You are on page 1of 13

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari Modul 5 ini, diharapkan agar Mahasiswa dapat Mengerti, Memahami dan Mampu untuk Menjelaskan tentang Tahapan dalam Pelaksanaan Audit Manajemen dalam suatu Entitas Bisnis.

DAFTAR MATERI PEMBAHASAN

Pada Modul ini , Materi Pembahasan terdiri dari :

A. Perencanaan Audit B. Tahapan dalam Pelaksanaan Audit Manajemen :


1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) 2. Penelaahan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen 3. Pengujian yang Terinci 4. Pengungkapan dan Pengembangan Laporan 5. Tindak Lanjut (Follow Up)

SESI V

MANAGEMENT AUDIT CYCLE


( TAHAPAN DALAM PELAKSANAAN AUDIT MANAJEMEN )

PENDAHULUAN A. PERENCANAAN AUDIT


Dalam proses perencanaan audit, mengikuti tahap-tahapan sebagai berikut : 1. Tahap 1 : Menganalisis Penugasan Audit 2. Tahap 2 : Mengumpulkan Fakta-fakta 3. Tahap 3 : Melakukan Analisis Risiko 4. Tahap 4 : Mengidentifikasi Bukti-bukti Audit 5. Tahap 5 : Membuat Tujuan Audit secara Rinci 6. Tahap 6 : Membuat Program Audit 7. Tahap 7 : Menentukan Jadual dan Staf Audit

B. TAHAPAN DALAM AUDIT MANAJEMEN

Membicarakan Tahapan dalam Pelaksanaan Audit Manajemen, secara garis besar Menurut Leo
Herbert (1979) dapat dikelompokkan atas 5 tahapan sebagai berikut :

1. SURVEI PENDAHULUAN (PRELIMINARY SURVEY)


Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan audit yang lebih mendalam. Audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk memperoleh informasi latar belakang tentang objek audit. Dalam pelaksanaan audit ini, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Pemahaman auditor terhadp obyek audit Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan atau aktivitas yang dikelola oleh perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan. Setiap objek audit memiliki wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan sistem pendele-gasian wewenang yang diselenggarakan pada perusahaan tersebut. Misalnya, suatu devisi yang dikelola secara terdesentralisasi, manajer divisi memiliki wewenang dan tanggungjawab untuk menga-tur devisi tersebut seperti suatu perusahaan yang berdiri sendiri. Suatu devisi dapat berupa anak perusahaan, segmen bisnis atau cabang dari suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai program yang pelaksanaannya dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Setiap program/ aktivitas yang diselenggarakan pada setiap departemen/ divisi harus selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, auditor harus memahami tujuan perusa-haan dan berbagai program atau aktivitas yang diselenggarakan untuk mendapatkan pemahaman tentang keselarasan tujuan tersebut. Dalam pemahaman terhadap objek audit, auditor harus menda-patkan informasi tentang sumber daya (kapasitas aktivitas) yang dimiliki objek audit dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Di samping itu, metode operasi (cara pelaksanaan kegiatan) juga harus menjadi perhatian penting karena dari hubungan antara metode operasi dengan keterse-diaan sumber daya, auditor akan menda-patkan informasi awal apakah suatu kegiatan telah dilaksanakan dengan ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya. Auditor harus mengkomunikasikan dengan atasan pengelola objek atau pemberi tugas audit, tentang pemahamannya terhadap berbagai program/ aktivitas objek audit untuk menghindari terjadinya kesalah-pahaman. Komunikasi ini lebih efektif, jika

dilakukan secara tertulis dengan meminta tanggapan pemberi tugas audit tentang halhal berikut :

Informasi yang mendukung tujuan audit Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit Informasi yang mengarahkan pada tujuan audit

b. Penentuan Tujuan Audit Auditor harus menentukan tujuan audit untuk semua audit mana-jemen yang dilakukan dalam rangka menyajikan kerangka kerja audit. Tujuan audit harus mengacu pada alasan mengapa audit harus dila-kukan pada objek audit dan didasarkan pada penugasan audit. Biasanya, penugasan audit memberikan tujuan audit dalam lingkup yang lebih luas. Dalam hal ini, auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya untuk merumus-kan tujuan audit yang lebih rinci. Dalam merumuskan tujuan audit, auditor dapat melakukannya dengan cara sebagai berikut :

Mengidentifikasi tujuan yang ada, yang mungkin mempunyai arti penting bagi pemberi tugas Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa sebelumnya Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit

Apabila auditor memiliki wewenang yang lebih besar untuk menen-tukan tujuan audit, maka harus memperhatikan dengan cermat tentang arti penting dan risiko yang berkaitan dengan audit tersebut. Kedua hal ini dapat memberikan petunjuk/ indikasi tentang bidang-bidang yang harus diuji dalam audit. Dalam penentuan tujuan audit, auditor harus memperkirakan dan mengukur dengan cermat hal-hal berikut :

Apakah sasaran dapat atau memungkinkan untuk diaudit ? Apakah sumber daya cukup tersedia untuk melaksanakan tugas audit ? Apakah waktu pelaksanaan yang tersedia cukup untuk audit ?

