You are on page 1of 43

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI SISTEM PENCERNAAN:

HEPATITIS & SEROSIS HEPATIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Oleh Kelompok VI Agus Winarno Barzam Fathan Listiyanto Yoga U. P.17420110036 P.17420110039 P.17420110053

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2011/2012

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Fungsi Sistem Pencernaan: Hepatitis & Sirosis Hepatis ini tanpa halangan suatu apa pun. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai penyakit yang sering menjangkit di sistem pencernaan yaitu hepatitis dan sirosis hepatis. Di sini kami juga berusaha memaparkan mengenai Nursing Care Plan yang dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan tersebut. Kami menyadari, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, antara lain: 1. Ibu Sri Utami D. selaku Koordinator Mata Kuliah KMB I 2. Para dosen pengampu mata kuliah KMB I 3. Segenap tim penyusun makalah 4. Pihak-pihak lain yang telah mendukung terselesaikannya makalah Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari pihakpihak tersebut. Tiada gading yang tak retak, kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan besar harapan kami menerima saran berikut kritik yang membangun mengenai kekurangan tersebut.

Semarang, 7 Juli 2011 Penyusun

iii

DAFTAR ISI
Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 1.4 Tujuan Penulisan 1.5 Manfaat Penulisan BAB II Hepatitis & Serosis Hepatis 2.1 Hepatitis 2.1.1 Pengertian Hepatitis 2.1.2 Jenis-jenis Hepatitis 2.1.3 Tanda & Gejala Hepatitis 2.1.4 Patofisiologi Hepatitis 2.1.5 Manifestasi Klinik 2.1.6 Proses Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis 2.2 Sirosis Hepatis 2.2.1 Pengertian Sirosis Hepatis 2.2.2 Jenis-jenis Sirosis Hepatis 2.2.3 Patofisiologi Sirosis Hepatis 2.2.4 Manifestasi Klinik & Komplikasi Sirosis Hepatis 2.2.5 Proses Keperawatan pada Klien dengan Sirosis Hepatis BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran Daftar Pustaka i ii iii 1 1 1 2 2 2 4 4 4 5 7 9 9 9 10 17 19 19 20 25 39 39 39 40

***

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu organ tubuh yang penting dan berperan dalam sistem pencernaan yaitu hati. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita. yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. Karena banyaknya fungsi dari hati tersebut, maka kita patut mengetahui tentang jenis penyakit yang sering menyerang organ ini. Dua jenis penyakit yang menarik untuk dibahas di sini adalah hepatitis dan serosis hepatis. Keduanya berkaitan erat, dimana hepatitis bisa memicu terjadinya serosis hepatis. Nursing care plan atau rumusan perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien yang mengalami gangguan tersebut menjadi wajib untuk dikupas apabila kita sebagai tenaga perawat menemukan kasus tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah yang akan diungkap dalam makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: hepatitis dan sirosis hepatis adalah sebagai berikut: 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.2 Apa penyebab dari hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.3 Bagaimana tipe dari hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.4 Bagaimana proses patofisiologis dari hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.5 Apa manifestasi klinik dan komplikasi dari hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan medis dari hepatitis dan sirosis hepatis? 1.2.7 Bagaimana proses keperawatan untuk pasien dengan hepatitis atau sirosis hepatitis?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan dalam makalah ini akan dilakukan secara lebih umum dan didapat dari perpaduan berbagai macam saduran sumber. Ada pun ruang lingkup pembahasan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1.3.1 Definisi hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.2 Penyebab dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.3 Tipe dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.4 Proses patofisiologis dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.5 Manifestasi klinik dan komplikasi dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.6 Penatalaksanaan medis dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.3.7 Proses keperawatan untuk pasien dengan hepatitis atau sirosis hepatitis

1.4 Tujuan Penulisan Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: hepatitis dan sirosis hepatis: 1.2.1 Menjelaskan mengenai definisi hepatitis dan sirosis hepatis

1.2.2 Menguraikan penyebab dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.2.3 Menjelaskan tipe dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.2.4 Menjabarkan proses patofisiologis dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.2.5 Menjelaskan manifestasi klinik dan komplikasi dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.2.6 Menjelaskan penatalaksanaan medis dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.2.7 Menguraikan proses keperawatan untuk pasien dengan hepatitis atau sirosis hepatitis

1.5 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: hepatitis dan sirosis hepatis disasarkan kepada berbagai pihak yaitu manfaat bagi penyusun itu sendiri dan bagi pembaca.

