You are on page 1of 31

------------------------------KURATOR----------------------------Banyak orang tidak tahu apa itu Kurator.

Dalam ensiklopedia bebas, Kurator diartikan sebagai ketua akuisisi dan penjaga barang-barang koleksi sebuah museum, perpustakaan atau lembaga serupa. Namun arti itu berbeda jika diterjemahkan dalam perspektif hukum. Sebelum mengenal jauh tentang profesi ini, ada baiknya memahami arti pailit. Soalnya, tugas Kurator berkaitan erat dengan masalah kepailitan.Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) Ricardo Simanjuntak, menjelaskan pailit adalah status hukum dimana harta seorang Debitor diletakkan dalam sita umum akibat dari tidak membayar suatu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Debitor tersebut juga memiliki paling tidak satu Kreditor lain atau minimal dua Kreditor. Adapun tujuan harta itu diletakkan dalam sita umum agar tidak memberikan kesempatan kepada Kreditor untuk berebut harta tersebut. Nantinya, harta yang berada dalam status sita umum ini akan digunakan atau dijual untuk membayar kewajiban Debitor kepada para Kreditor sesuai dengan jabatan masing-masing. Dari sinilah muncul istilah Kurator.

Menurut UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU PKPU), Kurator adalah profesional yang diangkat oleh Pengadilan Niaga untuk melakukan pengurusan dan pemberesan. Maksud pengurusan di sini yaitu mencatat, menemukan, mempertahankan nilai, mengamankan, dan membereskan harta dengan cara dijual melalui lelang. Orang yang bertugas memastikan barang yang disita bisa diindentifikasi, dimanage, dipertahankan, bahkan dikembangkan nilainya untuk dijual dan dibagikan hasilnya kepada kreditor, kata Racardo. Meski ditunjuk oleh pengadilan, Kurator tetap diusulkan oleh pemohon pailit. Namun dalam bertugas, Kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon melainkan untuk kepentingan budel pailit. Intinya, Kurator tidak melulu lebih mendahulukan kepentingan Kreditor, tapi harus fair juga terhadap Debitor. Di sinilah muncul mekanisme renvoi.

Menghitung aset perusahaan pailit adalah salah satu tugas Kurator. Untuk itu, Kurator harus memahami betul cara membaca laporan keuangan perusahaan agar bisa mendapatkan informasi tentang harta yang menjadi kewenangannya tersebut. Tapi ingat, Kurator tidak sama dengan Auditor. Dalam bertugas, Kurator justru bisa membutuhkan Auditor. Di sini jasa independen Auditor sangat diperlukan jika Kurator tidak mampu membaca laporan keuangan perusahaan. Bahkan, Kurator bisa saja mengundang appraisal atau konsultan pajak bila memang dibutuhkan. Yang pasti, itu semua menambah biaya. Padahal, Kurator harus berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menambah beban ke budel pailit agar nilai harta untuk Kreditor tidak berkurang. Kurator memang melakukan tindakan audit, tapi itu hanya salah satu rangkaian dari tindakan lainnya, tambah Ricardo.

Secara kasat mata mungkin tugas Kurator terlihat mudah. Padahal, banyak hambatan yang ditemui di lapangan, antara lain terkait kepastian hukum terhadap profesi ini. Menurut Ricardo, belum ada jaminan hukum yang jelas untuk melindungi tugas Kurator. Bahkan, katanya, pengadilan seperti tidak peduli dengan putusannya yang telah memailitkan perusahaan. Ricardo yang juga berprofesi sebagai Kurator mencontohkan, saat seorang Debitor dinyatakan pailit maka hartanya harus berada dalam suatu sita umum dan orang tidak boleh mengambil

apa pun dari harta itu. Pada saat itu juga pengadilan menunjuk Kurator untuk mengamankan budel pailit tersebut. Sekecil apapun aset dalam budel pailit itu hilang, Kurator harus bertanggungjawab. Namun bukan itu yang jadi persoalan. Dikatakan Ricardo, meski telah diputus pailit oleh pengadilan, banyak Debitor yang tidak mengizinkan Kurator untuk mengurus aset dan harta perusahaannya. Ironisnya, tidak ada tindakan tegas dari pengadilan mengenai hal ini. Seakan-akan pengadilan membiarkan saja putusannya itu diabaikan orang, ketusnya.

Kemudian masalah time frame. Dalam hal ini, Ricardo mengkritisi kinerja Mahkamah Agung (MA) yang selalu telat dalam memutus perkara pailit. Ia menilai lembaga ini tidak memiliki kedisiplinan. Atas dasar itu, Ricardo menganggap tidak ada institusi hukum yang peduli dengan UU PKPU. Bila diperhatikan, putusan-putusan MA paling tidak ada disiplinnya soal time frame. Seakan-akan sesukanya, tambah pemilik kantor Law Firm Ricardo Simanjuntak & Partners ini.

Pendapat Ricardo setali tiga uang dengan Tommy S Siregar, Kurator yang tergabung dalam Ikatan Kurator dan Pengurus Indonesia (IKAPI). Menurutnya, ada beberapa masalah yang dihadapi Kurator dalam melaksanakan tugas. Dalam menghadapi Debitor nakal, misalnya. Dalam hal ini Debitor tidak mau bekerjasama dengan Kurator dalam rangka pengurusan dan pemberesan harta pailit. Bila hal demikian yang terjadi, jelas, Debitor telah melanggar Pasal 41 UU PKPU. Pasal 41 UU tersebut menyatakan, Kurator mempunyai hak untuk membatalkan seluruh tindakan-tindakan dari Debitor yang tidak seharusnya dilakukan, tapi tindakan itu merugikan Kreditor.

Masalah lainnya adalah pelaksanaan lelang harta pailit yang dihambat serta dilaporkannya Kurator kepada instansi kepolisian. Bahkan, tak jarang Kurator mendapat tekanan dari Kreditor yang hak-haknya tidak terpenuhi. Ini menunjukkan perlindungan terhadap kurator belum maksimal, ungkap Tommy.

Sekadar ingatan, pada tahun 2005, Tommy bersama kurator lainnya, Suwandi Halid pernah mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap 8 pasal dalam UU PKPU.Permohonan mereka di antaranya didasari oleh rasa keberatan dengan bunyi pasal 127 ayat 1 yang menyatakan, jika terdapat perselisihan maka hakim pengawas memerintahkan kepada kedua belah pihak yang berselisih untuk menyelesaikan masalahnya di tingkat pengadilan.

Kita keberatan dengan bunyi pasal itu karena jika perkara perselisihan dimasukkan ke pengadilan negeri bukan ke pengadilan niaga, maka bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun dan menimbulkan ketidakpastian hukum, kata Tommy. Namun permohonan mereka ditolak. Majelis hakim konstitusi menyatakan, pasal itu sudah memberikan kepastian hukum karena yang dimaksud oleh pasal tersebut sebenarnya adalah pengadilan niaga sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh pasal 1 angka 7 UU PKPU. Selebihnya, majelis menganggap dalil-dalil yang diajukan pemohon untuk pasal lain yang diujimateriilkan tidak cukup beralasan untuk menyatakan pasal-pasal itu bertentangan dengan UUD 1945.

Masih Diminati Meski terkadang harus berurusan dengan kepolisian atau mendapat tekanan dalam bertugas, profesi Kurator rupanya cukup diminati. Dalam catatan AKPI, saat ini ada lebih dari 350 Kurator di Tanah Air. Maklum, pendapatan Kurator tak kecil-kecil amat. Setidaknya, 2,5-5 persen dari budel pailit sudah pasti hinggap ke kantong Kurator. Itu sudah ada aturannya, kata Ricardo Simanjuntak.Namun, sambungnya, jumlah Kurator saat ini tak sebanding dengan kasus pailit yang ada. Di Indonesia, kasus pailit banyak terjadi pada 1999 atau tepatnya setelah krisis moneter. Saat itu terdapat 198 kasus pailit. Sedangkan pada 2000-an, terjadi penurunan jumlah kasus. Setiap tahunnya paling di bawah 100 kasus, terangnya. Jumlah itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan luar negeri. Seperti di Amerika, misalnya. Di negara bagian Amerika seperti Florida atau Los Angeles, per bulan bisa terjadi 600 sampai 700 kasus kepailitan. Lantas, apa saja syarat menjadi Kurator? Tommy S. Siregar menjelaskan, Pasal 2 Peraturan Menkumham No. M.01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus, merinci secara gamblang apa saja syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin berprofesi sebagai Kurator.

Syarat-syarat tersebut adalah; Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Sarjana Hukum atau Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, telah mengikuti pelatihan calon Kurator dan Pengurus yang diselenggarakan organisasi Profesi Kurator dan Pengurus bekerja sama dengan Kemenkumham.Syarat lainnya adalah tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga, dan membayar biaya pendaftaran.Di samping itu semua, seorang kurator harus memiliki keahlian khusus, profesional dan jujur dalam melaksanakan tugas.

Standar Profesi Kurator dan Pengurus Indonesia


100. PENDAHULUAN
01 Salah satu tonggak utama dari suatu profesi adalah pengakuan atas kewajibannya kepada kepentingan masyarakat atau publik. Sehubungan dengan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), pengertian kepentingan publik harus diterjemahkan sebagai upaya dari kurator atau pengurus untuk mengupayakan secara sungguh-sungguh terlindunginya secara maksimal kepentingan dari seluruh pihak yang terkait dengan kepailitan dan PKPU, termasuk kreditur, masyarakat Pemerintah atau Negara, debitur itu sendiri serta pihak lain, yang mengandalkan pada obyektifitas, kemandirian dan integritas dari kurator atau pengurus. Dengan dilandasi prinsip tersebut, kurator atau pengurus wajib untuk senantiasa menjunjung tinggi martabat dan integritas profesi dalam menjalankan profesinya. 02 AKPI memiliki komitmen untuk memastikan kualitas dan profesionalisme dari para Anggotanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam proses kepailitan atau PKPU. Dalam

rangka pelaksanaan komitmen tersebut, sesuai dengan Anggaran Dasar dan Kode Etik Profesi Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI), AKPI harus memjliki suatu standar profesi yang berlaku bagi seluruh kurator atau pengurus (Standar Profesi). Standar Profesi ini berlaku bagi seluruh Anggota, yaitu seluruh kurator atau pengurus, selain Balai Barta Peninggalan. 03 Dalam menjalankan profesinya, kurator atau pengurus harus senantiasa mengindahkan, mematuhi dan menjalankan Standar Profesi ini. Standar Profesi ini memuat ketentuanketentuan umum yang bertujuan untuk menjadi pedoman dalam menjamin kualitas dan profesionalisme pekerjaan kurator atau pengurus dan arahan atau pedoman bagi AKPI untuk mengawasi serta menilai hasil pekerjaan yang telah dilakukan kurator atau pengurus. Setiap pelanggaran kurator atau pengurus terhadap Standar Profesi ini akan ditindak berdasarkan ketentuan dalam Kode Etik. 04 Standar Profesi ini terbatas pada aspek profesionalitas dari profesi kurator atau pengurus, yang berdiri sendiri dan terpisah dari tanggung jawab kurator atau pengurus yang timbul berdasarkan UU Kepailitan atau peraturan perundangan lainnya. 110. Definisi

