You are on page 1of 14

Munasabah Al-Qur'an

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Lahirnya pengetahuan teori korelasi (munasabah) berawal dari perbedaan
pendapat para ulama salaf bahwa sistematika Al-Quran dalam Mushaf Usmani tidak
berdasarkan atas fakta kronologis turunnya. Sebagian ulama berpendapat bahwa hal
tersebut didasarkan pada tauqifidari Nabi SAW. Sebagian ulama lain berpendat
bahwa hal tersebut didasarkan atas ijtihad para sahabat setelah bersepakat dan
memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tauqifi.
Penyebab perbedaan pendapat adalah karena adanya mushaf-mushaf ulama
salaf yang bervariasi dalam urutan suratnya. Ada susunan berdasarkan kronologis
turunnya, seperti mushaf Ali yang dimulai dengan ayat iqra, kemudian sisanya
disusun berdasarkan tempat turunnya (Makki kemudian Madani). Lain halnya
dengan mushaf Ibn Masud dimulai dengan surat Al-Baqarah kemudian An-Nisa,
lalu surat Ali Imran.
Atas dasar perbedaan tersebut, sangat perlu teori korelasi(munasabah) ini
diperhatikan dalam menekuni Ulum Al-Quran. Ulama yang pertama kali menaruh
perhatian terhadap teori korelasi adalah Syekh Abu Bakar An-Naisaburi (324H),
kemudian menyusul beberapa ulama ahli tafsir seperti Abu Jafar bin Jubair dalam
kitabnya Tartib As-Suwar Al-Quran, Syekh Burhanuddin Al-Biqai dengan
kitabnya Nazhm Ad-Durar fi Tanasub Al-Ayyi wa As-Suwar, dan As-Suyuthi dalam
kitabnya Asrar Al-Tartib Al-Quran.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berukut:
a. Apa hukum mengetahui munasabah?
b. Apa macam-macam munasabah?
c. Ayat-ayat Al-Quran seperti apa sajakah yang termasuk munasabah?

Munasabah Al-Qur'an

2

C. TUJUAN
Tujuan penulisan dan pembahasan makalah ini, diantaranya:
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami latar belakang teori
korelasi(munasabah).
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi munasabah.
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami macam-macam munasabah.
4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami hikmah mempelajari
munasabah.
















Munasabah Al-Qur'an

3

BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN MUNASABAH
Kata Munasabah secara etimologi berarti al-musyakalah (keserupaan) dan al-
muraqabah (kedekatan). Adapun istilah munasabah digunakan sebagai illat dalam
bab qiyas, dan berarti Al-wasf Al-muqarib li Al-Hukm (gambaran yang berhubungan
dengan hukum). Istilah munasabah juga diungkapkan dengan kata rabth (pertalian).
1

Menurut pengertian terminologi, munasabah dapat di definisikan sebagai berikut:
1. Menurut Az-Zarkasyi:

Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tatkala dihadapkan
kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
2

2. Menurut Manna Al-Qaththan:


Munasabah adalah sisi keterikatanantara beberapa ungkapandi dalam satu
ayat, atau antarayat pada beberapa ayat, atau antar surat (di dalam Al-
Quran).
3. Menurut Al-Biqai:
,

Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan
dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Quran, baik ayat dengan
ayat, atau surat dengan surat.

1
Rosihun Anwar, Ulum Al-Qur'an. Bandung: Pustaka Setia. 2008. hlm 82.
2
M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2009. hlm 35.
Munasabah Al-Qur'an

4

Dari beberapa pengertian di atas, diperoleh bahwa dalam konteks Ulum Al-
Quran, munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antarayat atau antarsurat,
baik korelasi bersifat umum atau khusus, rasional (aqli), persepsi (hassiy),
imajinatif (khayali), atau korelasi berupa sebab-akibat, illat dan malul,
perbandingan, dan perlawanan.

B.HUKUM DAN CARA MENGETAHUI MUNASABAH
Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat
ijtihadi. Penetapan berdasarkan ijtihadi karena tidak ditemukan riwayat, baik dari
Nabi maupun para sahabatnya. Sehingga tidak ada keharusan mencari munasabah
pada setiap ayat. Alasannya, Al-Quran diturunkan berangsur-angsur mengikuti
berbagai kejadian dan peristiwa yang ada. Sehingga seorang mufasir menemukan
keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak. Ketika tidak
menemukan keterkaitan, maka tidak diperkenankan memaksakan diri. Apabila
terjadi berbagai sebab yang berbeda, keterkaitan salah satunya dengan lainnya tidak
menjadi syarat. Orang yang mengaitkan tersebut berarti mengada-adakan apa yang
tidak dikuasainya.
Untuk meneliti keserasian ayat dan surat (munasabah) dalam Al-Quran
diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Adapun langkah-langkah yang
perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah,
3
diantaranya yaitu:
1. Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek
pencarian.
2. Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas
dalam surat.
3. Menentukan tingkatan uraian-uraian, apakah ada hubungannya atau tidak.
4. Dalam mengambil kesimpulan, hendak memperhatikan ungkapan-ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.