Ada pun uraian mengenai manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1.5.1 Manfaat bagi penyusun 1.5.1.1 Mendapatkan tambahan pengetahuan dalam teknik

penulisan makalah 1.5.1.2 Mendapatkan ajang kesempatan untuk melakukan diskusi bersama 1.5.1.3 Mampu merangkum berbagai sumber untuk memberikan bahasan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: hepatitis dan sirosis hepatis 1.5.2 Manfaat bagi pembaca 1.5.2.1 Mengetahui pengertian secara umum tentang hepatitis dan sirosis hepatis 1.5.2.2 Mengetahui penyebab dari hepatitis dan sirosis hepatis 1.5.2.3 Memahami proses terjadinya hepatitis dan sirosis hepatis 1.5.2.4 Mengetahui manifestasi klinik berikut komplikasi dari hepatitis dan sirosis hepatis

***

BAB II
HEPATITIS & SEROSIS HEPATIS

2.1 HEPATITIS 2.1.1 Pengertian Hepatitis Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit hapatitis. Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan hati (liver) disebabkan mulai dari virus atau obat-obatan. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 1999). Sedangkan virus hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan ke orang lain. Beberapa jenis virus hepatitis yang diketahui diantaranya adalah: Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis F, dan Hepatitis G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (Hepatitis A), bisa kronik (Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga kemungkinan menjadi kanker hati (Hepatitis B). Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis perlu dilakukan serangkaian tes fungsi hati dan sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim), yaitu : 1. Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati antara lain SGOT, SGPT, GLDH, LDH. 2. Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan pada kantung empedu, yaitu gamma GT dan alkali phosfatase. 3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati, yaitu kolinesterase.

Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh penggunaan alkohol dan penggunaan obat-obatan. Penggunaan alkohol yang berlebihan menyebabkan alkohol hepatitis yang bisa berkembang menjadi alkohol sirosis, sementara penggunaan obat-obatan dapat mengakibatkan hepatitis toksis.

2.1.2 Jenis-jenis Hepatitis 2.1.2.1 Hepatitis A Hepatitis A adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh suatu virus RNA dari famili enterovirus. Masa inkubasi penyakit ini adalah 30 hari. Penularannya dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasiaen. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama sedangkan untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan resiko tinggi tertular hepatitis A. Sering kali infeksi hepatitis A pada anak tidak menimbulkan gejala sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan. 2.1.2.2 Hepatitis B Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam darah dan menyebar melalui kontak dalam darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat. Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat berjalan akut maupun kronik. Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh secara sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Virus hepatitis B dengan komponen antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm, dengan core 4 nm. coat virion merupakan surface antigen atau HbsAg. Surface antigen biasanya diproduksi berlebihan sehingga dijumpai dalam darah penderita. Pada hepatitis agresif, hati mengalami peradangan kronik, fibrotik dan mengecil dan dapat menjurus. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan muntah.

2.1.2.3 Hepatitis C Hepatitis C adalah penyakit hati yang menular melalui darah yang disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC). VHC menginfeksi hati menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus hepatitis C yang akan menginfeksi sel-sel lainnya sehingga menyebabkan radang dan kerusakan hati, kanker hati bahkan kematian dikarenakan sampai saat ini tidak adanya vaksin hepatitis C. Infeksi hepatitis C disebut juga sebagai infeksi terselubung. Hal ini karena infeksi dini VHC bisa jadi tidak bergejala atau bergejala ringan atau tidak khas. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, pemakaian pisau cukur atau sikat gigi secara bersama. Penularan VHC terutama parenteral. Umumnya terjadi setelah mendadak kontak darah, seperti transfusi darah atau produk darah lainnya. Selain itu virus ini juga dapat menular melalui cairan kelamin (saat hubungan seksual) dan ASI dari ibu pengidap hepatitis C ke bayinya. Gejala hepetitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara 15-150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain kuning, air seni berwarna gelap, mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan, rasa lelah, demam, menggigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi dan otot, serta rasa pegal-pegal. 2.1.2.4 Hepatitis D Hepatitis D adalah hepatitis D yang disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD) atau virus delta, virus ini adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitits D. Penularan melalui hubungn seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. 2.1.2.5 Hepatitis E Gejala hepatitis ini mirip dengan hepatitis A, demam, pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan. Penularannya melalui kontaminasi feses.