01 Apabila tidak dinyatakan lain, maka pengertian atas istilah-istilah atau definisidefinisi kata-kata yang disebut di bawah ini harus diartikan sebagai berikut, kecuali rangkaian kata-kata itu mensyaratkan lain atau telah diartikan dalam UU Kepailitan: AKPI adalah Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia, suatu perkumpulan yang didirikan dan tunduk pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku dalam wilayah hukum Republik Indonesia; Anggota adalah setiap dan seluruh kurator dan pengurus yang terdaftar sebagai anggota AKPI; Asisten adalah rekan, staff, associate atau profesional lainnya yang bekerja bersama atau pada persekutuan perdata kurator atau pengurus, yang membantu kurator atau pengurus tersebut dalam penugasan kepailitan atau PKPU; Kurator adalah perseorangan atau persekutuan perdata yang memiliki keahlian khusus sebagaimana diperlukan untuk mengurus dan membereskan harta pailit dan telah terdaftar pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sebagaimana dirnaksud dalam UU Kepailitan (Pasal-pasal 67 dan 67A) dan peraturan pelaksananya; Pengurus adalah perseorangan atau persekutuan perdata yang memiliki keahlian khusus sebagaimana diperlukan untuk rnengurus harta debitur dan telah terdaftar pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sesuai dengan UU Kepailitan (Pasal 217E) dan peraturan pelaksananya; Kertas Kerja adalah adalah kumpulan setiap dan seluruh dokumentasi yang diselenggarakan oleh kurator atau pengurus beserta kompilasi segala data atau informasi yang berhubungan penugasan dalam suatu kepailitan tertentu;

PKPU adalah penundaan kewajiban pembayaran utang sebagairnana dimaksud dalam UU Kepailitan; UU Kepailitan adalah Undang-undang kepailitan berdasarkan Staatsblaad No. 217/1905 jo. No. 348/1906 , sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan, yang telah disahkan menjadi undang-undang berdasarkan UU nomor 4 tahun 1999 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan, termasuk semua perubahannya yang dilakukan dari waktu ke waktu. Terafiliasi adalah (i) suami/istri, anak dan keluarga kurator atau pengurus hingga derajat ketiga; (ii) rekan dan profesional lainnya dalam persekutuan perdata kurator atau pengurus selain sebagai Asisten; atau (iii) badan hukum dimana kurator atau pengurus adalah (A) anggota direksi atau dewan komisaris atau pengurus harian; atau (B) pemegang lebih dari 50% saham dari modal disetor atau pengendali atau (C) anggota, anggota badan pendiri atau badan penyantun atau pengurus dari badan hukum tersebut; UU Pasar Modal adalah Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, termasuk seluruh perubahannya yang dilakukan dari waktu ke waktu. UU Perseroan Terbatas adalah Undang-undang nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, termasuk seluruh perubahannya yang dilakukan dari waktu ke waktu. 200. 210. STANDAR UMUM Obyektifitas, Independensi

Kurator dan pengurus harus independen, tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur dan bertindak obyektif. 01 Keberadaan dan kelangsungan profesi kurator atau pengurus bergantung sepenuhnya pada kepercayaan masyarakat pada obyektifitas dan independensi profesi kurator atau pengurus. Kepercayaan masyarakat atas kredibilitas profesi kurator atau pengurus akan menurun, atau bahkan hilang, jika terbukti atau secara wajar patut diduga bahwa kurator atau pengurus telah kehilangan obyektifitasnya serta independensinya. 02 Untuk memelihara obyektifitas dan independennya, dalam bertindak kurator atau pengurus harus bebas dari pengaruh siapapun dan apapun serta tidak memiliki benturan kepentingan dengan pihak manapun yang terlibat dalam kepailitan atau penundaan pembayaran. 03 Kurator atau pengurus dilarang untuk menggunakan atau memanfaatkan penugasannya untuk kepentingan ekonomis atau keuntungan lainnya bagi pribadinya (atau imbalan jasanya sebagai kurator dan pengurus) atau pihak Terafiliasi. 211. Benturan Kepentingan

Kurator atau pengurus hanya dapat menjalankan tugasnya jika pada setiap waktu ia tidak memiliki benturan kepentingan dalam penugasan tersebut.

01 Untuk keperluan pemeriksaan kemungkinan benturan kepentingan, kurator dan pengurus wajib membuat dan memelihara daftar nama klien dan jenis pekerjaan yang pernah dilakukan dalam pekerjaannya baik di dalam maupun di luar kepailitan atau PKPU. 02 Sebelum menerima penugasan, kurator atau pengurus wajib, baik jika diminta maupun tidak diminta oleh pihak manapun, memeriksa dan memastikan bahwa ia tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur maupun kreditur yang saat itu diketahui berdasarkan daftar kreditur yang tercantum dalam permohonan pailit maupun dokumen lain yang diajukan bersama permohonan tersebut. Jika diminta, kurator dan pengurus membuat pernyataan penerimaan penugasan yang menyatakan dan menegaskan bahwa ia tidak memiliki benturan kepentingan. 03 Jika sewaktu melaksanakan penugasan kurator atau pengurus mengetahui bahwa ia ternyata memiliki benturan kepentingan dengan satu atau lebih kreditur, Hakim Pengawas atau dengan anggota Majelis Hakim untuk penugasan tersebut, maka ia wajib: 1. memberitahukan secara tertulis adanya benturan tersebut kepada Hakim Pengawas, debitur, rapat kreditur dan komite kreditur, jika ada, dengan tembusan pada Dewan Kehormatan AKPI, serta wajib segera memanggil rapat kreditur untuk diselenggarakan secepatnya khusus untuk memutuskan masalah bentuan tersebut; atau 2. segera mengundurkan diri. 04 Jika kurator atau pengurus memberitahukan adanya benturan kepentingan tersebut pada debitur atau rapat kreditur atau panitia kreditur (jika ada), maka debitur atau rapat kreditur memutuskan untuk menerima atau menolak benturan kepentingan. Jika rapat kreditur menerima, maka kurator dan pengurus dapat tetap menjalankan tugasnya. Jika rapat kreditur menolak, maka rapat kreditur tersebut juga harus memutuskan untuk memberhentikan kurator atau pengurus yang bersangkutan. dan segera menggantinya dengan menunjuk kurator atau pengurus baru. Jika debitur menolak, maka debitur dapat meminta Pengadilan untuk mengganti kurator dan menunjuk kurator atau pengurus baru. 05 Jika kurator atau pengurus mengundurkan diri, maka kurator atau pengurus wajib segera memanggil rapat kreditur untuk menunjuk kurator atau pengurus baru. 06 Penggantian kurator atau pengurus karena adanya benturan kepentingan ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuanUU Kepailitan dan Standar ini. 220. Kecermatan dan Keseksamaan Pekerjaan Dalam menjalankan tugasnya, kurator dan pengurus wajib mempergunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama. 221. Kecermatan dan Keseksamaan

01 Sebagai seorang profesional, kurator dan pengurus memikul tanggung jawab untuk mempertahankan tingkat kepercayaan publik terhadap kualitas jasa profesi yang diberikan oleh profesi kurator dan pengurus. Untuk itu kurator dan pengurus wajib mengartikulasikan keahlian profesionalnya secara cermat dan seksama dengan memperhatikan sepenuhnya UU Kepailitan dan peraturan pelaksananya serta Standar Profesi ini.

02 Yang dimaksud dengan kecermatan dan keseksamaan menyangkut segala sesuatu yang dikerjakan oleh kurator dan pengurus dalam melaksanakan penugasan di lapangan maupun dalam memberikan laporan mengenai hasil penugasannya tersebut. Kurator dan pengurus harus secara kritis mencermati bahwa setiap langkah yang diambil dalam rangka pelaksanaan penugasannya memiliki dasar yang kuat sesuai dengan UU Kepailitan dan peraturan pelaksananya serta telah menempuh prasedur Standar Poafesi ini, begitu juga dalam hal penyajian laporannya. 222. Asisten

01 Kurator atau pengurus dapat menugaskan, menunjuk atau melibatkan Asistennya untuk membantu melaksanakan tugas atau pekerjaannya, dengan ketentuan bahwa kurator atau pengurus tersebut harus memastikan bahwa Asistennya tersebut memiliki pengetahuan teknis yang wajar dan memadai dan mampu melaksanakan tugas yang diberikan padanya. Kurator atau pengurus tersebut wajib mengawasi pekerjaan dan hasil pekerjaan Asistennya tersebut untuk memastikan bahwa kualitas pekerjaan wajar dan sesuai. Kurator atau pengurus bertanggung jawab penuh atas seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh Asisten tersebut, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkup penugasan yang diberikan pada mereka. Oleh karena itu, kurator atau pengurus bertanggung jawab pula atas seluruh dan setiap kesalahan yang mereka lakukan sebagaimana kesalahan tersebut adalah kesalahan kurator atau pengurus sendiri. 230. Kerahasiaan, Transparansi

Kurator bertindak secara transparan di hadapan para pihak yang terlibat dalam penugasannya. 01 Pada dasarnya Kurator wajib bertindak secara transparan di hadapan para pihak yang terlibat dalam penugasannya. Kurator juga wajib memberikan informasi material secara seimbang kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses kepailitan. 02 Terlepas dari kewajiban transparansi tersebut, pada beberapa masalah tertentu yang tidak tisebut secara eksplisit oleh Undang-undang maka Kurator tetap wajib mempertahankan kerahasiaan hal-hal yang berkaitan dengan penugasannya. Kecuali untuk alasan tersebut di bawah ini, tanpa persetujuan terlebih dahulu dari debitur. Kurator atau pengurus tidak diperbolehkan untuk menunjukkan dan/atau menyampaikan kepada pihak ketiga manapun setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperolehnyadalam rangka pelaksanaan tugasnya sebagai kurator atau pengurus. Kewajiban menjaga kerahasiaan ini dapat dikecualikan dalam hal informasi tersebut: 1. merupakan atau telah menjadi informasi yang tersedia bagi publik yang bukan merupakan akibat dari pelanggaran atas ketentuan kerahasiaan ini; 2. diterima dari pihak ketiga yang tidak terikat kewajiban kerahasiaan atas informasi tersebut; 3. berdasarkan hukum atau untuk keputusan pengadilan dan/atau badan arbitrase yang berwenang, mengharuskan kurator atau pengurus untuk memberikan informasi tersebut; atau 4. dokumen dan informasi yang wajib cliberikan kurator dan pengurus, dokumen dan informasi mana berdasarkan UU Kepailitan dinyatakan terbuka untuk umum.

