You are on page 1of 40

TEORI MODERNISASI KLASIK

PROGRAM PASCASARJANA KERJASAMA UNHAS- UNIVERSITAS MUSAMUS

SEJARAH KELAHIRAN
DOMINASI AS & EROPA MELUASNYA KOMUNISME

NEGARA DUNIA KETIGA Mencari Model Pembangunan ?

Teori Evolusi & Fungsionalisme

Teori Moderniasi Klasik

Latar Belakang Sejarah Teori modernisasi klasik berkembang karena adanya situasi berikut :

Munculnya dominasi Amerika, tahun 1950-an Amerika sebagai pengendali percaturan dunia Perluasan gerakan komunisme sedunia hingga Eropa Timur dan Asia Munculnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang merupakan daerah jajahan negara Eropa (negara dunia ketiga). Negara baru tsb. Secara serempak mencari model2 pembangunan yg hendak digunakan untuk membangun ekonominya, dan dalam usaha mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya.

LANJUTAN

Melihat keadaan tersebut wajar jika, Elit politik Amerika mendorong dan memfasilitasi ilmuwan sosialnya untuk mempelajari permasalahan dunia ketiga. Kebijaksanaan ini diperlukan sebagai langkah pendahuluan untuk membantu pembangunan ekonomi dan kestabilan politik Dunia Ketiga dalam rangka menghindari kemungkinan terpengaruh atau jatuh ke pangkuan Uni Saviet.

LANJUTAN

Jika pada sebelum perang dunia ke2 persoalan pembangunan negera Dunia Ketiga sedikit mendapat perhatian para ilmuan AS, namun keadaan sebaliknya terjadi setelah perang dunia ke2. Bantuan baik dari pemerintah maupun organisasi swasata melimpah sehingga mereka menghasilakn karya disertasi dan monografi tentang dunia ketiga dalam satu aliran pemikiran multidisiplin yang tergabung dalam ajaran modernisasi. Akibatnya kajian teori modernisasi merupakan industri tumbuh segara sampai pada pertengahan 1960-an.

LANJUTAN

Para Ilmuwan tersebut berangkat dari pemikiran Teori Evolusi dan Teori Fungsionalisme karena Teori Evolusi dan Fungsionalisme tersebut telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern negara-negara Eropa Barat dan mampu menjelaskan arah yang perlu ditempuh negar dunia ketiga dalam proses modernisasinya.

WARISAN PEMIKIRAN (PENEKANAN)

Aliran pemikiran modernisasi klasik dalam usahanya menjelaskan persoalan pembangunan negara dunia Ketiga, banyak menerima warisan pemikiran dari teori EVOLUSI dan teori FUNGSIONALISME. Ini terjadi karena teori ini telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, selain itu mampu menjelaskan arah yang harus ditempuh oleh negara Dunia Ketiga dalam proses modernisasi. Pewarisan pemikiran struktural fungsionalisme ke dalam teori modernisasi lebih disebabkan oleh kenyatan bahwa sebagian besar pendukung teori modernisasi lebih banyak terdidik dalam alam pemikiran struktural fungsional.

Teori Evolusi
Secara garis besar, Teori Evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai berikut :

Lahir pada wal abad ke 19 sesaat sesudah Revolusi Industri dan Revolusi Perancis yang merupakan dua revolusi yang tidak hanya sekedar menghancurkan tatanan lama tetapi juga membentuk acuan baru. Dalam mengamati perubahan ekonomi, politik dan sosial yang radikal para teoritisi sosial menggunakan berbagai label seperti; Tonnies (Gemeinschaft, dan gesellschaft), Durkheim (solidaritas mekanik dan solidaritas organik), Comte (mengujinya dengan tiga tahapan perkembangan; teologi, metafisik, dan positif. Menganggap perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus, masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Perubahan menuju masyarakat modern merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan memerlukan waktu panjang.

Teori Fungsionalisme

Tokoh utamanya adalah Talcott Parson, Basic ilmunya sebagai ahli biologi mempengaruhi rumusan teori fungsionalismenya. Baginya masyarakat manusia sama seperti organ tubuh manusia, sehingga masyarakat dapat dikaji seperti mempelajari tubuh manusia. Karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, maka demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.