2.1.2.6 Hepatitis F Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. 2.1.2.7 Hepatitis G Gejalanya serupa denga penyakit hepatitis C, sering kali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan / C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun kronik. Penularannya melalui transfusi darah jarum suntik.

2.1.3 Tanda & Gejala Hepatitis Dari semua jenis penyakit/tingkatan penyakit hepatitis dapat diketahui bahwa gejala awal yang dirasakan oleh penderita hampir sama diantaranya rasa lelah, demam, diare, mual, muntah, sakit perut, mata kuning, sakit kepala dan hilangnya nafsu makan. Gejala ini dapat muncul sebagai gejala yang ringan atau amat progresif. Kadang-kadang ditemukan penderita yang tanpa gejala. Beberapa fase gejala klinis penyakit hepatitis antara lain: 1. Masa tunas Virus A Virus B Virus non A dan non B 2. Fase Pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatalgatal mencolok pada hepatitis virus B. 3. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 4. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

2.1.4 Patofisiologi Hepatitis Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada selsel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garamgaram empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

2.1.5 Manifestasi Klinik Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis Pemberian obat secara rutin Pemberian vaksin Menjalankan pola hidup sehat Hindari aktifitas berat

2.1.7 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis 2.1.7.1 Pengkajian Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati 1. Aktivitas Kelemahan Kelelahan Malaise

2.

Sirkulasi Bradikardi ( hiperbilirubin berat ) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

10

3.

Eliminasi Urine gelap Diare feses warna tanah liat

4.

Makanan dan Cairan Anoreksia Berat badan menurun Mual dan muntah Peningkatan oedema Asites

5.

Neurosensori Peka terhadap rangsang Cenderung tidur Letargi Asteriksis

6.

Nyeri / Kenyamanan Kram abdomen Nyeri tekan pada kuadran kanan Mialgia Atralgia Sakit kepala Gatal ( pruritus )

7.

Keamanan Demam Urtikaria Lesi makulopopuler Eritema Splenomegali

11

Pembesaran nodus servikal posterior

8.

Seksualitas Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2.1.7.2 Diagnosa Keperawatan Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu 6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus

2.1.7.3 Intervensi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

12

Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Rasional: keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering Rasional: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya. c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan Rasional: akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan. d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak Rasional: menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak Rasional: glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2.

Gangguan

rasa

nyaman

(nyeri)

berhubungan

dengan

pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya) a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri Rasional: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui

13

pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri. b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri - Akui adanya nyeri - Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya Rasional: klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri c. Berikan informasi akurat dan - Jelaskan penyebab nyeri - Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui Rasional: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan) d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi Rasional: kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3.

Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi

darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu a. Monitor tanda vital : suhu badan Rasional: sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. Rasional: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

14

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur Rasional: menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat Rasional: kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4.

Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder

terhadap hepatitis a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu Rasional: dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang b. Sarankan klien untuk tirah baring Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,

kemampuan-kemampuan dan minat-minat Rasional: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatankegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan Rasional: keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi) Rasional: untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis

15

5.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan

dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus. a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering - Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin) - Keringkan kulit, jaringan digosok Rasional: kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan

merangsang ujung syaraf b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal Rasional: penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk Rasional: penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin Rasional: pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan

6.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan

intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret. Hasil yang diharapkan : Pola nafas adekuat Intervensi : a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan

16

Rasional: pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen b. Auskultasi bunyi nafas tambahan Rasional: kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan c. Berikan posisi semi fowler Rasional: memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif Rasional: membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan Rasional: mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

7.

Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat

menular dari agent virus Hasil yang diharapkan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen - Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh - Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun Rasional: pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi Rasional: teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit

17

c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan. Rasional: mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat Rasional: rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi

2.2 SIROSIS HEPATIS 2.2.1 Pengertian & Penyebab Serosis Hepatis Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis. Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat, dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001:1154). Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson, 2001:445). Sirosis terjadi di hati sebagai respon terhadap cedera sel berulang dan reaksi peradangan yang di timbulkan. Penyebab sirosis antara lain adalah infeksi misalnya hepatitis dan obstruksi saluran empedu yang menyebabkan penimbunan empedu di kanalikulus dan ruptur kanalikulus, atau cedera hepatosit akibat toksin. Penyebab lain dari sirosis hepatis, yaitu: 1. Alkohol, suatu penyebab yang paling umum dari sirosis, terutama di daerah Barat. Perkembangan sirosi tergantung pada jumlah dan keteraturan mengonsumsi alkohol.