03 Kurator atau pengurus dilarang menggunakan informasi tersebut untuk keperluan apapun, kecuali untuk menjalankan tugasnya dalam kerangka suatu perkara kepailitan atau PKPU sebagai kurator dan pengurus. Jika memerlukan informasi tersebut untuk penugasannya yang lain, maka kurator atau pengurus hanya dapat menggunakannya dengan persetujuan terlebih dahulu dari Hakim Pengawas dari perkara terdahulu. 240. Syarat Keahlian dan Pendidikan Berkelanjutan

Pengurus dan pemberesan harta pailit serta pengurusan harta debitur harus dilaksanakan oleh kurator dan pengurus yang memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk itu. 241. Pendidikan dan Sertifikasi

01 Sebagai suatu lernbaga yang rnengatur atau profesi itu sendiri (Self Regulating Organization) AKPI harus rnernastikan bahwa anggotanya, kurator dan pengurus, dapat rnelaksanakan tugasnya dengan berkualitas dan profesiona1. Hal ini sangat rnenentukan tingkat kepercayaan publik pada profesi kurator dan pengurus. Untuk itu, AKPI rnenentukan syarat-syarat keahlian yang harus dirniliki kurator dan pengurus. Derni rnernastikan pernenuhan syarat keahlian, AKPI rnencanangkan kurikulum pendidikan untuk keahlian khusus tersebut yang harus dijalani oleh kurator dan pengurus serta rnengadakan sertifikasi pemenuhan keahlian tersebut. 02 Pendidikan keahlian khusus bagi kurator danpengurus terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar dan ujian sertifikasi kelulusannya menandakan kecukupan keahlian khusus yang rnendasar untuk memulai profesi sebagai kurator dan pengurus. 03 Sesuai dengan perkernbangan dunia usaha pada urnurnnya, dan UU Kepailitan dan pelaksanaannya pada khususnya, serta sesuai dengan kebutuhan anggotanya, AKPI rnenentukan kurikulum pendidikan lanjutan dari waktu ke waktu beserta mekanisme pernenuhannya. Kurator dan pengurus wajib mengikuti pendidikan lanjutan tersebut yang diadakan oleh AKPI atau pihak lain yang diakreditasi oleh AKPI. 242. Kualifikasi, Kompetensi

01 Kurator dan pengurus wajib menilai secara jujur kemampuan dan kapasitas/kualifikasi dirinya sendiri. Seiring dengan perkembangan dunia usaha, terdapat bidang usaha atau jenis pekerjaan yang cukup kompleks dan sangat spesifik bidangnya. Kurator dan pengurus wajib secara jujur menentukan apakah ia memiliki kemampuan dan kualifikasi atau kompetensi dalam bidang atau pekerjaan tersebut. Jika kurator dan pengurus menilai dirinya kurang atau tidak memiliki kemampuan atau kualifikasi atau kompetensi, maka ia wajib meminta dan mendapatkan bantuan dari pihak lain yang memiliki kualifikasi atau kompetensi dalam bidang tersebut. 250. Penegakkan Standar Profesi

01 Setiap pelanggaran Standar Profesi ini akan diperiksa dan diputus oleh Dewan Kehormatan Profesi sesuai dengan ketentuan dan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Kode Etik dan Standar Profesi AKPI.

300. 310.

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN KEPAILITAN Tugas Kurator

Tugas utama kurator adalah melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. 01 Berdasarkan UU Kepailitan, tugas kurator adalah melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, tugas mana diuraikan lebih rinci dalam bagian-bagian lain dalam UU Kepailitan. Kurator wajib memastikan bahwa semua tindakannya adalah untuk kepentingan yang terbaik bagi harta pailit. 311. Tugas Kurator Sementara

Untuk melindungi kepentingan kreditur selama pernyataan pailit belum ditetapkan, seorang kurator dapat diangkat sebagai kurator sementara 01 Untuk mencegah kemungkinan bagi debitur melakukan tindakan terhadap kekayaan debitur sehingga dapat merugikan kepentingan kreditur dalam rangka pelunasan utangnya, seorang kurator dapat ditunjuk sebagai kurator sementara untuk mengawasi pengelolaan usaha debitur dan mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan dilakukan oleh kurator. Dalam penugasannya sebagai kurator sementara, kurator harus memperhatikan bahwa penugasan ini adalah penugasan sementara yang memiliki ruang lingkup berbeda dengan penugasan sebagai kurator penuh. 02 Dalam melaksanakan tugasnya, kurator sementara segera berhubungan dengan debitur atau pengurusnya untuk meminta data atau informasi yang diperlukan, antara lain: 1. Informasi umum sehubungan dengan tempat, jenis dan skala kegiatan usaha debitur; 2. Informasi umum keadaan keuangan debitur; 3. Informasi tentang harta debitur, yang setidaknya mencakup identifikasi seluruh rekening bank dan harta kekayaan penting atau material lain yang dimiliki atau dikuasai oleh debitur; 4. Informasi tentang kewajiban atau utang debitur, yang setidaknya mencakup identitifikasi kreditur yang diketahui dan tagihan-tagihan mereka, dasar tagihan mereka serta jadwal atau rencana pembayarannya; dan 5. Informasi lain yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai kurator sementara. 03 Jika perlu, untuk mempermudah penugasannya kurator sementara dapat bekerja dari atau menempatkan asistennya di kantor atau lokasi usaha debitur. 04 Jika debitur menolak memberikan informasi tersebut di atas, atau melakukan tindakan yang dapat merugikan hak-hak kreditur, maka kurator sementara memohon Pengadilan untuk memerintahkan debitur untuk memberikan informasi atau menghentikan tindakannya. 05 Jika Pengadilan menolak permohonan pailit, tugas kurator sementara berakhir dan ia mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada debitur. Jika Pengadilan menyatakan debitur pailit dan menunjuk kurator sementara sebagai kurator tetap, maka ia

meneruskan sesuai dengan UU Kepailitan dan Standar Profesi ini. Jika kurator sementara digantikan oleh kurator lain, maka penggantian tersebut dilakukan berdasarkan Standar 330. 320. Penunjukan Kurator

Debitur dan kreditur dapat mengusulkan kepada Pengadilan untuk menunjuk kurator tertentu yang independen dan tidak memiliki benturan kepentingan. 01 Sebelum menerima penunjukan, kurator yang diusulkan wajib secara Jujur mempertimbangkan dan memastikan bahwa ia: (i) memiliki keahlian yang diperlukan; (ii) memiliki sumber daya dan kapasitas yang cukup untuk melaksanakan penunjukan tersebut secara efektif, efisien dan profesional. Jika kurator atau pengurus merasa tidak dapat memenuhi satu atau lebih faktor di atas, maka kurator tersebut wajib menolak usulan tersebut. 02 Jika diusulkan oleh debitur atau kreditur, maka sebelum menerima usulan tersebut, kurator wajib memeriksa kemungkinan adanya benturan kepentingan. Jika memiliki benturan kepentingan, maka kurator wajib menolak usulan tersebut. Jika kurator tidak diusulkan sebelumnya, namun langsung ditunjuk dalam pernyataan pailit maka kurator tersebut wajib segera memeriksa benturan sebelum menerima penunjukan tersebut. Jika kurator tersebut memiliki benturan kepentingan, maka ia wajib mengundurkan diri dari penunjukan tersebut. Kurator membuat pernyataan penerimaan penugasan yang menyatakan dan menegaskan bahwa ia tidak memiliki benturan kepentingan dan memasukkannya dalam Kertas Kerja, atau menyerahkannya kepada Majelis Hakim, jika diminta. 330. Pengunduran Diri, Penggantian Kurator

Penunjukan sebagai kurator tidak selalu selesai setelah penyelesaian penugasan; kurator dapat mengundurkan diri atau digantikan kurator lain. 01 Pengadilan dapat, setelah mendengar kurator, mengganti kurator tersebut dan menangkat kurator pengganti atau kurator tambahan atas permintaan atau usulan: (i) kurator sendiri, (ii) kurator lainnya, jika ada; (iii) Hakim Pengawas; atau (iv) debitur pailit. Selain itu, Pengadilan wajib mengganti kurator, atas permohonan kreditur melalui keputusan rapat kreditur. 02 Jika akan mengundurkan diri, kurator menyatakan pengunduran diri secara tertulis kepada Pengadilan, dengan tembusan kepada Hakim Pengawas, panitia kreditur, debitur atau kurator lainnya, jika ada. 03 Dalam bagian ini, kurator terdahulu adalah kurator yang belum menyelesaikan proses penugasannya sebagai kurator, namun penugasannya sebagai kurator diganti dengan alasan apapun. Sementara kurator pengganti adalah kurator yang menggantikan kurator terdahulu dalam suatu penugasan. 04 Kurator terdahulu wajib: 1. menyerahkan seluruh berkas-berkas dan dokumen, termasuk laporan-laporan dan kertas kerja kurator yang berhubungan dengan penugasan kepada kurator pengganti dalam jangka waktu 2 x 24 jam; dan

2. memberikan keterangan selengkapnya sehubungan dengan penugasan tersebut khususnya mengenai hal hal yang bersifat material serta diperkirakan dapat memberikan landasan bagi kurator pengganti untuk memahami permasalahan dalam penugasan selanjutnya. 05 Kurator terdahulu wajib membuat laporan pertanggungjawaban atas penugasannya dan menyerahkan salinan laporan tersebut kepada kurator pengganti. 340. Tindakan-tindakan Pendahuluan oleh Kurator

Kurator harus segera mengambil tindakan pendahuluan yang diperlukan segera setelah pernyataan pailit. 01 Segera setelah ditunjuk sebagai kurator, kurator menghubungi Hakim Pengawas dan menyiapkan konsep pengumuman pailit untuk ditetapkan oleh Hakim Pengawas serta mengusulkan surat kabar dimana pengumuman akan dimuat. Kurator meminta salinan pernyataan pailit dan menjalin komunikasi awal dengan debitur dengan tujuan mengamankan harta pailit dan memastikan kerjasama debitur pailit dalam kepailitan. Jika kurator menemui masalah dalam hal ini, maka kurator memberitahu dan meminta bantuan Hakim Pengawas. 02 Beberapa tindakan yang harus dilakukan kurator dalam pemeriksaan pendahuluan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi seluruh rekening bank dan harta kekayaan penting atau material lain yang dimiliki debitur pailit; 2. Mengumpulkan informasi umum sehubungan dengan tempat, jenis dan skala kegiatan usaha debitur; 3. Mengumpulkan informasi umum sehubungan dengan keadaan keuangan debitur; 4. Membuka rekening bank baru atas nama kurator qq. debitur pailit untuk menampung seluruh dana dari rekening debitur pailit sebagaimana dimaksud dalam Standar 341 01; dan 5. Mengumumkan kepailitan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar yang ditetapkan Hakim Pengawas. 03 Pengumuman dalam 02(e) tersebut mencakup: (i) ikhtisar putusan kepailitan; (ii) identitas, alamat dan pekerjaan debitur pailit; (iii) identitas Hakim Pengawas; (iv) identitas dan alamat kurator; (v) tempat dan waktu penyelenggaraan: rapat kreditur pertama; dan (vi) identitas dan alamat panitia kreditur sementara, jika ditunjuk. 04 Dalam hal pengumuman dalam Berita Negara, kurator cukup mengajukan permohonan pengumuman dan mendapatkan nomor Berita Negara untuk pengumuman tersebutnya, dan tidak wajib memastikan pengumuman tersebut telah terbit dalam waktu lima hari sejak pernyataan pailit. 05 Kurator memberikan rekomendasi kepada Hakim Pengawas dalam menetapkan surat kabar untuk pengumuman pailit berdasarkan pemeriksaan pendahuluan atas debitur pailit dengan memperhatikan domisili, kegiatan usaha, lokasi sebagian besar harta kekayaan debitur dan tempat usaha debitur.