3
Rosihun Anwar. op.cit. hlm 83
Munasabah Al-Qur'an

5

C.MACAM-MACAM MUNASABAH
4

1.Munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya
Munasabah antarsatu surat dengan surat sebelumnya berfungsi menerangkan
atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam
surat Al-Fatihah ayat 2 dalam ungkapan alhamdulillah. Ungkapan tersebut
berkorelasi dengan surat Al-Baqarah ayat 152 dan 186:
EO)+NO7^O 7O7^O
W-NO:;--4 Oj 4 pNO'> ^)g
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
-O)4 ElEc Og14:gN /j_4N O)E+)
RUC@O~ W CUO_q E4O;NE1 ;v-O.-
-O) p4NE1 W W-O+:O4-O41U Oj
W-ONLg`uNO^4 O). _^UE
]7-O4C ^gg
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran
Ungkapan rabb al aalamiin berkorelasi dengan surat Al-Baqarah ayat 21-22:
Og^4C +EE4- W-+:;N-
N7+4O Og~-.- 7U 4g~-.-4
}g` 7)U:~ 7+UE 4pO+-> ^g
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Og~-.- EE_ N7 4O- V-4Og
47.EOO-4 w7.E4) 44O^4 =}g`
g7.EOO- w7.4` E4Ou= gO)
=}g` g4OEEV- +~^ejO 7- W E
W-OUE^_` *. -41-E^ +^4
]OUu> ^gg

4
Ibid. hlm 85
Munasabah Al-Qur'an

6

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu Mengetahui..
Ungkapan dzaalik al-kitab la raiba fiih surat Al-Baqarah ayat 2 berkolerasi dengan
surat Ali Imron ayat 3:
44EO4^ C^OU4N =U4-^-
--E^) +~g-=N` Eg 4u-4
gOuCE4C 44O^4 O.4OO+--
O_e"-4 ^@
Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan Sebenarnya;
membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil.
2.Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya
Setiap nama surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol dan
tercermin pada namanya masing-masing, seperti surat Al-Baqarah, surat Yusuf, surat
An-Naml dan surat Al-Jinn.
3.Munasabah antarbagian suatu ayat
Munasabah antarbagian surat sering berbentuk pola munasabah al-tadhadat
(perlawanan). Sebagai contoh dalam surat Al-Hadid ayat 4:
44O- Og~-.- 4-UE g4OEOO-
4O-4 O) gO+-c +C
O4O4-c- O>4N +OE+^- _ OUu4C
4` g)U4C O) ^O- 4`4 NO^C
Ogu+g` 4`4 NjO64C =}g` g7.4OO-
4`4 NOu4C OgOg W 4O-4 7E4`
4^ 4` +-47 _ +.-4 E)
4pOU4u> OO4 ^j
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia
bersemayam di atas arsy. dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-
Munasabah Al-Qur'an

7

Nya. dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.
Terdapat korelasi perlawanan antara kata yaliju (masuk) dengan kata yakhruju
(keluar) dan kata yanzilu (turun) dengan kata yaruju (naik).
4.Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan terdapat ayat yang terlihat
jelas dan tidak jelas. Munasabah antarayat yang terlihat jelas terdiri dari 4 pola,
yaitu:
a. Takid (penguat) yaitu apabila salah satu ayat atau bagian ayat memperkuat
makna ayat atau bagian ayat yang terletak disampingnya. Sebagai contoh
surat Al-Fatihah ayat 1-2:
O) *.- ^}4uOO- 1gOO-
^ ;E^- *. _4O --gUE^-
^g
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Ungkapan rabb al aalamiin pada ayat kedua memperkuat kata ar-
rahman dan ar-rahiim pada ayat pertama.
b. Tafsir (penjelas) yaitu apabila satu ayat atau bagian ayat tertentu ditafsirkan
maknanya oleh ayat atau bagian ayat di sampingnya.
ElgO CU4-:^- =UuC4O O gOOg O
O1- =}1+Ug ^g 4g~-.-
4pONLg`uNC jU^O4^) 4pONONC4
E_OUO- 44 _4L^~Ee4O
4pOgLNC ^@
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka."
Makna muttaqiin pada ayat kedua ditafsirkan oleh ayat ketiga. Dengan
demikian, orang yang bertaqwa adalah orang yang mengimani hal-hal yang
ghaib, mengerjakan shalat, dan seterusnya.
Munasabah Al-Qur'an