18

Mengonsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis dapat melukai sel-sel hati. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati, yaitu dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke sirosis. Sirosis kriptogenik, disebabkan oleh (penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi, misalnya untuk pencangkokan hati). Sirosis kriptogenik dapat

menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan dapat pula menjurus pada kanker hati. 2. Kelainan-kelainan genetik yang diturunkan/diwariskan

berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakan jaringan dan sirosis. Contohnya akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis, pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan. 3. Primary Biliary Cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistem imun yang ditemukan pada sebagian besar wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan kerusakan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsurunsur yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus serta produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin (bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua). 4. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada pasien dengan radang usus besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh

19

empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis. 5. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang

disebabkan oleh suatu kelainan sistem imun yang ditemukan lebih umum pada wanita. Aktivitas imun yang abnormal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan

penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif dan akhirnya menjurus pada sirosis. 6. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia) kekurangan enzim-enzim vital untuk

mengontrol gula-gula yang menjurus pada akumulasi gulagula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin). 7. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obatan dan paparan yang lama pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan sirosis.

2.2.2 Tipe Sirosis Hepatis Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati, yaitu: 1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis dan merupakan tipe sirosis yang paling sering ditemukan di negara Barat.

20

2. Sirosis poscanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. 3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis poscanekrotik.

2.2.3 Patofisiologis Serosis Hepatis Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun. Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.

2.2.4 Manifestasi Klinik & Komplikasi 2.2.4.1 Manifestasi Klinik

21

1. Pembesaran Hati ( hepatomegali ). Pada awal perjalanan sirosis, hati cendrung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kaosukalisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut sehingga menyebabkan pengerutan jaringan hati. 2. Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditujukan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Jarring-jaring telangiektasis atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jarring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan seluruh tubuh. 3. Varises Gastroinstestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam sistem gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh portal ke dalam pembulu darah dengan tekanan yang lebih rendah. 4. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium. 5. Defisiensi Vitamin dan Anemia. Kerena pembentukan, penggunaan, dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai fenomena hemoragi yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan

22

fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati akan menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari. 6. Kemunduran mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis yang mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara. Manifestasi lainnya pada sirosis hepatis, yaitu: 1. Mual-mual dan nafsu makan menurun 2. Cepat lelah 3. Kelemahan otot 4. Penurunan berat badan 5. Air kencing berwarna gelap 6. Kadang-kadang hati teraba keras 7. Ikterus, spider navi, erytema palmaris 8. Hematemesis, melena 2.2.4.2 Komplikasi 1. Edema dan ascites Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki dyang mengalami edema akan menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan

23

pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat. 2. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa pasien penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites. 3. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices) Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalangumpalan atau coffee grounds, yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring). 4. Hepatic encephalopathy Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada malam hari (berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat menimbulkan kematian).

24

5. Hepatorenal syndrome Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjalginjal berkurang. Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahanperubahan cara darah mengalir melalui ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu. 6. Hepatopulmonary syndrome Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paruparu berfungsi secara abnormal. Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga. 7. Hypersplenism Hypersplenism adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama). 8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma) Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat

meningkatkan risiko kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.

25

2.2.5 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Serosis Hepatis 2.2.5.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat. Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksik atau dengan obatobat anestesi umum dicatat dan dilaporkan. Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani. Di samping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan. Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma, transferin, serta kadar kreatinin.

2.2.5.2 Nursing Care Plan Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan

Diagnosa Keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan. Tujuan 1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP). : peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas. 1. Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien.

26

Intervensi Keperawatan

Rasional

Hasil yang diharapkan Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup. Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan. Memperlihatkan asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.

2. Berikan suplemen vitamin 2. Memberikan nutrien (A, B kompleks, C dan K) 3. Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat tambahan. 3. Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien. 4. Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap 4. Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri

Diagnosa keperawatan

: perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis.

Tujuan

: pemeliharaan suhu tubuh yang normal. 1. Memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi. Melaporkan suhu tubuh yang normal dan tidak terdapatnya gejala menggigil atau perspirasi. Memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.

