You are on page 1of 5

Bentuk-Bentuk Kejahatan

Kejahatan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu sebagai pelanggaran terhadap hukum pidana atau hukum lainnya yang ditetapkan oleh negara, dan secara sosiologis kejahatan dipandang sebagai setiap tindakan yang dianggap melukai secara sosial dan yang dipidana oleh negara apa pun bentuk pidananya. Para kriminolog menganggap pendefinisian kejahatan tidak hanya dalam pengertian hukum saja, tetapi lebih luas lagi yaitu sebagai setiap tindakan yang dapat dipidana oleh negara, terlepas apakah pinada kejahatan atau administrasi atau umum. Para kriminolog membedakan antara kejahatan hukum adat/kejahatan konvensional (Common law Crime), kejahatan kerah putih (white collar crime dan kejahatan remaja (adolescent crime). Cammen lan corine adalah kejahatan yagn dianggap oleh semua orang sbagai kejahatan misalnya pembunuhan, perkosaan, perampokan, dan penyerangan. Sedangkan Occupational crime/white collar crime adalah kejahatan umum oleh orang-orang dari kalangan bisnis, pekerja, politikus, dan lain-lain dalam hubungannya dengan okopasi (pekerjaan) mereka. Pelaku kejahatan yang berusia di bawah 18 tahun biasanya dianggap sebagai seorang juvenile delinquent, bukan penjahat. Pelanggaran yang mereka lakukan berkisar sekitar ketidakdisiplinan, lari dari Rumah dan membolos sekolah. Tipologi Pelaku Kejahatan Kejahatan kekerasan seperti pembunuhan, penyerangan yang mematikan dan perkosaan biasanya didahului dengan penyerangan atau ancaman penyerangan terhadap korban. Oleh hukum, kejahatan seperti itu dianggap sebagai kejahatan serius. Pola kejahatan kekerasan adalah serupa walaupun tidak sama. Pelaku dan korbannya umumnya orang muda dari kelas bawah dari daerah kumuh kota. Pembunuhan dan penyerangan adalah perilaku yang cenderung tidak direncanakan. Ini berkaitan dengan situasi emosi pelaku dan pengaruh alkoholisme atau kecanduan obat-obatan. Sebaliknya, perkosaan cenderung direncakan pelakunya. Perkosaan telah mengalami perubahan definisi sehingga saat ini dianggap sebagai kejahatan kekerasan. Tetapi masih membingungkan konsepsinya pada kasus-kasus date rape dan perkosaan oleh pasangan (spouse rape). Kekerasan juga terjadi dalam hubungan keluarga. Biasanya yang menjadi korban adalah istri, anak dan orang lanjut usia. Tidak ada teori yang diterima secara umum tentang kejahatan terhadap pribadi. Pendekatan sosiologi seperti teori subkebudayaan penyimpangan mungkin dapat menjelaskan pembunuhan, perkosaan, kekerasan dalam keluarga dan penyerangan. Kejahatan terhadap pribadi dapat dilihat sebagai hasil hubungan kekuasaan yang berbeda di antara pihak yang terlibat. Kekerasan digunakan untuk mengembalikan suatu hubungan kekuasaan sebelumnya. Adanya hubungan yang asimetris dan tidak sederajat, memungkinkan digunakannya kekerasan untuk menjaga dan menegakkan hubungan kekuasaan.

