You are on page 1of 12

A.

Topik Penelitian Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas ? (PTK Siswa Kelas III SDN Parungjaya 2)

B.

Latar Belakang Masalah Pelajaran berhitung adalah pelajaran yang banyak memerlukan keterampilan berpikir dan berkonsentrasi, sebab materi-materi berhitung yang sangat padat (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, geometri dan sebagainya) maka perlu adanya rumusan tujuan pelajaran berhitung yang terinci. Dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah dalam pelajaran berhitung. Kadang-kadang mereka sangat pintar dalam pelajaran hafalan, tetapi nilainya rendah pada pelajaran berhitung. Masalah ini memang paling banyak menimpa pada anak SD N Parung Jaya 2.. Sebagai anak didik bahkan berpendapat bahwa pelajaran berhitung adalah momoknya pelajaran. Karena itulah, diperlukan suatu metode belajar yang tepat sehingga dapat meningkatkan daya serap anak didik pada pelajaran berhitung.Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu metode yang tepat, dan sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah daya serap anak terhadap pelajaran berhitung dengan menggunakan metode diskusi. Dari hasil penelitian ini, nantinya dapat diketahui peningkatan prestasi dan nilai yang diperolah anak didik. Karena seperti diketahui, dengan menggunakan metode ini , anak didik dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada dasarnya, pendidikan berhitung pada siswa SD N Parung Jaya 2. mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung. 2. Menumpuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang dan masa mendatang. 3. Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu. 4. Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut.

Sehingga dengan diterapkan metode diskusi ini, diharapkan semua tujuan diatas dapat tercapai, sehingga prestasi siswa dalam pelajaran berhitung dapat tercapai. C. Perumusan dan Pembatasan Masalah Permasalahan mendasar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Bagaimana maningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas SD N Parung Jaya 2.Bertolak dari pemasalahan ini, maka dibutuhkan suatu metode yang tepat yang mampu meningkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung. Pada dasarnya masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III? D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.Untuk menigkatkan prestasi belajar siswa kelas III khususnya melalui penerapan metode diskusi. b.Untuk menigkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III. 2. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Guru Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta didik, karena peserta didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi Siswa E. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran berhitung. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang tinggi dikalangan peserta didik Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Kerangka Teoritis/ Landasan Teoritis 1. Pengertian Metode diskusi adalah cara menyimpan pelajaran dimana guru bersama-sama siswa saling mengadakan tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi. Menurut Winarno Surachmad dalam bukunya Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Persoalan

atau pertanyaan yang mempunyai kelayakan untuk didiskusikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : a. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya. b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya. c. Pada umumnya, tidak menanyakan manakah jawaban yang benar, tetapi lebih 2. Klasifikasi Dalam melaksanakan metode diskusi pimpinan diskusi dapat dipegang oleh guru atau meminta salah satu siswa / peserta didik. Sedangkan berdasarkan tehnik pelaksanaannya menurut Moh. Ali diklasifikasikan menjadi dua yaitu a. Debat Dalam hal ini terjadi dua kelompok yang mempertahankan pendapatan masing-masing yang bertentangan, sehingga pendengaran dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir. b. Diskusi Pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari segi pelaksanaannya diskusi dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu : 1. Diskusi kelas Diskusikan kelas adalah semacam brainstorming(pertukaran pendapat).Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius dan wajar. 2. Diskusi kelompok Dalam hal ini guru menyampaikan masalah, setelah kemudian dibagi menjadi beberapa sub masalah setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas masing-masing sub, yang selanjutnya hasilnya dilaporkan di depan kelas untuk ditanggapi. 3. Panel Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja (3 sampai 7 orang) sedangkan siswa yang lain bertindak sebagai pendengar mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan membandingkan.