06 Untuk keperluan pengumuman hal-hal lain dalam proses kepailitan, hendaknya kurator melakukan koordinasi dengan Hakim Pengawas dan memperhatikan aspek-aspek pada Standar 340 05 di atas. 07 Sesegera mungkin, kurator mengirimkan pemberitahuan dengan surat tercatat sehubungan dengan pernyataan pailit atas debitur pailit kepada seluruh kreditur yang diketahui berdasarkan daftar kreditur yang dimiliki oleh debitur pailit. Pemberitahuan berisi beralihnya kewenangan debitur pailit untuk mengelola hartanya kepada kurator, dan halhallain sebagaimana halnya tercantum dalam pengumuman. 341. Pengamanan Harta Pailit

Kurator dengan segala upaya yang diperlukan dan wajar, harus melakukan upaya pengamanan atas harta kekayaan debitur. 01 Sesuai dengan UU Kepailitan, segera setelah menerima pemberitahuan pengangkatannya, kurator dengan segala upaya yang diperlukan dan wajar, harus mengamankan atas harta kekayaan debitur untuk menghindari berkurangnya nilai harta pailit. Tindakan pengamanan ini mencakup seluruh harta debitur. Khusus untuk harta tertentu, kurator melakukan langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut: 1. Rekening Bank. Sesegera mungkin kurator memberitahukan kepailitan debitur dan akibat hukumnya kepada bank atau lembaga keuangan lainnya dimana debitur memiliki rekening (termasuk rekening koran, tabungan, deposito maupun instrumen keuangan lainnya dimana debitur memiliki dana) dan memastikan bahwa debitur pailit tidak lagi berwenang untuk mengelola rekening tersebut. Kurator meminta bank yang bersangkutan mengalihkan dari waktu ke waktu seluruh dana dalam rekening debitur pailit tersebut ke dalam rekening curator yang dibuka khusus untuk keperluan penugasannya tersebut. 2. Surat Berharga Atas Bawa dan Logam Mulia. Kurator mengambil dan menyimpan seluruh surat berharga atas bawa, efek dan lagam mulia dengan memberikan tanda terima -pada debitur. Kurator dapat menyimpan surat berharga tersebut, efek atau logam mulia tersebut di suatu tempat yang aman dalam pengawasannya. 3. Surat Berharga Atas Nama. Kurator mengambil dan menyimpan seluruh surat berharga atas nama dengan memberikan tanda terima pada debitur. Kurator dapat menyimpan surat berharga tersebut di suatu tempat yang aman dalam pengawasannya. Bila perlu, kurator dapat memberitahukan kepailitan debitur dan akibat hukumnya kepada pihak yang terkait dengan surat berharga tersebut dan memastikan bahwa debitur pailit tidak lagi berwenang untuk mengel ala surat berharga tersebut tanpa persetujuan kuratar. 4. Benda Tidak Bergerak. Kuratar meminta dan menyimpan seluruh sertifikat, suratsurat dan tanda bukti hak lainnya sehubungan dengan benda tidak bergerak milik debitur. Kurator dapat menyimpan surat berharga tersebut di suatu tempat yang aman dalam pengawasannya. Bila perlu, kurator dapat mengirimkan pemberitahuan tentang pernyataan pailit pada lembaga pendaftaran atau pihak lain yang berwenang atas harta tidak bergerak debitur pailit. 5. Benda Bergerak. Atas benda bergerak, kuratar melakukan tindak yang dianggap perlu untuk mengamankan harta pailit. Kurator secepatnya mengadakan penguraian atas harta bergerak debitur pailit lihat Standar 350.

6. Korespondensi Debitur Pailit. Pailitera wajib memberitahu PT Persero Pos dan Giro mengenai pernyataan pailit. Segera setelah debitur dinyatakan pailit, kurator sedapat mungkin melakukan upaya-upaya untuk memastikan bahwa curator memiliki akses penuh atas seluruh korespondensi yang ditujukan kepada debitur pailit sehubungan dengan budel pailit. Oleh karena itu, kurator memastikan bahwa seluruh korespondensi sehubungan dengan harta pailit dialamatkan kepada kurator. 02 Untuk mengamankan harta pailit, kurator, atas persetujuan Hakim Pengawas, dapat menyegel harta pailit, termasuk dokumen atau catatan debitur lainnya yang diperlukan kurator dalam penugasannya. 342. Kertas Kerja Kurator

Kurator harus memelihara dokumentasi yang baik mengenai setiap penugasan yang dilakukannya dalam bentuk kertas kerja. 01 Kertas kerja adalah kumpulan seluruh dokumentasi suatu catatan yang diselenggarakan oleh kurator beserta kompilasi segala data/informasi yang berhubungan penugasan dalam suatu kepailitan tertentu. 02 Dalam kertas kerja, kurator setidaknya memuat data/informasi berikut catatan-catatan tentang: 1. 2. 3. 4. Dokumentasi administratif yang menjadi dasar penugasan; Rencana kerja yang dipersiapkan oleh kurator pada awal penugasannya; Korespondensi dengan para pihak yang terkait dalam proses kepailitan; Dokumentasi (termasuk dokumentasi pendukung) yang berhubungan dengan harta pailit atau kewajiban harta pailit, termasuk namun tidak terbatas pada catatan atau uraian atas harta pailit dan pertelaannya; Catatan hal-hal yang dianggap penting oleh kurator dalam menjalankan penugasannya; Minuta rapat-rapat yang diselenggarakan sehubungan dengan penugasan, termasuk namun tidak terbatas pada rapat kreditur dan konsultasi kurator dengan hakim pengawas; Kesimpulan-kesimpulan, analisis, memorandum dan representasi yang dibuat kurator selama penugasannya; Matrikulasi kemajuan kerja; dan Seluruh laporan-laporan kurator sebagaimana dimaksud dalam UU Kepailitan

5. 6.

7. 8. 9.

03 Kertas kerja bersifat rahasia, namun hams dibedakan perlakuan antara kertas kerja secara keseluruhan, dengan dokumen-dokumen lain di dalamnya, yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dinyatakan sebagai dokumen publik. 04 Kertas kerja berfungsi untuk membantu kurator agar dapat bekerja secara terstmktur dan efisien, sekaligus mempermudah akuntabilitas atau pertanggung jawaban kurator atas pelaksanaan penugasannya. 05 Kertas. kerja dapat disimpan dalam bentuk dokumenkertas maupun berltuk elektronik, seperti dalam bentuk hard atau floppy disks, CD-ROM, pita magnetik, atau media lainnya.

343.

Hubungan Kurator dengan Debitur Pailit

Kurator harus membangun dan membina hubungan kerjasama dengan debitur pailit. 01 Salah satu faktor penentu keberhasilan kurator dalam menjalankan tugasnya adalah hubungan kerja yang baik dengan debitur pailit. Kegagalan kurator untuk membina kerjasama dengan debitur pailit dapat menyebabkan hambatan bagi proses kepailitan itu sendiri. 02 Kurator wajib memberitahukan, mengingatkan debitur pailit secara tertulis tentang kewajiban dan larangan atau pembatasan yang harus dipatuhinya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 03 Jika debitur dinilai tidak kooperatif apabila mereka menolak, baik jika diminta oleh kurator atau tidak, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses kepailitan. Kerjasama yang dimaksud antara lain: 1. Memberikan seluruh data dan informasi sehubungan dengan harta pailit secara lengkap dan akurat; 2. Menyerahkan seluruh kewenangan pengurusan harta pailit dan usahanya pada kurator dan tidak lagi menjalankannya sendiri; 3. Jika diminta, membantu kurator dalam menjalankan tugasnya; dan 4. Tidak menghalangi, baik sengaja atau tidak, pelaksanaan tugas kurator. 04 Terhadap debitur pailit yang dinilai tidak kooperatif, kurator mengusulkan kepada Hakim Pengawas untuk dapat diambil tindakan-tindakan hukum agar debitur pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan ini dapat bervariasi dari yang paling ringan misalnya, dengan meminta Hakim Pengawas untuk mengeluarkan surat panggilan yang bertujuan untuk menghadirkan debitur pailit ke muka persidangan atau rapat kreditur, surat teguran yang memerintahkan debitur agar mematuhi tindakan-tindakan khusus dalam kepailitan, ataupun meminta hakim pengawas untuk mempergunakan instrumen yang tersedia pada Pasal 84 UU Kepailitan, yaitu untuk menyandera debitur tersebut. 344. Laporan Pendahuluan Kurator

Kurator membuat laporan pendahuluan untuk disampaikan kepada hakim pengawas dan rapat kreditur pertama. 01 Kurator wajib menyampaikan laporan pendahuluan dalam rapat kreditur pertama sesuai dengan Standar 810 mengenai laporan pendahuluan. 345. Perencanaan Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, kurator wajib segera membuat rencana kerja yang memadai. 01 Rencana kerja merupakan dokumen penting yang harus memiliki dasar argumentasi kuat, dan oleh karenanya harus disusun berdasarkan laporan pendahuluan yang telah dipersiapkan oleh kurator. Kurator memberitahukan rencana kerjanya dalam rapat kreditur atau laporan lainnya. Kurator dapat mempertimbangkan saran-saran yang diajukan kreditur.