Pelaku kejahatan kekerasan dapat dijatuhi hukuman berat oleh sistem peradilan pidana. Kasus kejahatan kekerasan seperti pembunuhan banyak yang dilaporkan ke polisi, tetapi untuk perkosaan seringkali tidak dilaporkan oleh korbannya. Kejahatan Terhadap Ekonomi dan Keteraturan Politik Perilaku kejahatan adalah sangat beragam, dapat dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri. Beberapa kejahatan itu melibatkan unsur kekerasan dan yang lainnya tidak, seperti yang terjadi dalam kejahatan pencurian. Kejahatan dapat dilakukan oleh orang-orang dari berbagai status dan kelas sosial berkaitan dengan pekerjaannya ataupun dilakukan secara berkelompok, seperti halnya organisasi guna mencapai tujuan organisasi. Penjahat berbeda-beda menurut identifikasi mereka kepada kejahatan dan penjahat lain, tingkat keterlibatannya dengan kejahatan sebagai perilaku, dan peningkatan dalam mengambil alih teknik-teknik dan norma-norma kejahatan. Para pelaku kejahatan terhadap properti yang okupasional adalah pelaku kejahatan yang terkait dengan situasi tertentu. Mereka biasanya mendukung tujuan masyarakat yang umum dan mendapatkan sedikit dukungan bagi perilakunya dari norma-norma subkebudayaan. Kebanyakan mereka tidak meningkatkan karier kejahatannya dan reaksi masyarakat mencair bila pelaku tidak mempunyai catatan kejahatan sebelumnya. Pemerintah membuat peraturan dan hukum guna melindungi kepentingan dan keberadaannya. Perilaku kejahatan yang melanggar hukum ini dianggap sebagai perilaku kejahatan politik. Peraturan hukum yang khusus mengatur suatu masalah misalnya hukum tentang konspirasi, sebagaimana halnya hukum tradisional dibuat untuk mengawasi dan menghukum mereka yang mengancam negara. Para penjahat politik tidak mengidentifikasi dirinya sebagai penjahat dan justru menganggap pemerintah yang diprotesnya sebagai penjahat. Pemerintah dalam hal ini dapat melakukan tindakan ilegal melalui agen-agen mereka. Kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah lebih sedikit mendapatkan hukuman dibandingkan pelaku kejahatan terhadap pemerintah. Kejahatan Kerah Putih dan Kejahatan Terorganisir Perilaku kejahatan profesi adalah kejahatan yang terkait dengan pekerjaan tertentu. Pelakunya tidak menganggap dirinya sebagai penjahat dan dapat merasionalisasi tindakannya sebagai bagian dari pekerjaan normal mereka. Beberapa jenis profesi atau sebuah kelompok dalam profesi dapat mentolerir atau bahkan mendukung pelanggaran-pelanggaran. Karena dilakukan oleh orangorang terhormat dalam masyarakat, reaksi masyarakat biasanya tidak begitu besar, tetapi masyarakat biasanya sedikit toleran terhadap kejahatan jenis ini. Perilaku kejahatan konvensional disebut juga sebagai kejahatan jalanan. Pelaku memulai kariernya sejak usia dini dalam kehidupannya, seringkali dengan keterlibatannya dalam geng. Mereka biasanya terjepit di antara nilai-nilai masyarakat konvensional dan suatu subkebudayaan kejahatan. Sebagian di antara mereka melanjutkan kariernya dalam dunia kejahatan, sementara sebagian lainnya meninggalkan kejahatan setelah melewati masa kanak-kanaknya. Mereka mengalami akumulasi penangkapan dan hukuman bagi kejahatan-kejahatannya dan seringkali mengalami penderitaan akibat sanksi legal.

Penjahat terorganisasi atau sindikat kejahatan melakukan kejahatan sebagai jalan hidup. Pada tingkatan rendah dari sindikat kejahatan ini, para pelaku mengkonsepkan dirinya sebagai penjahat dan terisolasi dari masyarakat lainnya. Pada tingkat atas, anggota sindikat kejahatan berhubungan dengan anggota masyarakat lainnya, seperti politikus dan pengacara. Sindikat kejahatan ini menyediakan jasa pelayanan dan barang-barang ilegal yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat normal. Masyarakat umum bisa toleran terhadap bentuk kejahatan seperti ini, khususnya karena jasa pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat dan juga karena sulitnya mengatasi masalah sindikat kejahatan ini. Para penjahat profesional melakukan kejahatan sebagai cara hidup. Mereka mengkonsepsikan dirinya sebagai penjahat dan merasa bangga terhadap keahlian dan kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan. Mereka berhubungan dengan penjahat lain dan menikmati status di antara penjahat lainnya. Penjahat profesional atau tidak profesional dapat saja melakukan kejahatan yang sama, tapi penjahat profesional lebih piawai. Penjahat profesional mempunyai catatan kejahatan yang panjang, tidak hanya karena ia mahir melakukan kejahatannya dan bahkan dapat mengelabui polisi, tapi juga karena banyak yang kejahatannya dapat diproses dalam sistem peradilan.

