You are on page 1of 8

1.

Definisi Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggunaan papil syaraf optik dengan efek lapang pandangan mata (Sidarta Ilyas, 2004). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (Long Barbara, 1996). Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan dibelakang bola mata (Corwin, 2009) Glaukoma adalah peningkatan abnormal TIO (> 20 mmHg). Tekanan sangat tinggi, kadang-kadang mencapai 60-70 mmHg (Corwin,2009). Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan (Corwin, 2009)

2. Etiologi Penyebab terjadinya glaukoma (Sidarta Ilyas, 2004) a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary. b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil

Faktor-faktor resiko glaukoma (Bahtiar Latif,2009) a. Umur Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak. c. Tekanan bola mata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata. d. Obat-obatan Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya

3. Manifestasi klinis 1) Manifestasi klinis glaukoma akut a. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala . b. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadangkadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut. c. Tajam penglihatan sangat menurun.

d. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. e. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. f. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.

g. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. h. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. i. j. k. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan. Tekanan bola mata sangat tinggi. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

2) Manifestasi klinis glaukoma kronis a. Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. b. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. c. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.

4. Pato-flow (pohon masalah)

5. Pemeriksaan diagnostik a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO)

d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. e. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. f. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.

g. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK. h. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

6. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan slit lamp.

a. Glaukoma akut Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, gonioskopi, dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. b. Glaukoma kronik Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal, dan uji provokasi steroid, dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan.

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan Penatalaksanaan medis a. Terapi obat. Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam. b. Bedah lazer. Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO. c. Bedah konfensional. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.

Penatalaksanaan keperawatan a. Glaukoma akut Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa b. Glaukoma kronik Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

8. Komplikasi Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupan sudut akut adalah kedaruratan medis. Agens topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia.efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernafasan, atau neurologis.

9. Proses keperawatan PENGKAJIAN a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut) c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).

Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata. d. Nyeri / Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi,

steroid/toksisitas fenotiazin.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK. i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

DIAGNOSA Pre operasi Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori

Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah

Post operasi Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang system pendukung adekuat

RENCANA ASKEP Pre operasi Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil : pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang ekspresi wajah rileksTujuan : nyeri terkontrol / tulang

Intervensi : kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang atur sikap fowler atau dalam posisi nyaman. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan Berikan analgesik sesuai anjuran

Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil: Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.

Intervensi : Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan

Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah Pasien menggunakan sumber secara efektif

Intervensi : Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. Identifikasi sumber/orang yang menolong.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteria Hasil: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan

Intervensi : Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.

Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, jantung tak teratur dll. kelemahan,

Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. Tekankan pemeriksaan rutin. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan.

Post operasi Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang system pendukung adekuat Tujuan :Mampu untuk melakukan aktifitas perawatan di rumah dengan aman Intervensi : Berikan informasi tentang kondisi, tekankan bahwa glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup Ajarkan dan biarkan pasien memperhatikan pemberian sendiri tetes mata bila pembedahan tidak di lakukan. Jamin semua intruksi dan informasi tentang obat yang di resepkan tertulis tinjau ulang praktik-praktik umum untuk keamanan mata (contoh:

hindari penyemprotan insektisida, zat lain dan zat kimia)

10. DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi ed.3. EGC : Jakarta Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Balai Penerbit FKUI : Jakarta Mansjoer, A.dkk.2000. Kapita selekta kedokteran. Media aesculapius : Jakarta Latif, Bahtiar. 2009. Askep Glaukoma. Dalam http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askepglaukoma.html. diperoleh tanggal 3 November 2011.

You might also like