You are on page 1of 146

i

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI MARIMPA
KECAMATAN PINEMBANI









TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuh syarat menyelesaikan studi pada
Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako


Disusun Oleh:
RAMLI KADIR
F 111 05 090


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2010

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan persetujuan dari Majelis Penguji Skripsi, Dosen Pembimbing dan
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako, maka judul skripsi :
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO
(PLTMH) DI SUNGAI MARIMPA KECAMATAN PINEMBANI

Disusun Oleh :

RAMLI KADIR
STB : F 111 05 090


Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan Teknik Sipil,



Ir. H. A. Hasanuddin Azikin, M.Si Nur Hidayat, ST. MT
NIP. 19560911 198601 1 001 NIP. 19680618 199903 1 002




iii

LEMBAR PERSETUJUAN


Pada hari Rabu tanggal Dua Puluh Tujuh Oktober 2010, Panitia Ujian Tugas
Akhir Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Tadulako Berdasarkan SK Dekan Fakultas Teknik. No. 1497/H28.1.31/PP/2010
tanggal Tiga Puluh Oktober 2010, menyatakan menerima/menyetujui Tugas Akhir
yang telah dipertanggungjawabkan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir oleh :

Nama : Ramli Kadir
No. Stambuk : F 111 05 090
Judul : Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamataan Pinembani

Majelis Penguji :
No. Nama / NIP Jabatan Tanda tangan
1.
Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin, M.Si
NIP. 19560911 198601 1 001
Ketua
2.
DR. Andi Rusdin, ST. MT. M.Sc
NIP. 19661216 19993 1 002
Sekretaris
3.
DR. Sance Lipu, ST. M.Eng
NIP. 19690926 199702 1 001
Anggota
4.
Yassir Arafat, ST. MT
NIP. 19701231 200003 1 002
Anggota
5.
Ir. Arody Tanga, MT
NIP. 19660811 199403 1 003
Anggota

Dosen Pembimbing :
No. Nama / NIP Jabatan Tanda tangan
1.
Alifi Yunar, ST, MT
NIP. 19661216 19993 1 002
Pembimbing I
2.
Totok Haricahyono, ST, MT
NIP. 19720303 200003 1 002
Pembimbing II

Palu, November 2010
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako



Kusnindar A Chauf, ST, MT
Nip. 19740120 200003 1 003
iv

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi
karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang
telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehinggga menjadi
panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari-hari, karena sungguh
suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak
pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Stara Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako. Adapun judul skripsi yang diambil adalah:
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO
(PLTMH) DI SUNGAI MARIMPA KECAMATAN PINEMBANI
Beban sebagai mahasiswa untuk menuntun ilmu sebanyak-banyaknya
tidak hanya di bangku kuliah tapi juga di luar lingkungan kampus merupakan
tanggung jawab edukasi yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Untuk itu
penulis sadar lamanya waktu studi yang di butuhkan untuk menempuh jenjang S1
ini bukan merupakan pencapaian yang sempurna, tapi ini adalah yang terbaik
yang bisa penulis capai. Jenjang pendidikan yang sekarang di tempuh sungguh
merupakan jembatan untuk menggapai cita-cita. Untuk itu terima kasih yang tak
terhingga kepada ayahandaku tercinta Abdul Kadir dan ibundaku Milla, atas
segala doa, nasehat, kasih sayang, bimbingan, dorongan, pengertian,
kesabarannya, dan kerja kerasnya setiap waktu agar putra-putrinya bisa terus
sekolah setinggi-tingginya. Saudara-saudaraku ; Rusmin Kadir, Resti Kadir,
Ria Kadir, Siti Hardianti Kadir, Amma, Arman, terima kasih atas doanya,
pengertiannya, dukungan moril dan materialnya, kalian adalah panutan bagiku.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Kakek Kasing, BBA, Nenek Hasbiah,
v

Nenek Kariati sebagai orangtua kedua selama penulis menuntut ilmu di Fakultas
Teknik Universitas Tadulako yang selalu memberi kasih saying, dukungan doa
dan moril serta nasehat-nasehat yang sangat berharga.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat serta terima
kasih yang sedalam-dalamnya Kepada Bapak Alifi Yunar, ST.MT selaku
pembimbing I dan Bapak Totok Haricahyono, ST.MT selaku pembimbing II
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, koreksi,
dan arahan selama penyusunan Skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Drs. Sahabuddin Mustafa, M.Si, Selaku Rektor Universitas
Tadulako.
2. Bapak Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin M.Si selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
3. Bapak Ir. Burhan Tatong selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.
4. Ibu Ir. Shyama Maricar, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
5. Ibu Ir. Pudji Astutiek, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
6. Bapak Nurhidayat, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
7. Bapak Kusnindar Abd. Chauf, ST. MT selaku Ketua Program Studi S1
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
8. Bapak Ir. Arody Tanga, MT selaku Ketua Konsentrasi Bidang Keairan
Fakultas Teknik Universitas Tadulako
9. Bapak Yassir Arafat, ST.MT dan Bapak Ir. Burhan Tatong sebagai
Dosen Wali.
10. Tim Dosen Penguji, Bapak Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin M.Si, Bapak
Ir. Arody Tanga, MT, Bapak Yassir Arafat, ST.MT, Bapak DR. Andi
Rusdin, ST.MT.M.Sc, dan Bapak DR. Sance Lipu, ST.M Eng, yang telah
memberikan masukan berarti selama ujian.
vi

11. Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
12. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas Tadulako
13. Bapak Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Sulawesi Tengah.
14. Sahabatku Naftali Pali, Yoel Pasang, Amd, Suardi Sada, Amd, terima
kasih doa dan pengertiannya selama ini.
15. Teristimewa buat Ade Aby dan Ade Anzy, terima kasih doa dan dukungan
morilnya selama ini, Tetap sayang sama orang tua na.!!!!
16. Sahabat - sahabat Smile 05 : Indrawan, Ikbal, Acal, Zul, Adit, Edi,
Febri, Hendra, Amin, Opan, Windra, Amd, Memet, Acang, Imam,
Iman, Mukti, Awin, Odet (Alm), Jefri, Rifki, Ucang, Sigit, Ipul, Ijal,
Fikal, Adri, Ikhy, Sahab, Wawan, Ready, Josua, Randi terima kasih atas
semua bantuanya, suka dukanya, selalu menemani dari awal kuliah hingga
sekarang ini, dan makasih untuk kebersamaannya. Smangat...Frenn...!!!!
17. Sahabat - sahabat seperjuanganku Civil 05; Yuyun, Aci, Intan,ST, Alfi,
Mida,ST, Anti, Degus,ST, Dita,ST, Vivi, dan teman-teman yang lain yang
tidak sempat di tulis satu persatu. Thanx tuk semuanya guys.!!
18. Teman-teman seperjuangan lainnya, senior dan juniorku yang tidak sempat
disebut satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang menyenangkan
selama ini.
Atas jerih payah, bimbingan, bantuan serta dorongan yang berharga itu,
penulis tidak dapat memberikan balas jasa apapun, kecuali memohon kepada
Allah SWT agar melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, dan
segala kritikan serta saran-saran yang menuju ke arah perbaikan tulisan ini sangat
diharapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi kita semua serta mendapatkan Ridho Allah SWT. Amien.

Palu, November 2010
Penulis,

Ramli Kadir
vii

ABSTRACT
RAMLI KADIR, F 111 05 090. Micro Hydro Power Plant Design at Marimpa
River at Pinembani Subdistrict (guided by Alifi Yunar and Totok Haricahyono).
The research is done due to the lacle of electricity in pinembani area, thus
this is the main reasor to explore the potency of Marimpa riveo for the Micro
Hydro Power Development.
The objective of this study is to calculate the rate of dependable flow, that
the electricity could be produced and to design the Micro Hydro Power Scheme.
The study begin with the collection of secondary data, such as the data of
rain fall, climatic data, catchment area, population, that gained from Balai
Wilayah Sungai Sulawesi III and Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. The
Method that apply for evapotranspiration calculation is Penman Modification.
Dependable flow analyzed by using F. J. Mock method. The research result shows
that the dependable flow according to F.J. Mock method is 0,064 m
3
/s and the
energy produced is 3,696 kW.
Key Words : Rate of flow, energy, design.













viii

ABSTRAK
RAMLI KADIR, F 111 05 090. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani (Dibimbing oleh Alifi
Yunar dan Totok Haricahyono).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi daerah Pinembani yang belum
terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar untuk memberdayakan
potensi air sungai Marimpa menjadi sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
Studi ini bertujuan untuk menghitung debit andalan, daya yang dapat
dihasilkan dan membuat desain dasar Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH).
Dalam memulai studi ini dilakukan pengumpulan data sekunder, seperti
data curah hujan, data klimatologi, Catchment area, data penduduk, yang
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Badan Pusat Statistik
Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan dalam perhitungan Evapotranspirasi
yaitu Metode Penman Modifikasi. Perhitungan Debit Andalan menggunakan
Metode F.J.Mock. Hasil penilitian menunjukan bahwa Metode F.J.Mock
menghasilkan debit andalan sebesar 0,064 m
3
/detik dan daya yang dihasilkan
sebesar 3,696 kW.
Kata Kunci : Debit Andalan, Daya, Desain.









ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..... i
LEMBAR PENGESAHAN .. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .. iii
KATA PENGANTAR .. iv
ABSTRACT vii
ABSTRAK . viii
DAFTAR ISI ........ ix
DAFTAR TABEL .... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .... 1
1.2 Rumusan Masalah . 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ...... 2
1.5 Metode Penulisan .... 3
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Daerah Penelitian ..... 4
2.2 Kondisi Sosial Ekonomi..... 4
2.2.1 Tata Guna lahan 4
2.2.2 Pendidikan.... 5
2.2.3 Populasi. 5
2.3 Kondisi Topografi ...... 5
2.3.1 Gambaran Umum Lokasi.. 5
2.3.2 Peta Topografi... 6
2.4 Kondisi Hidrologis. 6
x

2.4.1 Umum.... 6
2.4.2 Iklim...... 6
2.4.3 Kualitas Air... 11
2.4.4 Curah Hujan.. 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum ........ 16
3.2 Debit Andalan ....... 16
3.2.1 Metode Penman Modifikas . 17
3.2.2 Metode F.J.Mock . 19
3.3 Tinjauan Teknis ..... 23
3.3.1 Pengertian dan Prinsip PLTA .. 23
3.3.2 Penentuan Tinggi Jatuh Efekti 24
3.3.3 Penentuan Debit Turbin ... 25
3.4 Klasifikasi PLTA ...... 26
3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan .. 26
3.4.2 Penggolongan Menurut Aliran Air .. 26
3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro .. 27
3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air . 27
3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro . 28
3.5.3 Rencana Konsep Rancang Bangun Mikrohidro ... 29
3.5.4 Komponen Pokok Mikro Hidro .. 30
3.6 Pemilihan Turbin ... 37
3.6.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin ... 38
3.7 Perencanaan Daya Listrik ......... 41
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian ... 43
4.2 Alat dan Bahan Penelitian ..... 43
4.3 Langkah-langkah Penelitian ... 43
4.4 Pengumpulan Data ..... 44
4.5 Bagan Alir Penelitian . 46

xi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Debit Andalan ........ 47
5.1.1 Evaluasi Data ... 47
5.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial ... 47
5.1.3 Perhitungan Debit Andalan Sungai.. 52
5.2 Debit Banjir.. ...... 68
5.2.1 Analisis Frekuensi ... 68
5.2.2 Debit Banjir Rancangan Metode Rasional .. 73
5.3 Desain Dasar ......75
5.4 Data Desain .... 75
5.5 Desain Dasar Pekerjan Sipil ... 76
5.5.1 Bangunan Pengalih Aliran (Cofferdam) .. 76
5.5.2 Bendung .. 77
5.5.3 Bangunan Pengambilan (Intake) ......82
5.5.4 Saluran Pembawa .... 85
5.5.5 Bangunan Pengendap Sedimen 87
5.5.6 Pipa Pesat (Penstock) .. 90
5.5.7 Kehilangan Tenaga (Head Loss) . 92
5.5.8 Rumah pembangkit . 95
5.5.9 Saluran Pembuang Akhir (Tail Race) .. 95
5.6 Kapasitas Daya dan Produksi Energi .... 96
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ... 98
6.2 Saran ...... 98
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR DESAIN
LAMPIRAN




xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelembaban Relatif Stasiun Porame .... 7
Tabel 2.2 Temperatur Rata-Rata Bulanan Stasuin Porame ...... 8
Tabel 2.3 Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Porame ...... 9
Tabel 2.4 Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Porame ... 10
Tabel 2.5 Curah Hujan Bulanan Stasiun Porame ..... 12
Tabel 3.1 Hubungan antara T dengan Ea, W dan f(t) ........................... 18
Tabel 3.2 Radiasi Ekstra Matahari (Ra) Dalam Evaporasi Ekivalen
(mm/hr) Dalam Hubungannya dengan Letak Lintang .... 18
Tabel 3.3 Maksimum Penyinaran Matahari .... 19
Tabel 3.4 Daerah Operasi Turbin ..... 38
Tabel 3.5 Efisiensi Turbin . 39
Tabel 5.1 Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan dengan Metode
Penman Modifikasi .. 51
Tabel 5.2 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2000 ... 56
Tabel 5.3 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2001 ... 57
Tabel 5.4 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2002 ... 58
Tabel 5.5 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2003 ... 59
Tabel 5.6 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2004 ... 60

xiii

Tabel 5.7 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2005 ... 61
Tabel 5.8 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2006 ... 62
Tabel 5.9 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2007 ... 63
Tabel 5.10 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2008 ... 64
Tabel 5.11 Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2009 ... 65
Tabel 5.12 Debit Andalan Sungai Marimpa 66
Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Debit Andalan Metode F.J.Moc ... 67
Tabel 5.14 Curah Hujan Rerata Bulanan Maksimum 68
Tabel 5.15 Uji Konsistensi C.H.Bulanan Maksimum Metode RAPS. 70
Tabel 5.16 Analisis Frekuensi Metode Gumbel .. 73
Tabel 5.17 Analisis Banjir Metode Rational Berdasarkan Analisis
frekuensi Metode Gumbel . 74
Tabel 5.18 Koefisien Kehilangan Tenaga pada Bengkokan Pipa . 93
Tabel 5.19 Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Belokan Pipa . 93
Tabel 5.20 Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Tiap Belokan . 94
Tabel 5.21 Kapasitas Bangkitan Energi PLTMH Marimpa 97





xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Lokasi Penelitian .... 13
Gambar 2.2 Lokasi Penelitian ....... 14
Gambar 2.3 Daerah Cathment Area ....... 15
Gambar 3.1 Komponen Pokok Mikrohidro .... 31
Gambar 3.2 Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin ............... 41
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian ......................................................... 46
Gambar 5.1 Kurva Durasi Debit Aliran Sungai .................................... 66
Gambar 5.2 Grafik Debit Andalan Dengan Metode F.J.Mock ............... 67
Gambar 5.3 Grafik Curah Hujan Rerata Daerah Bulanan Maksimum .. 68
Gambar 5.4 Grafik Analisis Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel. 73
Gambar 5.5 Grafik Banjir Rancangan Metode Rational Berdasarkan
Analisis Frekuensi Metode Gumbel ................................... 75
Gambar 5.6 Sketsa Penampang Rata-Rata Sungai Marimpa ............... 80
Gambar 5.7 Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung ......................... 81
Gambar 5.8 Sketsa Bangunan Bendung dan Intake .............................. 82
Gambar 5.9 Type Pintu Intake .............................................................. 84
Gambar 5.10 Sketsa Potongan Memanjang Saluran Pembawa .............. 86
Gambar 5.11 Skema Potongan Memanjang Bangunan Pengendap
Sedimen ............................................................................. 87
Gambar 5.12 Sketsa Bangunan Kantong Sedimen .................................. 90
xv

Gambar 5.13 Koefisien Kehilangan Tinggi Energi Untuk Peralihan-
Peralihan Saluran Trapesium ke Pipa, dan Sebaliknya ..... 92
Gambar 5.14 Ketersediaan Daya & Produksi Energi .............................. 97






















xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Tabel PN.1 Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar),
W, (1-W) dan f (t) 100
Lampiran B Tabel PN.2 Besaran Nilai Angot (Ra) dalam Evaporasi
Ekivalen (mm/hari) dalam hubungannya dengan
letak lintang (untuk daerah Indonesia, antara
5 LU sampai 10 LS).. 101
Lampiran C Tabel PN.3 Hubungan nilai (Rs) dengan (Ra) dan (n/N)
Rs = (0,25 + 0,54 n/N). Ra 102
Lampiran D Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai
keadaan (RH) guna penggunaan rumus Penman. 103
Lampiran E Tabel PN.5 Besaran f (ed), f (ed) = 0,34 0,044 ,
guna perhitungan rumus Penman.. 104
Lampiran F Tabel PN.6 Besaran f (n/N), f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N,
guna perhitungan rumus Penman 105
Lampiran G Tabel PN.7 Besaran f (u), f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864),
guna perhitungan rumus Penman. 105
Lampiran H Tabel PN.8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus
Penman (berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan
angin siang/malam di daerah Indonesia). 106
Lampiran I Tabel Nilai Q/n
0,5
dan R/n
0,5
106
Lampiran J Tabel Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan
Jumlah Data (n) .... 107
Lampiran K Tabel Hubungan Antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi
Data dengan Junmlah Data (n) . 108
Lampiran L Data Curah Hujan Harian ....109
Lampiran M Dokumentasi Lokasi Penelitian . 119



