 1. Hambatan Guru Sains dalam Menerapkan Metode Resitasi Hambatan yang sering menjadi permasalahan dalam penerapan sebuah metode adalah mengembangkan proses pembelajaran dengan kesesuaian metode dengan karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia, sarana dan
96 prasarana serta media. Begitu juga di MI Miftahul Huda, dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru Sains, peneliti dapat mengetahui hambatan yang dihadapi guru Sains di MI Miftahul Huda dalam menerapkan metode resitasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya adalah: a. Metode resitasi yang diterapkan guru Sains, terkadang tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh beberapa siswa dikarenakan perbedaan karakteristik diantara siswa. Ada siswa yang kurang cepat/ lambat dalam belajar atau kurang cerdas sehingga tidak dapat mengikuti teman-temannya yang cepat dalam belajar atau siswa yang cerdas. b. Keterbatasan waktu yang tersedia, sehingga terkadang materi pelajaran yang harus diajarkan tidak dapat semuanya diajarkan kepada siswa, kalau pun sempat diajarkan itu pun dengan terburu-buru. Selain itu juga penerapan metode resitasi pada materi-materi mata pelajaran Sains tertentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga menyita waktu alokasi materi pelajaran yang lain. Banyaknya materi pelajaran Sains yang harus diajarkan dengan terbatasnya waktu yang tersedia menuntut guru Sains untuk efektif dan efisien dalam memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia. c. Sarana prasarana dan media yang ada di MI Miftahul Huda dalam menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang kurang memadai, sehingga guru Sains dalam penerapan metode resitasi kurang maksimal.
97 2. Upaya Guru Sains Dalam Mengatasi Hambatan Guru sebagai pendidik selalu dan harus berupaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam belajarnya. Berbagai upaya yang dilakukan guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko dalam mengatasi hambatan atau kendala implementasi metode resitasi dalam pembelajaran mata pelajaran Sains. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru Sains di MI Miftahul Huda, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko, selalu berupaya dengan berbagai macam cara untuk mengatasi kecukupan waktu dengan materi pelajaran yang harus diajarkan. Diantaranya upaya guru Sains dalam mengatasi hambatan waktu adalah: a. Dengan membuat Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Promes), sebagai program atau agenda dalam mengajar. b. Menghitung alokasi waktu yang ada dengan materi pelajaran yang harus diajarkan. Kemudian membagi waktu yang tersedia dengan materi yang harus diajarkan, c. Merencanakan setiap materi pelajaran yang akan diajarkan dengan membuat Rencana Pengajaran (RP), d. Guru Sains memberikan tugas kepada siswa untuk meresume dan mencatat tentang materi pelajaran di rumah.
98 e. Memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah, misalnya pada waktu sebelum masuk sekolah, jam istirahat atau sepulang dari sekolah. Selain berupaya mengatasi hambatan kecukupan waktu guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko juga selalu berupaya dengan berbagai macam cara untuk mengatasi hambatan kurang lengkapnya sarana dan media. Diantaranya yang dilakukan guru adalah: f. Dengan mengalokasikan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari Pemerintah untuk membangun atau memperbaiki sarana dan prasarana madrasah (gedung, lapangan, masjid, taman dan kantor madrasah), g. Membeli media yang bisa menunjang dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seperti: komputer, penggaris besar, mikroskop, buku, alat peraga, dan lain sebagainya, h. Guru Sains bertindak kreatif, dengan memanfaatkan segala yang ada di sekitar yang sekiranya dapat dijadikan media dalam menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM). Misalnya memanfaatkan bambu, kayu, kertas, kaleng bekas, botol bekas, sungai, hewan, bola, karet, magnet, besi, dan lain sebagainya sebagai media pembelajaran. i. Bekerjasama dengan sekolah lain, dengan saling meminjam media pembelajaran yang dipunyai masing-masing sekolah.