Faktor-faktor ini, dapat memberikan gambaran kepada auditor tentang, apakah audit dapat dilaksanakan dan dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penentuan tujuan audit, harus memperhatikan berbagai risiko kega-galan yang mungkin terjadi, baik risiko tidak tercapainya tujuan objek audit maupun tujuan audit itu sendiri. Beberapa hal berikut ini mengan-dung risiko kegagalan tinggi terhadap keberhasilan pencapaian tujuan objek audit yang harus diperhatikan oleh auditor, antara lain :

Tujuan objek audit yang beraneka ragam dan tidak konsisten Tujuan objek audit yang kurang jelas Kegiatan objek audit yang rumit dan kompleks Pengendalian yang lemah Perubahan-perubahan yang tidak terencana dan perputaran karya-wan yang tinggi Perubahan lingkungan objek audit

Hal yang harus diperhatikan, bahwa tujuan audit yang ditentukan oleh auditor harus sesuai dengan yang diinginkan oleh pemberi tugas. Hasil dari berbagai analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan tujuan audit, harus dikomunikasikan kepada pemberi tugas audit untuk mendapatkan kesamaan sudut pandang dalam penentuan tujuan audit.

c. Penentuan Ruang lingkup dan Tujuan audit Ruang lingkup audit , menunjukkan luas (area) dari tujuan audit. Beberapa hal penting yang merupakan keinginan dari pemberi tugas harus diperhatikan dalam menentukan ruang lingkup audit. Di samping itu, penentuan ruang lingkup audit harus mengacu pada tujuan audit yang telah ditetapkan. Secara garis besar ruang lingkup audit manajemen terdiri atas :

1. Bidang Keuangan Ruang lingkup bidang ini, mencakup :

Pengendalian dan pertanggungjawaban dana dan kekayaan lain serta kewajiban keuangan perusahaan Pertanggungjawaban audit dari kegiatan yang dilakukan Penyelenggaraan catatan akuntansi Laporan Keuangan Pemanfaatan sistem akuntansi yang dimiliki perusahaan

2. Ketaatan terhadap Peraturan dan Kebijakan Perusahaan Ruang lingkup bidang ini, mencakup :

Kesesuaian pelaksanaan program dengan peraturan dan kebijakan perusahaan berkaitan dengan program tersebut kesesuaian penerimaan dan penggunaan dana dengan peraturan dan kebijakan perusahaan berkaitan dengan program tersebut.

3. Ekonomisasi Ruang lingkup bidang ini, menekan pada :

Bagaimana setiap aktivitas/ kegiatan dalam objek audit mengelola dana yang dimiliki objek audit dalam mem-peroleh hasil yang lebih optimal Bagaimana pencapaian alternatif pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dengan biaya yang rendah.

4. Efisiensi Pada ruang lingkup ini, Auditor menekan perhatian pada :

Optimalisasi pengunaan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Seharusnya proses berjalan, sehingga tercapai tujuan dengan pemanfaatan secara optimal sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

5. Efektivitas Pada ruang lingkup ini, Auditor menekan perhatian pada :

Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan Pemanfaatan hasil program yang dijalankan Pengaruh pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

d. Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek audit.

Penelaahan terhadap peraturan dan kebijakan, bertujuan untuk :

Memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan yang berhu-bungan dengan objek audit, terkait dengan berbagai program/ aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit. Auditor dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai program yang dilaksanakan dalam rangka men-capai tujuannya. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh objek audit merupakan adopsi peraturan yang ditetapkan oleh peme-rintah.

e. Pengembangan kriteria awal dalam audit.

Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu maupun kelompok dalam melaksanakan aktivitasnya di dalam perusahaan. Kegunaan dari kriterian ini, antara lain :

Untuk menilai pelaksanaan dan pengendalian berbagai aktivi-tas yang dilakukan di dalam perusahaan.

Auditor harus yakin bahwa kriteria yang digunakan sudah tepat dalam menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas ber-bagai program atau kegiatan di dalam sebuah perusahaan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan, karena dapat mem-pengaruhi kriteria yang akan digunakan dalam audit, antara lain :

Tujuan dari kegiatan yang di audit Pendekatan audit yang digunakan Aktivitas tujuan audit

Di samping itu, terdapat beberapa karakteristik kriteria yang baik, sebagai berikut :

Realitis Dapat dipercaya Bebas dari pengaruh kelemahan manusia Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi kebutuhan informasi pemberi tugas audit Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda Dapat dibandingkan Diterima oleh semua pihak

Lengkap Memperhatikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian berlangsung

Dalam rangka Pengembangan Kriteria ini, Auditor dapat menga-cu pada berbagai sumber antara lain :

Undang-undang (peraturan) yang masih berlaku Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam objek audit Norma (standar) yang sudah mendapatkan pengakuan (diterima) secara umum Kriteria yang digunakan pada objek audit sejenis Pengalaman auditor dalam tugas-tugas audit sebelumnya pada objek audit sejenis