1. Catat suhu tubuh secara teratur.

2. Motivasi asupan cairan

2. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

3. Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.

3. Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat kenyaman pasien.

4. Berikan antibiotik seperti

4. Meningkatkan

27

Intervensi Keperawatan yang diresepkan.

Rasional konsentrasi antibiotik serum yang tepat untuk mengatasi infeksi.

Hasil yang diharapkan

5. Hindari kontak dengan infeksi.

5. Meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolik.

6. Jaga agar pasien dapat beristirahat sementara suhu tubuhnya tinggi. Diagnosa keperawatan

6. Mengurangi laju metabolik.

: gangguan

integritas

kulit

yang

berhubungan

dengan

pembentukan edema. Tujuan : memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema. 1. Batasi natrium seperti yang diresepkan. 2. Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit. 1. Meminimalkan pembentukan edema. 2. Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma. 3. Balik dan ubah posisi pasien dengan sering. 3. Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema. 4. Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari. 5. Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus. 4. Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik. Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun. Tidak memperlihatkan luka pada kulit. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu di daerah tonjolan tulang. Mengubah posisi dengan sering.

28

Intervensi Keperawatan 6. Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.

Rasional 5. Meningkatkan mobilisasi edema. 6. Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.

Hasil yang diharapkan

Diagnosa keperawatan

: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang terganggu.

Tujuan

: Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit. Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa terlihat luka atau infeksi. Melaporkan tidak adanya pruritus. Memperlihatkan pengurangan gejala ikterus pada kulit dan sklera. Menggunakan emolien dan menghindari pemakaian sabun dalam menjaga higiene sehari-hari.

1. Observasi dan catat derajat 1. Memberikan dasar untuk ikterus pada kulit dan sklera. 2. Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan melakukan masase dengan losion pelembut (emolien). 3. Jaga agar kuku pasien selalu pendek. deteksi perubahan dan evaluasi intervensi. 2. Mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus. 3. Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan.

Diagnosa keperawatan

: Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

Tujuan 1. Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.

: Perbaikan status nutrisi. 1. Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal. Memperlihatkan asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah

2. Tawarkan makan makanan

29

Intervensi Keperawatan dengan porsi sedikit tapi sering. 3. Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya. 4. Pantang alkohol. 5. Pelihara higiene oral sebelum makan. 6. Pasang ice collar untuk mengatasi mual. 7. Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi. 8. Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi. 9. Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.

Rasional 2. Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia. 3. Meningkatkan selera makan dan rasa sehat. 4. Menghilangkan makanan dengan kalori kosong dan menghindari iritasi lambung oleh alkohol. 5. Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan. 6. Dapat mengurangi frekuensi mual. 7. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan. 8. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi pada abdomen.

Hasil yang diharapkan memadai. Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet. Bertambah berat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites. Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering. Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat. Menyisihkan alkohol dari dalam diet. Turut serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual. Menggunakna obat kelainan gastrointestinal seperti

9. Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang

yang diresepkan. Melaporkan fungsi

30

Intervensi Keperawatan serius.

Rasional

Hasil yang diharapkan gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur. Mengenali gejala yang dapat dilaporkan: melena, pendarahan yang nyata.

Diagnosa keperawatan

: Resiko

cedera

berhubungan

dengan

hipertensi

portal,

perubahan mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat. Tujuan : Pengurangan resiko cedera. 1. Memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal. 2. Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan syok. 3. Mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan. 4. Menunjukkan perubahan pada mekanisme pembekuan darah. 5. Memberikan dasar dan bukti adanya hipovolemia dan syok. 6. Meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan. 7. Memudahkan insersi kateter kontraumatik Tidak memperlihatkan adanya perdarahan yang nyata dari traktus gastrointestinal. Tidak memperlihatkan adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator lain yang menunjukkan hemoragi serta syok. Memperlihatkan hasil pemeriksaan yang negatif untuk perdarahan tersembunyi gastrointestinal. Bebas dari daerahdaerah yang mengalami ekimosis atau

1. Amati setiap feses yang dieksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan jumlahnya. 2. Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan. 3. Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi. 4. Amati manifestasi hemoragi: ekimosis, epitaksis, petekie dan perdarahan gusi. 5. Catat tanda-tanda vital dengan interval waktu tertentu.