99 Untuk mengatasi hambatan perbedaan tingkat variasi kondisi karakteristik siswa, guru Sains di MI Miftahul Huda Sumbernongko, selalu berupaya dengan berbagai macam cara, diantaranya yaitu: a. Memberikan perhatian khusus (pelajaran tambahan) kepada siswa yang lambat belajar agar siswa tersebut dapat mengerti tentang materi pelajaran yang diajarkan. b. Selain itu juga dengan guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti, setiap kali guru selesai memberikan penjelasan tentang materi pelajaran. c. Melatih siswa yang lambat belajar agar mampu belajar dengan baik dan mandiri, agar dapat mengejar ketertinggalannya dengan siswa yang lain. d. Berusaha memberikan tugas yang sesuai dengan karakteristik setiap siswa, tugas untuk siswa yang pandai tidak sama dengan tugas untuk siswa yang lambat dalam belajarnya. Tentunya tugas untuk siswa yang lambat belajar lebih mudah, sehingga siswa tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. 3. Hasil Dari Implementasi Metode Resitasi Pada Siswa Untuk mengetahui hasil dan manfaat dari penerapan metode resitasi terhadap pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) kepada siswa secara langsung, peneliti telah memberikan angket kepada 40 siswa sebagai responden. Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:
100 TABEL IV APAKAH SISWA SELALU SIAP DALAM MENGERJAKAN TUGAS YANG DIBERIKAN GURU SAINS No Kategori Jawaban N F Prosentase 4. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 36 2 2 90 % 5 % 5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa selalu siap mengerjakan tugas yang diberikan guru?" 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu siap mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Ini dikarenakan guru dalam memberi tugas selalu memberikan rangsangan atau motivasi kepada siswa untuk mengerjakan tugas, misalnya bagi siswa yang mengerjakan tugas dengan baik akan mendapatkan nilai yang bagus atau mendapatkan hadiah, sehingga memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas dengan baik, gembira dan penuh semangat, serta selalu siap dalam menerima dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Malah kalau guru tidak memberikan tugas siswa akan memintanya. Dan kebalikannya, terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas, siswa tersebut akan mendapatkan hukuman.
101 TABEL V APAKAH SISWA DAPAT MERASAKAN MANFAAT TENTANG METODE RESITASI YANG DIBERIKAN GURU SAINS No Kategori Jawaban N F Prosentase 5. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 36 2 2 90 % 5 % 5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa dapat merasakan manfaat tentang metode resitasi yang diberikan oleh guru Sains?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang- kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dapat merasakan manfaat metode resitasi yang diterapkan oleh guru, baik secara langsung (mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan), maupun tidak langsung (sebagai pengalaman yang mungkin berguna di masa depan).
102 TABEL VI APAKAH SETELAH MENGERJAKAN TUGAS SISWA MEMAHAMI MATERI PELAJARAN No Kategori Jawaban N F Prosentase 6. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 32 2 6 80 % 5 % 15 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah setelah mengerjakan tugas siswa dapat memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru?". 80 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 15 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi peneliti dapat menyiimpulkan, bahwa setiap selesai mengerjakan tugas siswa selalu memahami terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. TABEL VII APAKAH SISWA TERPAKSA DALAM MENERIMA TUGAS DARI GURU No Kategori Jawaban N F Prosentase 7. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 2 32 6 5 % 80 % 15 % Jumlah 40 40 100 %
103 Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa terpaksa dalam menerima dan mengerjakan tugas dari guru?". 5 % siswa menjawab "Ya", 80 % menjawab "Tidak" dan 15 % menjawab "Kadang- kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa MI Miftahul Huda Sumbernongko, tidak merasa terpaksa dalam menerima tugas yang diberikan oleh guru, sebagai implementasi metode resitasi. Justru para siswa merasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dan hanya sebagian kecil yang merasa terpaksa atau malas mengerjakan tugas, ini diakibatkan karena siswa tersebut lambat dalam belajar dan kurang dapat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru TABEL VIII APAKAH WAKTU YANG DIBERIKAN CUKUP UNTUK MENGERJAKAN TUGAS No Kategori Jawaban N F Prosentase 8. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 20 5 15 50 % 12,5 % 37,5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah waktu yang diberikan oleh guru mencukupi dalam menyelesaikan tugas?". 50 % siswa menjawab "Ya", 12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa waktu yang diberikan guru
104 dalam mengerjakan tugas kurang mencukupi. Ini diakibatkan sedikitnya alokasi waktu yang ada dibandingkan dengan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa, sesuai dengan kurikulum yang sudah ada. TABEL IX APAKAH TUGAS YANG DIBERIKAN GURU SAINS MENGANGGU DALAM MENGHADAPI PELAJARAN LAIN No Kategori Jawaban N F Prosentase 9. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 2 32 6 5 % 80 % 15 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah tugas yang diberikan oleh guru Sains mengganggu dalam menghadapi pelajaran lain?". 5 % siswa menjawab "Ya", 80 % menjawab "Tidak" dan 15 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa tugas yang diberikan guru Sains kepada siswa, tidak mengganggu siswa dalam menghadapi pelajaran lain.
105 TABEL X APAKAH ORANG TUA MENGAWASI SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS No Kategori Jawaban N F Prosentase 10. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 20 5 15 50 % 12,5 % 37,5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah orang tua mengawasi siswa dalam mengerjakan tugas?". 50 % siswa menjawab "Ya", 12,5 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa para orang tua kurang mengawasi tugas yang diberikan guru pada siswa untuk dikerjakan di rumah. Hal ini disebabkan karena kesibukan para orang tua siswa dalam mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari keluarga, sehingga kurang memperhatikan pendidikan anaknya.