2. PENELAAHAN DAN PENGUJIAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN MANA-

JEMEN (REVIEW AND TESTING OF MANAGEMENT CONTROL SYSTEM)

Dalam rangka mengoptimalisasi penggunaan sumber daya, memoti-vasi karyawan untuk melaksanakan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan, serta mencegah terjadinya berbagai penyimpangan dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka manajemen harus melaksanakan fungsi pengendalian (control). Sistem pengendalian manajemen (SPM) merupakan sistem yang digu-nakan untuk mengumpulkan, menganalisis infromasi, mengevaluasi dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan yang dilakukan oleh mana-jemen dalam melaksanakan pengendalian. Suatu sistem pengendalian manajemen harus dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksa-nakan strateginya dengan efektif dan efisien. Adapun karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) yang baik, mencakup hal-hal berikut :

a. Penyatuan Tujuan Perusahaan b. Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan

c. Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung jawab yang diembankan dan adanya pemisahan fungsi yang memadai d. Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada masing-masing unit organisasi. e. Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk mem-peroleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang sehat telah dilaksanakan dengan baik.

3. PENGUJIAN TERINCI (DETAILED EXAMINATION)

Audit ini bertujuan untuk memperoleh bukti-bukti yang cukup untuk mendukung tujuan audit yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan ber-dasarkan hasil review dan pengujian sistem pengendalian manajemen. Pada tahap ini, Auditor harus mampu mengungkap lebih lanjut dan menganalisis semua informasi yang berkaitan dengan tujuan audit, se-hingga akhirnya dapat disusun suatu kesimpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima oleh objek audit. Adapun Langkah-langkah audit pada tahap ini, meliputi :

1. Mengumpulkan tambahan informasi dan latar belakang objek audit yang diperlukan.

2. Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material dan kompeten.

3. Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan menge-lompokkannya ke dalam kelompok kriteria, penyebab dan akibat.

4. Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diper-oleh dan mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulkan dari ke-tidaksesuaian antara kondisi

dan kriteria yang cukup penting dan material. Kesimpulan ini, merupakan pemantapan temuan hasil au-dit.

Apabila Auditor menemukan adanya kelemahan atau kekurangan yang penting pada program/ aktivitas yang diaudit, maka Auditor harus segera menyusun rencana pengembangan semua aspek yang berhubungan den-gan masalah tersebut. Adapun beberapa langkah dalam pengembangan temuan dalam audit lanjutan, antara lain :

1. Mengenali batas-batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan program/ aktivitas yang diaudit.

2. Memahami secara seksama sebab-sebab terjadinya kelemahan pa-da program/ aktivitas yang diaudit.

3. Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kelemahan yang berdiri sendiri atau tersebar luas pada berbagai program/ aktivitas yang lain.

4. Menentukan akibat atau arti penting dari kelemahan tersebut.

5. Menentukan rekomendasi/ saran-saran yang diperlukan untuk per-baikan.

4. PENGUNGKAPAN DAN PENGEMBANGAN LAPORAN (DISCLOSURE AND REPORT

DEVELOPMENT)

Pada akhir dari proses Audit Manajemen adalah Pelaporan hasil audit. Terdapat 2 (dua) cara dalam Penyajian Laporan Audit Manaje-men, yakni :

a. Penyajian Laporan yang Mengikuti Arus Informasi.

Dengan cara ini, Auditor menyajikan hasil auditnya dalam laporan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui tahapan-tahapan audit yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Mengumpulkan informasi latar belakang pada tahap audit pen-dahuluan, 2. Menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit ob-jective) berdasarkan hasil review dan pengujian terhadap sistem pengendalian manajemen. 3. Mengumpulkan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang berkaitan dengan tujuan audit, pada tahap audit lanjutan 4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti (temuan) audit yang berhasil dikumpulkan 5. Merumuskan rekomendasi 6. Menyatakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan

b. Penyajian Laporan yang Menitikberatkan pada Kepentingan Peng-guna.

Cara penyajian ini, menitikberatkan pada kepentingan para peng-guna laporan hasil audit. Umumnya, para pengguna laporan lebih berkepentingan terhadap temuan auditnya dari pada bagaimana auditor melakukan audit. Dengan demikian, dibutuhkan penyajian la-poran yang dapat menjawab pertanyaan pengguna laporan dengan cepat, biasanya berupa kesimpulan atas audit yang dilakukan oleh auditor. Dalam penyajian ini, auditor mengikuti format sebagai berikut :

1. Informasi latar belakang 2. Kesimpulan audit disertai dengan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung kesimpulan audit 3. Rumusan rekomendasi

4. Ruang lingkup audit

5. TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)

Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan Auditor, merupakan komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan kiner-ja perusahaan atas beberapa kelemahan/ kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak memiliki kewenangan untuk memaksa dan menuntut pihak manajemen untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomen-dasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan diri sebagai supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut yang dila-kukan. Di samping itu, rekomendasi harus menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh perusahaan, apabila rekomendasi tersebut dilaksanakan serta kerugian yang mungkin terjadi, jika rekomendasi tidak dilaksa-nakan karena tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan oleh peru-sahaan.

You might also like