1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu utilitas utama perumahan yang harus
di penuhi di dalam pembangunan suatu perumahan baik perumahan
sederhana maupun di dalam pembanguan rumah susun. Permasalahan
yang ada saat ini adalah terbatasnya suplai tenaga listrik yang
mengakibatkan krisis energi tenaga listrik.
Daerah-daerah terpencil dan pedesaan umumnya tidak terjangkau
jaringan listrik. Dalam kondisi dinamika, solusi yang memadai adalah
dengan menyediakan pembangkit listrik setempat seperti generator
(genset) yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Solusi lainnya
adalah menggunakan sumber energi lain yang berasal dari air, angin,
cahaya matahari, dan biomass. System ini lazim disebut dengan
pembangkit listrik skala kecil tersebar (PSK Tersebar) yang dianjurkan
untuk menggunakan energi terbarukan. Hal ini juga tidak memungkinkan
bagi perumahan di perkotaan mengingat krisisnya energy yang ada pada
saat ini.
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi
pembangkit listrik yang menggunakan energy air. Kondisi air yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah
memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dari instalasi. Semakin
besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin
besar energy yang bias dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Dengan melihat keadaan daerah Pinembani dan sekitarnya yang
belum terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar untuk
memberdayakan potensi air sungai Marimpa menjadi sumber pembangkit
tenaga listrik yang diharapakan dapat membantu masyarakat Pinembani,
2
khusunya desa Dangaraa dalam meningkatkan keadaan ekonomi dan
memenuhi kebutuhan kelistrikan di daerah tersebut. Untuk itulah akan
direncanakan PLTMH yang system pengalirannya menggunakan saluran
terbuka dan tertutup (pipa).
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis akan membahas tentang
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di
Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penulisan ini adalah :
1. Debit yang dihasilkan dari aliran sungai Marimpa.
2. Daya yang bisa dihasilkan dari aliran sungai Marimpa.
3. Besarnya kebutuhan listrik yang akan digunakan masyarakat desa
Dangraa.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah untuk melakukan suatu survey
dan study kelayakan pemanfaatan sumber air sungai Marimpa dalam
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang bisa
memenuhi kebutuhan listrik pada masyarakat Pinembani.
Tujuan penulisan ini yaitu untuk menghitung debit andalan, daya
yang bisa dihasilkan dan membuat desain dasar Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan mengacu pada sistem sejenis yang
sudah terpasang di daerah lain.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara khusus Perencanaan PLTMH di Sungai Marimpa
diperuntukkan bagi penulis mengaplikasikan ilmunya yang diperoleh dari
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako pada Sungai
Marimpa Kecamatan Pinembani, secara umum Perencanaan PLTMH di
Sungai Marimpa dengan daya yang dihasilkan akan diperuntukkan sebagai
3
penerangan untuk masyarakat, pendidikan, industri kecil maupun lahan
penelitian yang mungkin dapat dilaksankan didaerah tersebut.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Studi Pustaka
Yaitu berupa studi literature serta mengutip bagian-bagian yang ada
relevansinya dengan judul tugas akhir ini.
2. Pengumpulan Data
Mencari data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir, data-
datanya berupa :
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
oleh peneliti.
b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
berbagai sumber.
3. Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh baik data primer maupun data
sekunder diolah untuk dianalisa.
4. Analisa dan Pembahasan
Melakukan analisa terhadap pokok permasalahan penulisan yang
didukung oleh data yang diperoleh serta variable-variabel lain yang
sesuai, dan memberikan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh.
5. Kesimpulan dan Saran
Memberikan kesimpulan dan saran mengenai langkah apa yang bisa
dilakukan terhadap permasalahn yang diteliti.





4
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Dangraa yaitu di Kecamatan
Pinembani Kabupaten Donggala.
Jarak antara Desa Dangraa kecamatan Pinembani dengan kota Palu
48 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 4 sejauh
30 km dan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda 2 sejauh 18
km. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ini berada
pada bagian hulu Bangkalang (Sungai) Marimpa. Jarak antara pusat desa
Dangraa Kec.Pinembani dengan lokasi rencana PLTMH adalah lebih kurang
4 km, dengan Pemukiman terdekat adalah 2 km.
2.2. Kondisi Sosial Ekonomi
2.2.1. Tata Guna Lahan
Desa Dangaraa dengan luas wilayah 7,24 Km
2
terdiri dari :
- Lahan Kering
a. Bangunan Halaman 2,3 Ha.
b. Kebun 124 Ha.
c. Huma 25 Ha.
d. Rawa 1 Ha.
e. Hutan Negara 227 Ha.
f. Lahan Kosong 136 Ha.
g. Lainnya 183 Ha.
- Tanah Sawah Irigasi Sederhana 25,7 Ha.
Jumlah 724 Ha.
Bagian hulu sungai ini masih merupakan kawasan hutan.
Sedangkan disekitar rencana pembangunan PLTMH ini, sungai
5
mengalir melalui kawasan perkebunan coklat dan kelapa
masyarakat. Tata guna lahan pada lokasi rencana bangunan
pengambilan hingga rumah pembangkit adalah lahan perkebunan
masyarakat.
2.2.2. Pendidikan
Dengan asumsi anak usia sekolah terdapat 25% sehingga
jumlah penduduk usia sekolah pada desa ini adalah 53 anak. Sarana
pendidikan yang ada adalah I SD dengan ruang kelas sejumlah 3
buah dan ruang belajar 6 buah.
2.2.3. Populasi
Pada tahun 2008 (data statistik terakhir), jumlah penduduk
desa Dangaraa 315 jiwa dengan jumlah rumah tangga 67 KK.
Dengan luas wilayah Desa Dangaraa 7,24 km
2
, maka kepadatan
penduduk desa ini adalah hanya 14 jiwa/km
2.
(Sumber : Badan
Pusat Statistik Sulawesi Tengah).
2.3 Kondisi Topografi
2.3.1. Gambaran Umum Lokasi
Kecamatan Pinembani merupakan sebagian besar wilayahnya
adalah pegunungan. Salah satu sungai pada kecamatan Pinembani
adalah sungai Marimpa yang terletak di desa Dangraa yang
menjadi wilayah penelitian untuk perencanaan PLTMH. Topografi
disekitar lokasi rencana PLTMH Sungai Marimpa adalah
perbukitan. tinggi tebing rata-rata 2 meter dengan kemiringan 45
0
.
Dari rencana bendung/intake ke hilir, kemiringan dasar sungai
adalah 9,88 % dan tinggi tebing rata-rata 3 meter.
Skema PLTMH ini berada pada bagian kanan sungai dengan
pertimbangan topografi lebih datar dan rata dari pada bagian kiri
sehingga dalam perencanaannya lebih muda.

6
2.3.2. Peta Topografi
Dalam studi ini digunakan peta topografi yaitu peta rupa
bumi Indonesia skala 1 : 50.000 sumber BAPPEDA. Disamping
itu, juga digunakan peta topografi disekitar lokasi dengan skala
1:10.000 yang mencakup lokasi bendung, jalur pipa dan rumah
pembangkit dari hasil pengukuran langsung di lapangan.
2.4 Kondisi Hidrologis
2.4.1. Umum
Pada perencanaan pembangunan PLTMH ini, data hidrologi
digunakan untuk memperhitungkan daya dan dimensi struktur
bangunan sipil yang diperlukan. Data hidrologi yang diperlukan
guna merencanakan PLTMH antara lain : data curah hujan, data
klimatologi, perhitungan debit jangka panjang (longterm run off)
dan perhitungan tinggi banjir.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya air sungai
Marimpa ini, Data yang digunakan berupa data sekunder yang di
peroleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah,
kantor BAPEDA Sulawesi Tengah Kantor PU Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Balai Sulawesi III.
2.4.2. Iklim
Berdasarkan data klimatologi pada stasiun Lalundu, dengan
serial data dari tahun 2000 sampai dengan 2009, dibuatlah tabulasi
iklim seperti yang disajikan pada tabel 2.1 sampai dengan 2.4.
sebagai berikut :
7
Tabel 2.1. Kelembaban Relatif Stasiun Porame
7

8
Tabel 2.2. Temperatur Rata-rata Bulanan Stasiun Porame


















8

9
Tabel 2.3. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Porame


















9

10
Tabel 2.4. Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Porame
1
0

11
2.4.3 Kualitas Air
Saat dilakukan survey tidak tampak adanya tanda-tanda
kehawatiran tentang kualitas air. Hal ini juga ditunjukkan oleh
adanya ternak masyarakat yang memakai air sungai ini sebagai air
minum.
2.4.4 Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan harian pada stasiun Tanamea
dan Porame, dengan serial data dari tahun 2000 sampai dengan
2010, dibuatlah tabulasi curah hujan bulanan seperti yang disajikan
pada tabel 2.5. sebagai berikut:








12
Tabel 2.5.. Curah Hujan Bulanan Stasiun Porame (mm/bln.)


















1
2

13
L















Gambar 2.1 Lokasi Penelitian
1
3

14















Gambar 2.2 Lokasi Penelitian 1
4

15















Gambar 2.3 Daerah Cathment Area
1
5

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Umum
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), mempunyai
kelebihan dalam hal biaya operasi yang rendah jika dibandingkan dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), karena minihidro
memanfaatkan energi sumber daya alam yang dapat diperbarui, yaitu
sumber daya air (Endardjo, et, all 1998). Dengan ukurannya yang kecil
penerapan mikro hidro relative mudah dan tidak merusak lingkungan.
Rentang penggunaannya cukup luas, terutama untuk menggerakkan
peralatan atau mesin-mesin yang tidak memerlukan persyaratan stabilitas
tegangan yang akurat (Endardjo, et, all 1998).
Analisa hidrologi sangat diperlukan dalam merencanakan
pembangkit listrik mikrohidro, yaitu untuk menentukan debit andalan dan
debit pembangkit yang diperlukan untuk menentukan kapasitas dan energi
yang dihasilkan oleh PLTMH tersebut.
3.2 Debit Andalan
Guna mendapatkam kapasitas PLTM, tidak terlepas dari
perhitungan berapa banyak air yang dapat diandalakan untuk
membangkitkan PLTM. Debit anadalan adalah debit minimum (terkecil)
yang masih dimungkinkan untuk keamanan operasional suatu bangunan
air, dalam hal ini adalah PLTM.
Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan sungai.
Dalam perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini,
dikarenakan minimalnya data maka metode perhitungan debit andalan
menggunakan metode simulasi perimbangan air dari Dr. F.J.Mock
(KP.01,1936). Dengan data masukan dari curah hujan di Daerah Aliran
Sungai, evapotranspirasi, vegetasi dan karakteristik geologi daerah aliran.
17
Metode ini menganggap bahwa air hujan yang jatuh pada daerah
aliran (DAS) sebagian akan menjadi limpasan langsung dan sebagian akan
masuk tanah sebagai air infiltrasi, kemudian jika kapasitas menampung
lengas tanah sudah terlampaui, maka air akan mengalir ke bawah akibat
gaya gravitasi
3.2.1 Metode Penman Modifikasi
Data terukur yang dibutuhkan yaitu letak lintang (LL), suhu udara
(t), kecerahan matahari (n/M), kecepatan angin (u) dan kelembaban
relatif (RH) dengan rumus :
Eto = c x Eto*
Eto*

= W(0,75 x Rs Rn1) + (1 W) x (f(u) x (ea ed) (3.1)
Dimana :
c = Factor koreksi penman
w = Factor penimbangan untuk suhu dan elevasi daerah
Rs = Jumlah radiasi gelombang pendek
Rs = (0,25 + 0,54 n/M) x Ra .. (3.2)
Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
Atmosfer (mm/hr)
n =Rata-rata cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)
N = Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam
satu hari
Rn = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr)
Rn = f(t) x f(ed) x f(n/N) (3.3)
f(t) = fungsi suhu
f(ed) = fungsi tekanan uap
f(n/N) = fungsi kecerahan matahari
f(u) = 0,27 (1 + u x 0,864) ............................................ (3.4)
f(u) = fungsi kecepatan angin
f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N ....................................................... (3.5)


18
ea-e = defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap jenuh
(ea) pada T rata-rata dalam (mbar) dan tekanan uap
sebenarnya (ed) dalam (mbar)
ea=ed = ea x RH/100.......................................................... (3.6)

Tabel 3.1. Hubungan antara T dengan Ea, W dan f(T)









Tabel 3.2.Radiasi ekstra matahari (Ra) dalam evaporasi ekivalen
(mm/hari) dalam hubungan dengan letak lintang (untuk daerah
Indonesia, antara 5 LU - 10 LS)






Ea W (1 - W)
mbar
20 23,40 0,68 0,32 14,60
21 24,90 0,70 0,30 14,80
22 26,40 0,71 0,29 15,00
23 28,10 0,72 0,28 15,20
24 29,80 0,73 0,27 15,40
25 31,70 0,74 0,26 15,70
26 33,60 0,75 0,25 15,90
27 35,70 0,76 0,24 16,10
28 37,80 0,77 0,23 16,30
29 40,10 0,78 0,22 16,50
30 42,40 0,78 0,22 16,70
31 44,90 0,79 0,21 17,00
32 47,60 0,80 0,20 17,20
33 50,30 0,81 0,19 17,50
34 53,20 0,81 0,19 17,70
35 56,20 0,82 0,18 17,90
36 59,40 0,83 0,17 18,10
37 62,80 0,84 0,16 18,30
38 66,30 0,84 0,16 18,50
39 69,90 0,85 0,15 18,70
suhu (T) f (T)
Elevasi 1 - 250 m
19
Tabel 3.3. Maksimum Penyinaran Matahari (N)




3.2.2. Metode Meteorological Water Balance Dr. F.J. Mock
Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun 1973
dimana metode ini didasarkan atas fenomena alam dibeberapa
tempat di Indonesia. Dengan metode ini, besarnya aliran dari data
curah hujan , karakteristik hidrologi daerah pengaliran dan
evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah
hujan yang jatuh pada catchment area sebagian akan hilang sebagai
evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran
permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam
tanah (infiltrasi), dimana infiltrasi pertama-tama akan menjenuhkan
top soil, kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah tanah
(ground water) yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai aliran
dasar (base flow). Adapun ketentuan dari metode ini adalah sebagai
berikut :
1. Data meteorologi
Data meterologi yang digunakan mencakup :
a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan
data curah hujan harian.
b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan
udara, tempratur udara dan penyinaran matahari untuk
menentukan evapotranspirasi potensial (Eto) yang dihitung
berdasarkan metode Penman Modifikasi
2. Evapotranspirasi Aktual ( Ea)
Penentuan harga evapotranspirasi actual ditentuakan
berdasarkan persamaan :
Lintang
Utara
Lintang
Selatan
10 11,60 11,80 12,00 12,30 12,60 12,70 12,60 12,40 12,10 11,80 11,60 11,50
5 11,80 11,90 12,00 12,00 12,30 12,30 12,40 12,30 12,10 12,00 11,90 11,80
0 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00
Jul Aug Jan Peb Apr Mar Mei Jun
Jul Aug Sep Okt Mei Jun
Sept Nop Des Okt
Apr Peb Mar Nop Des Jan
20
E = Eto x d/30 x m ... (3.7)
E = Eto x (m / 20) x (18-n) .. (3.8)
Ea = Eto E (3.9)
Dimana :
Ea = Evapotranspirasi aktual (mm)
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)
d = 27 (3/2) x n
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
m = Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak
tertutup dengan tumbuh-tumbuhan penahan hujan koefisien
yang tergantung jenis areal dan musiman dalam % )
m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat.
m = Untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim
dan bertambah 10 % setiap bulan berikutnya.
m = 10 40% untuk lahan yang erosi
m = 30 50 % untuk lahan pertanian yang diolah ( sawah )
3. Keseimbangan air dipermukaan tanah (S)
a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
AS = R Ea . (3.10)
Dimana :
S = Keseimbangan air dipermukaan tanah
R = Hujan Bulanan
Ea = Evapotranspirasi Aktual
Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke dalam
tanah bila kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi.
Sebaliknya bila kondisi kelembapan tanah sudah tercapai
maka akan terjadi limpasan permukaan (surface runoff).
Bila harga tanah AS negatif ( R > Ea ) , air hujan tidak dapat
masuk kedalam tanah (infltrasi) tetapi air tanah akan keluar
dan tanah akan kekurangan air (defisit)
21
b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari
harga AS. Bila AS negatif maka kapasitas kelembapan tanah
akan kekurangan dan bila harga AS positif akan menambah
kekurangan kapasitas kelembapan tanah bulan sebelumnya.
c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity). Didalam
memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan
pada saat dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung
dari kondisi porositas lapisan tanah atas dari daerah
pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas
kandungan air didalam tanah per m3. semakin besar porositas
tanah maka kelembapan tanah akan besar pula.
d. Kelebihan Air (water surplus)
Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb :
WS = AS - Tampungan tanah ... (3.11)
Dimana :
WS = water surplus
S = R- Ea
Tampungan Tanah = Perbedaan Kelembapan tanah.
4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground
Water storage ).
a. Infiltrasi (i)
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Daya infiltrasi
ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari tanah. Misalnya
kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan
yang terjal dimana air sangat cepat menikis diatas permukaan
tanah sehingga air tidak dapat sempat berinfltrasi yang
menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil. Formula dari
infiltrasi ini adalah sebagai berikut :