106 TABEL XI APAKAH SISWA MINTA BANTUAN ORANG LAIN DALAM MENGERJAKAN TUGAS No Kategori Jawaban N F Prosentase 11. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 5 15 20 12,5 % 37,5 % 50 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah minta bantuan orang lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru?". 12,5 % siswa menjawab "Ya", 50 % menjawab "Tidak" dan 37,5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dalam menjalankan tugas kadang-kadang minta bantuan orang lain. Apabila tugas yang diberikan itu mudah dan siswa mampu mengerjakannya sendiri, siswa pun mengerjakannya sendiri, sedangkan bila tugasnya sulit, siswa minta bantuan orang lain, misalnya minta bantuan orang tua, kakak, teman atau saudaranya.
107 TABEL XII APAKAH SISWA BERUPAYA UNTUK MEMPERBAIKI TERHADAP SETIAP TUGAS YANG DIBERIKAN GURU SAINS No Kategori Jawaban N F Prosentase 12. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 36 2 2 90 % 5 % 5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa berusaha memperbaiki terhadap setiap tugas yang diberikan oleh guru Sains?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa siswa dalam mengerjakan tugas selalu memperbaiki dan berusaha menyelesaikan lebih baik dari setiap tugas yang diberikan oleh guru Sains. TABEL XIII APAKAH METODE RESITASI MERUPAKANMETODE EFEKTIF DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No Kategori Jawaban N F Prosentase 13. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 36 2 2 90 % 5 % 5 % Jumlah 40 40 100 %
108 Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah metode resitasi merupakan metode yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut pendapat siswa metode resitasi merupakan metode yang efektif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). TABEL XIV APAKAH METODE RESITASI DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA No Kategori Jawaban N F Prosentase 14. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 40 36 2 2 90 % 5 % 5 % Jumlah 40 40 100 %
Setelah siswa diberi angket, yang berisi pertanyaan "Apakah siswa berusaha memperbaiki terhadap setiap tugas yang diberikan oleh guru Sains?". 90 % siswa menjawab "Ya", 5 % menjawab "Tidak" dan 5 % menjawab "Kadang-kadang". Jadi dapat disimpulkan, bahwa metode resitasi yang diberikan oleh guru Sains, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
109 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian secara keseluruhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, maka sebagai akhir pembahasan, peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Implementasi Metode Resitasi dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di MI Miftahul Huda a. Metode resitasi dalam pelaksanaannya diawali dengan persiapan pengajaran, dimana dalam persiapan pengajaran tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru Sains di MI Miftahul Huda selalu melakukan persiapan pengajaran sebelum mengajar. b. Penerapan metode resitasi yang dilakukan guru Sains di MI Miftahul Huda sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik siswa dan sesuai dengan alokasi waktu yang ada. Meskipun masih ada beberapa kekurangan, namun guru Sains berusahamelakukan berbagai upaya dalam mengatasi kekurangan dan hambatan tersebut. c. Evaluasi dari metode resitasi selalu diberikan guru Sains pada akhir materi pelajaran dan mengoreksi hasil tugas yang telah diberikan pada siswa, setelah selesai dikreksi dan dinilai hasil tugas yang dikerjakan siswa dikembalikan lagi kepada siswa.
