You are on page 1of 13

Gugatan dalam Peradilan Tata Usaha Negara

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyatakan bahwa PTUN adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Dalam Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 Tahun 2004, ketentuan ini diatur dalam Pasal 2 Jo Pasal 10 ayat (2). Gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara merupakan upaya hukum yang dapat dilakukan warganegara atau badan hukum perdata atas perbuatan yang dilakukan oleh Pemerintah, dan objek Gugatan yang dimaksud adalah terhadap sebuah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Adapun contohcontoh Keputusan Tata Usaha Negara itu sebagaimana hal-hal yang disebutkan dibawah ini :

Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai; Ijin Usaha Industri; Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB); Surat Kelahiran; Surat hak atas tanah, dan lain-lain sepanjang bersifat KTUN.

Prosedur Peradilan Tata Usaha Negara dimulai dengan gugatan yang diajukan penggugat, biasanya adalah orang yang dirugikan oleh suatu keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Gugatan dilakukan secara tertulis dan mereka yang tidak dapat menulis diberi bantuan agar gugatannya dapat dituangkan dalam bentuk tertulis. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang harus ditujukan kepada Peradilan Tata Usaha Negara, sesuai dengan wilayah dan atributnya, penggugat menuntut agar Keputusan Tata Usaha Negara yang merugikan pengugat dinyatakan batal atau ditiadakan. Gugatan itu disertai dengan tuntutan ganti rugi atau rehabilitas jika mengenai sengketa kepegawaian ( Pasal 53 ayat 1 ). Dalam mengajukan gugatan, Pasal 53 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan dasar pengajuan gugatan sebagai berikut :

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (formil dan materiil), dan; 2. Bertentangan dengan azas-azas umum pemerintahan yang baik (dalam penjelasan Undang-Undang mencakup azas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan, proposionalitas, dan akuntabilitas, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pengajuan gugatan dalam Hukum Acara TUN memiliki pembatasan waktu pengajuan gugatan seperti yang di atur dalam Pasal 55, dimana disebutkan bahwa diumumkannya Keputusan Badan/Pejabat TUN.Gugatan yang diajukan oleh Penggugat karena adanya keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap merugikannya. Tolak ukur subyek sengketa dapat kita lihat pada Pasal 1 Ayat ( 6 ) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yang berbunyi : Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Yang dimaksud wewenang dalam hal ini adalah wewenang untuk melaksanakan urusan pemerintahan. Perbuatan Tata Usaha Negara dapat digolongkan dalam : a. mengeluarkan keputusan ( beschikking ) ; b. Mengeluarkan peraturan ( regeling ) ; c. Melakukan perbuatan materiil ( materiele daad ). Tolak ukur objek sengketa PTUN terdapat dalam pasal 1 Ayat ( 3 ) : Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada

pengadilan yang berwenang, yang berisi tuntutan ganti rugi ( Pasal 53 Ayat 1 ). Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 Ayat ( 2 ) adalah : a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asasasas umum pemerintahan yang baik ( sesuai dengan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; Pasal 53 Ayat ( 2 ) sesuai dengan UU No. 9 Tahun 2004 ). Adapun Prosedur Pengajuan Gugatan dalam Peradilan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut : 1. Seseorang atau badan hukum perdata yang kepentingannya dirugikan secara langsung; 2. Gugatan diajukan tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sejak keputusan diterima; 3. Diajukan secara tertulis dan ditandatangani oleh penggugat/ kuasanya; 4. Gugatan memuat, antara lain : indentitas penggugat/ tergugat; alasan diajukannya gugatan (posita); tuntutan penggugat (petitum) harus berupa Keputusan Tata Usaha Negara yang dinyatakan batal atau tidak sah, badan atau pejabat Tata Usaha Negara mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara, serta dapat menuntut ganti rugi dan rehabilitasi; 5. Lampiran-lampiran dalam pengajuan gugatan berupa surat kuasa dan surat Keputusan Tata Usaha Negara; dan 6. Dalam hal keberatan/ menolak, maka dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, kasasi serta peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung. Hal yang juga perlu diperhatikan, adalah bahwa tidak semua Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) dapat digugat sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang PTUN, dan sengketa harus diajukan terlebih dahulu melalui upaya administratif yang tersedia kepada suatu badan atau pejabat yang diberi wewenang

