You are on page 1of 7

Praktikum 15 Oktober 2010 1.

Kadar Air Keseimbangan

Tujuan : y Mendapat kadar air yang seimbang sehingga terjadi keseimbangn dengan suhu diluar atau di lingkungan, dan tidak ada uap keluar masuk benih y Mengetahui kadar air jagung dengan perlakuan oven Alat y y : Oven Kantong kertas / Cawan aluminium

Bahan : y Benih jagung Prosedur Kerja : y Menyiapkan benih jagung 5 gr. y benih dimasukkan ke dalam kantong kertas / cawan aluminiu y Kantong-kantong kertas tersebut dimasukkan ke dalam oven 1350 C selama 1 jam y Setelah 1 jam, dikeluarkan dari oven dan ditimbang y Menghitung kadar air masing-masing benih dengan rumus: Ka = BB awal BB akhir BB awal Pembahasan: Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang. (Katrasapoetra, 1986)

Komposisi kimia benih mempengaruhi kadar air keseimbangan benih dengan lingkungannya. Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopis. Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan benih berpati tinggi, jagung lebih tinggi daripada yang dicapai oleh benih berminyak tinggi, kedelai. Hal ini masu akal karena minyak atau lemak tidak dapat bercampur dengan air. Karena itu, jika kadar air benih jagung atau kedelai seberat 100 g diukur, maka mengingat perbedaan dalam kandungan minyak antar keduanya akan didapatkan bahwa kira-kira 96% dari bahan jagung akan menyerap air, sedangkan pada kedelainya hanya kira-kira 80%. Jadi, total jumlah kelembaban dalam jagung lebih tinggi daripada yang ada dalam kedelai. (Mugnisjah, 1990)

2. Penggunaan Desikan (Silica Gel) dalam Penyimpanan Benih Tujuan : Agar kadar air tetap rendah saat penyimpanan benih sehingga dapat memperpanjang daya simpan benih : Timbangan Botol kaca Plastik Tali Rafia

Alat y y y

Bahan : y Silica Gel y Benih Jagung Prosedur Kerja : y Benih jagung dipilih dan ditimban seberat 40 gr. y Benih kemudian dimasukkan kedalam Botl kaca y Diberikan desikan silica gel dan ditutup dengan plastik Pembahasan: Kunci keberhasilan penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche (1990). Namun demikian, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water activity) yang memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Peningkatan metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice and Bass 1979). Kaidah umum yang berlaku dalam penyimpanan benih menurut Matthes et al. (1969) adalah untuk setiap 1% penurunan kadar air, daya simpan dua kali lebih lama. Kaidah ini berlaku pada kisaran kadar air 5-14%, dan suhu ruang simpan tidak lebih dari 40oC. Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini bisa dijelaskan mengingat sifat biji yang

higroskopis, biji sangat mudah menyerap uap air dari udara sekitarnya. Biji akan menyerap atau mengeluarkan uap air sampai kandungan airnya seimbang dengan udara disekitarnya. Kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzimenzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga perombakan cadangan makanan dalam biji menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringan yang penting (meristem). Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab merangsang perkembangan organisme yang dapat merusak benih. selain itu biji juga merupakan penghantar panas yang jelek. Konduksi panas antar biji biasanya berlangsung melalui kontak fisik antar biji. Sehingga perlu diperhatikan bahwa benih yang akan disimpan harus mempunyai kandungan air yang seragam. Desikan/bahan pengering terutama silica gel berfungsi untuk menjaga kelembapan benih selama dalam penyimpanan. Pengeringan dengan silica gel juga baik untuk mencapai kadar air rendah. Silica gel dapat menyerap uap air sehingga mengurangi kelembapan saat penyimpanan. Diharapkan dengan penambahan silika gel dapat menjaga kondisi (kelembapan) benih sehingga kualitas tetap maksimum. 3. Pengujian Daya Berkecambah Benih Tujuan : y Memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan y Membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih) y Menduga storabilitas (daya simpan) benih y Memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku. Alat : y Kertas merang y Tali rafia y Sprayer y Label Bahan : y Benih Jagung Prosedur Kerja: y Menyusun 40 butir jagung secara zig-zag diatas kertas merang lembap y Tutup kembali dengan ketas merang, dgulung dan diikat dengan tali rafia. y Masukkan kedalam germinator. Pembahasan: Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:

a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik b) Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum berkecambah. melihat adanya kecambah normal, kecambah abnormal, benih yang tidak berkecambah (benih keras, benih segar tidak tumbuh, benih mati/ busuk). Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak mempe rlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal : a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh. b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil. Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi: a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. b) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air. c) Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya. Setelah tahap evaluasi selesai maka langkah selanjutnya adalah perhitungan daya berkecambah, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Praktikum tanggal 29 oktober 2010 1. Pengaruh Minyak Cengkeh Terhadap Populasi Hama Gudang dan Kualitas Benih Selama Pennyimpanan Tujuan : y Mengetahui efektifitas minyak cengkeh sebagai bahan alami pengendali hama Alat y y y y : Toples kaca Kain kasa Kertas label Karet gelang