8

c. Itiradh (bantahan) yaitu apabila terletak satu kalimat atau lebih tidak ada
kedudukannya dalam irab (struktur kalimat), baik dipertengahan kalimat
atau diantara dua kalimat yang berhubungan maknanya. Sebagai contoh surat
An-Nahl ayat 57:
44pOUE^_4 *. geE44l^-
+OE4Elc _4 E` ]Og4;=4C
^)_
Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci
Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka
sukai (yaitu anak-anak laki-laki).
Kata subhanahu pada ayat tersebut merupakan bentuk itiradh dari dua
ayat yang mengantarinya. Kata tersebut merupakan bantahan bagi klaim
orang-orang kafir yang menetapkan anak perempuan bagi Allah.
d. Tasydid (penegasan) yaitu apabila satu ayat atau bagian ayat mempertegas
arti ayat yang terletak di sampingnya.Sebagai contohnya surat Al-Fatihah
ayat 6-7:
4^gu-- EO4O_^-
474-O^- ^g EO4O 4g~-.-
=e;Eu^ )_^OU4N )OOEN
O_^E^- )_^OU4
4 4-g._- ^_
Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ungkapan ash-shirath al-mustaqim ada ayat 6 dipertegas oleh ungkapan
shiraathalladziina...
Munasabah antarayat yang tidak jelas terlihat dalam qarain manawiyyah
(hubungan makna). Munasabah ini terdiri dari 4 pola, yaitu :
a. At-tanzir (perbandingan) yaitu adanya perbandingan antara ayat-ayat yang
berdampingan. Sebagai contohnya surat Al-Anfal ayat 4-5:
EElj^q N- 4pONLg`u^-
EEO _ += 7eE_4OE1 E4gN
)_)4O E4Og^4`4 -^ejO4 _C@O
^j .EE ElE_4Ou=
Munasabah Al-Qur'an

9

ElG4O }g` Elg-uO4 --E^)
Ep)4 LC@O =}g)` 4-gLg`u^-
4pO-@O ^)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia. Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi
dan rumahmu dengan kebenaran, padahal Sesungguhnya sebagian dari
orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.
Pada ayat kelima, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar terus
melaksanakan perintah-Nya meskipun para sahabat tidak menyukainya. Pada
ayat keempat, Allah memerintahkannya agar tetap keluar dari rumah untuk
berperang. Munasabah antar kedua ayat tersebut terletak pada perbandingan
antara ketidaksukaan para sahabat terhadap pembagian ghanimah yang
dibagikan Rasul dan ketidaksukaan mereka untuk berperang. Padahal sudah
jelas bahwa kedua perbuatan tersebut terdapat keberuntungan, kemenangan,
ghanimah dan kejayaan Islam.
b. Al-Mudhadat (perlawanan) yaitu adanya perlawanan makna antara satu ayat
makna yang lain yang berdampingan. Sebagai contoh surat Al-Baqarah ayat 6:
EEp) -g~-.- W-NOEE v7.-4OEc
)_^1U4 _>OEO^47 u
-OOL> 4pONLg`uNC ^g
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman."
Ayat tersebut berbicara tentang watak orang-orang kafir dan sikap mereka
terhadap peringatan, sedangkan ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang
watak-watak orang mukmin.
c. Istithradh (penjelasan lebih lanjut) yaitu adanya penjelasan lebih lanjut dari
suatu ayat. Sebagai contoh surat Al-Araf ayat 26:
/j_4:4C 4E1-47 ;~ 4L^4O^
7^OU4 c4lg OjO4ONC
7g>47OEc 1=CjO4 W +E4lg4
O4O^+-- ElgO OOE= _
Munasabah Al-Qur'an

10

CgO ;}g` ge4C-47 *.- _^UE
4pNO-OO4C ^gg
Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu
Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan
Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat.
Pembicaraan ayat ini tentang terbukanya aurat Adam-Hawa dan menutupnya
dengan daun. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
penciptaan pakaian berupa daun merupakan karunia Allah, telanjang dan
terbuka aurat merupakan suatu perbuatan yang hina, dan menutupnya
merupakan bagian yang besar dari taqwa.
d. Takhallush (perpindahan) yaitu perpindahan dari awal pembicaraan pada
maksud tertentu secara halus. Sebagai contoh surat Al-Araf, mula-mula
Allah berfirman tentang para Nabi dan umat terdahulu, kemudian tentang
Nabi Musa dan para pengikutnya yang selanjutnya berkisah tentang Nabi
Muhammad dan umatnya.
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat disampingnya
Sebagai contoh munasabah ini terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 1-20,
Allah memulai penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Al-Quran bagi orang-
orang yang bertaqwa. Kelompok ayat-ayat berikutnya dibicarakan tiga kelompok
manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir dan munafik.
6. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat
Munasabah ini mengandung tujuan tertentu diantaranya adalah untuk
menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat. Sebagai contoh
surat Al-Ahzab ayat 25:
E14O4 +.- 4g~-.- W-NOEE
)_g^O4) W-O74L4C -LOOE= _
O>E4 +.- 4-gLg`u^-
44^- _ ]~E4 +.- CCO~
-4OCjG4N ^g)
Munasabah Al-Qur'an