untuk menyelesaikan sengketa. Karena pengadilan baru berwenang jika seluruh upaya administratif telah dilakukan. Upaya administratif disini adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan hukum perdata bila tidak puas terhadap keputusan Tata Usaha Negara. Dalam mengajukan gugatan, Pasal 53 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan dasar pengajuan gugatan sebagai berikut : 1. Bertentangan materiil), dan; 2. Bertentangan dengan azas-azas umum pemerintahan yang baik (dalam penjelasan Undang-Undang mencakup azas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan, proposionalitas, dan akuntabilitas, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Gugatan harus memuat : 1. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan penggugat atau kuasanya. Nama jabatan, dan tempat kedudukan tergugat. 2. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan (pasal 56). 3. Gugatan hanya dapat diajukan oleh orang atau badan yang berbentuk badan hukum, yang secara langsung terkena oleh Keputusan Tata Usaha Negara dan menderita kerugian. Gugatan harus ditujukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara di tempat/wilayah tergugat berkedudukan atau bertempat tinggal. 4. Dalam hal ini tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. 5. Gugatan dapat diajukan dan ditanda tangani oleh orang atau badan hukum lain, dan untuk itu perlu dilampirkan surat kuasa yang sah (Ps. 56 ayat 2). 6. Para penggugat dalam sidang dapat diwakili atau didampingi oleh seorang atau beberapa orang kuasa (Ps. 57). dengan peraturan perundang-undangan (formil dan

PRAKTEK HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1. DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara; UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

2. KEDUDUKAN DAN WEWENANG PTUN Salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman, sebagai peradilan tersendiri terpisah dari peradilan umum, agama, dan militer, yang berpuncak pada Mahkamah Agung RI sebagai peradilan negara tertinggi.- Berwenang mengadili sengketa tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan/pejabat tata usaha negara (TUN).

3. SIFAT KHUSUS HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA Hakim Aktif ( Dominus Litis ); Terdapat tenggang waktu dalam mengajukan gugatan ( 90 hari) sejak diterima atau diumumkan KTUN; Ada Proses Dismissal oleh Ketua Pengadilan TUN; Ada Pemeriksaan Persiapan; Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN; (Terkait Asas Persumtion Justae Causa) Asas Pembuktian Bebas dan terbatas ( Vrij Bewijs ); Tidak ada Gugatan Rekonvensi; Tidak ada Putusan Verstek; PT. TUN dapat menjadi pengadilan tingkat pertama; Putusan PTUN bersifat ERGA OMNES

Maksud dan Tujuan HUKUM ACARA ( PERATUN ) Hukum Acara memuat cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan bertindak.

4. PENGERTIAN SENGKETA TUN ( Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Thn. 1986 ) Sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara (TUN) antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat TUN, baik di pusat

maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan TUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. SUBYEK GUGATAN TUN PENGGUGAT; (Pasal 53 ayat (1) UU No. 9 Thn. 2004) Orang , Badan Hukum Perdata, yaitu setiap badan hukum yang bukan badan hukum publik, dapat berupa perusahaan-perusahaan swasta,

organisasi, yayasan maupun perkumpulan kemasyarakatan yang dapat diwakili oleh pengurusnya sesuai dengan ketentuan dalam AD/ART-nya; TERGUGAT ; (Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Thn. 1986) Badan / Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan TUN berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau Badan Hukum perdata.( Pasal 1 angka 6 UU No. 5 Thn. 1986 ). Pejabat di instansi-instansi resmi pemerintah yang berada di bawah presiden selaku kepala eksekutif. Pejabat di instansi-instansi dalam lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan eksekutif yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan melaksanakan suatu urusan pemerintahan. Pejabat badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah dengan maksud untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah. Pejabat instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahanPejabat lembaga-lembaga hukum swasta yang

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.

6. OBYEK GUGATAN TUN Obyek gugatan dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN (Beschikking) yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN.

7. SYARAT KEPUTUSAN TUN YANG DAPAT DIGUGAT ( Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Thn. 1986 ) Penetapan Tertulis (bukan lisan);

Tidak harus penetapan formal yang memuat konsideran dan diktum. Dapat pula berupa Nota Dinas, Surat Perintah, Memo dsb, asal dibuat secara tertulis dan memuat secara jelas dari siapa, kepada siapa dan mengenai hal apa. Berisi tindakan hukum TUN; Konkrit atau nyata; Individual (tertentu); Final, dapat dilaksanakan tanpa persetujuan lagi; Menimbulkan akibat hukum.