22
i = Koefisien Infiltrasi x WS ... (3.12)
Dimana :
i = Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 )
WS = kelebihan air
b. Penyimpanan air tanah (ground water storage)
Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan
penyimpanan air awal yang besarnya tergantung dari kondisi
geologi setempat dan waktu.Persamaan yang digunakan
adalah (sumber : PT. Tricon Jaya, Sistim Planing Irigasi
Ongka Persatuan Kab. Donggala Hal V-4)
Vn = k. (V
n

1
) +

(1 + k ) i
n
.. (3.13)
Dimana :
Vn = Volume simpanan ait tanah periode n ( m3)
V
n

1
= Volume simpanan air tanah periode n 1 (m3)
K = qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment
are recession factor ). Faktor resesi aliran tanah (k)
berkisar antara 0 s/d 1
qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)
i
n
= Infiltrasi bulan ke n (mm)
Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah
mengikuti persamaan : A V
n =
V
n
- V
n

1 .
(3.14)
c. Limpasan (Run off )
Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju
kesungai. Satu bagian akan mengalir sebagai limpasan
permukaan dan masuk kedalam tanah lalu mengalir ke kiri
dan kananya membentuk aliran antara. Bagian ketiga akan
berperkolasi jauh kedalam tanah hingga mencapai lapisan air
tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering
digabungkan sebagai limpasan langsung (direc runoff)
23
Untuk memperoleh limpasan, maka persamaan yang
digunakan adalah :
BF = I - ( AVn ) ....................... (3.15)
Dro = WS I ........ (3.16)
Ron = BF +Dro ... (3.17)
Dimana :
BF = Aliran dasar (M
3
/dtk/km)
I = Infltrasi (mm)
AVn = Perubahan volume aliran tanah (M
3
)
Dro = Limpasan Langsung (mm)
WS = Kelebihan air
Ron = Limpasan periode n (M
3
/dtk/km
2
)
d. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya.
Persamaan yang digunakan adalah
Qn = Ron x A .. (3.18)
Dimana :
Qn = Banyaknya air yg tersedia dari sumbernya
periode n (m
3
/dtk)
A = Luas daerah tangkapan (catchment area) Km
2
3.3 Tinjauan Teknis
3.3.1 Pengertian dan prinsip PLTA
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu
bentuk perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu
menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan
generator. Daya (power) yang dihasilkan dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
P = 9,8 x H
eff
x Q (kW) ................................................... (3.19)



24
Dimana :
P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoritis
H = Tinggi air jatuh efektif (m)
Q = Debit Pembangkit (m
3
/det)
9,8 = Percepatan grafitasi = 9,81m/s
2

Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di atas,
daya yang dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit
air, oleh karena itu berhasilnya pembangkitan tenaga air tergantung
dari pada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang
besar secara efektif dan ekonomis. Pada umumnya debit yang besar
membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar misalnya,
bangunan ambil air (intake), saluran air dan turbin (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
3.3.2 Penentuan Tinggi jatuh Efektif
1. Jenis saluran air
Tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi
tinggi jatuh total (dari permukaan air pada pengambilan sampai
permukaan air saluran bawah) dengan kehilangan tinggi pada
saluran air (Arismunandar dan Kuwahara, 1991). Tinggi jatuh
penuh (Full head) adalah tinggi air yang bekerja efektif pada
turbin yang sedang berjalan. Untuk jenis saluran air, bila
diketahui permukaan air pada bangunan pengambilan dan
saluran bawah serta debit air, maka tinggi jatuh efektif
kemudian dapat ditentukan, dengan dasar pertimbangan
ekonomis. Misalnya, bila kehilangan tinggi jatuh air dapat
dikurangi dengan memperbesar penampang saluran air atau
memperkecil kemiringannya, maka tinggi jatuh dapat digunakan
dengan efektif (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
2. Jenis waduk atau waduk pengatur
Jika naik turunnya permukaan air waduk sudah dapat
ditentukan, maka tinggi jatuh efektif maksimum dan minimum
25
dapat ditentukan seperti diuraikan diatas, sesuai dengan
permukaan air waduk dalam keadaan maksimum dan minimum.
Namun apanila naik turunnya permukaan air yang ada sangat
besar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tinggi jatuh normal
Ini adalah tinggi jatuh efektif yang dipakai sebagai dasar
untuk menentukan tenaga yang dihasilkan atau efisiensi dari
turbin. Pada umumnya turbin dapat bekerja dengan efisiensi
maksimal pada tinggi jatuh ini.
b) Perubahan tinggi jatuh
Kapasitas efektif waduk dan naik turunnya permukaan air
waduk ditentukan berdasarkan atas daya puncak yang
dihasilkan dan lamanya hal ini berlangsung ; hal ini
disesuaikan dengan hubungan antara penyediaan dan
kebutuhan tenaga, rencana penyediaan tenaga pada musim
kemarau, pemanfaatan air banjir, dan lain-lain.
3.3.3 Penentuan Debit Turbin
1. Debit maksimum
Debit maksimum turbin ditentukan sedemikian rupa
sehingga biaya konstruksinya menjadi minimum berdasarkan
lengkung debit sepuluh tahun terakhir atau lebih. Nilainya pada
umumnya dua kali debit dalam musim kemarau (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
2. Jumlah air pasti
Jumlah air pasti (firm water quantity) adalah jumlah air
yang pasti dapat dimanfaatkan sepanjang tahun. Ini diperoleh
dari jumlah air dalam musim kering dikurangi dengan jumlah air
yang dialirkan dibagian hilir untuk keperluan pengairan,
perikanan, pariwisata, dan lain-lain (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).

26
3.4 Klasifikasi PLTA
3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan (Arismunandar
dan Kuwahara, 1997).
Pusat listrik jenis terusan air (water way) adalah pusat
listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) dihulu sungai,
dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan
(gradient) yang agak kecil. Tenaga listrik dibangkitkan dengan
memanfaatkan tinggi terjun dengan kemiringan sungai tersebut.
Jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik dengan
bendungan yang melintang sungai guna menaikan permukaan air
dibagian hulu bendungan dan membangkitkan tenaga listrik
dengan memanfaatkan tinggi terjun yang diperoleh antara
disebelah hulu dan hilir sungai.
Pusat listrik jenis bendungan dan terusan air merupakan
jenis gabungan dari kedua jenis tersebut diatas. Jenis ini
membengkitkan tenaga listrik dengan menggunakan tinggi terjun
yang didapat dari bendung dan terusan.
3.4.2 Penggolongan Menurut Aliran Air
Pusat listrik jenis aliran sungai langsung (run of river)
kerap kali dipakai pada pusat listrik jenis saluran air. Jenis ini
membangkitkan tenaga listrik dengan memanfatkan aliran air
sungai itu sendiri secara alamiah.
Pusat listrik dengan kolam pengatur (regulating pond)
mengatur aliran sungai setiap hari atau setiap minggu dengan
menggunakan kolam pengatur yang dibangun melintang sungai dan
membangkitkan tenaga listrik sesuai dengan perubahan beban.
Pusat listrik jenis waduk (reservoir) mempunyai sebuah
bendungan besar yang dibangun melintang. Dengan demikian
terjadi sebuah danau buatan, kadang-kadang sebuah danau asli
dipakai sebagai waduk. Air yang dihimpun dalam musim hujan
27
dikeluarkan pada musim kemarau, jadi pusat listrik jenis ini sangat
berguna untuk pemakaian sepanjang tahun.
Pusat listrik jenis pompa (pumped storage) adalah jenis
PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan pada
musim hujan atau pada saat pemakaian tenaga listrik berkurang
pada tengah malam. Pada waktu itu air dipompa ke atas dan
disimpan dalam waduk. Jadi pusat listrik jenis ini memanfaatkan
kembali air yang didapat untuk membangkitkan tenaga listrik pada
beban puncak pada siang hari.
3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air
Akhir-akhir ini di dunia termasuk negara-negara maju,
memperhatikan pembangunan PLTA berkapasitas kecil. Pembagian
PLTA dengan kapasitas kecil pada umumnya adalah sebagai
berikut (Patty, 1995) :
1. PLTA mikro < 100 kW
2. PLTA mini 100 - 999 kW
3. PLTA kecil 1000 - 10000 kW
Dengan kemajuan teknis, tinggi = 1 1,5 m dapat
digunakan dan kapasitas turbin dapat dibuat 4 5 kW. Salah satu
sebab bagi negara-negara maju membangun PLTA berkapasitas
kecil ini adalah harga minyak OPEC yang terus meningkat
sekarang ini, di samping bertambahnya kebutuhan listrik (Patty,
1995).
Di Indonesia salah satu program pemerintah adalah listrik
masuk desa terpencil di daerah pegunungan, pembangunan PLTA
menghubungkan desa ini dengan hantaran tegangan tinggi tidaklah
ekonomis. Berdasarkan pertimbangan diambil langkah-langkah
berikut dalam perencanaan PLTA mikro hidro untuk suatu daerah
pedesaan (Patty, 1995) :
28
1. Mempelajari bangunan air irigasi (irigasi, drainase dan lain-
lain) yang sudah ada di desa tersebut.
2. Meneliti bahan bangunan yang terdapat di tempat serta
pendidikan masyarakat desa.
3. Meneliti mesin yang hendak dipakai, lebih baik digunakan
mesin yang lebih mahal tetapi memerlukan biaya yang lebih
sedikit dan waktu yang lebih singkat untuk reparasi.
3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro
Sekarang ini masih menghadapi berbagai kendala,
sehingga baru sebagian kecil dari potensi tenaga air yang ada di
daerah irigasi dan sungai-sungai kecil diseluruh Indonesia yang
sudah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga mikro hidro.
Kendala utama yang perlu diatasi dengan sebaik-baiknya adalah
bahwa sampai sekarang teknologi mikro hidro belum dapat
mencapai nilai komersial yang baik. Mikro hidro masih disebut
secara pesanan, sehingga mikro hidro dengan kehandalan tinggi
yang disebut dengan teknologi maju membutuhkan biaya investasi
awal yang besar. Sebaliknya, mikro hidro yang dibuat dengan
menggunakan teknologi sederhana, walaupun tidak membutuhkan
biaya investasi awal yang besar, pada umumnya mempunyai
kehandalan rendah dan masih memerlukan biaya pemeliharaan
yang tinggi untuk menjamin kelangsungan operasinya. Selain itu,
mikro hidro yang kehandalannya rendah sering mengalami
gangguan pengopersaian yang dapat merugikan konsumen
(Endardjo, et all, 1998).
Pengembangan rancang bangun mikro hidro standar PU
dimaksudkan sebagai upaya standarisasi untuk mengembangkan
mikro hidro standar yang mempunyai kehandalan tinggi dengan
biaya investasi awal yang layak (Endardjo, et all, 1998).


29
3.5.3 Rancangan Konsep Rancang Bangun Mikrohidro
Dari hasil studi awal telah dapat disiapkan rancangan
konsep rancang standar PU yang masih bersifat sementara dan
akan terus disempurnakan (Endardjo,et,all,1998).
1. Konstruksi bangunan sipil
Saluran kolam tandon dan bagian-bagiannya dibuat dari
komponen-komponen modular saluran terbuka (U-Ditch)
beton pracetak yang diproduksi secara pabrikasi.
Pipa pesat dan bagian-bagiannya dibuat dari komponen-
komponen modular pipa beton pracetak yang diproduksi
secara pabrikasi.
Bak penampung belakang, untuk menampung aliran air
dari turbin, dibuat dari komponen modular beton pracetak
yang diproduksi secara pabrikasi.
Rumah pembangkit merupakan rumah sederhana dengan
dinding dari pasangan bata/batako atau papan dan atap dari
seng gelombang yang secara keseluruhan dibangun
ditempat.
2. Konstruksi peralatan elektro-mekanik
a. Turbin cross flow berikut adaptor pipa pesat dan bagian-
bagian lainnya dibuat dari konstruksi besi plat, besi profil
dan besi cor secara pabrikasi.
b. Generator lengkap dengan pengatur tegangan otomatis
(AVR) menggunakan produk yang tersedia di pasar.
c. Penyelaras daya (kontrol beban) sedang dikaji apakah
akan menggunakan sistem pengontrol kecepatan turbin
atau sistem pembuang kelebihan daya.
d. Panel kontrol (panel daya) menggunakan produk yang
tersedia dipasar.
30
Berikut ini dikemukakam beberapa hal pokok yang menjadi
fokus perhatian dalam pengembangan rancang bangun mikrohidro
standar PU (Endardjo, et, all, 1998) :
1. Sistem Konstruksi
Pemilihan sistem konstruksi dengan komponen-
komponen modular yang dibuat secara pabrikasi didasarkan
pada pertimbangan bahwa biaya konstruksi akan dapat ditekan
serendah mungkin apabila sebagian besar elemen
bangunan/peralatan dibuat secara massal.
2. Kapasitas Daya Mikrohidro
Penetapan kapasitas daya maksimum mikrohidro
sebesar 50 kW didasarkan pada perkiraan sementara (belum
dilakukan studi) bahwa harga komersial mikrohidro yang dapat
diterima oleh pasar tidak lebih dari Rp 150.000.000,- dan harga
per kW mikrohidro untuk kapasitas daya 50 kW maksimum Rp
3.000.000,- perkiraan kasar harga per kW mikrohidro bersifat
sangat sementara karena dalam komponen mikrohidro masih
ada kandungan impor.
3. Kapasitas Tinggi Terjun dan Debit Mikrohidro
Kapasitas tinggi terjun mikrohidro ditetapkan
maksimum 50 m didasarkan pada kemampuan memikul beban
tekanan dari komponen-komponen mikrohidro yang sedang
dikembangkan. Sedangkan kapasitas tinggi terjun minimum
ditetapkan 4 m dimaksudkan untuk membatasi besar debit
mikrohidro agar pada kapasitas daya minimum 10 kW debit
mikrohidro tidak lebih dari 500 liter/det.
3.5.4 Komponen Pokok Mikro Hidro
Merupakan komponen yang paling dominan di dalam
pembanguan PLTM. Komponen ini mempengaruhi besarnya biaya
pembangunan dan perlu diketahui di setiap daerah Indonesia biaya
31
yang diperlukan sangatlah bervariasi. Skema dari sistem PLTMH
dapat dilihat pada gambar d bawah ini :














Dari gambar di atas, suatu rangkaian PLTMH memiliki
bagian-bagian utama sebagai berikut :
1. Dam/Bendungan Pengalih dan Intake (Diversion Weir and
Intake)
Bendung berfungsi untuk menaikkan/mengontrol tinggi air
dalam sungai secara signifikan sehingga memiliki jumlah air
yang cukup untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit mikro
hidro di bagian sisi sungai ke dalam sebuah bak pengendap
(Settling Basin). Sebuah bendung dilengkapi dengan pintu air
untuk membuang kotoran/lumpur yang mengendap.
Perlengkapan lainnya adalah penjebak/saringan sampah.
PLTMH umumnya merupakan pembangklit tipe run off river
sehingga bangunan bendung dan intake dibangun berdekatan.
Dengan pertimbangan dasar stabilitas sungai dan aman
Gambar 3.1. Komponen Pokok Mikrohidro
(Sumber : Kristanto, 2007)