02 Rencana kerja berfungsi sebagai alat bantu kurator agar dalam setiap penugasannya kurator memiliki kinerja yang efektif, efisien, terukur, sekaligus akuntabel. Rencana kerja ini berperan dalam mengarahkan kerja kurator maupun asisten yang membantunya, sekaligus menetapkan batasan-batasan dalam menjalankan penugasannya. Rencana kerja juga dapat berfungsi sebagai alat pengawasan kurator atas kinerja asistennya. Namun demikian, rencana kerja tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan dari waktu ke waktu, sesuai dengan perkembangan pengurusan harta pailit dan temuan lanjutan kurator dalam penugasan tersebut. 03 Pada dasarnya rencana kerja ini adalah untuk keperluan internal kurator, namun dapat digunakan sebagai bahan konsultasi dengan Hakim Pengawas maupun rapat atau panitia kreditur. 04 Dalam menyusun rencana kerja, kurator juga harus mempertimbangkan hal-hal selain hasil Laporan Pendahuluan yang telah dibuatnya dengan mendasarkan kepada pertimbanganpertimbangan antara lain: 1. Keadaan obyektif debitur pailit, yang meliputi: (i) Jenis usaha dan skala ekonomis debitur pailit;

(ii) Kondisi fisik usaha debitur; (iii) Uraian harta kekayaan alam dan hutang debitur pailit; dan (iv) Keadaan arus kas (cashflow) debitur pailit. 1. Kerjasama dari debitur pailit; dan 2. Kondisi sosial ekonomi yang mungkin timbul sebagai akibat pernyataan pailit. 05 Muatan yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dalam suatu rencana kerja antara lain: 1. Temuan awal kurator dan prediksi langkah-langkah atau strategi yang perlu diambil dalam mengurus harta pailit; 2. Peluang bagi kurator untuk meneruskan usaha debitur pailit untuk meneruskan usahanya; 3. Prediksi jangka waktu proses kepailitan; dan 4. Perkiraan ongkos atau biaya kepailitan termasuk imbalan jasa kurator. 350. Penguraian Harta Pailit dan Utang-piutang

Dalam waktu sesingkat-singkatnya kurator menyusun suatu uraian harta pailit yang mencerminkan keadaan harta pailit yang sebenarnya yang dikuasai oleh debitur. 01 Kurator wajib segera memulai penguraian atas seluruh harta pailit dan utang serta piutang harta pailit sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 UU Kepailitan dan harta debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 UU Kepailitan. Kurator dapat mengadakan catatan atau pertelaan atas uraian tersebut secara di bawah tangan. Jika ada, panitia kreditur dapat hadir dalam penguraian tersebut. Meskipun UU Kepailitan tidak mencantumkan

batasan waktu yang pasti atau pencapaian hasil kerja kurator, namun kurator wajib, dengan itikad baik, melaksanakan proses penguraian sebagaimana tertera di bawah ini dengan pencapaian hasil kerja semaksimal dan sesegera mungkin. Untuk dan keperluan pihak ketiga, kurator merekam seluruh tindakan tersebut dalam laporan maupun kertas kerja. Obyek Penguraian 02 Kurator menguraikan seluruh harta pailit dan utang piutang harta pailit. Berdasarkan Pasal 19 UU Kepailitan yang dimaksud dengan harta pailit adalah seluruh harta debitur yang ada pada saat pernyataan kepailitan maupun yang akan ada setelah itu. Khusus bagi debitur pailit perseorangan, penguraian juga harus mengikutsertakan harta debitur yang berdasarkan Pasal 20 UU Kepailitan dikecualikan dari harta pailit. Sumber Data/Informasi 03 Dalam menguraikan harta pailit, kurator menggunakan tiga sumber data utama, yaitu: 1. Debitur Debitur pailit merupakan sumber data/informasi utama dalam proses penguraian harta pailit. Sikap debitur dalam proses penguraian merupakan indikator utama bagi kurator untuk menilai tingkat kerjasama debitur. 1. Kreditur Data yang diperoleh dari kreditur dipergunakan sebagai alat untuk melakukan uji silang terhadap kelengkapan dan kebenaran data yang disediakan oleh debitur atau sebaliknya. 1. Sumber lain Tingkat kesulitan dalam penguraian dapat sangat beragam dan kurator maupun asistennya tidak selamanya dapat melaksanakan penguraian tanpa bantuan pihak yang berkompeten, misalnya penilai. 04 Kurator harus bersikap kritis dan teliti terhadap segala keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak tersebut di atas, untuk menghindari, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, keterangan yang menyesatkan atau tidak benar. 05 Daftar hasil penguraian harta pailit merupakan dokumen publik yang harus disediakan oleh kurator agar dapat diakses oleh publik untuk kepentingan umum melalui panitera atau pejabat Pengadilan lainnya secara cuma-cuma. 06 Bersamaan dengan penguraian harta pailit atau pada setiap waktu dalam proses kepailitan, untuk memperoleh gambaran terhadap nilai sebenarnya dari harta pailit, jika diminta oleh pihak yang terkait atau kurator memandang perlu, dengan persetujuan Hakim Pengawas, kurator dapat mengadakan penilaian atas harta pailit. Kurator dapat melakukan sendiri penilaian ini jika memiliki kapasitas untuk itu, atau menunjuk pihak ketiga yang kompeten, seperti perusahaan penilai.

07 Hasil penilaian harta pailit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari daftar catatan/uraian/pertelaan harta pailit yang dibuat oleh kurator. 08 Jika secara wajar dan akuntabel kurator menilai bahwa harta pailit tidak mencukupi untuk membayar tagihan pada kreditur yang didahulukan dan biaya kepalitan, kurator memberitahukan secara tertulis kepada Hakim Pengawas untuk mengangkat/menutup kepailitan. 09 Dalam menentukan nilai harta pailit untuk keperluan di atas, kurator wajib: 1. Secara wajar meneliti kemungkinan terjadinya perbuatan hukum yang dapat dibatalkan (actio pauliana) berdasarkan UU Kepailitan serta kemungkinan pengembaliannya; 2. Secara wajar meneliti kemungkinan terjadinya pengalihan harta secara melawan hukum serta kemungkinan pengembaliannya; dan 3. Telah melakukan penguraian harta pailit secara wajar sehingga dapat mengetahui keadaan harta pailit dengan cukup akurat. 10 Demi kelancaran proses kepailitan, debitur pailit dilarang meninggalkan tempat tinggalnya tanpa ijin Hakim Pengawas. Jika debitur meninggalkan tempat kediamannya, kurator wajib memberitahu secara tertulis Hakim Pengawas. Kurator wajib, jika diperlukan, mengajukan permohonan secara tertulis untuk penyanderaan kepada Hakim Pengawas. 360. Pencocokan dan Rapat Pencocokan Utang Piutang

Kurator mencocokkan utang piutang untuk menentukan hak dan kewajiban dari harta pailit. 01 Kurator memulai kegiatan pencocokan utang-piutang sejak mulai bertugas dengan memeriksa kebenaran formil dan material seluruh tagihan kreditur berdasarkan bukti-bukti debitur pailit dengan bukti-bukti yang diajukan kreditur. 02 Pencocokan utang-piutang hams dilakukan dengan berpedoman kepada beberapa hal, yaitu: 1. Keabsahan alas hak yang menjadi dasar tagihan; 2. Telah dipenuhinya hak dan kewajiban yang timbul antara kedua belah pihak sebagai pelaksanaan dari alas hak tersebut; 3. Persyaratan formal pengajuan permohonan pencocokan harus dipenuhi; 4. Status kedudukan piutang tersebut, apakah suatu piutang merupakan piutang yang dijamin oleh hak-hak kebendaan, atau lainnya; 5. Keterangan (termasuk dokumen) maupun bantahan debitur pailit mengenai tagihan tersebut; dan 6. Pemberian nilai yang tepat dan akurat berdasarkan hal-hal di atas. 03 Jika perlu, kurator berperan aktif untuk menghubungi kreditur konkuren yang diketahui memiliki tagihan .signifikan terhadap debitur, apabila kreditur tersebut tidak kunjung mengajukan tagihannya. 04 Dalam melakukan pencocokan kurator harus membuat beberapa daftar yang berisi status tagihan yang telah diajukan untuk dicocokkan, daftar tersebut adalah:

1. Daftar piutang yang diakui. Daftar ini merupakan daftar tagihan sementara yang disetujui oleh kurator untuk diakui. 2. Daftar piutang yang diistimewakan. Selain daftar piutang yang diakui, terhadap piutang yang telah diakui dan memiliki status diistimewakan dengan dijamin oleh hak-hak kebendaan, misalnya hak gadai, hipotik, atau hak istimewa, termasuk hal menahan sesuatu barang, kurator membuat suatu daftar tersendiri. 3. Daftar piutang yang untuk sementara diakui. Apabila dari daftar piutang yang diistimewakan Kurator semata-mata menolak akan hak istimewa tersebut, maka tagihan tersebut dimasukkan kepada daftar tagihan yang untuk sementara diakui. 4. Daftar piutang yang dibantah. Daftar ini berisi tagihan yang telah dibantah kurator. 05 Pengakuan terhadap tagihan yang telah dituangkan pada suatu surat pemberitaan rapat dan ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan Panitera berkekuatan hukum tetap selama proses kepailitan tersebut berlangsung dan terhadapnya tidak dapat diajukan perlawanan, kecuali atas dasar penipuan. Suatu hasil pencocokan akan tetap memiliki kekuatan hukum selama piutang tersebut belum dilunasi atau disepakati untuk dinyatakan lunas walaupun kepailitan tersebut telah diangkat. 06 Kurator wajib memberikan laporan berkala mengenai keadaan harta pailit, yang sedapat mungkin mencerminkan keadaan terkini dari harta pailit. Surat pemberitaan rapat pencocokan utang beserta laporan kurator tersebut harus diletakkan di register Pengadilan untuk diakses oleh masyarakat. 370. Pengurusan Harta Pailit

Dalam pengurusan harta pailit, kurator wajib bertindak untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai harta pailit. 01 Berdasarkan UU Kepailitan; pernyataan pailit bersifat langsung mengikat dan serta merta, walaupun debitur mengajukan upaya hukum dalam bentuk kasasi maupun peninjauan kembali. Dengan demikian, seluruh tindakan yang diambil kurator mengikat harta pailit. Namun, kurator berdasarkan prinsip kewajaran dan pertimbangan profesionalnya sebaiknya mengambil tindakan yang penuh kehati-hatian dan tidak mengambil tindakan yang bersifat merugikan harta debitur jika pernyataan pailit dibatalkan atau dicabut, khususnya pengalihan harta debitur pailit yang bersifat material. 02 Kurator harus memperhatikan pengurusan harta pailit yang bernilai tinggi dan membereskan harta pailit yang mudah rusak, berkurang nilainya, atau menurut pendapat kurator mempunyai risiko tinggi. 03 Jika kurator meneruskan usaha debitur pailit, kurator wajib bertindak sebagai pengelola usaha yang baik. Kurator wajib rnenilai kompentesinya untuk mengelola harta pailit sesuai dengan Standar 242 dan jika perlu mencari bantuan untuk mengelola usaha. 04 Dalam memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk meneruskan atau menghentikan usaha debitur pailit, kurator wajib mempertimbangkan dengan seksama keadaan harta pailit dan kemungkinan penerusan usaha debitur seluruhnya atau sebahagian dalam rangka meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai harta pailit. Dalam memutuskan untuk menghentikan kegiatan usaha debitur pailit, maka kurator wajib memperhitungkan: (i) keadaan arus kas; (ii) tingkat kerugian usaha debitur pailit; (iii)

kelayakan kegiatan usaha debitur. Dalam rnengambil keputusan; jika perlu dan setelah mempertimbangkan kompetensi dirinya, kurator dapat meminta pendapat ahli. 380. Perdamaian

