You are on page 1of 16

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

DISUSUN OLEH :

TONY GUNAWAN (11650009) EMAIL : goenawaent91@yahoo.co.id Hp : 085643314140 T.INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

PENDAHULUAN
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, fungsi sebagai rasullah tidak dapat digantikan oleh siapa pun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantinya. Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh empat orang sahabat terdekatnya, kepemimpinan dari para sahabat Rasul ini disebut periode KhulafaurRasyidin( para pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan lurus). Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa Khalifah KhulafaurRasyidin adalah masa yang penting dalam sejarah Islam. KhulafaurRasyidin berhasil menyelamatkan Islam, mengkonsolidasi dan meletakkan dasar bagi keagungan umat Islam.

PEMBAHASAN
PENGERTIAN AL-KHULAFA AL-RASYIDDIN Kata al-Khulafa al-Rasyiddinterdiri dari dua kata, yaitu kata al-khulafa dan alrasyiddin.Kata al-Khulafa secara bahasa berasal dari kata khalafa yang berarti pengganti. Sedangkan kata al-Khulafa adalah jama dari kata khalif.Dalam konteks politik kata khalifah berarti penguasa tertinggi. Sementara kata al-rasyiddin berasal dari kata rasyada yang berarti menjadi lurus atau benar. Jadi, al-Khulafa al-Rasyiddinadalah para pengganti sebagai pemimpin tertinggi yang lurus atau benar. Istilah al-Khulafa al-Rasyiddin pernah disebut oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya. Istilah itu mengacu kepada para shahabat Nabi Muhammad saw. yang di situ disebutkan al-mahdiyiin, yang mendapat petunjuk. Mereka dikatakan mendapat petunjuk karena kehidupannya sangat dekat dengan Nabi Muhammad saw. Secara moral keberagamaan, kehiduapan mereka merupakan hasil pengejawantahan dari wahyu (alQuran) dan sunnah Nabi Muhammad saw.Mereka mewakili pola kehidupan ideal yang langsung berada di bawah bimbingan wahyu dan sunnah Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, secara moral keagamaan, al-Khulafa al-Rasyidin al-Mahdiyyin itu mencakup semua sahabat Nabi Muhammad saw. Sementara itu, secara politik, sahabat Nabi yang disebut al-Khulafa al-Rasyiddin alMahdiyyin itu dibatasai hanya pada sosok empat orang shabat yang menjadi pemimpin ummat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.Keempat sahabat itu adalah Abu Bakar ash-Shiddiqyang menjadi khalifah pada tahun 632-634 M, Umar bin Khaththab menjadi khalifah tahun 634-644 M, Usman bin Affan menjadi khalifah tahun 644-656 dan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah tahun 656-661 M. Mereka itulah yang dikatakan mendapat petunjuk untuk melanjutkan kepemimpinan Nabi Muhammad saw. atas ummat Islam.

KHALIFAH ABU BAKAR AS-SIDDIQ (632-634 M) Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat digantioleh siapapun(khatamial-anbiyawa al-mursalin),tetapi kedudukan beliau yang keduasebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan Khalifah artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diataskebenaran. Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera bermusyawarah untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Setelah terjadi perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya terpilihlah sahabat Abu Bakarsebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yang kemudian disingkat menjadi Khalifahatau Amirul Muminin.

Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau wafatdan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya Islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah secara bijaksana dan demokratis. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politikIslam. Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalam keadaan krisis dangawat. Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam yang masih baru. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani Saidah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnyanabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwaIslam telah berakhir. Abu Bakar bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamatIslam darikehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan umat Islam yangtelah bercerai berai setelah wafatnya Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam.Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradabanpada masa Abu Bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam darikehancuran sertaperluasan wilayah) melaluisistem pemerintahan (kekhalifahan) Islam. Akan tetapi konsep kekhalifahan dikalangan Syiah masih ditentang. Menurut Syiahkekhalifahan adalah warisan terhadap Ali dan kerabatnya, bukan pemilihan sebagaimanaterjadi pada Abu Bakar. Terlepas dari perbedaan interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep kekhalifahan adalah produk budaya dibidang politik yang orisinil dariperadaban Islam. Sebab ketikaitu tidak ada lembaga manapun yang memakai konsep kekhalifahan. Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin setelahRasulullah disebabkan beberapa hal: 1. Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya. 2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah. 3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelarAsSiddiq, orang yang sangat dipercaya. 4. Seorang yang dermawan. 5. Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam Shalat jamaah. 6. Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam. Peristiwa Tsaqifah Bani Saidah Memang diakui oleh seluruh sejarawan bahwa Rasulullah yang wafat tahun 11 H, tidak meninggalkan wasiat tentang orang yang akan penggantikannya. Oleh karena itu,setelah rasulullah SAW wafat para sahabat segera berkumpul untuk bermusyawarah disuatu tempat yaitu Tsaqifah BaniSaidah guna memilih pengganti Rasulullah (Khalifah) memimpin ummat Islam. Musyawarah itu secara spontanitas diprakarsai oleh kaum Anshor. Sikap mereka itu

menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki kesadaran politik dari pada yang lain, dalam memikirkan siapa pengganti Rasulullah dalam memimpin umat Islam. Dalam pertemuan itu mereka mengalami kesulitan bahkan hampir terjadi perpecahan diantara golongan, karena masing-masing kaum mengajukan calon pemimpin dari golongannya sendiri-sendiri. Pihak Anshar mencalonkan Saad bin Ubaidah, dengan alasan mereka yang menolong Nabi ketika keadaan di Makkah genting. Kaum Muhajirin menginginkan supaya pengganti Nabi SAW dipilih dari kelompok mereka, sebab muhajirinlah yang telah merasakan pahit getirnyaperjuangan dalam Islam sejak awalmula Islam. Sedang dipihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali Bin Abi Thalib, karena jasa-jasa dan kedudukannya selaku menantu Rasulullah SAW. Hingga peristiwa tersebut diketahui Umar. Ia kemudian pergike kediaman nabi dan mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar. Kemudian keduanya berangkat dan di perjalanan bertemu dengan Ubaidah bin Jarroh. Setibanya di balai Bani Saidah, mereka mendapatkandua golongan besar kaum Anshor dan Muhajirin bersitegang. Dengan tenang Abu Bakar berdiridi tengah-tengah mereka, kemudian berpidato yangisinya merinci kembali jasa kaum Anshor bagi tujuan Islam. Disisi lain ia menekankan pula anugrah dari Allah yang memberi keistimewaan kepada kaum Muhajirin yang telah mengikuti Muhammad sebagai Nabi dan menerima Islam lebih awal dan rela hidup menderita bersama Nabi. Tetapi pidato Abu Bakar itu tidak dapat meredam situasi yangsedang tegang. Kedua kelompok masih tetap pada pendiriannya. Kemudia Abu Ubaidahmengajak kaum Anshor agar bersikap toleransi, begitu juga Basyir bin Saad dari Khazraj(Anshor) agar kita tidak memperpanjang perselisihan ini.Akhirnya situasi dapat sedikitterkendali. Disela-sela ketegangan itu kaum Anshor masih menyarankan bahwa harus ada duakelompok. Hal itu berarti kepecahan kesatuan Islam, akhirnya dengan resiko apapun Abu Bakar tampil kedepan dan berkata Saya akan menyetujui salah seorang yang kalian pilih diantara kedua orang iniyakni tidak bisa lebih mengutamakan kami sendiridari padaanda dalam halini, situasi menjadi lebih kacau lagi, kemudian Umar berbicara untuk mendukung Abu Bakar dan mengangkat setia kepadanya. Dia tidak memerlukan waktulama untuk menyakinkan kaum Anshor dan yang lain, bahwa Abu Bakar adalah orangyang paling patut di Madinah untuk menjadi penerus pertama dari Nabi Muhammad SAW. Sesudah argumentasi demi argumentasi dilontarkan, musyawarah secara bulat menunjuk Abu Bakar untuk menjabat Khalifah dengan gelar Amirul Muminin. Dengan semangat Islamiyyah terpilihlah Abu Bakar .Dia adalah orang yang ideal, karena sejakmula pertama Islam diturunkan menjadi pendamping Nabi, dialah sahabat yang paling memahami risalah Rasul. Disamping itu beliau juga pernah menggantikan Rasulullah sebagai imam pada saat Rasulullah sakit. Setelah mereka sepakat dengan gagasan Umar, sekelompok demi sekelompok maju ke depan dan bersama-sama membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah. Baiat tersebut dinamakan baiat tsaqifah karena bertempat dibalai Tsaqifah Bani Saidah. Pertemuan politik itu berlagsung hangat, terbuka dan demokratis. Pertemua politik itu merupakan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Sesuatu yang megikat merekat etap dalam satu kepemimpinan pemerintahan. Dan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khali fahpertama, menjadi dasar terbentuknya sistem pemerintahan Khalifah dalam Islam.

Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi) sebagai mana di jelaskan pada peristiwa Tsaqifah Bani Saidah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifahbukan atas kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah, maka mulailah beliau menjalankan kekhalifahannya, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan. Adapun sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Sedang kebijaksanaan politik yang diilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya yaitu: 1. Mengirim pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup. Sebenarnya dikalangan sahabat termasuk Umar bin Khatab banyak yang tidak setuju dengan kebijaksanaan Khalifah ini. Alasan mereka, karena dalam negeri sendiri pada saat itu timbul gejala kemunafikan dan kemurta dan yang merambah untuk menghancurkan Islam dari dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamahuntuk menyerbu Romawi, sebab menurutnya hal itu merupakan perintah Nabi SAW. Pengiriman pasukan Usamah ke Romawi dibumi Syam pada saat itu merupakan langkah politik yang sangat strategis dan membawa dampak positif bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam dalam keadaan tegang akan tetapi muncul interprestasi di pihak lawan, bahwa kekuatan Islam cukup tangguh. Sehingga para npemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat mengalihkan perhatian umat Islam dari perselisihan yang bersifat intern. 2. Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus. Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu : a. Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah. b. Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban zakat dan mengeluarkannya. Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini, Abu Bakar tetap pada prinsipnya yaitu memerangi mereka sampai tuntas. 3. Mengembangkan wilayah Islam keluar Arab. Ini ditujukan ke Syiria dan Persia. Untuk perluasan Islam ke Syiriayang dikuasai Romawi (Kaisar Heraklius), Abu Bakar menugaskan 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sufyan di tempatkan di Damaskus, Abu Ubaidah diHoms, Amir bin Ash di Palestina dan Surah bil bin Hasanah di Yordan. Usaha tersebut diperkuat oleh kedatangan Khalid bin Walid dan pasukannya serta Mutsannah bin Haritsah, yang sebelumnya Khalid telah berhasil mengadakan perluasan kebeberapa daerah di Irak dan Persia.Dalam peperangan melawan Persia disebut sebagai pertempuran

berantai. Hal ini karena perlawanan dari Persia yang beruntun dan membawa banyak korban. Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah: 1. Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam kitab Allah. Jika beliau tidak memperolehnya maka beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalam suatu perkara. Dan jika tidak ditemukannya apa yang dicari, beliau pun mengumpulkan tokoh-tokoh yang terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka setelah pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai suatu keputusan dan suatu peraturan. 2. Amanat Baitul Mal Para sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya dan pengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat. Mereka mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi. 3. Konsep Pemerintahan Politik dalam pemerintahan Abu Bakar telah beliau jelaskan sendiri kepada rakyat banyak dalam sebuah pidatonya: Wahaimanusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah ! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu mentaatiku. 4. Kekuasaan Undang-undang Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undangundang. Dan mereka itu dihadapan undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslim maupun non Muslim.