32
terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendung (Weir) dan
intake.
Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari sungai
atau kolam untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock atau bak
penampungan. Tantangan utama dari bangunan intake adalah
ketersediaan debit air yang penuh dari kondisi debit rendah
sampai banjir. Juga sering kali adanya lumpur, pasir dan kerikil
atau puing-puing dedaunan pohon sekitar sungai yang terbawa
aliran sungai.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih
lokasi Bendung (Weir) dan Intake, antara lain :
a. Jalur daerah aliran sungai
Lokasi bendung (Weir) dan intake dipilih pada daerah aliran
sungai dimana terjamin ketersediaan airnya, alirannya
stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.
b. Stabilitas lereng yang curam
Oleh karena pemilihan lokasi PLTMH sangat
mempertimbangkan head, sudah tentu pada lokasi lereng
atau bukit yang curam. Dalam mempertimbangkan lokasi
bangunan Bendung (Weir) dan Intake hendaknya
mempertimbangkan stabilitas sedimen atau struktur
tanahnya yang stabil.
c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang ada di pedesaan
Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk efisiensi
biaya konstruksi, karena sudah banyak sungai di pedesaan
telah dibangun konstruksi sipil untuk saluran irigasi.
d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain
Penggunaan kealamian kolam untuk intake air dapat
memberikan keefektifan yang cukup tinggi untuk
mengurangi biaya, disamping itu juga membantu menjaga
kelestarian alam, tata ruang sungai dan ekosistem sungai.
33
Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan kolam dan
pergerakan sedimen.
e. Level olume yang diambil (Tinggi Dam) dan level banjir
Karena pembangunan bendung/dam inatek pada bagian
yang sempit dekat sungai, maka level banjir pada daerah itu
lebih tinggi sehingga diperlukan daerah bagian melintang
dam yang diperbesar untuk kestabilan.
f. Perletakan Intake selalu pada posisi terluar dari lengkungan
sungai.
Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkecil sedimen
didalam saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu air
intake untuk melakukan pembilasan sedimen yang terendap
dari intake
g. Keberadaan penggunaan air sungai yang mempengaruhi
keluaran/debit air.
Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang mengambil
air maka akan mempengaruhi debit sungai.
2. Bak Pengendap (Settling Basin)
Fungsi banguan ini adalah untuk :
a. Penyalur yang menghubungkan intake dengan bak
pengendap sehingga panjangnya harus dibatasi.
b. Mengatur aliran air dari saluran penyalur sehingga harus
mencegah terjadinya kolam pusaran dan aliran turbulen
serta mengurangi kecepatan aliran masuk ke bak pengendap
sehingga perlu bagian melebar.
c. Sbagai bak pengendap adalah untuk mengendapkan
sedimen dimana untuk detil desainnya perlu dihitung
dengan formulasi hubungan panjang bak, kedalaman bak,
antara kecepatan pengendap, dan kecepatan aliran.
d. Sebagai penimbunan sedimen, sehingga harus didesain
mudah dalam pembuangan sedimen.
34
e. Sebagai spillway yang mengalirkan aliran masuk ke bagian
bawah dimana mengalir dari intake.
3. Saluran Pembawa (Channel/headrace)
Saluran pembawa mengikuti kontur permukaan bukit untuk
menjaga energi dari aliran air yang disalurkan.
4. Bak Penenang (Headtank)
Fungsi dari bak penenang adalah sebagai penyaring terakhir
seperti settling basin untuk menyaring benda-benda yang
masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat
permulaan pipa pesat (penstock) yang mengendalikan aliran
menjadi minimum sebagai antisipasi aliran yang cepat pada
turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan dan
menyebabkan arus baik pada saluran
Pemilihan lokasi bak penenang untuk pembangkit listrik
sakal kecil seringkali berada pada punggung yang lebih tinggi,
beberapa yang dapat dipertimbangkan antara lain :
a. Keadaan topografi dan geologi sungai
Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya
relative stabil. Dan jika umumnya terdiri dari batuan keras
maka sedapat mungkin dapat mengurangi jumlah pekerjaan
penggalian.
b. Walaupun ditempatkan pada punggung gunung, dipilih
tempat yang relative datar.
c. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yamg lebih
tinggi.
5. Pipa Pesat (Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah turbin air. Kondisi topografi dan pemilihan
skema PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock).
Umumnya sebagai saluran ini harus didesain/dirancang secara
benar sesuai kemiringan (head) sistem PLTMH.
35
Pipa penstock merupakan salah satu komponen yang mahal
dalam pekerjaan PLTMH, oleh karena itu desainnya perlu
dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara kehilangan
energi dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting
dalam desain pipa penstock terdiri dari material yang
digunakan, diameter dan ketebalan pipa serta jenis sambungan
yang digunakan.
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi skema
sistem PLTMH, beberapa pertimbangan pemilihan lokasi pipa
pesat (penstock) antara lain adalah :
a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan yang
memenuhi persyaratan dimana rute pipa pesat harus berada
di bawah minimum garis kemiringan hidraulik.
b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati
c. Pemanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia
6. Rumah Pembangkit (Power House)
Sesuai posisinya, rumah pembangkit ini dapat
diklasifikasikan kedalam tipe di atas tanah, semi di bawah
tanah, di bawah tanah. Sebagian besara rumah pembangkit
PLTMH adalah di atas tanah. Untuk pertimbangan desain
rumah pembangkit, perlu dipertimbangkan :
a. Lantai rumah pembangkit dimana peralatan PLTMH
ditempatkan, perlu memperhatikan kenyamanan selama
operasi, mengelola, melakukan perawatan dimana terjadi
pekerjaan pembongkaran dan pemasangan peralatan.
b. Memiliki cukup cahaya masuk untuk penerangan di siang
hari dan adanya ventilasi udara.
c. Kenyamanan jika operator berada didalamnya seperti untuk
melakukan pengendalian ataupun pencatatan secara manual
Konstruksi untuk desain rumah pembangkit PLTMH juga
tidak terlepas dari skema system PLTMH yang bergantung
36
pada jenis dan tipe turbin yang digunakan, dan sirkulasi air
yang dikeluarkan setelah menggerakkan turbin. Karena itu ada
beberapa pertimbangan tipe desain rumah pembangkit sesuai
jenis turbin yang digunakan, sebagai berikut :
a. Rumah pembangkit menggunakan turbin jenis Turbin
Implus
Desain konstruksi rumah pembangkit ini perlu
mempertimbangkan jarak bebas antara dasar rumah
pembangkit dengan permukaan air buangan turbin
(afterbay). Pada kasus turbin implus (turbin pelton, turgo
dan crossflow), air yang dilepas oleh runner turbin secara
langsung dikeluarkan kedalam udara di tailrace. Permukaan
air di bawah turbin akan bergelombang. Oleh karena itu
jarak bebas antara rumah pembangkit dengan permukaan air
afterbay harus dijaga paling tidak 30-50 cm. kedalaman air
di afterbay harus dihitung berdasarkan suatu formulasi
antara desain debit dan lebar saluran di tailrace. Kemudian
air di afterbay harus ditentukan lebih tinggi dari pada
estimasi air banjir. Juga head antarapusat turbin dan level
air pada outlet harus menjadi headloss.
b. Rumah turbin menggunakan turbin jenis Turbin Reaction
Hal yang sama dalam desain konstruksi rumah turbin
menggunakan jenis reaction (Francais, Propeller), adalah
prilaku air afterbay. Pada kasus menggunakan turbin tipe
reaction, air dikeluarkan kedalam afterbay melalui turbin.
Head antara turbin dan level air dapat digunakan untuk
membangkitkan tenaga. Dengan demikan desain
konstruksinya memperbolehkan posisi tempat pemasangan
turbin berada di bawah level air banjir, dan pada desain
konstruksinya perlu disediakan tempat untuk menempatkan
peralatan seperti pintu tailrace, dan pompa.
37
7. Saluran Pembuang Akhir (Tail Race)
Saluran pembuang akhir (tail race) direncanakan berbentuk
persegi empat dari pasangan batu.
A = b x h .... (3.20)
V = Q / A ... (3.21)
P = b + 2h ...... (3.22)
R = A / P (3.23)
Rumus Manning : V =
1

x S
1/2
x R
2/3
(3.24)
S = [ (n x V) / R
2/3
]
2
(3.25)
3.6 Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial,
tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran
poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga
listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua
kelompok .
1. Turbin implus (cross-flow, pelton & turgo)
Untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu gerak runnernya pada
bagian turbin yang berputar sama.
2. Turbin reaksi (francis, kaplanpropeller)
Untuk jenis ini, digunakan untuk berbagai keperluan (wide range)
dengan tinggi terjun menengah (medium head).
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relative spesifik. Pada beberapa
daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan
jenis turbin pada daerah operasi yang overlapping ini memerlukan
perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi
turbin menurut Keller 2 dikelompokkan menjadi :
1. Low head powerpalnt dengan tinggi jatuhan air (head)
2. Medium head powerplant dengan tinggi jatuhan antara low head dan
high head.
38
3. High head powerplant dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan
H > 100 (Q) ....................... (3.26)
Dimana :
H = Tinggi terjunan (head)
Q = Debit desain (m
3
/det)
PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6-60 m, yang dapat dokategorikan
pada head rendah dan medium.
Tabel 3.4 Daerah Operasi Turbin
Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250
Sumber : www.HydroGeneration.co.uk
3.6.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin
Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan
kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk
suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal, pemilihan jenis
turbin dapat diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-
parameter khusus yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :
1. Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang
akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor
utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai
contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada head tinggi,
sementara turbin proppeller sangat efektif beroperasi pada
head rendah.
2. Faktor daya (Power) yang diinginkan berkaitan dengan head
dan debit yang tersedia.
39
3. Kecepatan (Putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke
generator. Seabagi contoh untuk sistem transmisi direct couple
antara generator dengan turbin pada head rendah, sebuah
turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran yang
diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow berputar
sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan sistem
tidak beroperasi.
Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai kecepatan
spesifik, Ns, yang didefenisikan dengan formula :
Ns = N x P0,51 x H0,21

........................................................ (3.27)
Dimana :
N = Kecepatan putaran turbin ( rpm)
P = Maksimum turbin output (kW)
H = Head efektif (m)
Output turbin dihitung dengan formula :
P = 9,81 x Q x H x qt ............................................................ (3.28)
Dimana :
Q = Debit air (m
3
/dtk)
H = Head efektif (m)
qt = Efisiensi turbin

Tabel 3.5 Efisiensi Turbin (Wiratman,1975, dlm Rustiati,1996)
Turbin ns (epm) T (%) H (m)
Pelton
Francis
Kaplan
Propeler
10 40
40 50
60 660
350 1050
89 90
90 94
89 91
85 94
1800 300
350 25
100 15
50 5

Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu
berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa
turbin air adalah sebagai berikut :
40
Turin Pelton 12 Ns 25
Turbin Francis 60 Ns 300
Turbin Crossflow 40 Ns 200
Turbin Propeller 250 Ns 1000
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan
dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa
formula yang dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis
turbin dapat digunakan untuk melakukan estimasi perhitungan
kecepatan spesifik turbin, yaitu :
Turin Pelton Ns = 85.49 / H0.243
(Siervo & Lugaresi, 1978)
Turbin Francis Ns = 3763 / H0.854
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Kaplan Ns = 2283 / H0.486
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Crossflow Ns = 513.25 / H0.505
(Kpordze & Wamick, 1983)
Turbin Propeller Ns = 2702 / H0.5
(USBR, 1983)
Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar
turbin dapat diestimasi (diperkirakan).










41















3.7 Perencanaan Daya Listrik
Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk
perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga
listrik dengan menggunakan turbin air dan generator. Daya (power) teoritis
yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan persamaan empiris berikut
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
P = 9,8 x Q x H
eff
(kW) ....................................................... (3.29)
Dimana :
P = Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW)
Q = Debit pembangkit (m/det)
H
eff

= Tinggi jatuh efektif (m)
9,8 = Percepatan gravitasi (m/s
2
)
Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan hasil
perkalian dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu usaha
pembangkitan tergantung dari usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air
Gambar 3.2. Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin (Head Vs Debit)



42
dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis. Selain itu pembangkitan
tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis, keadaan curah hujan
dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan Kuwahara,
1991).
Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi
tinggi jatuh total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran
bawah) dengan kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh
adalah tinggi air yang kerja efektif saat turbin air berjalan (Arismunandar
dan Kuwahara, 1991).
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit
andalan yang terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena
pembangkit ini direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).















43
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Secara garis besar penulis memberikan gambaran tentang tahapan-tahapan
yang akan dilakukan pada penelitian tentang Perencanaan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani
4.1 Lokasi Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Sungai Marimpa yang
merupakan sungai yang paling dekat dengan daerah pemukiman. Secara
administrative terletak di Desa Dangraa, Kecamatan Pinembani, Kabupaten
Donggala. Jarak dari Kota Palu ke lokasi Penelitian kurang lebih 48 km.
4.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut
1. GPS
2. Meteran
3. Stopwatch
4. Kamera
5. Ban
6. Dan lain-lain
4.3 Langkah-langkah Penelitian
1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data dari berbagai referensi yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan.
a. Mengukur tinggi muka air, kecepatan dan luas penampang sungai.
b. Merencanakan Site Plan.
c. Menentukan letak/posisi Intake saluran pengambil air pada Sungai
Marimpa.
d. Menentukan bak pengendap.
e. Menentukan dimensi saluran pengarah dan bak penenang.
44
f. Menentukan bahan dan dimensi pipa yang akan digunakan.
g. Mengukur tinggi terjunan dan jarak lintasan pipa dari bak penenang
sampai ke power house.
2. Persamaaan
Menggunakan persamaan Daya dan Metode Geometrik yang akan
digunkan dalam perhitungan.
3. Perhitungan
Menghitung daya yang dihasilkan oleh PLTMH
4. Pembahasan
Data yang telah diolah kemudian dibahas untuk mendapatkan hasil dari
penulisan penelitian ini.
4.4 Pengumpulan Data
Untuk merencanakan PLTMH diperlukan data antara lain catatan
curah hujan yang dapat mewakili kondisi curah hujan pada daerah
tangkapan Sungai Marimpa, dimana PLTMH tersebut direncanakan untuk
perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pinembani.
1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana survey dapat diterapkan dan untuk mengetahui gambaran awal
kondisi di lapangan.
2. Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer,
dan data sekunder. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
observasi langsung di lokasi perencanaan serta Tanya Jawab
dengan stekholder terkait. Data ini berupa :
- Data dimensi sungai
- Data kondisi sungai, seperti : Kedalaman sungai, tinggi
terjunan (head)


45
b. Data sekunder,
Data sekunder merupakan data yang diambil dari instansi terkait
seperti kantor Balai Wilayah Sungai 3 Sulawesi Tengah dan Badan
Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah. Adapun data sekunder
meliputi :
- Peta Lokasi Perencanaan.
- Data Curah Hujan.
- Peta Cathment Area.
- Peta Topografi.

















46
























Gambar 4.1.. Bagan Alir Penelitian
Mulai
Data Primer Data Sekunder
Pengumpulan, Evaluas Pendahuluan
Data dan Peninjauan
Data Sungai (debit dan
Penampang)
Data Klimatologi dan Curah
Hujan, Peta (Topografi, DAS)
Perhitungan Debit Andalan
(metode Penman dan F.J.Mock)
Input Data (Primer
dan Sekunder
Perencanaan Cofferdam, Bendung, Intake,
Headrace, Sedimen trap, Pipa Pesat, Head
Loss, House Power dan Tail Race
Memenuhi
Perhitungan Daya
Penyusunan Laporan
(Menyimpulkan)
Mulai
YA
TIDAK
47
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Debit Andalan
5.1.1 Evaluasi Data
Data data yang akan digunkan dalam menganalisis debit
andalan meliputi data curah hujan dan data klimatologi dimana data-
data tersebut akan dievaluasi terlebih dahulu. Data-data yang akan
dievaluasi harus lengkap dan tercatat. Untuk data-data yang akan
digunakan dalam menganalisis ketersediaan air (debit andalan)
secara keseluruhan mencakup antara lain :
a. Kelembaban relatif stasiun lalundu (Tabel 2.1)
b. Data temperatur udara rata-rata bulanan (Tabel 2.2)
c. Data kecepatan angin rata-rata bulanan (Tabel 2.3)
d. Data penyinaran matahari rata-rata bulanan (Tabel 2.4)
e. Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan (Tabel 2.5)

5.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)
Untuk menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan
metode Penman Modifikasi dengan persamaan :
( ) Eto c ETo . = ) ).( ( ). 1 ( ) . 75 , 0 .( '
1
ed ea u f W Rn Rs W ETo + =
Contoh perhitungan ETo, untuk bulan Januari pada stasiun lalundu,
adalah sebagai berikut :
Diketahui : Data rerata Klimatologi seperti pada tabel 3.4.
1. Temperatur rata-rata, T = 26,80
o
C
2. Kelembaban udara relatif, RH = 92,4%
3. Kecepatan angin, u = 69.2 km/hr = 2.88 km/jam = 0.80 m/det
4. Penyinaran matahari, n/N = 50.4%
48
Langkah 1 :
Dengan data T = 27,52
o
C (Tabel 2.2), didapat :
5. Tekanan uap jenuh (Ea), melalui interpolasi didapat :
70 , 35 27 = = ea C T 80 . 37 28 = = ea C T
) 27 52 , 27 (
27 28
7 , 35 8 , 37
7 , 35 52 , 27

+ = = x ea T
79 , 36 = ea m.bar
6. Faktor penimbang suhu dan elevasi daerah (W)
76 . 0 27 = C T

77 . 0 28 = C T
7. (1 W) = 1 0,77 = 0,23
8. Fungsi suhu, f(T)
10 , 16 27 = C T

) 27 52 , 27 (
27 28
10 , 16 30 , 16
10 , 16 52 , 27

+ = = x ea T
30 . 16 28 = C T
20 , 16 ) ( = T f
m.bar
Langkah 2
Dengan data : RH = 72,09% (Tabel 2.1)
ea = 36.79 m.bar
9. Tekanan uap aktual