Hacking dan Kejahatan di Dunia Maya (CyberCrime)


Pendahuluan
Penggunaan teknologi komputer internet dewasa ini dapat dinilai dari dua sudut pandang yang berbeda. Satu keuntungan dari suatu sistem komputer yaitu kemudahan menganalisis, kemudahan mengirimkan, dan berbagai pakai (sharing) informasi digital dengan banyak user. Namun, pada saat yang bersamaan, kemampuan ini juga menciptakan peluang-peluang baru untuk melakukan berbagai tindakan yang berlawanan dengan hukum yang berlaku. Berbagai piranti, baik yang berupa perangkat keras(hardware), maupun perangkat lunak (software) yang semakin canggih dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan di dunia maya. Banyak korban kejahatan digital yang banyak mengeluh karena begitu mudahnya kasus kejahatan digital dilakukan, tetapi seringkali kesulitan dalam melakukan investigasi para pelaku kejahatan tersebut. Pemerintah dan berbagai pakar teknologi informasi sudah seringkali mengingatkan pengguna internet untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak yang masih belum percaya dan belum banyak tahu bagaimana kejahatan tersebut dilakukan, sehingga kesadaran untuk menjaga informasi digital yang sifatnya pribadi dan rahasia masih kurang.

Definisi CyberCrime
Kejahatan Dunia Maya (CyberCrime) merupakan bentuk kejahatan yang dalam operasinya tidak dilakukan secara terbuka, tetapi secara tersembunyi dengan menggunakan berbagai piranti pendukung. Tavani (2000) memberikan definisi cybercrime sebagai kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber.

Cybercrime dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu cyberpiracy, cybertrespass, dan cybervandalism.Cyberpiracy berhubungan dengan penggunaan teknologi komputer untuk mencetak ulang software atau informasi, serta mendistribusikan informasi atau software tersebut melalui jaringan komputer.Cybertrespass berhubungan dengan penggunaan teknologi komputer untuk meningkatkan akses pada sistem komputer sebuah organisasi atau individu, maupun suatu web site yang diprotect dengan password. Cybervandalism berhubungan dengan penggunaan teknologi komputer untuk membuat program yang mengganggu proses transmisi informasi elektronik, bahkan yang bersifat menghancurkan data di komputer.

Hacking dan Cracking


Dalam kenyataannya, kejahatan komputer biasanya diasosasikan dengan hacker. Hacker juga menimbulkan arti yang negatif bagi sebagian orang. Himanen (2001) menyatakan bahwa hacker adalah seseorang yang senang melakukan programming dan percaya bahwa berbagi informasi adalah hal yang sangat berharga. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, karena tidak mungkin seorang hacker professional bekerja tanpa mengumpulkan celah informasi yang berguna untuk melakukan serangan. Kamus teknologi informasi sendiri mengartikan hacker sebagai orang yang piawai dalam mengatasi gangguan suatu jaringan komputer, sehingga dipandang sebagai hal yang positif. Kemudian muncul istilah baru yang disebut sebagai cracker. Cracker adalah musuh dari seorang hacker, dimana ia adalah pelaku yang merusak sistem keamanan komputer dan jaringannya. Cracker biasanya melakukan pencurian dan tindakan anarkis ketika mereka memperoleh hak akses secara ilegal. Parker (1998) percaya bahwa ciri hacker komputer biasanya menunjukkan sifat-sifat berikut terlampau lekas dewasa, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan keras hati. Sementara banyak orang yang beranggapan bahwa hacker adalah orang yang sangat pintar dan muda. Parker juga menyatakan bahwa kita harus berhati-hati membedakan antara hacker sebagai tindakan kriminal yang tidak profesional dengan hacker sebagai tindakan kriminal yang professional. Parker menunjukkan bahwa ciri tetap dari hacker (tidak seperti kejahatan profesional) adalah tidak dimotivasi oleh materi. Hacker dalam melakukan operasinya selalu menggunakan berbagai macam piranti (tools) yang banyak tersedia di internet. Piranti yang digunakan biasanya tidak hanya satu jenis, tetapi beberapa jenis yang digabungkan menjadi sebuah alat perusak. Piranti tersebut kemudian dijalankan untuk menyerang sistem komputer. Seorang hacker berpengalaman lebih suka membuat script atau program sendiri untuk melakukan hacking. Beberapa target penyerangan yang seringkali dimanfaatkan oleh seorang hacker meliputi database kartu kredit, database account bank, database informasi pelanggan, pembelian barang dengan kartu kredit palsu atau kartu kredit orang lain yang bukan merupakan hak kita (carding), serta pengacauan sistem informasi (misalnya defacing situs web). Sedangkan bentuk pencurian informasi yang digunakan dapat melalui Internet Relay Chat (IRC), Voice over IP (VoIP), ICQ, Forum Online, danEncryption.