Lanjutan

Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk pertumbuhan dan stabilitas masyarakat tersebut. Empat fungsi pokok yang harus dilakukan agar suatu masyarakat tidak mati yang disingkat dengan AGIL (adaptation to the environment, goal attainment, integration, and latency): Ekonomi menjalankan fungsi adaptasi lingkungan, pemerintah bertugas untuk pencapaian tujuan umum, hukum dan agama untuk menciptakan integrasi, dan pendidikan untuk fungsi pemeliharaan. Adanya sistem untuk menggambarkan koordinasi harmonis antar kelembagaan dalam masyarakat,

lanjutan

Dengan analogi tubuh manusia, Parson merumuskan konsep kesimbangan dinamis (homeostatic equilibrium), jika satu bagian tubuh manusia berubah, maka bagian lain akan mengikutinya dalam rangka menciptakan keseimbangan baru. Parsons merumuskan konsep faktor kebakuan dan pengukur (pattern variables) dalam rangka menjelaskan perbedaan masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Menjadi alat utama untuk memahami hubungan sosial yang langgeng, berulang dan berwujud dalam sistem kebudayaan.

Lanjutan

Dalam kaitan itu ia menyebut istilah kecintaan dan kenetralan. Masyarakat tradisional cenderung memiliki hubungan kecintaan yakni hubungan yang mempribadi dan emosional, sedangkan masyarakat modern memiliki hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak langsung, tidak mempribadi dan berjarak. Demikin pula Parsons merumuskan hubungan kekhususan dan universal. Masyarakat tradisonal cenderung berhubungan dengan masyarakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk saling memikul tanggung jawab bersama, sementara anggota masyarakat modedrn berhubungan satu sama lain dengan batas norma-norma universal, lebih tidak terikat dengan tanggung jawab kelompok dan kekhususan.

TIGA PEMIKIR KLASIK TEORI MODERNISASI


SMELSER : Diferensiasi Struktural

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan berkaitan dengan modernisasi, ia menggunakan konsep diferensiasi struktural. Bagi Smelser, modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural, ini terjadi karena, dengan proses modernisasi ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan yang terdiri dari berbagai substruktur yang terkait menjalankan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama, sehingga pelaksanaan fungsi akan lebih efisien. Contoh: diferensiasi struktur dapat dijumpai pada lembaga keluarga.

Lanjutan

Yang lebih menarik bahwa Smelser tidak berhenti hanya pada diferensiasi strukturalnya. Ia mempertanyakan bahwa apa yang terjadi setelah fungsi kelembagaan di dalam masyarakat gtradisional diambil alih oleh berbagai lembaga yang berbeda dan berfungsi secara khusus. Untuk menjawab ini Smelser menyatakan bahwa sekalipun diferensiasi struktural telah meningkatkan kapasitas fungsional kelembagaan, namun juga menimbulkan persoalan baru yakni masalah INTEGRASI berupa pengkordinasian aktivitas berbagai lembaga baru tersebut. Dalam masyarakat tradisional masalah integrasi palaksanaan berbagai fungsi tidak terjadi karena semua fungsi tersebut dilaksanakan dalam satu unit keluarga.

lanjutan

Menurut Smelser, harus dibangun suatu lembaga baru yang bertugas untuk menjembatani dan mengkoordinasikan kegiatan dan kebutuhan masyarakat yang telah terdiferensiasi. Namun demikian integrasi yang sungguh2 tidak akan mungkin tercapai karena: adanya konflik nilai dan kepentingan dari berbagai lembaga penghubung tersebut, dan persoalan integrasi tidak dapat diatasi secara total karena adanya permasalahan ketidak seimbangan perkembangan dan pembangunan kelembagaan masyarakat yang diperlukan

ROSTOW: Tahapan Pertumbuhan Ekonomi Proses lepas landas melalui 5 tahap 1. Masyarakat tradisional 2. Pra kondisi untuk tinggal landas 3. Tahapan tinggal landas 4. Tahap kematangan pertumbuhan 5. Masyarakat dengan konsumsi massa tinggi

COLEMAN: Pembangunan Politik Yang berkeadilan

Coleman memiliki persamaan dengan Smelser dalam menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga karena keduanya memulai dengan menggunakan konsep diferensiasi. Modernisasi politik menurut Coleman menunjuk pada proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah pada etos keadilan dengan tujuan akhir penguatan kapasitas sistem politik. Diferensiasi dipahami sebagai proses progresif pemisahan atau pembedaan dan upaya spesialisasi atas peran dan kelembagaan di dalam sistem politik. Prinsip persamaan dan keadilan merupakan etos masyarakat modern. Modernisasi politik tidak lain diartikan sebagai usaha yang sungguh2 untuk merealisir prinsip keadilan.