100 RH ea ed =


% 09 . 72 79 . 36 =


52 . 26 = m.bar
10. Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya :

( ) 52 . 26 79 . 36 = ed ea


27 . 10 = m.bar
11. Fungsi tekanan uap, f(ed)

( ) ed ed f 044 . 0 34 . 0 =

77 . 0 52 . 27 = = W C T
49

113 . 0 =
Langkah 3 :
Dengan data :
- Koordinat 0
o
10 31LU
- Rasio keawanan , n/N = Penyinaran matahari = 44.8 %
Didapat besaran :
12. Radiasi ekstra matahari, Ra didapat melalui interpolasi:
Januari,
70 , 14 2
00 . 15 0
=
=
Ra LU
Ra LU


) 0 " 31 ' 10 0 (
0 2
00 . 15 70 , 14
00 . 15 0
o o
Ra LU

+ =
97 . 14 = Ra mm/hari
13. Radiasi yang diterima matahari, Rs diperoleh dari

Ra N n Rs ) 5 . 0 25 . 0 ( + =


97 , 14 ) 45 . 0 5 . 0 25 . 0 ( + =


38 . 7 = mm/hari
14. Fungsi Rasio keawanan f(n/N) didapat melalui persamaan :

( ) ( ) N n N n f 9 . 0 1 . 0 + =


( ) 45 . 0 9 . 0 1 . 0 + =


51 . 0 =

Langkah 4 :
Dengan data : Kecepatan angin, u = 55.1 km/hari = 0.64 m/det
Didapat besaran :
15. Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2.00 m di atas
permukaan tanah (km/hari) = f(u) didapat melalui persamaan :
f(u) = 0.27 ( 1 + u . 0.864)
= 0.27 ( 1 + 0,64 x 0.864)

42 . 0 = m/det

50
Langkah 5 :
16. Menghitung besaran radiasi bersih gelombang panjang (Rn1)
mm/hari dengan persamaan :

f(n/N) f(ed) f(T) Rn1 =


0.51 x 0,113 x 16.2 =


93 . 0 = mm/hari
Langkah 6 :
17. Menghitung faktor koreksi c berdasarkan perkiraan
perbandingan kecepatan angin siang/malam di Indonesia.
Data : RH = 72.09 %
U = 55,1 km/hari = 0.64 m/det
Rs = 7.38 mm/hari
Asumsi U siang/U malam = 1
Melalui interpolasi tabel. Di peroleh c = 1,10
25 . 0 ) 1 ( = = a Rs a Rns


53 . 5 38 . 7 ) 25 . 0 1 ( = =
mm/hari
1 Rn Rns Rn =
93 . 0 53 . 5 = Rn

= 4.6 mm/hari
Langkah 7 :
18. Menghitung ETo dengan persamaan :
ETo

= C [W . Rn + (1 W) x (f(u) x (ea ed)]
= 1.1 [ 0.77 (4.6) + (0.23)(0.42)(10.27)
= 4.98 mm/hari
ETo

bulanan = 4.98 x 31 hr = 154.50 mm/bulan
Perhitungan evapotransrasi potensial langkah 1 sampai dengan
langkah 7 bulan Januari dan bulan selanjutnya disajikan pada tabel
5.1.

51
Tabel 5.1. Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan dengan Metode Penmann Modifikasi

Sumber : Hasil Perhitungan
5
1

52
5.1.3 Perhitungan Metode Empiris Debit Andalan Sungai
Dalam menentukan ketersediaan air atau debit andalan pada DAS
Sungai Marimpa, digunakan Metode F.J. Mock untuk tiap tahunnya
selama 10 tahun. Data yang menjadi parameter dalam menentukan
debit andalan antara lain :
1. Data curah hujan bulanan rata-rata
2. Data evapotranspirasi potensial yang dihitung dengan metode
Penman Modifikasi
3. Data jumlah harian hujan
Adapun langkah perhitungan ketersediaan air atau debit anadalan
pada DAS Marimpa dengan metode F.J.Mock dapat dilihat pada
contoh perhitungan pada bulan januari tahun 2000 sebagao berikut :
1. Data Meteorologi
a. Curah hujan bulanan (R) = 363.0 mm/bln
b. Jumlah hari hujan (n) = 11 hari
2. Evapotranspirasi aktual (Ea) :
a. Evapotranspirasi potensial (ETo) = 154.50 mm/bln (tabel
5.11)
b. Permukaan lahan terbuka (m) = 10 %
c.
) 18 ( ) 20 / ( / n m Ea ETo =


) 11 18 ( ) 20 / 10 ( =


5 , 3 =
%
d. Evapotranspirasi terbatas (Ee)

ETo n m Ee = ) 18 ( ) 20 / (


50 , 154 035 , 0 =


408 . 5 = mm/bulan


53
e. Evapotrapirasi aktual (Ea)

Ee ETo Ea =


408 . 5 500 . 154 =


093 . 149 = mm/bulan
3. Keseimbangan air
a.
Ea R S = A


093 , 149 00 . 363 =


907 . 213 = mm/bulan
b. Limpasan Badai (PF = 5 %)
Jika : S A > 0, maka PF = 0

S A s 0, Hujan Bulanan (R) 0,05
PF = 0
c. Kandungan air tanah (SS)
Jika : R > Ea maka, SS = 0
R < Ea maka, SS = S A - PF
SS = 0
d. Kapasitas kelembaban tanah akhir
Jika : SS = 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah = 200
SS = 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah = kandungan
air tanah
e. Kelebihan air (WS)

SS S WS A =


00 . 0 907 . 213 =


907 . 213 = mm/bulan
Karena air hujan dapat masuk ke dalam tanah, sehingga
terjadi kelebihan air sebanyak 213.907 mm/bulan.
4. Limpasan dan Penyimpangan Air
a. Faktor infiltrasi (i) diambil 0,4
b. Faktor resesi air tanah (k) diambil 0,6
c. Infiltrasi (I)
54
WS i I =


907 . 213 4 , 0 x =


563 . 85 = mm/bulan
d. Volume air tanah (G)
I k G + = ) 1 ( 50 . 0


563 . 85 ) 60 . 0 1 ( 50 . 0 + =


45 . 68 = mm/bulan
e. Penyimpanan volume air tanah awal terkoreksi (L)
100 ) (
1 1
= =
n n
V V k L

100 60 . 0 =


00 . 60 = mm/bulan
f. Total volume penyimpanan air tanah (Vn)
( ) | | ( )
1
1 50 . 0

+ + =
n
V k I k Vn


00 . 60 45 . 68 + =


45 . 128 = mm/bln
g. Perubahan volume aliran dalam tanah (Vn)
1
= A
n
V Vn Vn


100 45 . 128 =


45 . 28 = mm/bln
h. Aliran dasar (BF)
Vn I BF A =

450 . 28 563 . 85 =

113 . 57 = mm/bln
i. Limpasan langsung (DR)
PF I WS DR + =


0 563 . 85 907 . 213 + =


344 . 128 = mm/hari


55
j. Total limpasan (TRo)
DR BF TRo + =


344 . 128 113 . 57 + =
457 . 185 = mm/hari
k. Debit Sungai (Q)
Diketahui data-data sebagai berikut :
- Luasan Cathmen area, A = 7.76 km
2
= 7.76 x 10
6
m
2

- Jumlah hari dalam bulan januari = 31 hari
Maka untuk debit tersedia dapat dihitung sabagai berikut :
Debit tersedia bulan n (Qn)
A TRo Qn =

31
6 . 11 76 , 7 10 457 . 185
3

=


539 , 0 =
m
3
/det
Perhitungan debit bulan Januari 2000 diatas dan bulan selanjutnya
dari tahun 2000 2009 disajikan dalam bentuk tabel (lihat tabel 3.7 -
3.8). Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tebel 3.6. berikut.
Debit andalan yang ekonomis ditentukan menurut pedoman
Technical Participation Manual for Small Hydroelectric Power
Develovement yang dikeluarkan oleh New Energy Foundation,
MITI Japan. Memperhatiakn kurva durasi debit aliran, maka dapat
dipilih debit disain yang efektif. Pada prosentase kejadian 70 %
diperoleh debit sebesar 0,064 m
3
/det. Dan pada prosentase kejadian
100 % diperoleh debit 0,009 m
3
/det. Sehingga debit desain
ditetapkan sebesar 0,064 m
3
/det.
Banjir Rencana pada studi ini dilakukan melalui
pengamatan karakteristik sungai. tanda-tanda kejadian banjir yang
ada serta hasil wawancara dengan masyarakat disekitar lokasi studi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kejadian banjir mengakibatkan
permukaan air sungai naik sampai 1,00 meter di lokasi PLTMH.
56
Tabel 5.2.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2000













Sumber : Hasil Perhitungan
5
6

57
Tabel 5.3.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2001















Sumber : Hasil Perhitungan
5
7

58
Tabel 5.4.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2002















Sumber : Hasil Perhitungan
5
8

59
Tabel 5.5.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2003















Sumber : Hasil Perhitungan
5
9

60
Tabel 5.6.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2004















Sumber : Hasil Perhitungan
6
0

61
Tabel 5.7.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2005















Sumber : Hasil Perhitungan
6
1

62
Tabel 5.8.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2006















Sumber : Hasil Perhitungan
6
2

63
Tabel 5.9.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2007















Sumber : Hasil Perhitungan
6
3

64
Tabel 5.10.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2008















Sumber : Hasil Perhitungan
6
4

65
Tabel 5.11.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2009













Sumber : Hasil Perhitungan
6
5


66
Tabel 5.12. Debit Andalan Sungai Marimpa (m
3
/det)








Berdasarkan debit pada tabel 5.12 diatas, disusunlah kurva durasi aliran (flow
duration curve) seperti pada gambar 5.1.











Gambar 5.1. Kurva Durasi Debit Aliran Sungai Marimpa

Sumber : Hasil Perhitungan
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
0,900
Debit
(m
3
/det)
Prosentae (%)
Kurva Prosentase Durasi Debit
Kejadia Debit
0% 0,856
5% 0,774
10% 0,616
15% 0,483
20% 0,349
25% 0,290
30% 0,256
35% 0,188
40% 0,155
45% 0,144
50% 0,126
55% 0,108
60% 0,095
65% 0,087
70% 0,064
75% 0,051
80% 0,039
85% 0,034
90% 0,026
95% 0,022
100% 0,009

67
Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Debit Andalan Metode F.J.Mock























Gambar 5.2 Grafik Debit Andalan Dengan Metode F.J.Mock
Debit Anadalan
Metode F.J.Mock
m3/det
Jan 0,128
Feb 0,087
Mar 0,066
Apr 0,053
Mei 0,032
Jun 0,026
Jul 0,029
Agust 0,016
Sep 0,014
Okt 0,007
Nop 0,023
Des 0,017
Jumlah 0,50
Rata-rata 0.296
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Metode F.J.Mock
(m3/det)
0,128 0,087 0,066 0,053 0,032 0,026 0,029 0,016 0,014 0,007 0,023 0,017
0,000
0,020
0,040
0,060
0,080
0,100
0,120
0,140
D
e
b
i
t

A
n
d
a
l
a
n

(
m
3
/
d
e
t
)
Grafik Debit Andalan "Metode F.J.Mock" (m
3
/det)
Bulan

68
5.2 Debit Banjir
5.2.1 Analisis Frekuensi
Dari hasil uji konsistensi data curah hujan yang telah
dilakukan, diperoleh data curah hujan maksimum dengan
menggunakan metode rata-rata Aljabar.
Tabel 5.14 Curah Hujan Rerata Bulanan Maksimum



















Tahun C.H. Max (mm)
2000 234,67 1 52,17
2001 197,58 2 55,09
2002 210,30 3 75,59
2003 75,59 4 89,24
2004 122,63 5 98,71
2005 89,24 6 112,31
2006 55,09 7 122,63
2007 98,71 8 197,58
2008 112,31 9 210,30
2009 52,17 10 234,67
Tahun
Curah
Hujan Max
(mm)
Rangking Data
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Curah Hujan Max (mm) 234,67 197,58 210,30 75,59 122,63 89,24 55,09 98,71 112,31 52,17
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
C
u
r
a
h

H
u
j
a
n

(
m
m
)
Tahun
Curah Hujan Bulanan Maksimumn (mm)
Gambar 5.3 Grafik Curah Hujan Rerata Daerah Bulanan Maksimum

69
1. Uji Konsistensi Data
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus
melewati pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang
digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand,1982).
Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun
itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap
nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata penyimpangan
kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada
rumus dengan contoh hitungan dibawah:
S
*
0
= 0

[S
k
*
] = 109,84
= 234,67 124,83
= 109,84
D
y
2
= (S
*
k
)
2
/ n dimana n = 10
= (109,84)
2
/10
= 1206,45
D
y
= Rerata Jumlah = 393,41
S
k
**
= S
*
k
/ D
y
[S
k
**
] = [S
k
*
] / D
y

= 109,84 / 393,41 = 109,84/ 393,41
= 0,28 = 0,28




Nilai statistik Q dan R
Q = maks | | untuk 0 s k s n
R = maks - min
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/\n dan
R/\n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/\n syarat dan
S
k
--
S
k
--
S
k
--
( ) S Y Y
k i
i 1
k
-
=
=


70
R/\n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan
konsisten.
Tabel 5.15 Uji Konsistensi C.H Bulanan Maksimum Metode RAPS













2. Perhitungan Distribusi
Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala ulang
tertentu, terlebih dahulu data-data hujan didekatkan dengan suatu
sebaran distribusi, agar dalam memperkiraan besarnya debit banjir
tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan banjir yang terjadi
(Soewarno, 1995 :98). Adapun rumus-rumus yang dipakai dalam
penentuan distribusi tersebut antara lain :

71

1 - n
) X - X (
= S
2
1


X
S
= Cv

( )
3
n
1 = i
3
S 2) - (n 1) - (n
X - Xi n
= Cs



( )
4
n
1 = i
4
2
S 3) - (n 2) - (n 1) - (n
X - Xi n
= Ck




dimana :
S
1
= standar deviasi
Cv = koefisien keragaman
Cs = koefisien kepencengan
Ck = koefisien kurtosis
Pemilihan distribusi berdasarkan penyimpangan (Acr*) yang
terkecil (Soewarno, 1995 : 106).
Metode Gumbel
Contoh Perhitungan :
Diketahui data sebagai berikut :
- Curah Hujan (Ri) = 234,667
- Jumlah data (n) = 10
- Periode Ulang (T) = 100 tahun
- Rata-rata (R) = 124,83




72
1. Menghitung (Ri - R)
(Ri - R) = 234,667 124,83
= 109,838
2. Menghitung (Ri - R)
2

(Ri - R)
2
= (109,838)
2

= 12064,459
3. Menghitung reduced variate (Yt)
Yt = -In (-In ((T - 1) / T))
= -In (-In ((100 - 1) / 100))
= 4,600
4. Menentukan nilai reduced mean (Yn)
Yn = 0,495 (Dari Tabel Lampiran J)
5. Menentukan nilai reduced standard deviation (Sn)
Sn = 0,950 (Dari Tabel Lampiran K)
6. Menghitung nilai faktor frekuensi (K)
K = (Yt - Yn) / Sn
= ( 4,600 - 0,495) / 0,950
= 4,323
7. Menghitung standar deviasi (S)
S =


2
1

=
39340,595
101

= 66,115
8. Menghitung Hujan Rancangan (RT) untuk Kala Ulang 100 thn
RT = R
rata-rata
+ (S x K)
= 124,83 + (66,155 x 4,323)
= 410,631



73
Tabel 5.16 Analisis Frekuensi Metode Gumbel


















5.2.2 Debit Banjir Rancangan Metode Rasional
Diketahui data sungai sebagai berikut :
- Luas DAS = 7,76 km
2

- Panjang Sungai (L) = 125 m
- Beda Elevasi (head) H = 7,85 m
- Hujan Rancangan (R
24
) = 410,631 mm (100 thn)
2,000 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 200,000
Analisis Frekuensi Dengan Metode Gumbell 115,869 194,782 247,030 313,045 362,019 410,631 459,066
0,000
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
C
H
.
R
a
n
c
a
n
g
a
n

(
m
m
)
Kala ULang (Tahun)
Garfik Curah Hujan Rancangan
Gambar 5.4 Grafik Analisis Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel
Sumber : Hasil Perhitungan

74
1. Menentukan harga C, misalnya C = 0,3
2. Menentukan waktu banjir (Pers. Bayem)
W = 72 (H/L)
0,6
= 72. (7,85/125)
0,6

= 13,681 m/jam
Tc = L/W
= 125/13,681
= 9,046
3. Menentukan intensitas hujan, Mononobe
I = R
24
/24 . (24/T
c
)
2/3

= 410,631/24 . (24/9,046)
2/3

= 32,791 mm/jam
4. Menghitung debit banjir rancangan dengan kala ulang 100 tahun
Q = 0,278 . C . I . A
= 0,278 . 0,3 . 32,791 . 7,76
= 21,222 m
3
/det
Tabel 5.17 Analisis banjir Metode Rational berdasarkan analisis
frekuensi Metode Gumbel














Sumber : Hasil Perhitungan

75












5.3 Desain Dasar
Untuk menghitung/memperkirakan bentuk serta dimensi dari
bangunan-banguan utama PLTMH maka diperlukan desain dasar. Desain
dasar ini penting untuk memperoleh besaran volume pekerjaan, sehingga
evaluasi teknis maupun ekonomis terhadap PLTMH dapat dilakukan.
Banguan-banguan utama tersebut terdiri dari Pekerjaan Sipil dan
Pekerjaan Elektro Mekanik. Pekerjaan-pekerjaan sipil meliputi : Bangunan
Pengelak Aliran (Cofferdam), Bendung (Weir), Banguan Pengambilan
(Intake), Saluran Pembawa (Headrace) dari beton tumbuk, Kantong
Sedimen, Pipa Pesat (Penstock), Rumah Pembangkit (Power House), dan
Saluran Pembuang Akhir (Tail Race).
5.4 Data Desain
Data-data yang digunakan dalam penyusunan desain dasar bangunan-
bangunan utama PLTMH Marimpa ini antara lain seperti di bawah ini,
sedangkan data pendukung yang lain yang tidak ada, selalu dikemukakan
pada awal perhitungan setiap pekerjaan atau struktur yang ada.

