You are on page 1of 8

Doa dan Wirid Mempermudah Proses Persalinan

Alhamdulillah: Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat apalagi ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan. Maka dalam keadaan seperti ini dianjurkan untuk banyak berdzikir dan berdoa. Diantara doa yang bisa dibacakan kepada wanita yang hendak melahirkan adalah: Sheikh Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: Fadhilatus Sheikh, apakah ada ayat-ayat Al-Quran yang bisa dibaca untuk memudahkan kelahiran bagi wanita ? Jawaban: Saya tidak mengetahui dalam hal itu sesuatpun dari Sunnah akan tetapi jika seseorang membacakannya kepada wanita yang hendak melahirkan apa yang menunjukkan kemudahan seperti ayat:

()
Artinya : ( Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak menghendaki kesulitan bagi kalian )( QS Al-Baqarah: 185) Dan ayat yang menceritakan tentang kehamilan dan kelahiran seperti firman Allah Taalaa:

Artinya: (dan tidaklah apa yang dikandung oleh wanita atau yang dilahirkannya kecuali dengan sepengetahuan Allah ). Juga seperti firman Allah Taalaa:

( )
Artinya: ( Apabila bumi digoncangkan dengan kuatnya dan bumi mengeluarkan beban beratnya ) (QS Al-Zalzalah) Maka hal ini bisa bermanfaat dan mujarab dengan izin Allah karena Al-Quran seluruhnya adalah obat, apabila yang membaca dan yang dibacakan mengimani pengaruh dan kashiatnyanya maka pasti akan berkesan karena Allah Subhanahu wataala berfirman:

()
Artinya: ( Dan Kami turunkan dari Al-Quran yang merupakan obat dan rahmat bagi orangorang beriman dan tidak menambah bagi orang-orang yang dhalim kecuali kerugian ). Dan ayat ini secara umumnya obat dan rahmat yang mencakup obat hati termasuk penyakit syubhat dan penyait syahwat dan obat bagi tubuh dari penyakit yang berat. Beliau juga ditanya: Apakah membaca surat Zalzalah ketika melahirkan dapat memudahkan proses kelahiran ? apakah ada doa-doa dan dzikir yang syarie diucapkan ketika melahirkan untuk memudahkannya ? dan apakah doa ketika melahirkan mustajab ? Jawaban: Alhamdulillah, menulis surat Zalzalah dalam wadah dengan kunyit, demikian juga ayat-ayat yang didalamnya bahwa Allah subhanahu wataalaa mengetahui apa yang didalam rahim, demikian juga seperti firman Taalaa:

" 74 : "
Artinya: ( Dan tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun mengandung dan tidak pula melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya) (QS Fushilat: 47).

: "

. 8 : "

Artinya: ( Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya ) ( QS Ar-rad : 8 ). Dan ini dicoba dengan menuangkan air kedalam wadah dan diaduk sampai warna air berubah menjadi kuning karena kunyit kemudian diminumkan kepada wanita yang akan melahirkan dan sebagian untuk mengusap perutnya, atau ayat-ayat ini dibaca dalam wadah air kemudian

diminumkan kepadanya dan diusapkan perutnya juga. Atau dibacakan kepada anita yang hendak melahirkan, semuanya bermanfaat dengan izin Allah. Adapun doa.....yakni doa wanita yang hendak melahirkan , tentunya lebih dekat untuk dikabulkan karena diucapkan dalam keadaan sulit, sedangkan Allah Azza wa Jalla berfirman: " : "

62

Artinya: ( Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah dimuka bumi ) ( QS An-naml: 62 ). Betapa banyak Allah Azza wa Jalla mengkabulkan doa ketika dalam kesulitan lalu Allah memberikan jalan keluarnya. Wallahu Alam

( Fatwa Sheikh Utsaimin dinukil dari majalah Dakwah edisi 1754 hal 36)
Home > Askeb II (Persalinan) > Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan


Aug 23, 2009 4 Comments by lusa

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran. 2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran. 3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. 4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. 5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko. 6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit. 7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat. 8. Pemberian ASI sedini mungkin.

Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran. Konsep Asuhan Sayang Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut: Ibu

1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu. 2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. 3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi. 4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan. 5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik. Prinsip Umum Sayang Ibu Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. (5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12) Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. (14) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI. Referensi Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta. Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta. Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta. Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Kata Kunci
kebutuhan dasar selama persalinan, kebutuhan dasar ibu bersalin, kebutuhan dasar persalinan, kebutuhan dasar selama kehamilan, pengertian asuhan sayang ibu, Asuhan sayang ibu dan bayi, asuahan sayang ibu, kebutuhan ibu selama persalinan, asuhan sayang ibu saat melahirkan, asuhan syg ibu, kti asuhan sayang ibu, asuhan sayang ibu pada ibu bersalin, kebutuhan ibu dalam masa persalinan, macam posisi persalianan yang nyaman, macam-macam judul kti tentang persalinan, macam-macam kebutuhan fisiologis dan penjelasannya, kebutuhan wanita dalam persalinan, konsep sayang ibu, konsep kebidanan sebagai dasar dalam praktek kebidanan, konsep dasar evidence based, knsep sayang ibu dan bayi, kewajiban ibu setelah persalinan, kegawatdaruratan intrapartum dan penanganannya, macam-macam penyulit persalinan, macammacam posisi dalam persalinan.
Askeb II (Persalinan)

Mengejan Saat Melahirkan penulis Salamah Ummu Hmanah AMKeb Sakinah Info Praktis 30 - Januari - 2006 23:28:38 dlm proses persalinan tiap ibu memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada ibu yg tahan dgn rasa sakit saat rahim berkontraksi ada pula yg tidak. Pernah ada ibu yg hendak melahirkan marah krn bidan tdk memperbolehkan dia mengejan. Memang rasa sakit itu bisa sedikit berkurang dgn mengejan. Tapi tunggu dulu kapankah waktu yg tepat bagi ibu yg hendak melahirkan utk mengejan? Biasa saat terjadi kontraksi rahim seakan-akan tertarik ke bawah dan ingin rasa si ibu utk segera mengeluarkan janin yg ada dlm rahim. Tapi terkadang bidan belum juga mengijinkan. Bahkan seringkali justru menyarankan agar ibu menarik napas panjang utk kemudian dikeluarkan pelanpelan. Dan utk yg satu ini menarik napas saat terjadi kontraksi memang sangat sulit dilakukan. Jelas mengejan baru diperbolehkan setelah pembukaan lengkap. Lengkap itu yg bagaimana? Persalinan adl proses pengeluaran produk konsepsi yg viable melalui jalan lahir. Proses ini terbagi menjadi empat kala: Kala I yaitu saat pembukaan mulut rahim sampai mencapai kira-kira 10 cm Kala II yaitu saat pengeluaran janin Kala III yaitu setelah keluar janin sampai keluar plasenta Kala IV yaitu mulai keluar plasenta sampai 1-2 jam sesudahnya Untuk Kala I ibu yg baru pertama kali melahirkan berbeda dgn ibu yg pernah melahirkan . Untuk seorang primigravida Kala I berlangsung kira-kira selama 13-14 jam sejak mengalami kontraksi . Bagi multigravida Kala I berlangsung kira-kira selama 6-7 jam saja. Proses membuka mulut rahim juga berbeda. Pada primigravida mulut rahim mendatar dahulu baru membuka. Sedangkan pada multigravida proses mendatar dan membuka insya Allah terjadi secara bersamaan. Sekarang apa arti pembukaan lengkap? Pembukaan lengkap arti pembukaan mulut rahim telah mencapai kira-kira 10 cm. Jadi saat ditanyakan sudah pembukaan berapa lalu dijawab dgn pembukaan baru 3 arti pembukaan mulut rahim kira-kira baru 3 cm. Pengukuran ini dilakukan menggunakan jari saat bidan melakukan pemeriksaan dalam. Perkiraan pengukuran ini berdasarkan pengalaman dan jam terbang bidan dlm menangani persalinan. Ketika pembukaan telah lengkap di mana mulut rahim sudah tdk teraba lagi saat periksa dlm barulah ibu boleh mengejan. Bila ibu mengejan sebelum pembukaan lengkap kemungkinan mulut rahim bisa mengalami pembengkakan/ oedem. Pembengkakan ini bisa menghambat proses pembukaan yg berujung pada lama proses persalinan. Akibat ibu akan kehabisan tenaga. Sehingga ketika tiba waktu utk mengejan ibu tdk bisa melakukan krn sudah lelah sebelumnya. Jadi bagi ibu yg hendak melahirkan atau ibu yg belum mau melahirkan bahkan yg belum menikah sekalipun ingat: Jangan mengejan sebelum pembukaan lengkap! Sumber: www.asysyariah.com

kala 1 Mengejan penjelasan persalinan kala 1 Proses persalinan menurut islam perbedaan proses persalinan primigravida dan multigravida ibu mengejan saat melahirkan mengejan saat persalinan pengertian kala apa yg di maksud pembukaan saat persalinan