Asumsi Teoritis dan Metodologis

Teori modernisasi terlihat sebagai usaha berbagai disiplin untuk menguji prospek pembangunan negara Dunia Ketiga: Setiap disiplin dengan pendekatannya memberikan sumbangan yang khas untuk mengidentifikasi masalah pokok modernisasi dan mencoba memberikan jalan kelaur, Sosiologi menitik beratkan pada diferensiasi struktural, ekonomi memberi penekanan pada pentingnya investasi produktif, dan ahli politik memperhatikan kebutuhan penguatan kapasitas sistem politik. Namun demikian di samping beragamnya gambaran dari tesis-tesis yang diuraikan dalam teori modernisasi dapat ditemukan dua perangkat kesamaan pokok asumsi dan metodologi yang digunakan, yakni yang berasal dari konsep yang diturunkan dari teori evolusi, dan teori modernisasi yang berasal dari pola pikir teori fungsionalisme. Para teoritisi perspektif modernisasi secara implisit membangun kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut:

ASUMSI TEORITIS EVOLUSI


Teori Evolusi Perubahan sosial pada dasarnya merupakan gerakan sosial yang searah, linier, progresif dan perlahan lahan merubah masya dari primitif menjadi lebih maju, dan membuat berbagai masyarakat memiliki bentuk dan struktur serupa. Penjelasan: 1. Modernisasi merupakan Proses bertahap. Teori Rostow : contoh, masyarakat semula tatanan primitive, berakhir pada tatanan yang maju dan kompleks 2. Proses homogenisasi. Levy : sesuai perkembangan waktu, mereka dan kita akan semakin mirip satu sama lain. Semakin modern, semakin serupa bentuk dan karakteristik masyarakat 3. Proses Eropanisasi dan Amerikanisasi, selalu memuji dan keberhasilan dan kelebihan barat (kesejahteraan ekonomi dan kestabilan politik), melakukan industrialisasi di negara dunia ke tiga 4. Modernisasi sebagai proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihentikan ketika sudah mulai. Saat dunia ketiga bersentuhan dengan dunia barat, dunia ketiga tidak dapat menolak upaya modernisasi. 5. Modernisasi merupakan perubahan progresif, mengindahkan nilai2 universal masyarakat dalam waktu tertentu 6. Modernisasi memiliki waktu yang cukup panjang, perubahannya evolusioner, bukan revolusioner

ASUMSI TEORITIS FUNGSIONAL


Teori Fungsional penekanan pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga sosial pentingnya kebakuan dan pengukuran dalam sistem budaya dan adanya kepastian keseimbangan dinamis stasioner dalam perubahan sosial. Penjelasan: 1. Proses sistematik. - melibatkan segala aspek tingkah laku sosial (industrialisasi, urbanisasi, diverensiasi, sekularisasi dan sentralisasi) 2. Proses transformasi. - Struktur nilai tradisional struktur modern - Samuel Hangtinton, hubungan asimetris trad & modern 3. Proses yang immanen (terus menerus) - proses sistemik dan transformasi terus menerus, perub sosial akan mempengaruhi aspek yang lain

Implikasi Kebijakan
Implikasi kebijakan dari teori Modernisasi Klasik : Membantu memberikan pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Jadi negara dunia ketiga perlu melihat Amerika dan Eropa Barat sebagai model. Ideologi Komunis sebagai ancaman. Dunia ketiga perlu melalukan pembangunan ekonomi, meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan melembagakan demokrasi politik seperti yang telah dijalani oleh Amerika dan Eropa Barat. Memberikan legitimasi perlunya bantuan asing khususnya dari Amerika Serikat.