2 5 10 25 50 100 200
DEBIT BANJIR RANCANGAN METODE
RASIOAL
5,988 10,067 12,767 16,179 18,710 21,222 23,725
0,000
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
B
a
n
j
i
r

R
a
n
c
a
n
g
a
n

(
m

/
d
t
k
)
Kala ULang (Tahun)
Garfik Banjir Rancangan Metode Rational Gumbel
Gambar 5.5 Grafik Banjir Rancangan Metode Rational Berdasarkan
Analisis Frekuensi Metode Gumbel

76
1. Data Sungai
+ Sungai di sekitar bendung
- lebar normal sungai = 10 meter
- lebar rata-rata dasar sungai = 7 meter
- kemiringan talud = 1 : 1
- kemiringan rata-rata dasar sungai di sekitar lokasi bendung
16%
- Elevasi dasar sungai di sekitar rencana bendung +660,00 m
- Elevasi di sekitar bak penenang / pengendap +659,50 m
- Elevasi di sekitar rumah turbin (power house) +651,65 m
- H gross = 8,35 m
2. Hidrologi:
+ Debit rencana Q
desain
= 0,064m
3
/s
+ Tinggi muka air pada saat banjir maksimum h= 1,1 0 m
+ Material sungai di hilir rencana lokasibendung berupa pasir, kerikil
hingga batu berukuran 10 50 cm sedangkan di sekitar lokasi
bendung berupa batu masif.
5.5 Desain Dasar Pekerjaan Sipil
5.5.1 Bangunan Pengalih Aliran (Cofferdam)
Pada fase pembangunan deperlukan lapangan pekerjaan yang
kering, sehingga di perlukan suatu bangunan pengalih aliran untuk
mengalihkan aliran air sungai. Pada area yang di keringkan tersebut
dapat di mulai pembangungan pondasi bendung utama.
Pengalihan aliran sungai Marimpa untuk pembangunan
konstruksi bendung PLTMH Pinembani dilakukan dengan dua
tahap dengan tanggul pengelak (cofferdam).
Tahap 1:
Pelaksanaan pembangunan konstruksi bendung dimulai dari bagian
hulu dari rencana bendung utama. Pada bagian hulu ini terdapat

77
bangunan pembilas dan intake. Bangunan cofferdam untuk
mengarahkan aliran sungai ke sisi lainnya. Setelah pekerjaan
konstruksi bendung dan pembilas selesai maka cofferdam
dibongkar.
Tahap 2:
Pembangunan konstruksi bendung dilaksanakan pada sisi lainnya.
Cofferdam dibangun untuk melindungi areal kerja pada sisi ini,
dimana aliran sungai diarahkan melalui bangunan bendung yang
sudah jadi. Elevasi/tinggi cofferdam disarankan seekonomis
mungkin dengan pertimbangan faktor resiko yang kemungkinan
muncul.
Berdasarkan pertimbangan di atas serta informasi masyarakat di
sekitar lokasi pembangunan PLTMH Marimpa dan pengamatan
langsung didapatkan data bahwa tinggi maksimum air dari dasar
sungai pada saat banjir tahunan setinggi 1,10 meter.
Selanjutnya elevasi cofferdam dapat ditentukan sebagai berikut:
- elevasi dasar sungai = + 660,00 m
- tinggi air pada banjir tahunan = 1,10 m
- jagaan / freeboard = 0,50 m +
elevasi cofferdam = + 661,60 m
Material yang digunakan untuk konstruksi cofferdam ini adalah
material batuan yang ada di sekitar lokasi rencana PLTMH
Marimpa.
5.5.2 Bendung
Bendung PLTMH Marimpa direncanakan sebagai bendung
sederhana dari pasangan batu kali dilapisi beton bertulang dengan
mutu K225 setebal 10 cm. Panjang bendung adalah 10,0 meter.



78
a. Lokasi Bendung
Bendung PLTMH Marimpa dibangun pada hulu sungai
Marimpa pada elevasi dasar sungai + 660,00 m, dengan
bangunan intake pada sebelah kiri aliran sungai. Lebar rata-
rata sungai di sekitar lokasi bendung sekitar 10 m, dengan
kemiringan talud adalah 1 : 1; dengan gradien rata-rata sungai
16 %.
b. Elevasi Mercu Bendung
Berdasarkan kondisi topografi dan fungsi dari bendung
PLMTH Marimpa yakni untuk memperoleh tinggi jatuh
rencana, maka direncanakan tinggi mercu bendung sebesar
1,50 m, sehingga elevasi mercu direncanakan pada elevasi
661,50 m.
c. Tinggi Muka Air Maksimum di Sungai
Tinggi muka air maksimum sungai Marimpa (tinggi
muka air sebelum ada bendung) dihitung menggunakan rumus
Chezy:
V = S R C .
Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Data
+ Tinggi muka air banjir maksimum : = 1,10 m
+ Lebar rata-rata sungai : b = 7,0 m
+ Kemiringan tebing talud : 1: m = 1 : 1
+ Gradien rata-rata sungai : S = 0,16
2. Luas Penampang Basah : A = (b + mh) h
= (7+1 x 1,1) 1,1
A = 8,91 m
2




79
3. Keliling Basah : P = b + 2h
2
1 m +
P = 7 + 2 x 1
2
1 1+
= 10,1 m
4. Jari-jari hidrolis : R = A / P
R = 0,88 m
5. Koefisien Pengalira : C
d
= ) 88 , 0 / 100 1 /( 87 +
Cd = 0,81
6. Kecepatan aliran su ngai : V = S R C
d
.
V = 16 , 0 * 88 , 0 81 , 0

= 0.30 m/det
7. Debit sungai (Debit Banjir 100 thn) Q = 21,22 m
3
/det

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada keadaan
normal, kedalaman air di sungai di bagian hilir lokasi bendung
adalah 0,50 meter. Selanjutnya perhitungan elevasi muka air
maksimum pada keadaan normal di sungai sebagai berikut:
- Kedalaman air di sungai (h) pada keadaan normal 0,50 m
- Elevasi dasar sungai di hulu lokasi bendung +660,0 m
- Elevasi muka air maksimum di hulu bendung +660,5 m

d. Lebar Bendung
Lebar bendung merupakan jarak antara tembok pangkal
(abutment) di satu sisi sungai dengan abutmen pada sisi lain
termasuk pilar-pilar dan pintu pembilas. Lebar bendung (B)
yang ideal adalah sama dengan lebar normal sungai (Bn) agar
aliran sungai tidak banyak mengalami gangguan setelah ada
bendung. Akan tetapi bilamana pengambilan lebar bendung
(B) sama dengan lebar normal sungai (Bn) mengakibatkan
muka air di atas mercu bendung tinggi sekali maka lebar
bendung dapat diperbesar hingga 1,20 kali lebar sungai normal

80
atau B = 1,2 Bn (Soenarno, Konstruksi Bendung Tetap,
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik). Dengan
pertimbangan kodisi geologis lokasi sekitar bendung yang
merupakan tebing batu masif maka lebar bendung diambil
sama dengan lebar sungai.






+ Kedalaman air di sungai : h = 0,50 m
+ Jagaan/free board : w = 1,00 m +
h
total
= 1,50 m
Dengan demikian lebar bendung B = 1.0
Bn = 1,0 (10,0) = 10,0 m
Lebar bendung PLTMH Marimpa ditetapkan 10,00 m
e. Mercu Bendung
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bendung
PLTMH Marimpa direncanakan tipe sederhana dari pasangan
batu kali dengan tinggi mercu 1,00 meter dari dasar sungai.
Bentuk mercu pelimpah direncanakan tipe bulat dengan jari-
jari tunggal R = 1,0 m. Kemiringan permukaan mercu bagian
hilir adalah 3 : 1 sedangkan bagian hulu bendung vertikal.
Untuk menjamin kekuatan tubuh bendung dilapisi beton
bertulang K
225
dengan tebal 10 cm. Dengan demikian elevasi
mercu bendung adalah + 661,00 m.
Gambar 5. 6 . Sketsa Penampang Rata-Rata Sungai Marimpa

81
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan dimensi
bendung adalah sebagai berikut:
Panjang bendung L = 10,00 m
Tinggi bendung dari elevasi dasar sungai h = 1,00 m
Lebar mercu bendung b
mercu
= 1,00 m
Lebar dasar bendung b
dasar
= 1,50 m

Menghitung tinggi muka air di atas bendung (Kriteria
perencanaan bangunan utama, Dep. PU, 1986)
Persamaan tinggi energi debit untuk bendung ambang
pendek dengan pengontrol segi empat adalah :

6 / 1
1
3 / 2 3 / 2 H b g C Q
d
=
Dimana Q = Debit air sungai = 21,22 m
3
/det
C
d
= di ambil 0,81
g = gravitasi, 9,81 m/det
2
Dihitung :
6 / 1
1
10 81 , 9 3 / 2 3 / 2 81 , 0 22 , 21 H =

6 / 1
1
H = 0.621 ; H
1
= 0,239 m







Gambar 5.7. Tinggi muka air di atas Mercu bendung


82










f. Kolam Olak (Peredam Energi)
Di sekitar lokasi pembangunan bendung PLTMH
Marimpa terdiri dari pasir halus dan kerikil serta terdapat
batuan masif seperti pada lokasi jatuhnya air terjun yang ada
sekarang, maka perlu dibuatkan konstruksi kolam olakan yang
baru. Akan tetapi karena diperkirakan banjir sungai Marimpa
akan mengangkut batu-batu bongkahan/boulder yang dapat
merusak tubuh bendung dan lantai/dasar sungai bagian hulu
bendung, maka pada bagian hilir bendung tersebut akan
dilapisi beton bertulang dengan mutu K
225
setebal 20 cm
selebar 2 meter dari tubuh bendung sepanjang tubuh bendung
atau sepanjang 10,0 meter.
5.5.3 Bangunan Pengambilan (Intake)
Bangunan intake harus mensupali debit air dengan stabil ke
saluran pembawa, yang kemudian diteruskan ke bangunan kolam
Gambar 5.8. Sketsa Bangunan Bendung dan Intake
Elv. Tinggi Talud + 662,00 m
Elv. TMA + 661,24 m
Elv. Tinggi Dasar Sungai + 660,0 m
m
Pondasi bangunan intake Elv + 659,50
m
Pondasi Kolam olak Elv + 658,70 m
Elv. Mercu Bendung + 661,00
m

83
penenang (forebay). Debit air tersebut kemudian diteruskan ke
rumah pembangkit melalui pipa pesat (penstock). Desain bangunan
intake dibuat dengan harus memperhatikan tingkat permukaan air
pada saat debit minimum. Berdasarkan kondisi topografi sungai
Marimpa, maka bangunan pengambilan ditempatkan di sebelah
kanan aliran sungai.
Perhitungan Dimensi Bangunan Intake:
Bangunan intake dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya
terbuka menjaga jika terjadi muka air banjir
Dasar bangunan pengambilan (intake) terletak 0,75 m di atas lantai
bendung sehingga elevasi bangunan intake 660,25 m. Di bangun
dengan arah 90
0
terhadap as aliran sungai. Kapasitas bangunan
intake diambil,
Q
d
= 1,2 x Q
desain.

Q
d
= 1,2 . 0,064 = 0,077 m
3
/s
z g 2 h b 0,077
1
=
Dimana:
= koefisien pengaliran = 0,81
h
1
= 0,4, tinggi muka air normal dari ambang pintu pengambilan
z = kehilangan energi pada pintu masuk = 0,05
b = lebar bangunan intake
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s
2
.







84







Lebar pintu intake yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut:
z g 2 b 0,077 = a
0,05 9,81 2 28 , 0 b 0,81 0,077 =
b = 0,343 m
Dengan demikian pada intake diperlukan 1 pintu selebar 0,8 m.
Kemiringan rencana saluran sampai di ujung masuk bangunan kantong
sedimen adalah:
V = Q / A
A
Q
S R
n
=
2
1
3
2
1

dimana:
R = jari-jari hidrolis penampang saluran
S = kemiringan saluran
4 , 0 343 , 0
064 , 0
343 , 0 40 , 0 2
40 , 0 343 , 0
018 , 0
1
2
1
3
2
x
S x
x
x
x =
(

+

S = 0,001

a
Gambar 5.9. Type Pintu Intake
b

85
5.5.4 Saluran Pembawa (Headrace)
Saluran pembawa adalah salah satu bangunan yang sangat
vital didalam perancangan dan desain PLTMH. Elevasi dasar
saluran pembawa pada bangunan intake + 659,50 meter dan
kemiringan dasar saluran 0,001
Saluran pembawa pada PLTA Sungai Marimpa berfungsi
mennyalurkan air dari pintu Intake menuju pipa pesat (penstock).
Direncanakan penampang saluran pembawa berbentuk trapesium.
Berdasarkan pengalaman rasio optimum antara lebar dan tinggi
saluran adalah 3 : 2 4 : 2
Dengan pertimbangan ekonomi, Saluran dibuat dari susunan batu
kali dengan campuran Semen dan Pasir 1 : 4
Parameter desain:
Debit desain Q = 0,064 m
3
/s
Kemiringan dasar saluran diambil S = 0,001
Koefisien manning n = 0,018
Panjang saluran L = 9,50 m
Tampang saluran = Segi Empat
Hasil perhitungan penampang saluran adalah sebagai berikut:
b = 0,7 m h = 0,7 m R = 0,233 m
P = 2,10 m A = 0,49 m
2;

Menghitung kecepatan rata rata aliran dalam saluran pembawa
Q = v A v = Q/A = 0,064/0,49 = 0,130 m/det
Tinggi jagaan h
w
= 0,3 m

86











Debit saluran dibuat lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengantisipasi endapan yang mungkin terjadi lebih cepat
mengingat saluran ini berada di lahan perkebunan masyarakat.
Dengan demikian saluran pembawa ini direncanakan berdimensi
sebagai berikut:







Gambar 5.10. Sketsa Potongan Memanjang Saluran Pembawa
(Headrace)
b= 0,7 m
hw = 0,3 m
s = 0,001
H= 0,7 m
Tinggi Permukaan Tanah
di Sekitar bendung
Bendung PLTMH
Sungai Marimpa

Saluran pembawa

Pipa Pesat

Lebar Terjunan


87
5.5.5 Bangunan pengendap sedimen (sediment trap)






Bangunan pengendap sedimen direncanakan berbentuk segi
empat dari pasangan dan lantai beton bertulang dengan dinding di
sekitar jatuhnya air dari saluran pembawa berupa dinding beton
bertulang.
Butiran sedimen yang masuk dalam bangunan pengendap
sedimen, dengan kecepatan endap sedimen w dan kecepatan air
v harus mencapai titik C. Sehingga butiran sedimen tersebut akan
berjalan selama waktu H/V , yang diperlukan untuk mencapai
dasar, untuk selanjutnya bergerak atau bergulir sepanjang L dalam
waktu L/v. Sehingga persamaan dapat disusun sebagai berikut :
HB
Q
v dengan
v
L
v
H
= =
dimana :
H = kedalaman aliran, m
w = kecepatan endap butiran sedimen, m/det
L = Panjang bangunan pengendap sedimen
v = kecepatan aliran air, m/det
Q = debit air di saluran, m
3
/det
B = Lebar kantong lumpur, m
A
v
w
v
w
Gambar 5.11. Skema Potongan Memanjang Bangunan Pengendap
Sedimen

88
Persamaan di atas dapat di sederhanakan LB = Q/w.
Persamaan untuk bangunan pengendap sedimen tersebut sangat
sederhana, sehingga Velikanov, 1971, membuat faktor koreksi
dengan dasar pemikiran adanya perubahan aliran air akibat,
turbulensi air, pengendapan butiran sedimen yang terhalang,
banyaknya sedimen melayang. Persamaan untuk faktor koreksi
sebagai berikut :