(audiens). Ciri yang lain terdapat dalam panel ini dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar ahli memahami seluk beluk masalah yang didiskusikan, akan yang tidak tetapi bertujuan untuk memperoleh agar siswa kesimpulan 4. Konferensi Dalam konferensi ini anggota duduk saling menghadap, mendiskusikan sesuatu masalah, sehingga setiap peserta harus memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan. 5. Symposium Dalam pelaksanaannya dapat menempuh dua cara yaitu : a. Mengundang dua pembicara atau lebih, dan setiap pembicara diminta untuk menyajikan prasarana yang sama, namun dari sudut pandang yang berbeda-beda. b. Membagi masalah dalam beberapa aspek, setiap aspek dibahas oleh seorang pemrasaran, selanjutnya disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti prasaran-prasaran. Setelah selesai penyanggah umum memberikan sanggahan, barulah pemrasaran diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban atas sanggahan tersebut. 6. Seminar Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas. Ciri-ciri yang ada di dalamnya adalah : a. Pembahasan bertolak dari kertas kerja yang disusun oleh pemrasarana, yang berisi uraian teoritas sesuai dengan tujuan dan maksud yang terkandung dalam pokok seminar (tema). b. Pelaksanaannya sering kali diawali dengan pandangan umum atau pengarahan dari pihak tertentu yang berkepentingan. F. Kerangka Konseptial / Definisi Operasional A. Prinsip-prinsip Pengajaran Berhitung Dengan pedoman pada ketujuh prinsip itu pengajar bisa manyampaikan materi pelajaran berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian merangsang berpikiran

mendiskusikan lebih lanjut.

materi bisa baik, jelas dan benar, anakpun bisa memahami, mengerti dan mengerjakan tugas dengan baik dan benar pula. Dengan demikian anakpun bisa mengeterapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian nilai hasil evaluasi akan meningkat. B. Menggunakan Metode Yang Tepat Pendidikan harus tau bahwa tidak ada satupun metode yang paling baik, tanpa didukung oleh metode yang lain dalam proses belajar mengajar. Misalnya dalam kegiatan pendidikan akan menggunakan metode ceramah. Maka akan menjadikan akan duduk dengan catatan hafal (DDCH), sehingga membosankan bagi anak akibatnya akan enggan belajar. Didalam mengajarkan pelajaran penghitung hendaknya pendidik menggunakan beberapa metode atau multi metode yaitu penggabungan beberapa metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain metode eksperimen dan sebagainya. Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan dengan kebutuhan sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif. C. Hambatan-hambatan Pelajaran Berhitung Pelajaran hitung adalah pelajaran yang menurut sejumlah individu serta berbagai unsur pendidikan lainnya yang memiliki kemampuan berpikir, latar belakang pendidikan karakter dan temperamen yang berbeda. Sehingga suatu system hambatan-hambatan pelajaran berhitung pada dasarnya terdapat unsurunsur yang saling berinteraksi didalamnya. Untuk meniadakan hambatan-hambatan itu harus mengetahui kelemahan yang terdapat pada unsur-unsur tersebut : 1. Guru menguasai materi Dengan daya perubahan kurikulum yang baru, mau tidak mau guru harus bisa menyesuaikan diri. Akhirnya juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Dengan latar pendidikan yang mayoritas hanya SLTA, guru kurang begitu mampu menguasai materi yang begitu banyak. Sehingga guru yang menguasai materi pelajaran bahasa, mungkin kurang begitu menguasai materi pelajaran berhitung. Guru yang menguasai materi pelajaran berhitung kurang begitu menguasai pelajaran lainnya dan metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode problem solving,