HASIL KAJIAN TEORI MODERNISASI KLASIK


Lima hasil kajian yang menggunakan pendekatan teori modernisasi klasik, yakni:
1. David McClelland (Business Drive and Natinal Achievement): Tentang motivasi berprestasi, 2. Alex Inkeles (Making Men Modern: On the causes and consequences of individual Change in six Development Countries) : Tesis Manusia Modern, 3. Sarbini Sumawinata (Lepas Landas Suatu Tinjauan Analitis): Kemungkinan dan kesiapan ekonomi Indonesia dalam mencapai tahap lepas landas, 4. Robert N. Bellah (Tokugawa Religion): Agama Tokugawa dan Pembangunan di Jepang, dan 5. S.M. Lipset (Economic Development and Democracy): Keterkaitan antara pembangunan ekonomi dan pengembangan demokrasi politik.

McCLELLAND: Motivasi Berprestasi

Kelompok masyarakat yang bertanggung jawab terhadap proses modernisasi negara-negara Dunia Ketiga, adalah kaum wiraswatawan domestik, dan bukan politikus atau penasehat ahli yang didatangkan dari negara maju. Tujuan kegiatan kaum wiraswastawan tidak hanya sekedar mencari dan mengumpulkan laba, melainkan keinginan untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjakan melalui penampilan kerja yang baik. Hanya jika seseorang selalu berpikir tentang bagaimana meningkatkan situasi sekarang ke arah yang lebih baik, dan hendak melaksanakan tugastugas yang dihadapinya dengan cara yang lebih baik disebut orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang amat kuat.

Inkeles: Tesis Manusia Modern

Pertanyaan yang ingin dijawab oleh Inkeles adalah; apa akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi terhdap sikap, nilai dan pandangan hidup seseorang, dan pertanyaan tentang apakah negara Dunia Ketiga akan memiliki sikap hidup yang lebih modern dibanding masa sebelumnya. Dari serangkaian penelitiannya ia menemukan kenyataan tentang adanya pola yang stabil dari apa yang disebut manusia modern pada berbagai negara yang menjadi lokasi penelitinnya. Dengan kata lain kriteria yang digunakan untuk mengukur batasan manusia modern di suatu negara tertentu dapat juga berlaku di negara lain.

Menurut Inkeles manusia modern akan memiliki berbagai karakteristik pokok seperti:

Terbuka pada pengalaman baru, Akan memiliki sikap untuk semakin independen terhadap berbagai bentuk otoritas tradisional, seperti orang tua, kepala suku dan raja. Percaya terhadap ilmu pengetahuan, termasuk percaya akan kemampuannya untuk menaklukkan alam Memiliki orientasi mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi, Memiliki rencana jangka panjang Aktif terlibat dalam percaturan politik. Mereka bergabung dengan berbagai organisasi kekeluargaan dan berpartisipasi aktif dalam urusan masyarakat lokal.

SARBINI SUMAWINATA: Lepas Landas Indonesia

Sumawinata memulai pengamatannya dengan terlebih dahulu mengingatkan tiga syarat mutlak yang menurut Rostow harus dipenuhi jika masyarakat hendak mencapai tahap lepas landas pembangunan ekonominya, yakni Pertama, ekonomi negara memerlukan tingkat investasi produktif paling tidak sebesar 10 % dari pendapatan nasional, kedua pertumbuhan yang tinggi atas satu atau lebih cabang industri yang sentral, ketiga tumbuh dan berkembangnya kerangka sosial politik yang mampu menyerap dinamika perubahan masyarakat.

Menurut Sumawinata, pembahasan persoalan lepas landas di Indonesia lebih memperhatikan pada syarat pertama dibanding kedua syarat yang terakhir. Paradoksnya, dengan mendasarkan diri pada sejarah perkembangan ekonomi Indonesia, justru dua syarat terakhir merupakan syarat yang jauh lebih penting dari pada yang pertama. Ini terjadi karena pada saat terjadi lepas landas ekonomi, masyarakat akan banyak memikul beban dan tekanan yang berat, sementara saat yang sama bangunan struktur penyangganya masih dalam proses dibangun.