31

Intervensi Keperawatan 6. Jaga agar pasien tenang dan membatasi aktivitasnya. 7. Bantu dokter dalam memasang kateter untuk tamponade balon esofagus. 8. Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan. 9. Ukur dan catat sifat, waktu serta jumlah muntahan. 10. Pertahankan pasien dalam keadaan puasa jika diperlukan. 11. Berikan vitamin K seperti yang diresepkan. 12. Dampingi pasien secara terus menerus selama episode perdarahan. 13. Tawarkan minuman dingin lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan). 14. Lakukan tindakan untuk mencegah trauma : a. Mempertahankan lingkungan yang aman. b. Mendorong pasien untuk membuang ingus

Rasional untuk mengatasi perdarahan dengan segera pada pasien yang cemas dan melawan. 8. Memungkinkan deteksi reaksi transfusi (resiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan lebih dari satu kali transfusi yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises esofagus)

Hasil yang diharapkan pembentukan hematom. Memperlihatkan tandatanda vital yang normal. Mempertahankan istirahat dalam keadaan tenang ketika terjadi perdarahan aktif. Mengenali rasional untuk melakukan transfusi darah dan tindakan guna mengatasi perdarahan.

9. Membantu mengevaluasi Melakukan tindakan taraf perdarahan dan untuk mencegah kehilangan darah. trauma (misalnya, 10. Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan resiko trauma lebih lanjut pada esofagus dan lambung. 11. Meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah. 12. Menenangkan pasien yang merasa cemas dan menggunakan sikat gigi yang lunak, membuang ingus secara perlahanlahan, menghindari terbentur serta terjatuh, menghindari mengejan pada saat defekasi). Tidak mengalami efek samping pemberian obat. Menggunakan semua obat seperti yang diresepkan. Mengenali rasional

32

Intervensi Keperawatan secara perlahan-lahan. c. Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi. d. Mendorong konsumsi makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi. e. Melakukan kompres dingin jika diperlukan. f. Mencatat lokasi tempat perdarahan. g. Menggunakan jarum kecil ketika melakukan penyuntikan. 15. Berikan obat dengan hatihati; pantau efek samping pemberian obat.

Rasional memungkinkan pemantauan serta deteksi terhadap kebutuhan pasien selanjutnya. 13. Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah esofagus dan lambung. 14. Meningkatkan keamanan pasien. a. Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh, terpotong, dll. b. Mengurangi resiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah. c. Mencegah trauma pada mukosa oral sementara higiene oral yang baik ditingkatkan. d. Meningkatkan proses penyembuhan. e. Mengurangi perdarahan ke dalam

Hasil yang diharapkan untuk melakukan tindakan penjagaan dengan menggunakan semua obat.

33

Intervensi Keperawatan

Rasional jaringan dengan meningkatkan vasokontriksi lokal. f. Memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan sebelumnya. g. Meminimalkan perambesan dan kehilangan darah akibat penyuntikan yang berkali-kali. 15. Mengurangi resiko efek samping yang terjadi sekunder karena ketidakmampuan hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara normal.

Hasil yang diharapkan

Diagnosa keperawatan

: Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites.

Tujuan

: Peningkatan rasa kenyamanan. 1. Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati. 2. Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan Mempertahankan tirah baring dan mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa. Menggunakan antipasmodik dan

1. Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen. 2. Berikan antipasmodik dan sedatif seperti yang

34

Intervensi Keperawatan diresepkan. 3. Kurangi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.

Rasional rasa nyaman pada abdomen. 3. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi. 4. Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.

Hasil yang diharapkan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan. Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen. Melaporkan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa. Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan untuk mengatasi asites. Merasakan pengurangan rasa nyeri. Memperlihatkan pengurangan rasa nyeri. Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.

Diagnosa keperawatan

: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

Tujuan

: Pemulihan kepada volume cairan yang normal. 1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema. Mengikuti diet rendah natrium dan pembatasan cairan

1. Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan. 2. Berikan diuretik,

35

Intervensi Keperawatan suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan. 3. Catat asupan dan haluaran cairan. 4. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari. 5. Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.

Rasional 2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang normal. 3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan. 4. Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan. 5. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.

Hasil yang diharapkan seperti yang diinstruksikan. Menggunakan diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek samping. Memperlihatkan peningkatan haluaran urine. Memperlihatkan pengecilan lingkar perut. Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.

Diagnosa keperawatan

: Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan peningkatan kadar amonia.