sebagainya. Akibatnya dalam menyampaikan materi pada anak kurang jelas, akhirnya daya serap anak kurang baik sekali. 2. Potensi anak kurang terbina Menurut teori tabolarasa, anak diibaratkan kertas putih yang bersih, jadi tergantung apa yang kita goreskan, itulah nanti hasilnya. Disini orang tua, guru, lingkungan memegang peranan yang penting. Bagaimana kita mengembangkan potensi anak secara baik. 3. Pendidikan orang tua rendah Dengan latar belakang pendidikan orang tua yang mayoritas hanya tamatan SD akan berpengaruh besar pada anak. Orang tua adalah guru yang utama, sebab waktu yang terbanyak adalah dengan orang tua (di rumah). Misalnya, anak kurang paham dengan mata pelajaran, kemana dia akan bertanya, sedang orang tuanya tidak mengerti. Pendidikan orang tua yang rendah dalam pendidikan anak sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya lebih tinggi. 4. Lingkungan sosial kurang mendukung Pengaruh yang jelek dari lingkungan anak akan cepat berpengaruh pada diri anak dari pada pengaruh yang baik. Anak yang belum kuat pendiriannya akan mudah terbawa oleh lingkungan yang jelek. Karena anak-anak SD N Parung Jaya 2. bergaulnya masih didesa yang disitu banyak tamatan SD yang tidak melanjutkan sekolah, yang akhirnya mengganggu anak-anak yang masih sekolah. Anak yang tidak melanjutkan sekolah hanya bermain kesana-kesini, sebab selain masih kecil tenaganya pun belum mampu untuk bekerja seperti orang dewasa. Akibatnya hanya mengganggu di lingkungannya. D. Upaya Upaya Peningkatan Daya Serap TerhadapPelajaran Berhitung Menyadari akan kenyataan dan kelemahan-kelemahan tersebut diatas maka dituntut adanya upaya peningkatan gaya serap pelajaran berhitung. Upaya-upaya nyata untuk mengatasi hambatan-hambatan pelajaran berhitung antara lain : 1. Mengadakan penataran-penataran bagi guru untuk mata pelajaran berhitung. Dengan penataran pengetahuan guru akan bertambah dan penguasaan materipun bertambah pula.

2. Pertemuan di KKG secara rutin untuk memecahkan masalah-masalah yg dihadapi di lapangan. 3. Guru lebih sering membaca buku, Koran, majalah untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar. 4. Guru memahami perbedaan bakat dan minat anak 5. Guru rajin mengadakan evaluasi yang selanjutnya mengadakan perbaikan dan pengayaan. 6. Guru melakukan bimbingan dan penyuluhan pada anak. 7. Guru mau melakukan komunikasi dengan wali murid dan lingkungan sekolah mengenai pendidikan. Pada akhirnya, betapapun sempurnanya system dan mutu guru dalam mengajar yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan tetapi sebenarnya keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh guru, melainkan ditentukan oleh semua pihak. Sekolah adalah lembaga yang terintregasikan dalam masyarakat. G. Asumsi / Anggapan Dasar dan Hipotesis atau Premis dan Pertanyaan Penelitian (kuantatif) 1. Asumsi / Anggapan Dasar Dengan mendasarkan diri pada konsep diskusi yang terdiri dari berbagi macam bentuk diatas, maka agar pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang tenaga pengajar harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah : 1. Persiapan / perencanaan diskusi a. Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin. b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan jumlahnya disesuakan dengan sifat diskusi itu sendiri. c. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarutlarut. 2. Pelaksanaan diskusi a. Membuat struktur kelompok (ketua / pimpinan, sekretaris, anggota). b. Membagi-bagi tugas dalam diskusi c. Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi d. Mencatat ide-ide / sarana-sarana yang penting e. Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta f. Menciptakan situasi yang menyenangkan

3. Tindak lanjutan diskusi a. Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari diskusi b. Memberikan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang. 4. Tujuan metode diskusi a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuannya. c. Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain atau menghargai pendapat korang lain. d. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri. e. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajar sekolah. f. Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusa diskusi. 2. Hipotesis atau Premis Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : Apabila dalam proses belajar mengajar khususnya pelajaran berhitung diterapkan metode diskusi, maka daya serap anak terhadap pelajaran berhitung akan meningkat. 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi 1. Prinsip-prinsip metode diskusi a. Prinsip mengikutsertakan anak-anak dalam diskusi. Pembicaraan jangan sampai diborong oleh beberapa orang anak. Perhatikan anak yang selalu diam, kadang-kadang ia mempunyai pendapat yang baik. Dalam hal anak terus diam, guru hendaknya menyuruh anak itu mengemukakan pendapatnya. b. Diskusi yang baik tidak asal berbicara, ramai, diperlukan suatu ketertiban, baik dalam bergilir mengemukakan pendapat maupun memperhatikan orang yang sedang berbicara.