110 d. Hasil evaluasi dengan metode resitasi dapat mencapai tujuan pembelajaran, terbukti dengan menggunakan metode resitasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari nilai siswa dari tahun ke tahun yang terus meningkat. 2. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Metode Resitasi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) a. Minimnya alokasi waktu yang tersedia dengan materi pelajaran yang banyak, b. Kurangnya sarana prasarana dan media pembelajaran yang menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), c. Tingkat variasi kondisi karakteristik siswa yang berbeda-beda, sehingga penerapan metode resitasi kurang maksimal. 3. Usaha Yang Dilakukan Guru Sains Dalam Mengatasi Hambatan Guru telah berupaya dengan segala macam cara untuk mengatasi berbagai macam hambatan yang terjadi, diantaranya adalah : a. Dalam mengatasi kecukupan waktu Guru membuat Program Tahunan (Prota) dan Program Semester (Promes) serta menghitung alokasi waktu yang ada dengan materi pelajaran yang harus diajarkan. Selain itu juga dalam menghadapi kendala minimnya waktu, guru Sains memberikan tugas kepada siswa untuk meresume dan mencatat tentang materi pelajaran di rumah serta memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah,
111 misalnya pada waktu sebelum masuk sekolah, jam istirahat atau sepulang dari sekolah. b. Dalam mengatasi kurangnya sarana dan media Diantaranya adalah dengan mengalokasikan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dari Pemerintah untuk membangun atau memperbaiki sarana dan prasarana madrasah (gedung, lapangan, masjid, taman dan kantor madrasah) serta membeli media yang bisa menunjang dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seperti: komputer, penggaris besar, mikroskop, buku, alat peraga, dan lain sebagainya. c. Dalam mengatasi perbedaan karakteristik siswa Yaitu dengan cara, memberikan perhatian khusus (pelajaran tambahan) kepada siswa yang lambat belajar agar siswa tersebut dapat mengerti tentang materi pelajaran yang diajarkan sehingga siswa tersebut mampu mengejar ketertinggalannya dari siswa yang lain. Selain itu juga dengan guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti, setiap kali guru selesai memberikan penjelasan tentang materi pelajaran. 4. Hasil Dari Implementasi Metode Resitasi Terhadap Siswa a. Siswa di MI Miftahul Huda Sumbernongko selalu siap mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, b. Siswa dapat merasakan manfaat metode resitasi yang diterapkan oleh guru, baik secara langsung (mendapatkan ilmu pengetahuan dan
112 keterampilan), maupun tidak langsung (sebagai pengalaman yang mungkin berguna di masa depan), c. Setiap selesai mengerjakan tugas siswa selalu memahami terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru, d. Siswa merasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, e. Waktu yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas kurang mencukupi dalam siswa mengerjakan tugasnya, f. Tugas yang diberikan guru Sains kepada siswa, tidak mengganggu siswa dalam menghadapi pelajaran lain, g. Para orang tua kurang mengawasi tugas yang diberikan guru pada siswa untuk dikerjakan di rumah, h. Siswa dalam menjalankan tugas kadang-kadang minta bantuan orang lain, i. Siswa dalam mengerjakan tugas selalu memperbaiki dan berusaha menyelesaikan lebih baik dari setiap tugas yang diberikan oleh guru Sains, j. Menurut pendapat siswa metode resitasi merupakan metode yang efektif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), k. Menurut siswa metode resitasi yang diberikan oleh guru Sains, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari penjelasan dalam analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode resitasi yang diimplementasikan oleh guru-guru Sains di MI
113 Miftahul Huda Sumbernongko Desa Sumberputih dengan berbagai kelebihannya, telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan bukti bahwa setiap tahun, prestasi siswa semakin meningkat baik dalam lulusannya maupun dalam kenaikan kelasnya. B. Saran-saran Setelah mengetahui hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran- saran sebagai berikut : 1. Guru Sains hendaknya dalam mengimplementasikan metode resitasi dalam pelajaran Sains juga menggunakan metode pengajaran yang lain, misalnya metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, dan lain- lain. 2. Guru hendaknya memberikan jam belajar tambahan kepada siswa yang lambat belajar atau tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata, di luar jam pelajaran sekolah. 3. Kalau ada kesempatan, hendaknya guru Sains meningkatkan kemampuannya dengan kuliah atau mengikuti pelatihan-pelatihan (work shop) guru mata pelajaran, 4. Perlu adanya sarana dan media yang menunjang terciptanya suasana dan kondisi yang nyaman dan kondusif dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 5. Guru perlu memperhatikan dan mengatur kecukupan alokasi waktu dengan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa.
114 6. Pengelola pendidikan (Kepala Madrasah) MI Miftahul Huda Sumbernongko hendaknya turut mengevaluasi dan mengontrol Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang sedang berlangsung, sehingga kesalahan guru dalam mengimplementasikan metode resitasi tidak terjadi atau dapat dihindari. 7. Orang tua hendaknya mengawasi dan lebih memperhatikan anaknya dalam belajar di rumah, 8. Siswa sebaiknya mampu belajar mandiri dan kreatif dalam bimbingan guru Sains.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2000. Al Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama RI, Jakarta 1995 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan ,Surabaya: Usaha Nasional, 1992. Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Lexy. J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal , Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Moh. Nazir, Metode Penelitian , Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2003. Mursal, H.M. Taker, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Jakarta: Al-Maarif, 1981. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996. Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Sekolah Menengah, Insan Cendekia, 2002. Oemar Hamalik, Prose Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. PPTA IAIN Pusat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981. Ramayulis, MetodologiPengajaran Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 1990.
Sanafiah Faisal, Metodologi Penyusunan Angket ,Malang: Yayasan Asih Asah Asuh /YA3, 1989. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Agung, 1991. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997. Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan Bandung, Remaja Rosda Karya, Cet. V, 1981. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya Jakarta: Bina Aksara, 1984. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, Yogyakarta: Penerbit Psikologis Universitas Gajahmada, ,1986. S. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Biro Ilmiah, 1983.