Bahan : y 40 gr benih jagung y Minyak cengkeh y Hama jagung Prosedur : y Timbang 40 gr benih kedelai y Masukkan kedalam toples kaca y Masukkan 5 ekor hama jagung y Tutup toples dengan kain kasa, setelah memasukkan dan mengikat minyak cengkeh y Lakukan pengamatan populasi hama satu bula berikutnya. Pembahasan : Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik sebagai bumbu dapur maupun bahan baku industri (rokok, kosmetik, obat) dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak jaman kolonial tanaman ini banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Maluku dan Sulawesi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat digunakan sebagai insektisida, fungisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung oleh tanaman ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkem-bangan cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri. OPT yang dapat dikendalikan antara lain : Fusarium sp.; Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.; Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum, Radopholus similis, Meloidogyne incognita. Hasil penyulingan minyak cengkeh yang disebut clove oil memiliki bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai hama, daun yang disebar di pekarangan dapat menekan pertumbuhan jamur. Minyak cengkeh yang mengandung eugenol bersifat sebagai anti jamur, antibakteri dan anti serangga. Faktor lingkungan dan kelembapan tertentu menghasilkan umur simpan yang berbeda karena akanmempengaruhi KA benih yang dapat menyebabkan deteriorasi benih. KA benih menyebabkan hama tidak mampu menginvasi benih sehingga menyebabkan mortalitas hama. Invasi hama dapat dicegah dengan menurunkan KA benih pada batas aman dengan pemberian protekten nabati minyak cengkeh. Minyak cengkeh yang digunakan adalah uapnya. Minyak cengkeh sebaiknya

jangan terkena benih karena dapat merusak dan beracun pada benih. Uap dari minyak cengkeh tersebut menyerang pernapsan kutu jagung kemudian menyerang pencernaan sehingga populasi hama dapat ditekan.

Praktikum 19 November 2010 1. Pengeringan Benih Kakao Tujuan Alat y y y : Mengetahui cara pengariangan dan penganan benih kakao : Kertas koran 2 buah amplop Timbangan

Bahan : y 1 buah kakao y Abu gosok Prosedur : y Pisahkan biji kakao dengan kulit buahnya, y Dengan menggunakan abu gosok, keringkan biji kakao sebganyak 30 biji dari selaput daging buahnya. y Bersihkan biji kakao , lalu masukkan kedalam 2 buah amplop, masing-masing 15 biji kakao y Timbang berat biji kakao dalam amplop. y Simpan dalam ruang penyimpanan Pembahasan : Untuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar-benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya (Sutopo, 1985). Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Oleh karena itu benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Benih kakao termasuk golongan benih rekalsitran, sehingga memerlukan penanganan yang khusus. Arti dari benih rekalsitran sebagai berikut: ketika masak fisiologis kadar airnya tinggi, yakni lebih dari 40 %; viabilitas benih akan hilang di bawah ambang kadar air yang relatif tinggi (lebih dari 25%); sifat benih ini tidak mengikuti kaidah Harrington yang berbunyi Pada kadar air 4-15%, peningkatan kadar air 1% dapat menurunkan periode hidup benih setengahnya. Demikian pula halnya dengan suhu, peningkatan 50 C pada kisaran 0-500 C dapat menurunkan umur simpan benih setengahnya; untuk bertahan dalam penyimpanan

memerlukan kadar air yang tinggi (sekitar 30%) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Pengiriman benih yang banyak dilakukan adalah dengan menghilangkan daging buah (pulp), menyucihamakan dan mencampurnya dengan serbuk arang lembap, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diberi lubang aerasi. Dengan cara seperti ini, ternyata masih banyak benih yang berkecambah selama penyimpanan atau pengiriman. Penyebabnya adalah faktor lingkungan seperti air dan oksigen masih berpengaruh (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004). Benih sebagai organisme hidup, penyimpangan-penyimpangannya sangat ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya serta temperatur penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilkan panas dan air dalam benih maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat yang dapat berakibat: Berlangsungnya perkecambahan, karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang besar/tinggi; Kelembaban lingkungan yang tinggi merupakan lingkungan yang cocok bagi organisme perusak misalnya jamur, dengan demikian benih akan banyak mengalami kerusakan (Kartasapoetra, 2003). Kendala utama dalam penyimpanan benih kakao adalah banyaknya benih berkecambah karena tidak memiliki masa dormansi. Berkaitan dengan hal itu berbagai usaha untuk mencegah perkecambahan dalam penyimpanan telah dilakukan oleh peneliti untuk mempertahankan daya kecambah selama penyimpanan. Penelitian Ashiru (1970) mempelajari pengaruh aerasi selama penyimpanan terhadap daya tumbuh benih. Hasilnya benih kakao yang disimpan di dalam kantong plastik yang diberi lubang aerasi, daya tumbuhnya lebih tinggi daripada benih yang disimpan didalam wadah tertutup.

You might also like