Dalam menghadapi perubahan-perubahan kehidupan dunia yang demikian pesat, tidak hanya kita yang perlu mempersiapkan bekal mental-spiritual, agar tidak tergelincir dalam dosa dan kebutaan hati, lebih-lebih lagi adalah generasi yang lebih muda, yang akan menghadapi perubahanperubahan yang lebih cepat lagi. Pendidikan, pengajaran dan praktek agama yang mengisi rohani dapat kita rasakan pentingnya. Untuk itu ajaran-ajaran Islam telah mempersiapkan berbagai perangkat, di antaranya adalah pendidikan dan praktek agama sejak bayi dilahirkan. 1. Seorang calon ayah atau ibu amat was-was menunggu kelahiran bayinya. Pada sat-saat seperti itu mereka berdoa sebagaimana Nabi Zakaria (Ali Imran 38) Tuhanku, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu keturunan yang baik. Sungguh Engkau Maha Mendengar permohonan. 2. Dan saat tiba waktunya sang bayi lahir, terurailah senyum tawa, menyaksikan sang bayi yang lucu, yang baru lahir dan ibu bayi yang selamat. Tak lupa diucapkan alhamdulillah sebagai rasa syukur ke hadirat Allah. 3. Sejak saat itu pendidikan dan praktek agama bagi sang bayi dimulai. Dengan penuh sigap sang ayah mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah (qamat) di telinga kiri. Agar kalimatkalimat tauhidlah yang pertama-tama ia dengar, sehingga pada akhir hayatnya kalimat kalimat itu pulalah yang akan ia dengar dan ia ucapkan. 4. Pada hari ketujuh sebagai ungkapan rasa syukur dan sebagai bekal bagi sang bayi dilaksanakan upacara aqiqah. Ia merupakan kesaksian dari anggota masyarakat atas kehadirannya dan penerimaan mereka. Ia merupakan isyarat dan harapan bahwa sang bayi nantinya siap untuk berkorban dan memberi manfaat bagi masyarakatnya. Upacara aqiqah sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw yang artinya: Setiap anak tergadai pada aqiqahnya, dilakukan dengan menyembelih (ternak) pada hari ke tujuh, diberikan namanya dan dipotong rambutnya. Kata aqiqah berarti memotong, karena pada saat itu dipotong ternak untuk jamuan dan dipotong rambut sang bayi. Hukum melaksanakan aqiqah adalah sunnah muakkadah, atau sunnah yang kuat. Kata tergadai dalam hadits tadi diartikan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai, orangtua tidak mendapatkan syafaat dari anaknya sampai dilaksanakan aqiqah untuknya. Sehingga upacara aqiqah menurut para ulama dapat dilaksanakan sampai anak menjadi besar atau baligh. Jumlah ternak yang dipotong, dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan seekor untuk anak perempuan. Kambing yang sudah berumur setahun, yang sehat, yang tidak cacat, dengan harapan agar sang anak sehat dan tidak cacat, dan diniatkan dipotong untuk kurban sang bayi. Daging kambing disunnahkan untuk dimasak dengan dicampur bumbu yang manis, dengan harapan sang anak tumbuh dengan akhlaq yang elok. Lalu dihidangkan kepada para undangan. Hanya bagian kakinya, disunnahkan untuk diberikan pada sang bidan yang ikut melahirkan sang anak. Rambut sang bayi dipotong gundul dan disunnahkan untuk memberikan sedekah seberat timbangan rambut tadi dengan emas atau perak. Sang bayi juga diberi makanan yang manis,

kurma yang dihaluskan, dengan harapan akan menjadi anak yang manis dan generasi penerus yang melaksanakan kebajikan. 5. Sang bayi juga diberi nama yang baik. Dalam sebuah hadits disebutkan: Merupakan sebagian dari hak seorang anak atas orangtuanya adalah mendidiknya dengan baik dan memberikan nama yang baik. Perlu kami garis bawahi di sini tentang pemberian nama. Nama yang terbaik bagi seorang bayi laki-laki adalah Abdullah dan Abdurrahman. Setelah itu nama para rasul, nabi, malaikat, orangorang yang salih dan yang memiliki arti yang baik. Semua itu dengan harapan bahwa sang bayi nantinya akan tumbuh dengan menjadikan namanya sebagai referensi. Kalau namanya Abdullah, maka ketika ia hendak berbuat tak baik, dan tak sengaja dipanggil, ia akan teringat peraturanperaturan Allah, dan tak jadi berbuat aniaya. Dan begitulah seterusnya. Pada masa ini, banyak orangtua yang melupakan kewajiban ini, yang merupakan hak dari sang anak. Diambilnya nama dengan tidak memakai referensi shalih. Bahkan sebagian memberi nama anaknya mengikuti kemarahan hatinya. Maka tidaklah juga dapat disalahkan sang anak ketika besar bukan referensi shalih yang digunakan. Karena sang anak tidak mendapatkan haknya, maka lupalah ia akan kewajibannya. Pada akhirnya orangtualah yang kewalahan. (Oleh: Ustadz Muhammad Taufiq Prabowo, Dewan Asaatidz Pesantren Virtual

You might also like