Kurator selalu mengedepankan kemungkinan tercapainya perdamaian. 01 Debitur pailit berhak mengajukan rencana perdamaian untuk disetujui oleh dalam rapat kreditur dan kemudian disyahkan oleh Pengadilan. Dalam menjalankan tugasnya, kuratar memperhatikan dan mengedepankan perdamaian sebagai penyelesaian kepailitan dan menjaga kelangsungan usaha debitur pailit. Oleh karena itu, kurator (i) mempertahankan kegiatan usaha debitur, jika masih berjalan saat penugasan; dan (ii) membatasi penjualan harta pailit sebelum debitur dalam keadaan tidak mampu membayar pada harta yang secara material tidak mempengaruhi kelangsungan usaha debitur atau yang dapat rusak maupun menurun nilainya jika tidak segera dijual atau dibereskan. 02 Kurator wajib memberikan pertimbangan tertulis kepada Hakim Pengawas dan rapat kreditur atas kelayakan rencana perdamaian debitur pailit. Dalam memberikan pertimbangan tersebut, kurator wajib secara wajar dan teliti mempertimbangkan: 1. Nilai harta pailit berbanding dengan jumlah yang diperjanjikan dalam rencana perdamaian; 2. Adanya jaminan pembayaran dalam rencana perdamaian; 3. Adanya dugaan penipuan dalam rencana perdamaian, termasuk jika rencana tersebut menguntungkan satu atau lebih kreditur atau debitur secara tidak wajar; atau 4. Apabila memungkinkan, maka kurator dapat melengkapi pertimbangan tersebut dengan pendapat ahli yang memiliki kualifikasi untuk itu. 390. Keadaan Tidak Mampu Membayar

Jika harta pailit dalam keadaaan tidak mampu membayar, kurator bertindak berdasarkan prinsip meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai harta pailit. 01 Jika harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar, tidak berarti kegiatan usahanya secara langsung berhenti pula. Kegiatan usaha dapat terus berjalan jika dapat meningkatkan/mempertahankan nilai harta pailit sesuai Standar 370.03 tentang pengurusan harta pailit, dengan maksud untuk kepentingan pemberesan. 02 Kurator dapat mengusulkan kepada Hakim Pengawas untuk meneruskan usaha debitur pailit dan Hakim Pengawas, dengan memperhatikan pendapat panitia kreditur, kreditur, kurator dan debitur memutuskan usulan tersebut dalam rapat kreditur. Sebaliknya, kreditur atau kurator dapatmemohon pada Hakim Pengawas untuk menghentikan usaha debitur pailit dengan mendengar pendapat panitia kreditur, jika ada, dan kurator. 03 Dalam memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk meneruskan usaha debitur pailit dalam rangka pemberesan, kurator mempertimbangkan secara seksama aspekaspek pada Standar 370.03 tentang pengurusan harta pailit. 400. PEMBERESAN

Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit dalam keadaan tidak mampu membayar dan usaha debitur dihentikan. 01 Kurator memlltuskan cara pemberesan harta pailit dengan selalu memperhatikan nilai terbaik pada waktu pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan sebagai satu atau lebih kesatllan llsaha (going concern) atau atas masing-masing harta pailit. Jika HakimPengawas mengadakan rapat kreditur, kurator memperhatikan usulan rapat kreditur tersebut. 02 Dengan persetujuan Hakim Pengawas, kurator mengadakan penilaian atas harta pailit. Kurator dapat melakukan sendiri penilaian ini jika memiliki kapasitas untuk itu, atau menunjuk pihak ketiga yang kompeten, seperti perusahaan penilai. Kurator menggunakan hasil penilaian tersebut sebagai acuan dalam menentukan nilai harta pailit untuk keperluan pemberesan. 03 Kurator melakukan pemberesan harta pailit dengan penjualan dimuka umum atau, apabila dibawah tangan, dengan persetujuan Hakim Pengawas. 04 Dalam membereskan harta pail it, kurator wajib menghindari kemungkinan benturan kepentingan baik bagi dirinya (terutama jika kurator sendiri yang melakukan penilaian harta pailit), debitur, kreditur atau pihak lainnya. 410. Pembagian

Kurator menibagikan hasil pemberesan harta pailit kepada kreditur sesuai dengan daftar pembagian. 01 Untuk setiap pembagian hasil pemberesan harta pailit, kurator menyusun suatu daftar pembagian, yang harus disetujui oleh Hakim Pengawas. Daftar pembagian memuat suatu pertelaan yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. penerimaan dan pengeluaran (termasuk imbalan jasa kurator); nama-nama para kreditur; jumlah yang dicocokkan dari setiap piutang; dan bagian atau prosentase yang harus diterima kreditur untuk setiap piutang tersebut.

02 Untuk kreditur konkuren, kurator menetapkan prosentase harta pailit sebagaimana disetujui Hakim Pengawas. 03 Untuk kreditur yang didahulukan, yaitu: 1. kreditur yang memiliki: (i) hak istimewa (termasuk hak istimewanya dibantah); atau (ii) hak jaminan/agunan namun belum mengeksekusi hak tersebut, kurator memberikan prosentase dari hasil penjualan benda yang atasnya kreditur tersebut memiliki hak istimewa, setelah memperhitungkan bagian biaya harta pailit; 2. kreditur separatis yang telah mengeksekusi hak jaminan/agunan atau menjual benda yang dijaminkan/diagunkan namun hanya mendapatkan sebagian dari pembayaran, kurator memberika prosentase yang sama dengan kreditor konkuren. 04 Untuk piutang yang diterima dengan syarat, kurator memberikan prosentase dan jumlah piutang tersebut dalam daftar pembagian.

05 Kurator membebankan seluruh biaya kepailitan kepada setiap bagian dari harta pailit (termasuk kreditur pemegang hak istimewa dan kreditur separatis yang belum mengeksekusi hak agunannya), kecuali atas tagihan yang dijamin dengan hak jaminan/agunan. 06 Kurator membayarkan atau membagikan hasil penjualan harta pailit kepada kreditur konkuren setiap kali terdapat sejumlah uang tunai yang oleh kurator diperkirakan cukup untuk melunasi bagian tertentu dari utang secara proporsional, sesuai dengan daftar pembagian yang telah disetujui oleh Hakim Pengawas. 07 Dalam melakukan pembagian kepada kreditur konkuren, kurator harus memastikan bahwa tidak ada tagihan dari kreditur yang diistimewakan. Kurator dilarang mendahulukan pembayaran pada kreditur tertentu, kecuali pada kreditur yang memang didahulukan berdasarkan sifat piutangnya. 08 Untuk menutup ongkos atau biaya kepailitan dari waktu ke waktu, termasuk imbalan jasa kurator, maka kurator dapat mengambil bagian harta pailit dengan persetujuan Hakim Pengawas. 600. 610. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN PKPU Tugas Pengurus

Tugas utama pengurus adalah melakukan pengurusan harta debitur bersama debitur. Berdasarkan UU Kepailitan, tugas pengurus dalam PKPU adalah bersama-sama dengan debitur melakukan pengurusan atas harta debitur. Tugas pengurusan ini diuraikan lebih rinci dalam bagian-bagian lain dalam UU Kepailitan. 620. Penunjukan Pengurus

Pengadilan menunjuk pengurus yang memenuhi persyaratan berdasarkan usul dari debitur atau atas wewenang sendiri. 01 Sebelum menerima penunjukan, Pengurus harus memastikan bahwa dirinya memiliki kompetensi dan kapasitas yang cukup untuk menjalankan penugasan tersebut. Ketentuan Standar 320.01 berlaku bagi pengurus dalam menerima penunjukan. 02 Ketentuan Standar 320.02 berlaku bagi pengurus sehubungan dengan benturan kepentingan dalam menerima penunjukkannya atau melaksanakan penugasannya. 630. Pengunduran diri, Penggantian Pengurus

Penunjukan sebagai Pengurus tidak selalu selesai setelah penyelesaian penugasan; kurator dapat mengundurkan diri atau digantikan kurator lain. 01 Hakim Pengawas, atas permintaan kreditur konkuren atau atas dasar persetujuan kreditur rapat kreditur dengan suara terbanyak biasa, dapat mengganti pengurus.

02 Jika bermaksud mengundurkan diri, pengurus menyatakan pengunduran diri secara tertulis kepada Pengadilan, dengan tembusan kepada Hakim Pengawas, debitur, panitia kreditur atau pengurus lainnya, jika ada. 03 Ketentuan dalam Standar 302.03 dan 04 berlaku dalam hal penggantian atau pengunduran diri pengurus. 640. Tindakan-tindakan Pendahuluan Pengurus

Pengurus harus segera mengambil tindakah pendahuluan yang diperlukan segera setelah pernyataan PKPU sementara. 01 Segera setelah menerima penugasan, pengurus harus menghubungi Hakim Pengawas dan menyiapkan konsep pengumuman PKPU untuk ditetapkan oleh Hakim Pengawas serta mengusulkan surat kabar dimana pengumuman akan dimuat. Pengurus meminta salinan pernyataan penundaan kewajiban pembayaran dan menjalin komunikasi awal dengan debitur dengan tujuan mengumpulkan semua informasi mengenai debitur dan memastikan kerjasama debitur dalam PKPU. Jika pengurus menemui masalah dalam hal ini, maka pengurus memberitahukan dan meminta bantuan Hakim Pengawas. 02 Beberapa tindakan yang harus dilakukan pengurus dalam pemeriksaan pendahuluan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi seluruh rekening bank dan harta kekayaan penting atau material lain yang dimiliki oleh debitur; 2. Mengumpulkan informasi umum sehubungan dengan tempat, jenis dan skala kegiatan usaha debitur; 3. Mengumpulkan informasi umum sehubungan dengan keadaan keuangan debitur; 4. Membangun mekanisme kontrol atas pemasukan dan pengeluaran uang/harta debitur. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan pengurus sebagai penandatangan bersama (joint signatory) dari seluruh rekening bank debitur agar seluruh aliran masuk dan keluarnya dana berada dalam control pengurus; 5. Dalam waktu sesingkat-singkatnya, mengumumkan penundaan kewajiban pembayaran dalam Berita Negara dan dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas. 03 Pengumuman yang dimaksud dalam Standar Nomor 640.02(e) mencakup: (i) undangan untuk hadir pada persidangan yang merupakan rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal, tempat, dan waktu sidang tersebut, (ii) nama Hakim Pengawas, (iii) nama serta alamat pengurus. 04 650. Ketentuan Standar 340.03-07 berlaku bagi tindakan pendahuluan pengurus. Kertas Kerja Pengurus

Pengurus harus memelihara suatu dokumentasi yang baik mengenai setiap penugasan yang diberikan kepadanya. 01 Ketentuan pada Standar 314 berlaku bagi pengurus dalam membuat dan memelihara kertas kerjanya.