KHALIFAH UMAR BIN-KHATAB ( 634-644 M ) Umar bin Khatab adalah keturunan Quraisy dari suku Bani Ady. Suku Bani Ady terkenal sebagai suku yang terpandang mulia dan berkedudukan tinggi pada masa Jahiliah. Umar bekerja sebagai saudagar. Beliau juga sebagai duta penghubung ketika terjadi suatu masalah antara kaumnya dengan suku Arab lain. Sebelum masuk Islam beliau adalah orang

yang paling keras menentang Islam, tetapi setelah beliau masuk Islam dia pulalah yang paling depan dalam membela Islam tanpa rasa takut dan gentar. A. Ahlul Hall Wal Aqdi Secara etimologi, ahlulhall wal aqdi adalah lembaga penengah dan pemberi fatwa. Sedangkan menurut terminologi, adalah wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai anggota majelis syura, yang terdiri dari alim ulama dan kaum cerdik pandai (cendekiawan) yang menjadi pemimpin-pemimpin rakyat dan dipilih atas mereka. Dinamakan ahlulhall wal aqdi untuk menekankan wewenang mereka guna menghapuskan dan membatalkan. Penjelasan tentang nya merupakan deskri psiumum saja, karena dalam pemerintahan Islam, badan ini belum dapat dilaksanakan. Anggota dewan ini terpilih karena dua hal yaitu : pertama, mereka yang telah mengabdi dalam Dunia politik, militer, dan misi Islam, selama 8 sampai dengan 10 tahun. kedua, orang-orang yang terkemuka dalam hal keluasan wawasan dan dalamnya pengetahuan tentang yurisprudensi dan Quran. Dalam masa pemerintahannya, Umar telah membentuk lembaga-lembaga yang disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di antaranya adalah: 1. Majelis Syura (Diwan Penasihat), ada tiga bentuk : a. Dewan PenasihatTinggi,yang terdiridariparapemuka sahabatyang terkenal, antara lain Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabbal, Ubay bin Kaab,Zaid bin Tsabit, Tolhah dan Zubair. b. Dewan Penasihat Umum, terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan Muhajirin) danpemuka berbagai suku, bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkutkepentingan umum. c. Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum. Beranggotakan para sahabat (Anshardan Muhajirin) yang dipilih, hanya membahas masalah-masalah khusus. 2. Al-Katib (Sekretaris Negara), di antaranya adalah Abdullah bin Arqam. 3. Nidzamul Maly (Departemen Keuangan) mengatur masalah keuangan dengan pemasukan dari pajak bumi, ghanimah, jizyah, fai dan lain-lain. 4. NidzamulIdary (Departemen Administrasi), bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, diantaranya adalah diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan perang dan pegawai pemerintahan. 5. Departemen Kepolisian dan Penjaga yang bertugas memelihara keamanan dalam negara. 6. Departemen Pendidikan dan lain-lain. Pada masa Umar, badan-badan tersebut belumlah terbentuk secara resmi, dalam arti secarade jure belum terbentuk, tapi secara de facto telah dijalankan tugas-tugas badan tersebut. Meskipun demikian, dalam menjalankan roda pemerintahannya, Umar senantiasa mengajak musyawarah para sahabatnya. B. Perluasan Wilayah Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar menganggap bahwa tugas utamanya adalah mensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum lagi genap