11

Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan adalah Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.
Ayat tersebut, Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan, bukan
karena lemah melainkan karena Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Fashilah
tersebut dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat menjadi lurus dan sempurrna.
Adapun tujuan lainnya memberikan penjelasan tambahan, yang meskipun tanpa
fashilah sebenarnya makna ayat sudah jelas. Sebagai contoh surat An-Naml ayat 80:
EElE^) 7gO _O4OE^- 4
7gO eO- 47.~4O.- -O)
W-O-4 4@O);N` ^g
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar
dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila
mereka telah berpaling membelakang.
Ungkapan idza wallau mudbiriin merupakan penjelasan tambahan terhadap makna
orang tuli.
7.Munasabah antar awal surat dengan akhir surat
Sebagai contoh munasabah ini terdapat pada surat Al-Qashash, yang
diawalidengan penjelasan perjuangan Nabi Musa dalam menghadapi kekejaman
Firaun. Atas perintah dan pertolongan Allah Nabi Musa berhasil keluar dari Mesir.
Di akhir surat Allah menyampaikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang
menghadapi tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas kemenangannya. Munasabah
ini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.
8.Munasabah antar penutup surat dengan awal surat berikutnya
Sebagai contoh terdapat pada permulan surat Al-Hadid yang dimulai dengan
tasbih. Ayat ini bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya yaitu surat Al-
Waqi'ah yang memerintahkan bertasbih.
Munasabah Al-Qur'an

12


D. KEGUNAAN MEMPELAJARI MUNASABAH
Pengetahuan tentang munasabah sangat bermanfaat dalam memahami
keserasian antar makna, mukjizat Al-Qur'an secara retorik, kejelasan keterangannya,
keteraturan susunan kalimatnya, dan keindahan gaya bahasanya.
5

Adapun beberapa manfaat dalam mempelajari munasabah Al-Qur'an,
diantaranya sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara kalimat dengan kalimat, ayat dengan ayat, maupun
surat dengan surat, sehingga lebih memperdalam pengatahuan dan pengenalan
terhadap Al-Quran serta memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya.
2. Dapat mengetahui mutu dan tingkat kebahasaan Al-Quran.
3. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
4. Dapat menjadikan sebagian pembicaraan berkaitan dengan sebagian lainnya,
sehingga hubungannya menjadi kuat, bentuk susunannya kukuh dan bersesuaian,
bagian-bagiannya laksana sebuah bangunan yang amat kokoh.








5
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-qur'an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa. 2009. hlm
138
Munasabah Al-Qur'an

13







BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Munasabah sangat berperan penting dalam memahami Al-
Quran.Pengetahuan tentang munasabah atau korelasi antara ayat dengan ayat dan
surat dengan surat membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik
dan cermat. Pengetahuan mengenai munasabah bukanlah hal yang tauqifi (tak dapat
diganggu gugat karena telah ditetapkan Rasul), tetapi didasarkan pada ijtihad
seorang mufasir dan tingkat penghayatannya terhadap kemukjizatan Al-Quran,
rahasia retorika dan segi keterangannya yang mandiri. Apabila korelasi itu halus
maknanya, harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-asas kebahasaan dalam
ilmu-ilmu bahasa Arab, maka korelasi tersebut dapat diterima.
Pengetahuan tentang keterkaitan atau hubungan antara bagian Al-Qur'an,
baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan
yang lainnya dapat lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab
Al-Qur'an dan memperkuat keyakinan kita terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya. Semua hal ini dapat membantu kita dalam hal menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur'an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat
atau ayat lain.

Munasabah Al-Qur'an

14







DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan,Manna Khalil. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.
Anwar, Rosihun.2008.Ulum Al-Qur'an. Bandung: Pustaka Setia.
Ash-Shabuni, M.Ali. 2001. At-Tibyan fii 'Ulumil Qur'an. Jakarta: Pustaka Amani.
Ash-Shiddieqy, T M.Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. 2009. Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
Ash-Shiddieqy, T M.Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. 2009.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Departemen Agama RI, 1986. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: PT.
Intermasa.

You might also like