660.

Hubungan Pengurus dengan Debitur

Pengurus harus membangun dan membina kerjasama dengan debitur. 01 Salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan Pengurus dalam tugasnya adalah bagaimana Pengurus dapat membunan hubungan kerja dengan debitur. Sebagaimana Standar 343, pengurus harus dapat mengembangkan kerjasama yang baik dengan debitur. 02 Berdasarakan pola hubungan ini, maka debitur dapat dibagi atas dua bagian, yaitu debitur yang kooperatif dan debitur yang non-kooperatif. 03 Debitur dapat dinilai tidak kooperatif apabila mereka menolak, baik jika diminta oleh pengurus atau tidak, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses penundaan kewajiban pembayaran. Kerjasama yang dimaksud antara lain: 1. memberikan seluruh data dan informasi sehubungan dengan harta kekayaan debitur secara lengkap dan akurat; 2. membuka akses bagi pelaksanaan kewenangan pengawasan harta debitur dan usahanya; 3. tidak menghalangi, baik sengaja atau tidak, pelaksanaan tugas pengurus. 04 Terhadap debitur pailit yang dinilai tidak kooperatif, maka pengurus dapat mengusulkan kepada Hakim Pengawas untuk mengambil tindakan-tindakan hukum agar debitur tersebut dapat segera mematuhi proses yang sedang berlangsung. 670. Perencanaan Kerja

Pengurus mendasarkan pelaksanaan tugasnya pada suatu rencana kerja yang memadai. Ketentuan Standar 345 berlaku bagi pengurus dalam mempersiapkan rencana kerja pengurusnya. 680. Penguraian Harta Debitur

Pengurus segera menyusun suatu daftar uraian harta kekayaan dan utang debitur untuk keperluan pemungutan suara dan rencana perdamaian. 01 Dalam penyusunan daftar uraian harta kekayaan dan utang debitur, Pengurus menggunakan informasi yang diberikan oleh debitur, kreditur dan pihak terkait lainnya. 02 Pengurus memeriksa dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitur serta tingkat kesanggupan atau kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban debitur kepada para kreditur berikut tindakan-tindakan yang harus diambil. 03 Jika perlu, pengurus juga dapat mengusulkan kepada Hakim Pengawas guna menunjuk satu atau lebih ahli untuk melakukan pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitur dalam jangka waktu tertentu. Penunjukan tersebut diambil dengan mempertimbangkan keadaan harta debitur dan signifikansi permasalahan dihadapi pengurus atau debitur.

04 Ketentuan dalam Standar 350.03-05 berlaku bagi pengurus dalam menguraikan harta debitur. 05 Bersamaan dengan penguraian harta debitur, atau pada setiap waktu dalam PKPU, untuk memperoleh gambaran terhadap nilai sebenarnya dari harta debitur, jika diminta oleh debitur, kreditur atau jika Pengurus memandang perlu, dengan persetujuan Hakim Pengawas, Pengurus dapat mengadakan penilaian atas harta debitur. Pengurus dapat melakukan sendiri penilaian ini jika memiliki kapasitas untuk itu, atau menunjuk pihak ketiga yang kompeten, seperti perusahaan penilai. 690. Pencocokan Utang Piutang

Pengurus mencocokkan utang-piutang dalam PKPU agar pemungutan suara dilakukan berdasarkan komposisi actual dari kreditur konkuren yang memiliki tagihan kepada debitur. 01 Ketentuan Standar 640.02 dan 03 berlaku bagi pengurus dalam mencocokkan utang-piutang. 02 Pengurus wajib meletakkan salinan daftar ahli pencocokkan utang pada Panitera atau pejabat Pengadilan lainnya, agar dapat dilihat secara cuma-cuma oleh pihak ketiga. 700. PENGURUSAN HARTA DEBITUR

Pengurus memastikan seluruh tindakan debitur atas harta kekayaannnya diambil atas sepengetahuan dan persetujuan pengurus. 01 Pengurus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh tindakan debitur atas harta kekayaannya dilakukan atas sepengetahuan dan persetujuan dari pengurus, antara lain sebagai berikut: 1. Pengeluaran (i) Menyetujui seluruh pengeluaran debitur dengan memeriksa dan menyetujui rencana pengeluaran dan memeriksa seluruh pengeluaran yang dilakukan. Pengurus dapat menetapkan kebijakan pengeluaran debitur, antara lain dengan menetapkan batasan jumlah pengeluaran yang dapat dilakukan debitur sendiri sepanjang sesuai dengan rencana pengeluaran atau pengurusan usaha sehari-hari (ordinary course of business); (ii) Mengawasi pelepasan atau pengalihan harta (termasuk setiap transaksi di dalamnya). Pengurus menetapkan kebijakan pelepasan/pengalihan harta, antara lain dengan menetapkan batas harta yang dapat dialihkan oleh debitur selama dalam pengurusan usaha sehari-hari dan sesuai dengan rencana pengalihan yang telah disetujui oleh pengurus. Seluruh dan setiap pelepasan/pengalihan lainnya harus disetujui oleh pengurus. (iii) Menyetujui seluruh perikatan yang menimbulkan kewajiban terhadap harta debitur, termasuk yang menjaminkan harta debitur. 1. Pemasukan. Memastikan seluruh pendapatan yang seharusnya atau selayaknya telah diterima oleh debitur. Pengurus meminta dan memeriksa daftar piutang dan membandingkannya dengan daftar piutang tertagih dan rekening koran debitur.

02 Pengurus harus menolak tindakan-tindakan debitur apabila tindakan tersebut sekiranya dapat mengakibatkan kerugian terhadap kreditur dan harta debitur. Jika debitur tetap melaksanakan tindakan tersebut, pengurus melaporkannya pada Hakim Pengawas. 03 Pengurus wajib melaporkan pada Hakim Pengawas/Pengadilan jika mengetahui debitur telah melakukan tindakan tanpa persetujuan dari pengurus. 04 Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, pengurus dapat menempatkan diri atau staf atau asistennya di kantor atau lokasi usaha debitur. 05 Sesuai UU Kepailitan, pengurus wajib meminta pengakhiran PKPU kepada Hakim Pengawas, apabila: 1. debitur, selama waktu PKPU, bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya; 2. debitur mencoba merugikan para krediturnya; 3. debitur melanggar ketentuan Pasal 226 ayat (1) UU Kepailitan; 4. debitur lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh Pengadilan pada saat atau setelah PKPU diberikan, atau lalai melaksanakan tindakantindakan yang disyaratkan oleh para pengurus demi kepentingan harta debitur; 5. selama waktu PKPU, keadaan harta debitur ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU; atau 6. keadaan debitur tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap para kreditur pada waktunya. 710. Perdamaian

Dalam penugasannya, pengurus harus senantiasa mengedepankan kemungkinan tercapainya perdamaian. Debitur berhak mengajukan rencana perdamaian untuk disetujui oleh dan dalam rapat kreditur dan kemudian disahkan oleh Pengadilan. Dalam menjalankan penugasannya, kurator senantiasa memperhatikan dan mengedepankan perdamaian. Oleh karena itu, pengurus harus berperan aktif memfasilitasi untuk mencapai perdamaian antara debitur dengan para kreditur. Pengurus wajib memberikan laporan tertulis tentang rencana perdamaian yang diajukan oleh debitur dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat pada Standar 680, 690, dan Standar 380.02 Seluruh ongkos dan biaya pengurusan lain yang telah dikeluarkan, seperti biaya pemeriksaan, penilaian oleh ahli dibebankan kepada debitur, dalam hal ini pengurus dapat mensyaratkan agar debitur memberikan kepada mereka uang muka dalam jumlah yang ditetapkan oleh pengurus guna menutup biaya-biaya untuk pengumuman dan pemberitahuan tersebut. 800. STANDAR PELAPORAN

01 UU Kepailitan mengenal dua jenis pelaporan kurator atau pengurus, yaitu pelaporan berkala dan khusus. Laporan berkala disiapkan dan disampaikan secara berkala dalam jangka waktu tertentu, sedangkan laporan khusus disiapkan dan disampaikan sehubungan dengan tahapan atau kejadian tertentu/khusus dalam proses kepailitan atau

PKPU. Selain itu, kurator atau pengurus wajib menyampaikan laporan pendahuluan untuk kepentingan rapat kreditur pertama. 02 Berdasarkan UU Kepailitan, kurator atau pengurus harus menyampaikan salinan setiap laporannya ke Panitera atau pejabat Pengadilan dan laporan tersebut harus dapat diakses oleh masyarakat luas. 810. Laporan Pendahuluan

Kurator atau pengurus wajib menyampaikan laporan pendahuluan dalam rapat kreditur pertama. 01 Laporan pendahuluan merekam hasil kerja kurator selama proses tindakan pendahuluan yang akan dijadikan acuan bagi kurator atau untuk menyusun rencana kerja. 02 Laporan pendahuluan setidaknya memuat: 1. Informasi umum sehubungan dengan tempat, jenis dan skala kegiatan usaha debitur pailit; 2. Tindakan yang telah diambil kurator dalam rangka pengamanan atas harta pailit; 3. Informasi umum yang telah dikumpulkan atau didapat dari kurator tentang keadaan keuangan debitur pailit; 4. Uraian atau catatan sementara atas harta pailit, yang setidaknya memuat identifikasi seluruh rekening bank dan harta kekayaan penting lain yang dimiliki debitur pailit; 5. Uraian atas kewajiban atau utang harta pailit, yang setidaknya memuat identifikasi kreditur yang diketahui dari catatan debitur pailit dan tagihan yang telah diajukan terhadap harta pailit; dan 6. Sifat kooperatif atau non-kooperatif dari debitur pailit. 03 catatan: 1. 2. 3. 4. 820. Laporan pendahuluan dan PKPU mencakup hal-hal dalam angka 02, dengan

kurator diartikan sebagai pengurus; debitur pailit diartikan sebagai debitur; harta pailit diartikan sebagai harta debitur; dan Standar 810.02 butir b dikecualikan. Laporan Berkala