satu tahun memerintah, Umar telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 635 M, Damascus, Ibu kota Syuriah, telah ia tundukkan. Setahun kemudian seluruh wilayah Syuriah jatuh ketangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Syuriah di masa Khalifah Umar tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya. Khalifah Abu Bakar telah mengirim pasukan besar dibawah pimpinan Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah ke Syuriah. Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid Ibn al-Walid yang sedang dikirim untuk memimpin pasukan ke Irak, untuk membantu pasukan di Syuriah. Dengan gerakan cepat, Khalid bersama pasukannya menyeberangi gurun pasir luas kearah Syuriah. Ia bersama Abu Ubaidah mendesak pasukan Romawi. Dalam keadaan genting itu, wafatlah Abu Bakar dan diganti oleh Umar bin al-Khattab. Khalifah yang baru itu mempunyai kebijaksanaan lain. Khalid yang dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar, diberhentikan oleh Umar dan diganti oleh Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah. Hal itu tidak diberitahukan kepada pasukan hingga selesai perang, dengan maksud supaya tidak merusak konsentrasi dalam menghadapi musuh. Damascus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah dikepung selama tujuh hari. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah itu melanjutkan penaklukan ke Hamah, Qinisrun, Laziqiyahdan Aleppo. Surahbil dan Amr bersama pasukannya meneruskan penaklukan atas Baysandan Jerussalem di Palestina.Kota suci dan kiblat pertama bagi umat Islam itu dikepungoleh pasukan Muslim selama empat bulan. Akhirnya kota itu dapat ditaklukkan dengan syarat harus Khalifah Umar sendiri yang menerima kunci kota itu dari Uskup Agung Shoporonius, karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan Muslim yang akan menghancurkan gereja-gereja. Dari Syuriah, laskar kaum muslimin melanjutkan langkah ke Mesir dan membuat kemenangan-kemenangan di wilayah Afrika Utara. Bangsa Romawi telah menguasai Mesirsejak tahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi. Kota Babylonia juga dapat ditundukkan pada tahun20 H, setelah tujuh bulan terkepung. Iskandariah (ibu kota Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum ditaklukkan olehpasukan Islam di bawah pimpinan Ubaidah Ibn as-Samit. Dengan jatuhnya Iskandariah ini, maka sempurnalah penaklukan atas Mesir. Ibu kota negeri itu dipindahkan ke kota Fusthat yang dibangun oleh Amr bin Ash pada tahun 20 H. Dengan Syuriah sebagai basis, gerak maju pasukan ke Armenia, Mesopotamia bagian utara,Georgia, dan Azerbaijan menjadi terbuka. KHALIFAH USMAN BIN AFFAN ( 644-656 M ) Diantara Khulafaur rasyidin adalah Ustman Ibnu Affan yang memerintah umat Islam paling lama dibandingkan ketiga Khalifah lainnya. Ia memerintah selama 12 tahun. Dalam pemerintahannya, sejarah mencatat telah banyak kemajuan dalam berbagai aspek yang dicapai untuk umat Islam. Akan tetapi juga tidak sedikit polemik yang terjadi di akhir pemerintahannya.

Pada masa Khalifah Ustman,konsep kekhalifaan sudah mulai mundur, dalam arti interest politik disekitar Khalifah mulai banyak diwarnai oleh dinamika kepentingan suku dan perbedaan interpretasi konsep kepemimpinan dalam Islam. Ketika itu sebenarnya Umar telah memilih jalan demokratis dalam menentukan penggantinya. Akan tetapi beliau berada dalam pada posisi dilematis, ia diminta oleh sebagian sahabat untuk menunjukkan penggantinya. Maka jalan keluar yang ditempuh Khalifah Umar adalah memilih formatur 6 orang yang terdiri dari: Ustman bin Affan, Ali Ibnu Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Ibnu Awwam, Saad Ibnu Abi Waqqas dan Abdur rahman Ibnu Auf. Kemudian formatur sepakat memilih Ustman sebagai Khalifah. Terpilihnya Ustmansebagai Khalifah ternyata melahirkan perpecahan dikalangan pemerintahan Islam.Pangkal masalahnya sebenarnya berasal dari persaingan kesukuan antara bani Umayyah dengan bani Hasyim atau Alawiyah yang memang bersaing sejak zaman pra Islam. . A. Perluasan Wilayah Setelah Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah yang membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong praja dari pemerintahan lama ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh kaisar Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya, pemerintahanIslam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus melanjutkan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan Turkistan jatuh menjadi wilayah kekuasaan Islam. Adapun daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islam adalah Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Utsman mengutus Saad bin al-Ashbersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan hebat, sehingga penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (AmuDaria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan. B. Pembangunan Angkatan Laut Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di daerah, Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan personil dan sarana yang memadai. Pada saat itu, Muawiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.

Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam. Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut.Bahkan pada tahun646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan kekuasan bangsa Romawi.Atas perintah Khalifah Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir. Berawal dari sinilah Khalifah Ustman bin Affan perlu diingat sebagai Khalifah pertamakali yang mempunyai angkatan laut yang cukup tangguh dan dapat membahayakan kekuatan lawan.

KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB ( 656-661 M ) Pengangkatan Alimenja dikhalifah keempat dari khulafaaur rasyidin terjadi pada tahun 35H/656M, berawal dengan wafat nya khalifah ketiga Utsman bin Affan, yang terbunuh oleh sekelompok pemberontak dari Mesir yang bertepatan dengan tanggal 17 Juni 656 M, yang mana mereka tidak puas terhadap kebijakan pemerintahan Utsmanbin Affan. Pembunuhan itu menandakan suatu titik balik dalam sejarah Islam. Pembunuhan terhadap seorang khalifah oleh pemberontak yang dilakukan olehorang-orang Islam sendiri, menimbulkan preseden yang buruk dan sungguh-sungguh memperlemah pengaruh agama dan moral kekhalifahan sebagai suatu ikatan persatuan dalam Islam. Setelah Utsman bin Affan wafat, penduduk Madinah dengan didukung sekelompok pasukan dari Mesir, Basrah dan Kufah mencari siapa yang mau menjadi khalifah. Mereka meminta Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sad bin Abi Waqash, dan ibnu Umar, pada awalnya tidak satupun dari mereka yang mau menjadi khalifah menggantikan Utsman. Setelah mereka berunding, akhirnya mereka mendatangi penduduk Madinah agar mereka mengambil keputusan, karena merekalah yang dianggap ahli syura, yang berhak memutuskan pengangkatan khalifah, kreadibilitas mereka diakui umat. Kelompok-kelompok ini mengancam kalau tidak ada salah satu dari mereka yang mau dipilih menjadi khalifah, mereka akan membunuh Ali, Thalhah, Zubair, dan masyarakat lainnya. Akhirnya dengan geram mereka menolehk epada Ali. Pada awalnya Ali pun tidak bersedia. Karena pengangkatann yatidak didukung oleh kesepakatan penduduk Madinah dan veteran perang Badar. Menurut Ali, orang yang didukung oleh komunitas ini lah yang lebih berhak menjadi khalifah. Dengan berbagai argumen yang diajukan oleh berbagai kelompok tersebut, demi Islam dan menghindari fitnah, akhirnya Ali bersedia dibaiat. A. Fitnah Kubra; PerangantarSahabat Akibat dari pembunuhan Utsman dan disusul dengan naiknya Alimenja dikhalifah yang tidak sepenuhnya didukung oleh umat Islam pada waktu itu mengakibatkan berbagai

ekses yang sangat luar biasa dalam sejarah Islam, yaitu timbulnya tragedi yang mengenaskan yaitu perang saudara. 1. PerangUnta (waqah al-jamal) Dinamakan perang unta, karena dalam peristiwa tersebut, janda Nabi Muhammad SAW dan putri Abu Bakar Shiddiq, Aisyah ikut dalam peperangan dengan mengendarai unta. Perang ini berlangsung pada lima hari terakhir Rabiul Akhir tahun 36H/657M. Ikut terjunnya Aisyah memerangi Ali sebagai khalifah dipandang sebagai hal yang luar biasa, sehingga orang menghubungkan perang ini dengan Aisyah dan untanya, walaupun menurut sementara ahli sejarah peranan yang dipegang Aisyah tidak begitu dominan. Keterlibatan Aisyah pada perang ini pada mulanya menuntut atas kematian Utsman bin Affan terhadap Ali, sama seperti yang dituntut Thalhah dan Zubair ketika mengangkat baiat pada Ali .Setelah itu Aisyah pergike Mekah kemudian disusul oleh Thalhah dan Zubair. Ketiga tokoh ini nampaknya mempunyai harapan tipis bahwa hukum akan ditegakkan. Karena menurut ketiganya, Ali sudah menetapkan kebijakan sendiri karena ia didukung oleh kaum perusuh. Kemudian mereka dengan dukungan dari keluarga Umayah menuntut balas atas kematian Utsman. Akhirnya mereka pergike Basrah untuk menghimpun kekuatan dan disana mereka mendapat dukungan masyarakat setempat. Ali pun mengalih kanpasukannya ke Basrah untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali bin Abi Thalib. Thalhah dan Zubair akhirnya tewas dalam peperangan tersebut, sementara Aisyah r.a. dengan penuh penghormatan dikembalikan lagi oleh Ali ke Mekah.