8. KEPUTUSAN TUN FIKTIF NEGATIF ( Pasal 3 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986) Sikap diam dari Badan / Pejabat TUN setelah menerima surat permohonan dari orang atau badan hukum perdata, dimana Badan / Pejabat TUN tidak mengeluarkan sama sekali suatu Keputusan TUN yang dimohonkan tersebut. Sikap diam dari Badan / Pejabat TUN tersebut dianggap telah mengeluarkan suatu Keputusan TUN yang berisi penolakan.

9. KEPUTUSAN TUN yang BUKAN OBYEK SENGKETA TUN ( Pasal 2 UU No. 9 Thn 2004 ) Perbuatan hukum perdata; Pengaturan yang bersifat umum; Masih memerlukan persetujuan; Keputusan berdasar KUHP/KUHAP; Keputusan hasil pemeriksaan badan peradilan; Keputusan tata usaha militer; Keputusan KPU/KPUD tentang hasil Pemilu ( Pasal 49 UU No. 5 Thn 1986 ) Dikeluarkan dalam perang, keadaan bahaya dan bencana alam Dikeluarkan dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum.

SYARAT GUGATAN SENGKETA TUN ( Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 ) Nama, WN, tempat tinggal dan pekerjaan Penggugat atau kuasanya; Nama Jabatan, tempat kedudukan Tergugat; Dasar gugatan ( POSITA ), dan hal yang diminta untuk diputus oleh PTUN (PETITUM ); Disertai Keputusan TUN yang digugat.

ALASAN GUGATAN TUN (Pasal 53 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2004) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (Onwetmatige); Bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) atau (Algemeene Beginselen van Behoorlijk Bestuur ), yaitu : 1. Asas Kepastian Hukum; 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; 3. Asas Kepentingan Umum; 4. Asas Keterbukaan; 5. Asas Proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; 7. Asas Akuntabilitas. KUASA HUKUM DALAM BERACARA DI PTUN ( Pasal 57 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 ) YANG DAPAT BERTINDAK SELAKU KUASA HUKUM : Kuasa PENGGUGAT; Advokat atau Kuasa Insidentil yang mendapat ijin dengan Penetapan Ketua PTUN ( misalnya : suami/istri, orang dalam hub. Kel. Semenda/sedarah, atau hub. Pekerjaan ). Kuasa TERGUGAT; Bawahan (Biro atau Bagian Hukum), Jaksa Pengacara Negara atau Advokat. UPAYA ADMINISTRATIF ( Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986 ) KEBERATAN ( Administratief Bezwaar ),kepada Badan / Pejabat TUN yang menerbitkan KTUN -> Digugat ke PTUN;

BANDING ADMINISTRATIF ( Administratief Beroep ),kepada atasan / Instansi lain yang lebih tinggi yang mengeluarkan KTUN -> Digugat di PT.TUN.

SUMBER WEWENANG BADAN / PEJABAT TATA USAHA NEGARA Wewenang Atribusi (Berdasar UU) Wewenang Delegasi (Berdasar Pelimpahan) Wewenang Mandat (Berdasar Pemberian Kuasa)

PUTUSAN AKHIR PTUN ( Pasal 97 ayat (7) UU No. 5 tahun 1986 ) Gugatan ditolak ; Gugatan dikabulkan ; Gugatan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijk Verklaard ) ; Gugatan Gugur.

ISI PUTUSAN GUGATAN DIKABULKAN Keputusan TUN Batal / Tidak Sah ; Memerintahkan Keputusan TUN agar dicabut ; Memerintahkan menerbitkan Keputusan TUN yang baru ; Ganti Rugi ; Rehabilitasi.

BADAN / PEJABAT TUN YANG TIDAK MELAKSANAKAN PUTUSAN PTUN (Pasal 116 UU No. 9 Thn. 2004 ) PENGENAAN UANG PAKSA ( Dwangsom) ;( Pasal 116 ayat 4 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004, besarnya ditentukan oleh pertimbangan Majelis Hakim berdasar Asas Kepatutan ) Sanksi administrasi; Diumumkan dimedia massa .

Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan Dalam PTUN terdapat tenggang waktu 90 hari sejak diterimanya atau setelah diumumkannya Keputusan Badan/Pejabat TUN yang digugat. Maslaah tenggang

waktu pengajuan gugatan tidak dibedakan antara yang berlaku bagi Penggugat sebagai alamat yang dituju dengan penggugat sebagai pihak ketiga yang berkepentingan . Artinya, apabila pihak ketiga yang berkepentingan hendak mengajukan gugatan sendiri ( bukan melakukan suatu intervensi ke dalam suatu proses yang sedang berjalan ) maka ketentuan-ketentuan mengenai tenggang untuk mengajukan gugatan yang berlaku bagi penggugat pada umumnya juga berlaku baginya. Dalam SEMA No. 2 tanggal 3 Juli 1991 tersebut diadakan penghalusan mengenai tenggang waktu ini khusus yang berlaku bagi pihak ke -3 ( bukan si alamat yang dituju ) sebagai berikut : Bagi mereka yang tidak dituju oleh suatu Keputusan TUN, yang merasa kepentingannya dirugikan maka tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dihitung secara kasuistis sejak saat ia merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan TUN yang bersangkutan. Penghitungan waktu 90 hari dapat dibedakan : 1. Untuk Keputusan TUN positif penghitungan 90 hari, dihitung sejak hari diterimanya atau diumumkannya, keputusan tersebut, dapat dilakukan dengan : a. Menyampaikan per kurir ; b. Memanggil yang bersangkutan untuk menghadap dan menerima Keputusan TUN di kantor Badan/Pejabat yang bersangkutan; c. Mengirimkan keputusan itu dengan perantara pos tercatat atau pos biasa; d. Mengumumkan Keputusan TUN itu sesuai dengan cara ditentukan dalam peraturan dasarnya atau melalui tempat pengumuman yang bersedia atau dengan perantaraan mass media setempat. 2. Untuk Keputusan TUN yang telah melewati upaya administrasi, 90 hari tersebut dihitung sejak diterimanya Keputusan TUN yang diputus dari instansi upaya administrasi yang bersangkutan. 3. Untuk keputusan fiktif bedanya terletak pada apakah dalam peraturan dasarnya ditentukan ada tidaknya tenggang waktu dalam batas mana Badan/Pejabat.

Suatu gugatan menurut Pasal 54 Undang-undang No. 5 Tahun 1986 harus diajukan ke pengadilan yang berwenang, yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat. Yang dimaksud dengan tempat kedudukan tergugat adalah tempat

kedudukan secara nyata atau tempat kedudukan hukum. Apabila Tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan yang diajukan pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau pejabat Tata Usaha Negara ( Ayat 2 ). Jika tempat Tergugat tidak berada dalam daerah hukum pengadilan tempat kediamanan Penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal penggugat dan untuk selanjutnya diteruskan pengadilan yang bersangkutan ( Ayat 3 ). Tanggal diterimanya gugatan oleh Panitera Pengadilan tersebut dianggap sebagai tanggal diajukannya gugatan ke pengadilan yang berwenang. Cara pengajuan gugatan tersebut di atas tidak mengurangi kompetensi relatif pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan gugatan tersebut. Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri, gugatan diajukan Pengadilan di tempat kedudukan Tergugat ( Ayat 6 ). Rasio diadakan tenggang waktu pengajuan gugatan adalah di samping menjaga kewibawaan para pejabat, juga agar kekuatan hukum Keputusan Tata Negara tidak terlalu lama dalam keadaan tidak pasti, yang kemudian dapat menyebabkan hilangnya kekuatan hukumnya. Biaya Perkara Pada Pasal 59 ayat ( 1 ), untuk mengajukan gugatan, penggugat membayar uang muka biaya perkara, yang besarnya ditaksir oleh Panitera Pengadilan. Uang muka biaya perkara adalah biaya yang dibayar lebih dahulu sebagai panjar oleh pihak Penggugat terhadap perkiraan biaya perkara yang diperlukan dalam proses berpekara seperti biaya kepaniteraan, biaya materai, biaya saksi, biaya ahli, biaya

alih bahasa, biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruang sidang dan biaya lain yang diperlukan bagi pemutusan sengketa atas perintah hakim. Menurut Pasal 60, penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan untuk bersengketa dengan cuma-cuma. Permohonan diajukan pada waktu Penggugat mengajukan gugatannya disertai surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau lurah di tempat kediaman pemohon. Dalam keterangan tersebut, harus dinyatakan bahwa pemohon betul-betul tidak mampu membayar biaya perkara. Permohonan untuk melakukan gugatan secara cuma-cuma harus diperiksa oleh Pengadilan sebelum pokok sengketa diperiksa.

Tugas Gugatan dalam PTUN

Disusun :
Praditha hasugian ( 110110080175 ) Nadhira amalia ( 110110080188 ) Nia Yuniawati ( 110110080177) Hara saul tobing ( 110110080198 ) Elisabet natasha.v. (110110080202)

You might also like