Tujuan

: Perbaikan status mental. 1. Mengurangi sumber amonia (makanan sumber protein). 2. Meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk Memperlihatkan perbaikan status mental. Memperlihatkan kadar amonia serum dalam batas-batas yang normal. Memiliki orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

1. Batasi protein makanan seperti yang diresepkan. 2. Berikan makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering. 3. Berikan perlindungan terhadap infeksi. 4. Pertahankan lingkungan agar tetap hangat dan bebas dari angin.

36

Intervensi Keperawatan 5. Pasang bantalan pada penghalang di samping tempat tidur. 6. Batasi pengunjung. 7. Lakukan pengawasan keperawatan yang cermat untuk memastikan keamanan pasien. 8. Hindari pemakaian preparat opiat dan barbiturat. 9. Bangunkan dengan interval.

Rasional menghasilkan tenaga. 3. Memperkecil resiko terjadinya peningkatan kebutuhan metabolik lebih lanjut. 4. Meminimalkan gejala menggigil karena akan meningkatkan kebutuhan metabolik. 5. Memberikan perlindungan kepada pasien jika terjadi koma hepatik dan serangan kejang. 6. Meminimalkan aktivitas pasien dan kebutuhan metaboliknya. 7. Melakukan pemantauan ketat terhadap gejala yang baru terjadi dan meminimalkan trauma pada pasien yang mengalami gejala konfusi. 8. Mencegah penyamaran gejala koma hepatik dan mencegah overdosis obat yang terjadi sekunder akibat penurunan kemampuan hati yang rusak untuk

Hasil yang diharapkan Melaporkan pola tidur yang normal. Menunjukkan perhatian terhadap kejadian dan aktivitas di lingkungannya. Memperlihatkan rentang perhatian yang normal. Mengikuti dan turut serta dalam percakapan secara tepat. Melaporkan kontinensia fekal dan urin. Tidak mengalami kejang.

37

Intervensi Keperawatan

Rasional memetabolisme preparat narkotik dan barbiturat. 9. Memberikan stimulasi kepada pasien dan kesempatan untuk mengamati tingkat kesadaran pasien.

Hasil yang diharapkan

Diagnosa keperawatan

: Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.

Tujuan

: Perbaikan status pernapasan. 1. Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal. 2. Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien. 3. Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru). 4. Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga toraks) Mengalami perbaikan status pernapasan. Melaporkan pengurangan gejala sesak napas. Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara pernapasan tambahan. Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.

1. Tinggalkan bagian kepala tempat tidur. 2. Hemat tenaga pasien. 3. Ubah posisi dengan interval. 4. Bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis. a. Berikan dukungan dan pertahankan posisi selama menjalani prosedur. b. Mencatat jumlah dan sifat cairan yang diaspirasi. c. Melakukan observasi terhadap bukti terjadinya batuk, peningkatan dispnu atau frekuensi denyut

merupakan tindakan yang Memperlihatkan gas

38

Intervensi Keperawatan nadi.

Rasional menakutkan bagi pasien.

Hasil yang diharapkan darah yang normal.

Bantu pasien agar bekerja Tidak mengalami sama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman. b. Menghasilkan catatan tentang cairan yang dikeluarkan dan indikasi keterbatasan pengembangan paru oleh cairan. c. Menunjukkan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh pneumotoraks atau hemotoraks (penumpukan udara atau darah dalam rongga pleura). gejala konfusi atau sianosis.

***

39

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan Hepatitis dan sirosis hepatis merupakan dua jenis penyakit yang sangat mengganggu bagi sistem pencernaan. Keduanya memiliki keterkaitan dimana faktor penyebab sirosis hepatis salah satunya yaitu hepatitis. Tindakan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien yang mengalami salah satu gangguan ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kesehatan pasien.

3.2 Saran Pendidikan kesehatan mengenai cara penularan beserta cara pencegahan dari hepatitis dan sirosis hepatis penting untuk mulai diberikan kepada masyarakat umum sehingga masyarakat bisa lebih berhati-hati dan memperhatikan lingkungan sekitar untuk mengantisipasi terjangkit penyakit tersebut.

***

40

DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta: EGC.
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC. Oktavia, Sri. 2010. Askep pada Pasien dengan Hepatitis dalam http://srioktavia.blogspot.com/ diakses tanggal 7 Juli 2011.
Reeves, Charlene/ Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Joko Setiyono. Edisi I. Jakarta, Salemba Medika.

***

You might also like