Tahapan Aktivitas Hacking


Di dalam modul Certified Ethical Hacking dijelaskan secara rinci mengenai tahapan-tahapan aktivitas hacking dan kejahatan digital secara umum yaitu dimulai dari Reconnaissance, Scanning, Gaining Access, Maintaining Access, kemudian Covering Tracks. Reconnaissance merupakan tahap mengumpulkan data dimana hacker akan mengumpulkan semua data sebanyak-banyaknya mengenai profil target yang bersangkutan. Reconnaissance dibedakan menjadi dua bentuk yaitu Active dan Passive. Passive Reconnaissance merupakan Reconnaissance yang dilakukan tanpa berhubungan secara langsung dengan korban, misalnya pencarian informasi melalu media informasi atau search engine. Sedangkan Active Reconnaissance merupakanReconnaissance yang dilakukan secara aktif, dimana hacker melakukan aktivitas terhadap korban untuk mendapatkan akses ilegal, misalnya dengan mengirimkan paket injeksi atau fake login.

Scanning merupakan tanda dari dimulainya sebuah serangan hacker (pre-attack). Melalui scanning ini, hacker akan mencari berbagai kemungkinan yang dapat digunakan untuk mengambil alih komputer korban. Berbagai piranti biasanya digunakan oleh hacker untuk membantu proses pencarian informasi. Melalui informasi yang diperoleh, hacker dapat mencari jalan masuk untuk menguasai komputer korban. Gaining Access merupakan tahap penerobosan (penetration) setelah hacker berhasil mengetahui kelemahan yang ada pada komputer atau sistem korban melalui tahapan scanning. Pada tahap ini seorang hacker telah dapat menguasai hak akses korban, sehingga ia mampu melakukan aktivitas yang dikehendaki tanpa harus memperoleh hak akses secara legal. Maintaining Access merupakan tahap dimana seorang hacker yang telah berhasil masuk menguasai sistem korban, maka ia akan berusaha mempertahankan kekuasannya dengan berbagai cara seperti dengan menanamkan backdoor, rootkit, trojan, dll. Seorang hacker bahkan bisa memperbaiki beberapa kelemahan yang ada pada komputer korban agar hacker lain tidak bisa memanfaatkannya untuk mengambil alih komputer yang sama. Covering Tracks merupakan tahapan dimana seorang hacker berusaha menyembunyikan informasi atau history atas aktivitas yang pernah dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya hacker akan berusaha menutup jejaknya dengan menghapus log file serta menutup semua jejak yang mungkin ditinggalkan. Tidak mengherankan apabila seorang hacker membuat file atau direktori dalam komputer korban, mereka seringkali membuatnya dalam mode tersembunyi (hidden).

Kesimpulan
Semakin kompleksnya suatu sistem komputer dan sistem informasi menuntut para pengguna komputer untuk terus meningkatkan sistem keamanannya. Hal ini untuk menghindari berbagai macam kejahatan dunia maya, baik yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Di lain sisi, berbagai penyerangan di dunia maya sudah banyak dan beragam jenisnya, sehingga diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis serangan dan pencegahannya bagi para pengguna internet. Keamanan yang dimaksud tentu saja tidak hanya berasal dari infrastruktur sistem komputer yang dibangun, akan tetapi juga dari sisi pengguna. Kerahasiaan atas berbagai macam hak akses yang bersifat pribadi hendaknya harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Sikap ceroboh dan hati-hati dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan keanggotaan dan informasi profil pengguna juga perlu diperhatikan sebagai antisipasi atas pencurian informasi yang tidak disadari oleh korban.

Referensi

You might also like