Sesuai dengan UU Kepailitan, setidaknya setiap tiga bulan kurator dan pengurus melaporkan keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya kepada Hakim Pengawas. 01 02 Hakim Pengawas dapat memperpanjang jangka waktu tersebut Laporan berkala dalam kepailitan setidaknya mencakup: 1. ringkasan tindakan pengurusan dan pemberesan harta pailit yang telah diambil oleh kurator, berikut alasan singkat mengapa tindak itu diambil;

2. rencana pengurusan dan pemberesan harta pailit dan tindakan yang akan diambil oleh kurator dalam masa tiga bulan ke depan berikut alasan singkat mengapa tindakan itu perlu diambil; 3. keadaan harta pailit, yang mencakup: (i) tindakan pengamanan harta pailit yang telah diambil oleh kurator; (ii) uraian atau catatan penguraian harta paili, yang setidaknya memuat seluruh rekening bank dan harta kekayaan lain dari debitur; (iii) daftar utang harta pailit, yang telah diterima atau sementara diterima beserta analisa singkat penerimaan/penolakan; (iv) keadaan arus kas (cash flow) debitur pailit; 4. analisa kelangsungan usaha debitur pailit; 5. rencana pemenuhan biaya kepailitan; dan 6. kerjasama atau penyediaan data/informasi dari debitur pailit. 03 Laporan berkala dalam PKPU, setidaknya mencakup hal-hal dalam angka 02, dengan catatan: 1. termasuk laporan para ahli, jika ditunjuk; 2. tindakan pengurus hanya sebatas pengurusan, dan tidak termasuk pemberesan harta debitur; 3. debitur pailit diartikan sebagai debitur; 4. harta pailit diartikan sebagai harta debitur; dan 5. Standar 710(02) butir c (i) dikecualikan. 830. Laporan Hasil Pencocokan Utang Piutang dalam Kepailitan

Setelah pencocokan utang piutang selesai, kurator wajib melaporkan keadaan harta pailit. 01 Laporan ini setidaknya mencakup: 1. hasil uraian atau catatan tentang penguraian harta pailit, yang setidaknya memuat seluruh: (i) rekening bank dan rekening korannya;

(ii) surat berharga atas bawa dan atas nama, dan logam/batu mulia; (iii) benda tidak bergerak milik debitur pailit; (iv) benda bergerak; dan (v) harta kekayaan lain dari debitur 1. daftar utang harta pailit, yang telah diterima atau sementara diterima beserta analisa singkat penerimaan atau penolakan tagihan tersebut; dan 2. analisa kelangsungan usaha debitur pailit. Analisa ini berfungsi sebagai dasar bagi kurator untuk memberikan nasihat atas rencana perdamaian jika debitur mengajukannya setelah pencocokan pailit selesai. 02 Jika kurator karena satu dan lain hal tidak menguraikan dan menempatkan di bawah kekuasannya seluruh harta pailit, maka kurator setidaknya harus dapat menunjukkan tindakan yang telah diambilnya.

840.

Laporan Perdamaian dalam Kepailitan

Jika debitur mengajukan rencana perdamaian dimana rapat kreditur telah menyetujuinya dan Pengadilan telah mengesahkannya, maka kurator wajib memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Hakim Pengawas. 01 Kurator menyampaikan laporan selambatnya dua bulan setelah perdamaian disahkan oleh Pengadilan, atau jangka waktu lain setelah itu, jika Hakim Pengawas menyetujuinya secara tertulis. 02 Laporan pertanggungjawaban setidaknya memuat: 1. Ringkasan jalannya pengurusan dan pemberesan harta pailit atau usaha yang dijalankan oleh kurator; 2. Keadaan harta atau usaha debitur, yang mencakup: (i) uraian atau catatan penguraian harta pailit, termasuk (A) daftar bukti dan bukti harta pailit yang diamankan oleh kurator, jika ada dan pengembaliannya; dan (B) daftar dan bukti harta pailit yang telah dibereskan berikut perincian cara pemberesan dan penggunaan hasilnya; (ii) daftar utang debitur pailit, yang telah diterima atau sementara diterima beserta analisa singkat penerimaan/penolakan dan yang telah dibayar, jika ada; (iii) daftar dan bukti utang harta pailit dan pembayarannya; (iv) keadaan arus kas (cash flow) debitur pailit; 1. ringkasan seluruh tindakan penting pengurusan dan pemberesan atas harta pailit atas usaha debitur yang telah diambil oleh kurator, berikut ringkasan singkat alasan mengapa tindakan itu diambil; 2. semua opini, nasihat, laporan, atau dokumen lain yang disusun oleh ahli atau pihak selain kurator untuk kepentingan harta pailit atau usaha debitur, temasuk laporan keuangan atas debitur atau harta pailit dari auditor independen dan penilaian harta pailit; 3. daftar dan seluruh dokumen sehubungan dengan gugatan, pembelaan atau tindakan lain yang diambil oleh kurator sehubungan dengan perkara yang melibatkan debitur atau harta pailit; 4. seluruh korespondensi dan dokumen dengan pihak ketiga yang terkait dengan pengurusan atau pemberesan harta pailit, utang harta pailit atau usaha debitur, antara lain perjanjian, minuta-minuta, berita acara, akta dan seluruh dokumen lain; 03 Kecuali jika perdamaian menetapkan lain, maka kurator harus, segera setelah memberikan laporan, mengembalikan kepada debitur, dengan menerima suatu tanda terima yang sah, semua barang, uang, buku-buku dan surat-surat yang termasuk harta pailit. 850. Laporan Pemberesan dan Pembagian Hasil dalam Kepailitan

Kurator wajib membetikan laporan pertanggungjawaban tindakan pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilakukannya kepada Hakim Pengawas.

01 Laporan pertanggungjawaban ini wajib disampaikan kurator selambatnya dua bulan setelah kepailitan berakhir atau jangka waktu lain setelah itu, jika Hakim Pengawas rnenyetujui secara tertulis. 02 Laporan pertanggungjawaban setidaknya memuat: 1. semua hal yang disebutkan dalam Standar 830; 2. daftar pembagian, yang setidaknya memuat daftar dan uraian: (i) penerimaan-penerimaan; dan

(ii) pengeluaran-pengeluaran, termasuk imbalan jasa kurator, nama-nama para kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan pembagian yang harus diterima untuk tiaptiap piutang tersebut; 1. daftar dan uraian bantahan/perlawanan atas daftar pembagian tersebut; dan 2. daftar pembagian penutup, yaitu daftar pembagian yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan seluruh bukti pembayaran yang telah dilakukan kurator berdasarkan daftar pembagian penutup. 860. Laporan Perdamaian dalam PKPU

Pengurus wajib menyampaikan laporan atas rencana perdamaian yang diajukan debitur. 01 Laporan pengurus tersebut setidaknya memuat: 1. ringkasan jalannya pengurusan harta debitur; 2. keadaan harta debitur atau usaha debitur, yang mencakup: (i) uraian atau catatan penguraian harta debitur;

(ii) daftar utang debitur, yang telah diterima atau sementara diterima beserta analisa singkat penerimaan/penolakan dan yang telah dibayar, jika ada; (iii) daftar dan bukti utang harta debitur dan pembayarannya; 1. keadaan arus kas (cash flow) debitur; 2. ringkasan seluruh tindakan penting pengurusan harta atau usaha debitur yang telah diambil oleh pengurus, berikut ringkasan singkat alasan mengapa tindakan itu diambil. 3. semua opini, nasihat, laporan atau dokumen lain yang disusun oleh ahli atau pihak selain pengurus untuk kepentingan harta atau usaha debitur; 4. seluruh korespondensi dan dokumen dengan pihak ketiga yang terkait dengan pengurusan harta atau usaha debitur, antara lain perjanjian, minuta-minuta, berita acara, akta dan seluruh dokumen lain. 900. PENETAPAN DAN KEBERLAKUAN

Standar Profesi ini ditetapkan pada tanggal [tanggal Rapat Anggota yang menetapkan] dan mulai berlaku sejak tiga bulan ditetapkan. Anggota menerapkan standar ini dalam penunjukkan setelah tanggal mulai berlaku. Penerapan lebih dini sangat dianjurkan.

Berikut persyaratan dan prosedur untuk menjadi kurator:

1. Menurut pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.01-HT.05.10 Tahun 2005 tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus (Permenhukham), syarat untuk dapat diangkat menjadi kurator adalah:

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia; b) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; d) Sarjana hukum atau sarjana ekonomi jurusan akuntansi; Catatan: Menurut Ricardo Simanjuntak, Ketua Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI), untuk calon kurator yang bukan sarjana hukum haruslah memegang izin Akuntan Publik; e) Telah mengikuti pelatihan calon Kurator dan Pengurus yang diselenggarakan oleh organisasi profesi Kurator dan Pengurus bekerja sama dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (sekarang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia). Catatan: Jika merujuk pada mekanisme pelatihan calon Kurator dan Pengurus yang dilakukan AKPI, setelah pelatihan ada ujian tertulis dan ujian lisan yang harus diikuti oleh peserta pelatihan. f) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

g) Tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga; h) Membayar biaya pendaftaran; i) Memiliki keahlian khusus

2. Apabila seseorang telah memenuhi syarat-syarat di atas, maka selanjutnya menurut pasal 3 Permenhukham ia dapat mengajukan permohonan ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

a) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir oleh notaris; b) Fotocopy ijazah sarjana hukum atau sarjana akuntansi yang dilegalisir oleh perguruan tinggi/sekolah tinggi tersebut; c) Fotocopy nomor pokok wajib pajak yang dilegalisir oleh notaris; d) Fotocopy surat tanda lulus ujian Kurator dan Pengurus yang diselenggarakan oleh organisasi profesi Kurator dan Pengurus bersama dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; e) Surat rekomendasi dari organisasi profesi; f) Fotocopy tanda keanggotaan organisasi profesi yang dilegalisir oleh notaris;

g) Surat pernyataan bersedia membuka rekening di bank untuk setiap perkara kepailitan atas nama kurator dalam kedudukannya sebagai (qualitate qua/qq) debitor pailit; h) Surat pernyataan tidak pernah dinyatakan pailit; i) Surat pernyataan tidak pernah menjadi anggota direksi dan komisaris yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; Surat pernyataan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih.

j)

Permohonan sebagaimana disebutkan di atas diajukan dalam bentuk tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Menteri Hukum dan HAM (pasal 6 Permenhukham). 3. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum memberikan Surat Bukti Pendaftaran Kurator dan Pengurus kepada pemohon 7 (tujuh) hari terhitung sejak syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 telah lengkap. Surat Bukti Pendaftaran tersebut berlaku selama 5 tahun, dan dapat diperpanjang sesudah 5 tahun (pasal 11 ayat [1] Permenhukham). Catatan: Menurut konfirmasi dari AKPI, pada saat mengajukan perpanjangan izin kurator, seorang kurator harus mengikuti pendidikan kurator lanjutan, akan tetapi tidak perlu mengikuti ujian lagi.

You might also like