2. PerangShiffin Disebut perang shiffin karean perang yang menghadapkan pasukan pendukung Ali dengan pasukan pendukung Muawiyah berlangsung di Shiffin dekat tepian sungai Efrat wilayah Syam, perang ini berlangsung pada bulan Shafar tahun 37H/658M. Setelah selesai perang Jamal, Ali mempersiapkan pasukannya lagi untuk menghadapi tantangan Muawiyah bin Abi Sufyan, dengan dukungan pasukan dari Irak, Iran, dan Khurasan dan dibantu pasukan dari Azerbeijan dan dari Mesir pimpinan Muhammad bin Abu Bakr. Usaha-usaha untuk menghindari perang terus diusahakan oleh Ali, dengan tuntutan membaiatnya atau meletakkan jabatan. Namun nampaknya Muawiyah tetap pada pendiriannya untuk menolak tawaran Ali, bahkan Muawiyah menuntut sebaliknya, agar Ali dan pengikutnya membeiat dirinya. Pada bulan Shafar tahun 37H/658M, perangpun pecah di Shiffin, dengan berjatuhan korban yang banyak dari kedua belah pihak. Ketika Ali hampir memenangi perang tersebut, Amr bin Ash, sebagi orang yang ahli siasat perang bahkan dianggap licik, memerinthakan kepada pasukannya untuk mengangkat mushafal-Qurandi ujung tombak dan meminta berdamai dengan arbitrase (tahkim) berdasarkanal-Quran.

Bagimanapun peristiwa tahkim ini secara politik merugikan Ali dan menguntungkan Muawiyah. Yang sah menjadi khalifah adalah Ali, sedangkan Muawiyah kedudukannya hanya sebagai seorang gubernur daerah yang tidak mau tunduk kepada Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbitrase ini kedudukannya naik menjadi khalifah, yang otomatis ditolak oleh Ali yang tidak mau meletakkan jabatannya sebagai khalifah, sampai ia mati terbunuh pada tahun 661 M. 3. TimbulnyaAliran-aliran dalamIslam Islam di samping merupakan sistem agama, ia juga merupakan sistem politik, dan Nabi Muhammad SAW disamping seorang rasul sekligus menja diseorang negarawan. Sehingga wajar persoalan-persolan politik yang timbul di masa khalifah Alibin Abi Thalib seperti yang telah disebutkan diatas pada akhirnya meningkat menjadi persoalan yang membawa-bawa masalah keyakinan (teologi) dalam Islam. Sikap Ali yang menerima arbitrase, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh pengikutnya. Mereka berpendapat, hal tersebut tidak dapat diputuskan oleh arbitrase manusia. Menurut mereka, putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada, ayat alQuran la hukmailla lillahataula hakama illallah ,menjadi semboyan mereka. Setelah itu sebagian pasukan Ali tersebut memisah kan diri dan membentuk gerakan sempalan yang kemudian dikenal dengan sebuta nkaum Khawarij. Pendapatdan pemikiran mereka dikenal sangat ekstrim, pelaku-pelakua rbitrase dianggap telah kafir dalam arti telah keluar dari Islam (murtad, apostate) karena tidak berhukum pada hukum Allah sebagai yang terdapat dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 44. Khawarij memandang Ali, Muawiyah, Amrbin Ash, Abu Musaal-Asyari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir. Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali, Muawiyah, AmrbinAsh, AbuMusaal-Asyari. Namun mereka hanya berhasil membunuh Ali yang akhirnya meninggal pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40H./661M, oleh Abdurrahman ibn Muljam, salah seorang yang ditugasi membunuh tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan nasib baik berpihak kepada Muawiyah dan Amr bin Ash, mereka berdua luput dari pembunuhan tersebut. Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte. Konsep kafir yang mereka pahami turut mengalami perubahan. Orang yang dipandang kafir bukan hanya orang yang tidak berhukum pada al-Quran saja, tetapi orang yang bebruat dosa besarpun dianggap kafir. Kemudian ada kelompok yang tidak setuju pada keduanya maka lahirlah aliran Mutazilah, yang berpendapat bahwaorang berdosa besar tidak kafir juga tidak mukmin, orfang seperti itu beradadi posisi tengah (al-manzilahbainal manzilah). Dari pihak pendukung fanatik Alibin Abi Thalib juga akhirnya melembagakan teori politiknya, bahwaa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad SAW adalah Alibin Abi Thalib dan dilanjutkan oleh keturunannya. Mereka ini kemudian dikenal dengan aliran Syiah. Harapan mereka pada awalnya tertuju kepada Hasan putera tertua Khalifah Ali bin Abi Thalib. Akhirnya mereka mengangkat Hasan, namun nampaknya Hasan tidak mewarisi sifat ayahnya, tidak berbakat menjadi khalifah. Kemudian ia mengadakan akomodasi dengan menyerahkan hak khalifahnya kepada Muawiyah. Kemudian para pengikutnya memposisikan sebagai oposisi penguasa, sampai terbununya pemimpin mereka