( )
H
2 , 0 H
w
v
51 . 7 w
Q
LB
2
5 , 0

=


Data lapangan adalah sebagai berikut :
L = di hitung Q = 0,064 m
3
/det H = 1,2 m
B = 1,5 m v = 0,036 m/det = 1,2
w = 2,8 cm/det = 0,028 m/det (U.S. Inter- Agency Committe on
water Resources Subcommitte on sedimentation)
( )
2 , 1
2 , 0 2 , 1
028 , 0
036 , 0
51 , 7
2 , 1
028 , 0
064 , 0
5 , 1
2
5 , 0

= L
jadi diperoleh faktor koreksi dari velikanov, L = 0,4 m
Untuk menghitung panjang bangunan pengendap sedimen di
gunakan persamaan sebagai berikut :

028 , 0
064 , 0
5 , 1 = = L
w
Q
LB
diperoleh panjang bangunan pengendap pasir, L = 2,3 + faktor
koreksi = 2,7 m
Perhitungan kapasitas bak pengendapan pasir:
Kedalaman bak pengendapan tergantung pada periode waktu untuk
setiap pengurasan. Diperkirakan pengurasan dilakukan 1 kali

89
dalam empat hari atau pada saat banjir besar. Dari tingkat
kejernihan air hulu Sungai Marimpa maka di perkirakan
konsentrasi sedimen pada air hulu Sungai Marimpa tersebut adalah
0,15 kg/m
3
dan semuanya diendapkan dalam kantong pasir maka:
Jumlah endapan pasir = kandungan pasir x debit saluran pembawa
= 0,15 x 0,064
= 0,0096 kg/det
Endapan pasir dalam 2 hari = 4 x 24 x 3600 x 0,0096
= 3317,76 kg
Diambil berat jenis endapan sebesar 2650 kg/m
3
, dan diperkirakan
kepadatan endapan 85 % maka kedalaman bak pengendapan yang
diperlukan adalah:
Volume endapan = 3317,76/ (0,85 x 2650)
= 1,47 m
3

Kedalaman bak pengendapan = Volume / area
= 1,47 / (2,7 x 1,5)
= 0,36 m
Diambil kedalam bak pengendapan = 0,5 m
Penampang transisi dihitung sebagai berikut:
Panjang transisi 1 = L
B B
3
1
tan 2
'
s

o
`
= m 625 , 0
45 tan 2
25 , 0 5 , 1
0
=

< 1/3 (2,7) = 0,83 m








90











Elevasi muka air pada bangunan kantong sedimen adalah + 659,50
m, elevasi tersebut merupakan elevasi pengambilan hulu pipa pesat
(penstock).
5.5.6 Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat adalah pipa bertekanan yang mengalirkan air dari
bak penenang (sandtrap) langsung ke intake turbin. Penempatan
pipa pesat dapat di atas permukaan tanah atau di dalam tanah,
untuk penempatan pipa di dalam tanah akan menjaga tekanan air
yang ada di dalam pipa dari perubahan suhu matahari dan hujan.
Bilamana pemasangan pipa dilakukan di atas permukaan
tanah maka diperlukan konstruksi blok angker dan struktur
pendukung sebagai dudukan pipa pesat untuk menahan beban pipa
dan air di dalamnya.
Pipa penstock merupakan salah satu komponen yang mahal
dalam pekerjaan PLTMH, oleh karena itu desainnya perlu
0,50 m
0,70 m
1,5m
2,7 m
2,0 m 0,60 m
0,7 m
0,7 m
Gambar 5.12. Sketsa Bangunan Kantong Sedimen

91
dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara kehilangan energi
dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting dalam desain
pipa penstock terdiri dari material yang digunakan, diameter dan
ketebalan pipa serta jenis sambungan yang digunakan. Dengan
pertimbangan head yang relatif rendah, ketersediaan material, maka
digunakan pipa beton bertulang.
a. Perhitungan Dimensi Pipa Pesat
Data : Q = 0,064 m
3
/det
Panjang Pipa Pesat L =
2 2
85 , 7 35 , 56 + L= 56,90 m
Kecepatan aliran dalam pipa V = h g. . 2

=
85 , 7 . 81 , 9 . 2

= 12,4 m/det

Penampang pipa A = Q/V = 0,064/12,4 = 0,005 m
2
(minimum)
Diameter pipa 079 , 0 ]
4
[
5 , 0
= =
t
A
D m, dipakai D = 0,40 m.
Sehingga A = 0,005 m
2
dan V = 12,4 m/det
Tinggi energi total (statis) = 7,85 m
Koefisien gesekan pada pipa rencana = 0,033
Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pengaliran pipa pesat :

2
5 2
f
Q
D g
L f 8
h
t
=
=
2
5 2
064 , 0
2 , 0 14 , 3 81 , 9
90 , 56 033 , 0 8




h
f
= 0,098 m
Catatan: Pipa pesat ini dapat diganti dengan saluran tertutup
berbentuk segi empat dengan ukuran 0,4 x 0,4 m dari beton
bertulang.

92
b. Perhitungan Tebal Pipa Penstock.
Tebal minimum pipa penstock dihitung dengan rumus berikut:
Dengan tinggi head 7,85 m maka tekanan pada dinding pipa
adalah sebesar 7850 kg/m
2
atau 0,785 kg/ cm
2
. Sehingga
dengan tekanan tersebut direncanakan menggunakan pipa
beton bertulang dengan ketebalan 8 cm
5.5.7 Kehilangan Tenaga (Head Loss)
Kehilangan tenaga pada pipa pesat adalah jumlah dari
kehilangan tenaga pada intake pipa pesat ditambah kehilangan
tenaga pada akibat gesekan dan kehilangan tenaga akibat
penyempitan pipa pada ujung pipa pesat, sedangkan kehilangan
tenaga akibat gesekan telah di hitung terlebih dahulu yaitu sebesar
0,06 m
Kehilangan energi pada Pintu Masuk






dimana: H = 0,0096 dibulatkan 0,01

masuk
= 0,1 ; Koef. kehilangan energi pada pintu masuk,

a
v = kecepatan dalam saluran pembawa, m/det
g
H
v
v
a
masuk
2
2 )
1
(

= A

det / 50 , 1
det / 13 , 0
1 , 0
m
m
v
v
a
a
masuk
=
=
=


93

1
v = kecepatan aliran dalam penstock, m/det
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det
2
Kehilangan energi akibat bengkokan pipa
Nilai koefisien kehilangan energi akibat bengkokan pipa seperti di
bawah ini
Tabel 5.18. Koefisien Kehilangan Tenaga Berdasarkan Bengkokan Pipa
o
5 10 15 30 45 50 90
o
0,02 0,04 0,05 0,15 0,28 0,55 1,2

Tabel 5.19. Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Belokan Pipa



Kehilangan tenaga pada belokan pipa digunakan nilai pendekatan
dengan dasar pemikiran bahwa nilai terendah dari kehilangan
energi pada range Tabel 5.13.
Dimana: o dan o adalah sudut bengkokan dan koefisien kehilangan
energi. Untuk nilai o yang berada diantaranya dilakukan interpolasi
linier.
o = 5
0
, koefisien kehilangan tenaga , o = 0,02
Untuk o = 4
0
, koefisien tenaga, o = 0,02
Persamaan Energi :
Kehilangan tenaga sekunder :

Titik Join Sudut
M 4
o
N 4
o
O 13
o
Koefisien Kehilangan Tenaga
0,04
0,02
0,02
Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH (Departeman Energi dan
Sumber Daya Mineral 2008)
Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH (Departeman Energi dan
Sumber Daya Mineral 2008)

94
1. Koefisien akibat perubahan bentuk tampang (titik L)
H = 0,092
2. Koefisien kehilangan tenaga pada setiap belokan :
Tabel 5.20. Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga Pada Setiap
Belokan




3. Koefesien akibat penyempitan pipa = 0,5
4. Kehilangan tenaga sekunder dapat ditulis dalam bentuk :

2
4 2 4 2
2 2
8 8
2
Q
D
K
g D g
Q
K
g
V
K he
t t
= = =
Jumlah kehilangan tenaga bengkokan pipa :

{ }
2
2
2
4
1
4
1
4
1
2
2
4
1
O
4
1
N
4
1
M
2
O N M
Q 57 , 0 he
Q 37 , 3 69 , 1 69 , 1 08 , 0 he
Q
33 , 0
04 , 0
33 , 0
02 , 0
33 , 0
02 , 0
g
8
he
Q
D
k
D
k
D
k
g
8
he
he he he he
=
+ + =
)
`

+ + =
)
`

+ + =
+ + =
t
t

he = 0,01
Jadi total kehilangan tenaga adalah jumlah dari kehilangan
tenaga pada pipa masuk (he
1
)+ kehilangan energi akibat
gesekan pipa (he
2
) + kehilangan energi akibat bengkokan, atau
Titik Join Sudut
M 4
o
N 4
o
O 13
o
Koefisien Kehilangan Tenaga
0,04
0,02
0,02
Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH (Departeman Energi dan
Sumber Daya Mineral 2008)

95
dalam bentuk persamaan total kehilangan tenaga sebagai
berikut :

he =he
1
+he
2
+he
3

he = 0,60 + 0,01 + 0,01

he= 0,62 m
5.5.8 Rumah Pembangkit
Bangunan rumah pembangkit direncanakan berupa bangunan
permanen dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 3 m x 3 m x 3;
memakai atap seng gelombang, pondasi batu kali, dinding batu
bata, pintu tripleks, dan lantai beton rabat diaci.
5.5.9 Saluran Pembuang Akhir (Tail Race)
Saluran pembuang akhir (tail race) direncanakan berbentuk persegi
empat dari pasangan batu. Kapasitas saluran direncakan Q
desain
=
0,064 m
3
/ s.
b = 0,50 m dan h = 0,50 m
A = b x h = 0,50 x 0,50 = 0,25 m
2
.
V = Q / A = 0,064 / 0,25 = 0,256 m/s
P = b + 2h = 0,50 + 2 x 0,5 = 1,50 m
R = A / P = 0,25 / 1,50 = 0,167 m
Rumus Manning : V = 1/n x S
1/2
x R
2/3

S = [ (n x V ) / R
2/3
]
2

S = [ ( 0,018 x 0,256 ) / (0,167)
2/3
]
2

= 0,0023


96
5.6 Kapasitas Daya Dan Produksi Energi
Daya listrik yang dapat dibangkitkan dihitung dengan memakai persamaan:
P = 9,81 x Q x H x
Dimana :
P = daya (KW),
Q = debit rencana (m
3
/det),
H = Head netto (m)
= koefisien efisiensi turbin dan generator.
Setiap jenis turbin dan pabrik pembuat memiliki tingkat efisiensi yang
berbeda.
Debit rencana diambil pada kejadian 70 %, sehingga Q = 0,064
m
3
/det, H netto diperoleh sebesar 7,85 m. Pada kasus ini, efisiensi turbin
dan generator dipakai adalah 75 %, Dengan demikian, maka daya listrik
output adalah:
P = 9,81 x 0,064 x 7,85 x 0,75
= 3,708 kW
= 3708 W
Diperkirakan dalam 1 KK digunakan :
- 1 buah lampu 10 W = 10 W
- 2 buah lampu 5 W = 10 W
- 1 buah peralatan elektronik = 30 W
Jadi rata-rata penggunaan listrik dalam 1 KK adalah 50 W
Jumlah KK yang ada pada desa Dangaraa Kec.pinembani adalah 67 KK
Sehingga energi yang dibutuhkan yaitu :
67 x 50 = 3350 W = 3,35 kW
Berdasarkan besarnya debit dan persen kejadian maka kapasitas
bangkitan energi yang dapat dihasilkan adalah sebesar 2.799 kWH per
tahun, rincian perhitungan disajikan pada tabel berikut:


97
Tabel 5.21. Kapasitas Bangkitan Energi PLTMH Marimpa



















0
50
100
150
200
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Produksi Energi Listrik
E
n
e
r
g
i

K
W
H
Persen Kejadian
Gambar 5.14. Ketersediaan Daya & Produksi Energi


98
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari Analisis Data Curah Hujan dan Klimatologi, serta Topografi
mengindikasikan bahwa ada potensi debit sebesar 0,064 m
3
/det dengan
head 7,85 m.
2. Dengan asumsi efisiensi turbin dan generator sebesar 75%, maka Daya
listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 3,708 kW.
3. Kebutuhan listrik untuk masyrakat Dangraa (67 KK) sebesar 3,350 kW
dengan perkiraan dalam 1 KK menggunakan 50 W.
4. Berdasarkan pengamatan lapangan, trase saluran pembawa yang paling
mungkin adalah melalui sisi kanan sungai. Kondisi topografi sedemikian
memungkinkan dibuat saluran terbuka sepanjang 64 m sebagai saluran
pembawa, saluran tertutup sepanjang 56,35 m sebagai saluran tekan
(penstock).
6.2 Saran
1. Untuk kemajuan masyarakt Dangaraa diharapkan kepada PEMDA dan
PLN setempat agar dapat memperhatikan masyarakat Dangaraa untuk
membantu pelaksanaan pembanguan Pembangit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
2. Kelebihan daya yang dihasikan PLTMH dapat digunakan untuk
keperluan rekreasi, pendidikan dan industri kecil seperti ; mesin
pemotong rotan, mesin penggiling padi.


99
DAFTAR PUSTAKA

Adyanto S. 2008.Analisis Aliran Air Dalam Pipa Untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Hulu Sungai Rawa, Tugas Akhir
Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu
Arismunandar A, Dan Kuwahara S, 1991. Teknik Tenaga Listrik Jilid I,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Chow, VT, 1985, Hidraulika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta.
Dandekar M. M, Sharma K.N, 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air. Terjemahan,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Endardjo P,Warga Dalam J, Setiadi A, 1998, Pengmbangan Rancang Bangun
Mikrohidro Standar PU, Prosiding HATHI, Bandung.
Giles RV, 1996, Mekanika Fluida Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Hery S. 2009. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLYMH) di
Sungai Paneki, Tugas Akhir Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu.
Kodoatie RJ, 1977. Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa.
Andi, Jogjakarta.
Kristanto H, 2007 Pelatihan Pembangunan Mikrohidro Berbasis Masyarakat,
Mojokerto.
Patty F.,1995, Tenaga Air, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.
Priyantoro D, 1991. Hidrolika Saluran Tertutup Edisi Pertama, Universitas
Brawijaya, Malang.
Raswari, 1987. Sistem Perpipaan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Triadmodjo B, 2003. Hidraulika II Soal dan penyelesaian, Universitas Gajah
Mada, Jogjakarta.
Wayan, Abdul, Joy. 1999. Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi. Universitas
Tadulako. Palu.
WWW.HydroGeneration.co.id
Buku Utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH, 2008. Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral.