BELLAH: Agama Tokugawa

Bellah mencoba mengamati apa kaitanyang terjadi antara agama Tokugawa dengan pembangunan ekonomi Jepang. Lebih khusus lagi Bellah mengkaji apa sumbangan yang diberikan oleh agama Tokugawa terhadap cepatnya laju pembangunan Jepang, dan bagaimana sumbangan itu diwujudkan. Awal gelombang industrialisasi di Jepang pada akhir abad ke 19 tidak dimulai dari langkah kaum industriawan, pengrajin dan pedagang, melainkan oleh kelas samurai. Mengikuti arah penelitian Weber, Bellah tertarik menguji ada tidaknya keterlibatan agama dalam kasus Jepang. Apakah ada satu analogi fungsional dari etik Protestan dalam agama Jepang yang menimbulkan lahirnya masyarakat industri modern Jepang sekarang ini.

lanjutan

Dalam kenyataan, sekalipun di Jepang terdapat sejumlah agama, termasuk di dalamnya Konfusianisme, Budhisme, dan Shinto, namun agama-agama tersebut dapat dilihat sebagai suatu entitas karena agama tersebut telah saling bercampur dan mempengaruhi. Bahwa agama Jepang mampu membentuk nilai-nilai dasar masyarakat Jepang. Bellah menemukan tiga kemungkinan keterkaitan antara agama dan pembangunan ekonomi Jepang. Pertama agama secara langsung mempengaruhi etika ekonomi, kedua pengaruh agama terhdap ekonomi terjadi melalui pranata politik, dan ketiga pengaruh agama terjadi melalui pranata keluarga.

Pengaruh agama terhadap pembangunan ekonomi

Shinsu sebagai salah satu sekte agama Budha yang dikaji oleh Bellah menekankan pada pentingnya keselamatan yang lebih didasarkan pada keyakinan saja, dan hanya sedikit memberikan perhatian pada tuntutan etika, sehingga setiap manusia akan memperoleh keselamatan walaupun dia jahat sekalipun. Namun pada pertengahan masa Tokugawa keselamatan dan etika menjadi terkait mutlak dan tidak dapat dibedakan sama sekali apalagi dipisahkan, sehingga yang memperoleh keselamatan hanyalah mereka yang menerapkan etika secara baik. Bellah melihat ada tiga karakteristik pokok dari ajaran dan tuntutan persyaratan etika yakni. Pertama, bekerja secara tekun dan bersungguh2, Kedua, memiliki sikap pertapa dan hemat dalam konsumsi barang, dan Ketiga usaha keras mengumpulkan keuntungan yang diperoleh dari usaha2 yang normal.

Pengaruh agama melalui pranata politik

Konfusianisme mengambil dan memiliki makna yang lebih menekankan pada pentingnya subordinasi tanpa pamrih dan total dari seluruh bagian masyarakat untuk kepentingan satu kolektivitas secara keseluruhan. Ini dapat dilihat dalam etika kelas samurai yang memiliki tugas dan tanggung jawab tanpa batas kepada raja. Restorasi Meiji yang dilakukan oleh kelas samurai lebih bersifat politis ketimbang ekonoms. Kepentingan samurai lebih diarahkan untuk peningkatan kekuasaan. Sehingga kelas samurai yang gigih tidak saja bertujuan untuk mengumpulkan kekayaan, akan tetapi lebih merupakan wajah pengabdian mereka kepada negara yang dilakukan melalui pembangunan ekonomi.

Pengruh Agama Melalui Pranata Keluarga.

Pemahaman etika untuk mengabdi tanpa batas tidak hanya berlaku dalam lingkup negara melainkan juga untuk mengatur rumah tangga pedagang. Untuk menaikkan, memenuhi dan menjaga harga diri keluarga dan kewajiban sakral lainnya, sikap dan tingkah laku sombong, malas, dan tidak jujur dianggap sebagai tingkah laku terkutuk. Seseorang tidak boleh mengurangi dan atau menjatuhkan nama baik kelurga atau menghancurkan usaha keluarga, karena ini akan menimbulkan rasa malu luar biasa bagi nenek moyangnya.

KAJIAN BARU TEORI MODERNISASI

Tidak berbeda dengan hasil kajian modernisasi klasik, hasil kajian modernisasi baru memiliki pokok perhatian pada persoalan pembangunan Negara Dunia Ketiga. Kajian modernisasi baru ini juga menggunakan analisa pada tingkat nasional, dan tetap berusaha menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga dengan bertitik tolak pada faktor internal, seperti nilainilai tradisional dan berbagai pranata sosial. Bahkan hasil kajian modernisasi baru masih menggunakan berbagai istilah yang tidak berbeda dengan yang ditemukan pada hasil penelitian teori modernisasi klasik seperti; tradisional dan modern.