berikutnya, Huseinbin Abi Thalib, saudara Hasan, pada tragedi Karbela. Setelah itu mere katerus menerus menggalang kekuatan untuk merongrong penguasa pada waktu itu. Untuk selanjutnya aliran-aliran atau madzhab tersebut berkembang; ada yang bersifat pengembangan, kritik, atau menandingi dan melawan aliran-aliran yang sudah ada, ada yang bertahan lama, ada pula yang hanya bertahan sebentar sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan umat Islam itu sendiri dalam memahami pesan dan ajaran agamanya.

KESIMPULAN

Khulafa ar-Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun (jamak kepada Khalifatur Rasyid) berarti wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus Adapun maksudnya disini adalah empat Khalifah Shahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali r.a. Adapun kronologis khulafaurrasyidin adalah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai dengan masa khalifah Ali bin Abi Thalib dengan berbagai macam rentetan peristiwa yang terjadi pada setiap masanya. Pada Masa pemerintahan Abu Bakar Islam berkembang dengan melalui penyebaran langsung ketempat dimana belum ada penduduk yang beragama Islam. Pada masa ini pula Al-quran dikumpulkan dan ini pula merupakan jasa pemerintahan pada zaman beliau

Pada Masa Umar (Masa Penguatan Pondasi Islam), Utsman ( Masa Pembukuan Alquran) dan Ali, Islam sudah sangat tersebar luas diwilayah wilayah selain diwilayah jazirah arab itu sendiri. Dimana pada masa beliau beliau adalah merupakan tindak lanjut dari proses penyebaran Islam sebelumnya. Sehingga dari berbagai macam analisis kesimpulan diatas bisa dikatakan bahwa Islam berkembang pada masa kepemimpinan Nabi Muhahammad dan Khulafaur Rasyidin adalah melalui beberapa aspek pendekatan yang diantaranya adalah pendekatan dawah yang meliputi dawah dengan lisan (diplomasi) dan juga perbuatan (pertempuran).

DAFTAR PUSTAKA

Mahzum, Muhammad,, Meluruskan Sejarah Islam ;Studi Kritis Peristiwa Tahkim (terj. Rosihan Anwar) (Bandung: PustakaSetia, 1994). Nasution,Harun,Teologi Islam; aliran, sejarah, analisa perbandingan( Jakarta: UI Pres, 1986), h. 5. Souyb, Jousouf, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin( Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

Al-Atsir, Ibnu, al-Kamilfi at-Tarikh, Jilid III (Beirut: Dar al-Fikr,1979) Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam (terj.Djah dan Humam) Yogyakarta: Kotakembang, 1997. http://www.scribd.com/burhanfuady/d/40051835-Islam-Masa-Khulafaur-Rasyidin http://id.wikipedia.com/islam-masa-khuafaur-rasyidin

You might also like