c. Pertanyaan atau persoalan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengalaman anak. d. Guru sebagai pemimpin yang memberi kepercayaan kepada anak untuk turut serta dalam diskusi guna mendorong dan merangsang anak untuk melakukan sumbangan pikiran. e. Menyetujui atau menentang pendapat orang lain, anak-anak supaya tetap berlaku sopan dan hormat, pendapat jangan hanya menang dan menyakiti atau mematahkan semangat orang. 3. Pertanyaan Penelitian 1. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi Secara umum langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode diskusi adalah : a. Menemukan masalah yang layak untuk didiskusikan. b. Menjelaskan masalah tersebut. c. Mengatur giliran pembicaraan. d. Memberi kesempatan kepada orang-orang yang akan berbicara secara bergiliran. e. Mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa kepada peserta diskusi. f. Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila terjadi penyimpangan pembicaraan. g. Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau kesimpulan. Dengan demikian peranan guru sebagai pemimpin diskusi adalah : a. Sebagai pengatur lalu pembicaraan. b. Sebagai dinding penangkis, artinya menerima pertanyaan dari anggota dan melemparkannya kembali kepada anggota yang lain. c. Sebagai petunjuk jalan (guide) yang memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang sedangkan didiskusikan, sehingga tidak menyimpang dari pokok pembicaraan. 2. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi a. Keuntungan-keuntungan metode diskusi 1. Mempertinggi partisipasi anggota secara individu 2. Mempertinggi partisipasi kelompok secara keselurahan

b. Kelemahan-kelemahan metode diskusi 1. Tidak mudah bagi pemimpin diskusi untuk meramaikan arah penyelesaian diskusi. 2. Tidak selalu mudah bagi anggota kelompok diskusi untuk mengatur cara berpikir secara rapi, apalagi secara ilmiah. H. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi : Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas SD N Parung Jaya 2 Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka..dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester genap tahun pelajaran genap. 1. Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahap yang paling sederhana menuju pada tahap yang paling kompleks, dari yang konkrit menuju yang lebih abstrak, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju lingkungan yang lebih luas. 2. Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunakan benda konkrit perlu diperlukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam hitungan. 3. Setiap langkah dalam pengajaran berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau tegangan pada diri anak. 4. Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatan sendirisendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi. 5. Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan ketrampilan. Karena latihan-latihan harus dilandasi dengan pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan melakukan prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya dihindari untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindari kelelahan. b. Waktu Penelitian

Bulan Januari Minggu ke I (3 siklus). 2. Obyek Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas III SD N Parung Jaya 2.dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester genap tahun pelajaran genap. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Partisipan b. Dokumen c. Wawancara terstruktur. 4. Jenis Data Analisis Data, yaitu hasil obsrvasi , dokumen, dan wawancara, praktek dan analisa untuk kemudian diambil kesimpulan. I. Jadwal / Langkah-langkag Penelitian a. Tahap Pra Lapangan Menyusun rancangan, mempersiapkan perijinan sekolah, membaca situasi lapangan, mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan. b. Memahami latar belakang sekolah yang akan dilakukan diskusi c. Tahap analsis data J. Konsep dasar analisis data Menemukan tema dan merumuskan hipotesis Menganalisis berdasarkan hipotesis.

Daftar Pustaka Triantoro M. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Blitar : STKIP PGRI Blitar Kasbolah, Kasihani 1999.Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jurnal pendidikan 1992. Beberapa Inovasi Pendidikan. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia Istifiadah, 1998. PelajaranBerhitung Media Pembinaan Pendidikan. Edisi April No 1.

Ukuran kertas 3343 Spasi 2 Kertas A4 Font 12 times new roman Format Daftar isi Bab I Pendahuluan Latar belakang masalah Rumusan dan tujuan penelitian Manfaat penelitian Bab II Kajian Pustaka Bab III Metode Penelitian Rancangan Penelitian Subyek Penelitian Pengumpulan data Analisis Data

You might also like