You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

Kasus (Masalah Utama) Perubahan sensori perseptual : halusinasi.

II.

Proses Terjadinya Masalah


1.

Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998). Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119) Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar. Tanda dan gejala :

Bicara, senyum dan tertawa sendiri Menarik diri dan menghindar dari orang lain Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata Tidak dapat memusatkan perhatian Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 1999)

2.

Penyebab dari Halusinasi Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu isolasi social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Tanda dan Gejala :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

Menghindar dari orang lain (menyendiri) Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat

Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap

Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari. (Budi Anna Keliat, 1998)

3.

Akibat dari Halusinasi Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

Memperlihatkan permusuhan Mendekati orang lain dengan ancaman Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai rencana untuk melukai

III.

Pohon Masalah Risiko mencederai diri , orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

IV.

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji Masalah keperawatan Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perubahan sensori perseptual : halusinasi Isolasi sosial : menarik diri Data yang perlu dikaji Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1.

1.

1.

2.

3.

2.

1.

Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

2.

Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

1.

Perubahan sensori perseptual : halusinasi


1.

Data Subjektif Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus. Klien merasa makan sesuatu. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang. Data Objektif Klien berbicar dan tertawa sendiri. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

2.

Disorientasi.

1.

Isolasi sosial : menarik diri


1.

Data Subjektif

Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
1.

Data Objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup

V.

Diagnosa Keperawatan
1.

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.

2.

Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

VI.

Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1: Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
1.

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan :
1.

2.

1.

Salam terapeutik perkenalan diri jelaskan tujuan ciptakan lingkungan yang tenang buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik).

2.

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. Empati. Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.

3.

4.

2.

Klien dapat mengenal halusinasinya. Tindakan :


1.

Kontak sering dan singkat. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal). Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak. Katakan perawat akan membantu.

2.

3.

4.

Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi.

5.

Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi.

2.

Klien dapat mengontrol halusinasinya. Tindakan :


1.

Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru untuk mengontrol halusinasinya.

2.

3.

Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara tersebut saya tidak mau dengar.

4.

Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika berhasil. Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.

5.

6.

2.

Klien dapat dukungan dari keluarga. Tindakan :


1.

Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.

2.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

2.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Tindakan :


1.

Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum obat. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara, waktu).

2.

3.

Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.

4.

Diagnosa 2: Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.


1.

Tujuan Umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan Khusus:
1.

2.

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya Tindakan :
1.

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

2.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Rasional :

Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian Tindakan: 2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2.1. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif 2.1. Utamakan memberikan pujian yang realistik 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Rasional :

Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.

Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya Tindakan:
1.

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rasional :

2.

Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan Tindakan:

1.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

Kegiatan mandiri Kegiatan dengan bantuan sebagian Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
1.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

2.

5.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

Tindakan:
1.

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

4.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Rasional:

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah. Tindakan:

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
2.

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

3.

DAFTAR PUSTAKA 1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995 2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 4. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH UTAMA Harga Diri Rendah

A. MASALAH UTAMA Harga diri rendah B. PENGERTIAN Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. C. PROSES TERJADINYA MASALAH Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari. RENTANG RESPON KONSEP DIRI Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. 2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran : 1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri. 2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. 3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara: 1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. 2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama D. POHON MASALAH Resiko isolasi sosial: menarik diri (Resiko) Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah (Core problem) Berduka disfungsional (Penyebab) E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan: 1. Resiko isolasi sosial: menarik diri. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah. 3. Berduka disfungsional. 2. Data yang perlu dikaji:

1. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. F. DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Tujuan umum: sesuai masalah (problem). 2. Tujuan khusus: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan: 1. Bina hubungan saling percaya Salam terapeutik Perkenalan diri Jelaskan tujuan inteniksi Ciptakan lingkungan yang tenang Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan). 2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. 4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis. 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan: 1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan. 2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah. 4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. Tindakan : 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2. Beri pujian atas keberhasilan 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan: 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

. Masalah Utama : Menarik diri. II. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Gejala Klinis : Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul Menghindar dari orang lain (menyendiri) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. (Budi Anna Keliat, 1998) 2. Penyebab dari Menarik Diri Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gejala Klinis Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999) 3. Akibat dari Menarik Diri Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakita adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal. Gejala Klinis :

bicara, senyum dan tertawa sendiri menarik diri dan menghindar dari orang lain tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata tidak dapat memusatkan perhatian curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 1999) III. Pohon Masalah Resiko Perubahan Sensori-persepsi : Halusinasi ..

Isolasi sosial : menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah ( Budi Anna Keliat, 1999) IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji a. Masalah Keperawatan 1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi 2. Isolasi Sosial : menarik diri 3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b. Data yang perlu dikaji 1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi 1). Data Subjektif 1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata 2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata 3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus 4. Klien merasa makan sesuatu 5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya 6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar 7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang 2). Data Objektif 1. Klien berbicara dan tertawa sendiri 2. Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu 3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 4. Disorientasi 2. Isolasi Sosial : menarik diri 1). Data Subyektif Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa jawaban singkat ya atau tidak. 2). Data Obyektif Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 1). Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2). Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup. V. Diagnosis Keperawatan 1). Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan menarik diri. 2). Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. VI. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan menarik diri. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya Tindakan: 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : 1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2. perkenalkan diri dengan sopan 3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai 4. jelaskan tujuan pertemuan 5. jujur dan menepati janji 6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri Tindakan 2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul 2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul 2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain. Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri. Tindakan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain 2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain 3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain 2. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Rasional : Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif. Tindakan 1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain 2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : KP K P P lain K P P lain K lain K Kel/ Klp/ Masy 1. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai 2. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan 3. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu 4. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 5. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan 4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah Tindakan 1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain 3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya Tindakan 1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : salam, perkenalan diri jelaskan tujuan buat kontrak eksplorasi perasaan klien 1. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri

penyebab perilaku menarik diri akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi cara keluarga menghadapi klien menarik diri 3. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain 4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu 5. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga Diagnosa 2 : Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya Tindakan : 1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik 1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Jujur dan menepati janji 6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian Tindakan: 2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 2.1. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif 2.1. Utamakan memberikan pujian yang realistik 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya Tindakan: 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan Tindakan: 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan Kegiatan mandiri Kegiatan dengan bantuan sebagian Kegiatan yang membutuhkan bantuan total 1. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan Tindakan: 1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah. Tindakan: 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah DAFTAR PUSTAKA 1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : LipincottRaven Publisher. 1998 3. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999 4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999 5. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998 6. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000 Ditulis oleh ASUHAN KEPERAWATAN RIZKI di 3/04/2009 07:40:00 PM Reaksi:

You might also like