100



























101




102

`


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN MIKROHIDRO
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
T. TANGAN
DIGAMBAR
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR
LAY OUT PLTMH
POT. BENDUNG
SKALA
1 : 150
1 : 100
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
1 5
10 m
Intake
0.3m 2.7 m 0.3m
1.0m
0.3m
1.5m
0.3m
1.2 m
1.2 m
64 m 2 m 56.35 m
Saluran Pembawa
Bak Penenang / Pengendapan
Pipa Pesat (Penstock) 16"
Rumah Turbin Saluran Pembuang
+660,50
Bendung
+669,50
+651,65
LAY OUT PLTMH
Skala 1 : 150
Pot. Bendung
Skala 1 : 75
7 m
10 m
Saluran Pembawa
Pengambilan (Intake)
Penguras
Bendung
Kolam Olak
Riprap
Talud bendung
Jalan Inspeksi
+
6
6
1
, 0
0
+
6
5
9
. 0
0
+660.00
Talud Bendung
E
l v
. D
a
s
a
r
S
u
n
g
a
i
+
6
6
0
, 0
0
+662.00
+662.00
+660.50
+662.00
Talud Bendung
Talud bendung
+660.00
+662.00


103


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN MIKROHIDRO
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
T. TANGAN
DIGAMBAR
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR
POTONGAN
MEMANJANG
SKALA
1 : 100
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
2 5
300cm
56,35 m
Rumah Turbin
Panel
Saluran Pembuang
Generator
Turbin
Angker Blok
Penyangga Penstock
Angker Blok
Penstock 16"
Saringan Pas. Saluran Pas. Bronjong
Existing Bendung
64 m
Bak Penenang
Penyangga Penstock
POTONGAN MEMANJANG
Skala 1 : 100
+659,5
+651,65
+660,0
30cm
50cm
50cm
50cm
50 cm
30cm
Pintu Penguras
+660,0
+659,0
50cm
50cm


104



FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN MIKROHIDRO
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
T. TANGAN
DIGAMBAR
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR
1. BAK PENENANG
2. POT. BAK PENENANG
3. DET. SAL. PEMBAWA
4. DET. SAL. PEMBUANG
5. DET. SAL. PELIMPAH
SKALA
1 : 50
1 : 50
1 : 30
1 : 30
1 : 30
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
3 5
25
25
70 100
30 270 30
30
150
30
Penstock 16"
Pas. Saluran Pembawa
Bak Penenang
BAK PENENANG
Skala 1 : 50
+659,5 +660,0
A A
B
B
Saluran Pelimpah
Saluran Penguras
25
70
30 30
120
30
Saluran Pelimpah
Saringan
Pas. Saluran Pembawa
POT. A - A (BAK PENENANG)
Skala 1 : 50
Penstock 16"
+659,5
+660,0
Pintu Penguras
POT. B - B
(DETAIL SALURAN PEMBAWA)
Skala 1 : 30
DETAIL SALURAN PEMBUANG
Skala 1 : 30
DETAIL SALURAN PELIMBAH
Skala 1 : 30
25 70 25
70
25
60
20 50 20
40
50
20
30 15 15
30
15


105


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN MIKROHIDRO
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
T. TANGAN
DIGAMBAR
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR
1. DENAH RUMAH TURBIN
2. TAMPAK DEPAN
SKALA
1 : 50
1 : 50
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
4 5
70
2
0
8
4
5
2
5
8
80
153
300
300
- 0.100
Generator
Turbin
0.00
B
A
300
DENAH RUMAH TURBIN
Skala 1 : 50
TAMPAK DEPAN RUMAH TURBIN
Skala 1 : 50


106


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TUGAS AKHIR
PEKERJAAN MIKROHIDRO
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN
DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT
T. TANGAN
DIGAMBAR
RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR
1. POTONGAN A-A
2. POTONGAN B-B

SKALA
1 : 50
1 : 50
NO. LEMBAR JML. GAMBAR TANGGAL
5 5
Urugan Pasir
Lantai Kerja
Campuran Beton
Angker Blok
Penyangga Penstock
Penstock 16"
Kuda-Kuda 6/12 List Plank 2/30
Atap Seng BJLS 28
9
3
1
0
0
1
0
0
200,00
100,00
0,00
300,00
435,00
60,00
Generator
515
Campuran Beton
Pas. Batu Kali 1 : 2
MAN MAN
300
80
50
15
POTONGAN A - A
Skala 1 : 50
POTONGAN B - B
Skala 1 : 50


99


























100
Lampiran A Tabel PN.1 Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, (1-W)
dan f (t)
Suhu
(t)
ea
(mbar)
W (1-W) f (t)
Elevasi 1-250 m
24.0 29.845 0.735 0.265 15.400
24.2
24.4
24.6
24.8
25.0
30.213
30.581
30.950
31.319
31.588
0.737
0.739
0.741
0.743
0.745
0.263
0.261
0.259
0.257
0.255
15.445
15.491
15.536
15.581
15.627
25.2
25.4
25.6
25.8
26.0
32.073
32.458
32.844
32.230
33.617
0.747
0.749
0.751
0.753
0.755
0.253
0.251
0.249
0.247
0.245
15.672
15.717
15.763
15.808
15.853
26.2
26.4
26.6
26.8
27.0
34.024
34.431
34.839
35.247
35.666
0.757
0.759
0.761
0.763
0.765
0.243
0.241
0.239
0.237
0.235
15.898
15.944
15.989
16.034
16.079
27.2
27.4
27.6
27.8
28.0
36.085
36.515
36.945
37.376
37.807
0.767
0.769
0.771
0.773
0.775
0.233
0.231
0.229
0.227
0.225
16.124
16.170
16.215
16.260
16.305
28.2
28.4
28.6
28.8
29.0
38.259
38.711
39.163
39.616
40.070
0.777
0.779
0.781
0.783
0.785
0.223
0.221
0.219
0.217
0.215
16.350
16.395
16.440
16.485
16.530
29.2
29.4
29.6
29.8
30.0
40.544
41.019
41.494
41.969
42.445
0.787
0.789
0.791
0.793
0.795
0.213
0.211
0.209
0.207
0.205
16.575
16.620
16.665
16.711
16.756
Sumber : Suhardjono, 1994






101
Lampiran B. Tabel PN.2 Besaran Nilai Anggota (Ra) dalam Evaporasi Ekivalen
(mm/hari) dalam hubungannya dengan letak lintang (untuk daerah
Indonesia, antara 5 LU sampai 10 LS)
Bulan Letak Lintang
5 LU 4 LU 2 LU 0 LU 2 LS 4 LS 6 LS 8 LS 10LS
Januari
Februari
Maret
April
13.00
14.00
15.00
15.10
14.30
15.00
15.50
15.50
14.70
15.30
15.60
15.30
15.00
15.50
15.70
15.30
15.30
15.70
15.65
15.10
15.50
15.80
15.60
14.90
15.80
16.00
15.60
14.70
16.10
16.10
15.50
14.40
16.10
16.00
15.30
14.00
Mei
Juni
Juli
Agustus
15.30
15.00
15.10
15.30
14.90
14.40
14.60
15.10
14.60
14.20
14.30
14.90
14.40
13.90
14.10
14.80
14.10
13.50
13.70
14.50
13.80
13.20
13.40
14.30
13.40
12.80
13.10
14.00
13.10
12.40
12.70
13.70
12.60
12.60
11.80
12.20
September
Oktober
November
Desember
15.10
15.70
14.80
14.60
15.30
15.10
14.50
14.10
15.30
15.20
14.80
14.40
15.30
15.40
15.10
14.80
15.20
15.50
15.30
15.10
15.10
15.60
15.50
15.40
15.00
15.70
15.75
15.70
14.90
15.80
16.00
16.10
13.30
14.60
15.60
16.00
Min
Maks
Rerata
13.00
15.70
14.83
14.10
15.50
14.86
14.20
15.60
14.88
13.90
15.70
14.94
13.50
15.70
14.89
13.20
15.80
14.84
12.80
16.00
14.80
12.40
16.10
14.73
11.80
16.10
14.18
Sumber : Suhardjono, 1994





















102
Lampiran C. Tabel PN.3 Hubungan nilai (Rs) dengan (Ra) dan (n/N) Rs = (0,25 +
0,54 n/N). Ra

Ra
Persentase Kecerahan Matahari (n/N) dalam (%)
20 30 40 50 60 70 80 90
12.00
12.20
12.40
12.60
12,80
4.30
4.37
4.44
4.51
4.58
4.94
5.03
5.11
5.19
5.27
5.59
5.69
5.78
5.87
5.96
6.24
6.34
6.45
6.55
6.66
6.89
7.00
7.12
7.23
7.35
7.54
7.66
7.79
7.91
8.04
8.18
8.32
8.46
8.59
8.73
8.83
8.98
9.13
9.27
9.42
13.00
13.20
13.40
13.60
13.80
4.65
4.73
4.80
4.87
4.94
5.36
5.44
5.52
5.60
5.69
6.06
6.15
6.24
6.34
6.43
6.76
6.86
6.97
7.07
7.18
7.46
7.58
7.69
7.81
7.92
8.16
8.29
8.42
8.54
8.67
8.87
9.00
9.14
9.28
9.41
9.57
9.72
9.86
10.01
10.16
14.00
14.20
14.40
14.60
14.80
15.00
5.01
5.08
5.16
5.23
5.30
5.37
5.77
5.85
5.93
6.02
6.10
6.18
6.52
6.62
6.71
6.80
6.90
6.99
7.28
7.38
7.49
7.59
7.70
7.80
8.04
8.15
8.27
8.38
8.50
8.61
8.79
8.92
9.04
9.17
9.29
9.42
9.55
9.68
9.82
9.96
10.09
10.23
10.30
10.45
10.60
10.75
10.89
11.04
15.20
15.40
15.60
15.80
16.00
5.44
5.51
5.58
5.66
5.73
6.26
6.34
6.43
6.51
6.59
7.08
7.18
7.27
7.36
7.46
7.90
8.01
8.11
8.22
8.32
8.72
8.84
8.95
9.07
9.18
9.55
9.67
9.80
9.92
10.05
10.37
10.50
10.64
10.78
10.91
11.19
11.33
11.48
11.63
11.78
16.20 5.80 6.67 7.55 8.42 9.30 10.17 11.05 11.92
Min
Maks
Rerata
4.30
5.80
5.05
4.94
6.67
5.81
5.59
7.55
6.57
6.24
8.42
7.33
6.89
9.30
8.09
7.54
10.17
8.85
8.18
11.05
9.62
8.83
11.92
10.38
Sumber : Suhardjono, 1994















103
Lampiran D. Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai keadaan
(RH) guna penggunaan rumus Penman.

ea
(mbar)
Besaran ed = (ea x RH) adapun RH dalam (%)
50 55 60 65 70 75 80 85 90
29.00
29.25
29.50
29.75
30.00
14.50
14.63
14.75
14.88
15.00
15.95
16.09
16.23
16.36
16.50
17.40
17.56
17.70
17.85
18.00
18.85
19.01
19.18
19.34
19.50
20.30
20.48
20.65
20.83
21.00
21.75
21.94
22.13
22.31
22.50
23.20
23.40
23.60
23.80
24.00
24.65
24.86
25.08
25.29
25.50
26.10
26.33
26.56
26.78
27.00
30.25
30.50
30.75
31.00
15.13
15.25
15.36
15.50
16.64
16.78
16.91
17.05
18.15
18.30
18.45
18.60
19.66
19.83
19.99
20.15
21.18
21.35
21.53
21.70
22.69
22.88
23.06
23.25
24.20
24.40
24.60
24.80
25.71
25.93
26.14
26.35
27.23
27.45
27.68
27.90
31.25
31.50
31.75
32.00
15.63
15.75
15.88
16.00
17.19
17.33
17.46
17.60
18.75
18.90
19.05
19.20
20.31
20.48
20.64
20.80
21.88
22.05
22.23
22.40
23.44
23.63
23.81
24.00
25.00
25.20
25.40
25.60
26.56
26.78
26.99
27.20
28.13
28.35
28.58
28.80
32.25
32.50
32.75
33.00
16.13
16.25
16.38
16.50
17.74
17.88
18.01
18.15
19.35
19.50
19.65
19.80
20.96
21.13
21.29
21.45
22.58
22.75
22.93
23.10
24.19
24.38
24.56
24.75
25.80
26.00
26.20
26.40
27.41
27.63
27.84
28.05
29.03
29.25
29.48
29.70
33.25
33.50
33.75
34.00
16.63
16.75
16.88
17.00
18.29
18.43
18.56
18.70
19.95
20.10
20.25
20.40
21.61
21.78
21.94
22.10
23.28
23.45
23.63
23.80
24.94
25.13
25.31
25.50
26.60
26.80
27.00
27.20
28.26
28.48
28.69
28.90
29.93
30.15
30.38
30.60
34.25
34.50
34.75
35.00
17.13
17.25
17.38
17.50
18.84
18.98
19.11
19.25
20.55
20.70
20.85
21.00
22.26
22.43
22.59
22.75
23.98
24.15
24.33
24.50
25.69
25.88
26.06
26.25
27.40
27.60
27.80
28.00
29.11
29.33
29.54
29.75
30.83
31.05
31.28
31.50
35.25
35.50
35.75
36.00
17.63
17.75
17.88
18.00
19.39
19.53
19.66
19.80
21.15
21.30
21.45
21.60
22.91
23.08
23.24
23.40
24.68
24.85
25.03
25.20
26.44
26.63
26.81
27.00
28.20
28.40
28.60
28.80
29.96
30.18
30.39
30.60
31.73
31.95
32.18
32.40
36.25
36.50
36.75
37.00
18.13
18.25
18.38
18.50
19.94
20.08
20.21
20.35
21.75
21.90
22.05
22.20
23.56
23.73
23.89
24.05
25.38
25.55
25.73
25.90
27.19
27.38
27.56
27.75
29.00
29.20
29.40
29.60
30.81
31.03
31.24
31.45
32.63
32.85
33.08
33.30
Sumber : Suhardjono, 1994







104
Lampiran E. Tabel PN.5 Besaran f (ed), f (ed) = 0,34 0,044 , guna
perhitungan rumus Penman.

ed
(mbar)
Besaran f (ed) = 0,34 0,044 ,
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
0.169
0.163
0.158
0.153
0.148
0.168
0.163
0.158
0.152
0.147
0.168
0.162
0.157
0.152
0.147
0.167
0.162
0.156
0.151
0.146
0.167
0.161
0.156
0.151
0.146
0.166
0.161
0.155
0.150
0.145
0.166
0.160
0.155
0.150
0.145
0.165
0.160
0.154
0.149
0.144
0.165
0.159
0.154
0.149
0.144
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
0.143
0.138
0.133
0.129
0.124
0.142
0.137
0.133
0.128
0.124
0.142
0.137
0.132
0.128
0.123
0.141
0.136
0.132
0.127
0.123
0.141
0.136
0.131
0.127
0.122
0.140
0.136
0.131
0.126
0.122
0.140
0.135
0.130
0.126
0.121
0.139
0.135
0.130
0.125
0.121
0.139
0.134
0.129
0.125
0.120
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
0.120
0.115
0.111
0.107
0.103
0.119
0.115
0.111
0.106
0.102
0.119
0.114
0.110
0.106
0.102
0.118
0.114
0.110
0.106
0.101
0.118
0.113
0.109
0.105
0.101
0.117
0.113
0.109
0.105
0.101
0.117
0.113
0.108
0.104
0.100
0.117
0.112
0.108
0.104
0.100
0.116
0.112
0.108
0.103
0.099
30.00
31.00
32.00
33.00
34.00
34.50
0.099
0.096
0.091
0.087
0.083
0.081
0.098
0.094
0.090
0.086
0.083
0.081
0.098
0.094
0.090
0.086
0.082
0.080
0.097
0.093
0.090
0.086
0.082
0.080
0.097
0.093
0.089
0.086
0.082
0.080
0.097
0.093
0.089
0.086
0.081
0.079
0.096
0.092
0.088
0.086
0.081
0.079
0.096
0.092
0.088
0.084
0.080
0.079
0.096
0.091
0.088
0.084
0.080
0.078
35.00 0.079 0.079 0.079 0.078 0.078 0.077 0.077 0.077 0.076
Sumber : Suhardjono, 1994

















105
Lampiran F. Tabel PN.6 Besaran f (n/N)
f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N, guna perhitungan rumus Penman.

n/N
(%)
Besaran f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0.379
0.469
0.559
0.649
0.739
0.829
0.388
0.478
0.568
0.658
0.748
0.838
0.397
0.487
0.577
0.667
0.757
0.847
0.406
0.496
0.586
0.676
0.766
0.856
0.415
0.505
0.595
0.685
0.775
0.865
0.424
0.514
0.604
0.694
0.784
0.874
0.433
0.523
0.613
0.703
0.793
0.883
0.442
0.532
0.622
0.712
0.802
0.892
0.451
0.541
0.631
0.721
0.811
0.901
Sumber : Suhardjono, 1994



Lampiran G. Tabel PN.7 Besaran f (u)
f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864), guna perhitungan rumus Penman.

U
m/det
Besaran f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864)
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0.293
0.527
0.760
0.993
1.226
1.460
0.317
0.550
0.783
1.016
1.250
1.483
0.340
0.573
0.807
1.040
1.273
1.506
0.363
0.597
0.630
1.063
1.296
1.530
0.387
0.620
0.853
1.086
1.320
1.553
0.410
0.643
0.877
1.110
1.343
1.576
0.433
0.667
0.900
1.133
1.366
1.600
0.457
0.690
0.923
1.156
1.390
1.623
0.490
0.713
0.947
1.180
1.413
1.646
Sumber : Suhardjono, 1994















106
Lampiran H. Tabel PN.8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus Penman
(berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan angin siang/malam
di daerah Indonesia).

Bulan Angka koreksi (c)
Blaney-Criddle Radiasi Penman
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
0.800
0.800
0.750
0.750
0.700
0.700
0.750
0.750
0.800
0.800
0.825
0.825
0.800
0.800
0.750
0.750
0.700
0.700
0.750
0.750
0.800
0.800
0.825
0.825
1.100
1.100
1.000
1.000
0.950
0.950
1.000
1.000
1.100
1.100
1.150
1.150
Sumber : Suhardjono, 1994


Lampiran I. Tabel Nilai Q/n
0,5
dan R/n
0,5














107
Lampiran J. Tabel Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data
(n)

























108
Lampiran K. Tabel Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data
dengan Jumlah Data (n)


























109
Lampiran L-1 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2000
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

110
Lampiran L-2 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2001
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

111
Lampiran L-3 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2002
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

112
Lampiran L-4 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2003
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

113
Lampiran L-5 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2004
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

114
Lampiran L-6 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2005
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

115
Lampiran L-7 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2006
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

116
Lampiran L-8 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2007
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

117
Lampiran L-9 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2008
























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

118
Lampiran L-10 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2009























Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

119
Lampiran M : Dokumentasi Lokasi Penelitian
























Gambar 1 : Lokasi PLTMH
Gambar 2 : Lokasi Penelitian

120

























Gambar 3 : Lokasi Pengukuran Kecepatan Air
Gamabr 4 : Lokasi Pengukuran Kedalaman Air

121

























Gambar 5 : Lokasi Penelitian
Gambar 6 : Lokasi Power House

122


Gambar 7 : Daerah Penelitian

You might also like