Lanjutan

Yang lebih penting hasil kajian teori modernisasi baru masih berpegang pada asumsi pokoknya, yaitu bahwa negara Dunia Ketiga umumnya akan tetap memperoleh keuntungan melalui proses modernisasi dan hubungan yang lebih mesra dan intensif dengan barat. Namun demikian terdapat perbedaan yang cukup berarti antara hasil kajian teori modernisasi klasik dan hasil kajian baru teori modernisasi yakni: Pertama, hasil kajian teori modernisasi baru ini sengaja menghindar untuk memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua perangkat sistem nilai yang secara total bertolak belakang. Dalam kajian modernisasi baru dua perangkat sistem nilai tersebut dapat saling damai berdampingan, bahkan dapat saling mempengaruhi dan bercampur satu sama lain.Disamping itu hasil kajian teori modernisasi baru ini tidak lagi melihat bahwa nilai tradisional merupakan faktor penghambat pembangunan, bahkan sebaliknya.

lanjutan

Kedua, Secara metodologis berbeda, kajian baru tidak lagi bersandar pada analisa yang abstrak dan tipologi, tetapi lebih cenderung memberikan perhatian pada kasus2 nyata. Karya baru ini secara jernih menanyakan berbagai kemungkinan dan sebab mengapa seperangkat pranata sosial yang sama memainkan peran yang berbeda di negara yang berbeda. Ketiga, Kajian baru tidak lagi memiliki anggapan tentang satu arah pembangunan yang menjadikan barat sebagai satu2nya model. Sebagai gantinya karya baru ini menerima kenyataan bahwa negara Dunia Ketiga dapat memiliki kesempatan untuk menempuh arah dan menentukan model pembangunannya sendiri.

TABEL Perbandingan antara Teori Modernisasi Klasik dan Teori Modernisasi Baru
Teori Modernisasi Klasik Teori Modernisasi Baru

Persamaan Keprihatinan Tingkat analisis Variabel pokok Konsep pokok Implikasi Kebijakan Perbedaan Tradisi

Negara Dunia Ketiga Nasional Faktor Internal; Nilai2 Budaya pranata sosial Tradisional dan modern Modernisasi memBerikan dampak positif

Sama Sama Sama sama Sama Faktor positif Pembangunan Studi kasus & analisa sej. Berarah & bermodel byk Lebih memperhatikan

Sebagai penghalang Pembangunan Abstrak & konstr tipologi Metode Kajian Grs lurus USA sbg model Arah Pembangunan Faktor Ekstern dan Konflik Tidak memperhatikan

TEORI & PARADIGMA MODERNISASI BARU


PERKEMBANGAN MASYARAKAT
I.

Masyarakat Pra-Industri
1.

Ketergantungan pada alam: berburu

1.

Masyarakat hortikultura sederhana (revolusi Neolitik). a. peralihan dari berburu ke pertanian (dimulai di Timur Tengah) b. domestikasi tanaman dan hewan c. diikuti dengan pemukiman permanen, d. lahan dibiarkan kosong selama puluhan tahun sesudah pengolahan pertama Masyarakat hortikultura intensif a. masa pengosongan lahan diperpendek (5-6 tahun b. mulai menggunakan pupuk kandang

3.

lanjutan

4. Masyarakat Pastoralisme (nomadisme) a. berpindah-pindah mengikuti musim b. umumnya di lingkungan yang kering c. berpindah dengan ternak 5. Masyarakat agraris a. pertanian intensif dan skala besar b. penggunaan pupuk, hewan dan bajak (tehnologi)

II. MODERNISASI
1.

2.

Pendekatan ekonomi: merubah keterbelakangan menjadi kemajuan secara ekonomi, menimbulkan persaingan Pendekatan psikologi: perubahan sikap (rasionalisme, pragmatisme) melahirkan individualisme, kapitalisme

III. Modernisasi Baru


1. 2.

Neo-modernism atau post-modernism? Bukan babakan baru yang terpisah tetapi merupakan ekses modernisasi dalam berbagai perspektif: a. perspektif demokrasi b. perspektif desentralisasi/otonomi c. perspektif kemandirian d. perspektif interkoneksitas

You might also like