You are on page 1of 7

Metode Penelitian Hukum Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis.

Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum sosiologis atau empiris terutama meneliti data primer. Data yang diteliti secara sistematis biasanya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tingkah laku manusia dan cirri-cirinya yang khusus, mencakup: a. Tingkah laku verbal b. Tingkah laku nyata 2. Hasil tingkah laku manusia dan cirri-cirinya yang khusus, mencakup a. Peninggala-peninggalan fisik b. Bahan-bahan tertulis 3. Data hasil simulasi Dengan demikian data yang diteliti dalam suatu penelitian dapat terwujud data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan/atau secara langsung dari masyarakat. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan disebut data sekunder. Sesuai dengan perbedaan tersebut, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi:
1. Penelitian hukum normative atau penelitian hukum doktrinal, yaitu

peneltian hukum yang mempergunakan sumber data sekunder.

2. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data primer.

BAB II PENELITIAN HUKUM NORMATIF

Penelitian hukum normatif merupaan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Data sekunder umum yang dapat diteliti adalah: a. Data sekunder yang bersifat pribadi: 1. Dokumen-dokumen pribadi 2. Data pribadi yang tersimpan dilembaga-lembaga ditempat yang bersangkutan (pernah) bekerja. b. Data sekunder yang bersifat publik: 1. Data arsip 2. Data resmi pada instansi-instansi pemerintah 3. Data yang dipublikasikan (misalnya: yurisprudensi Mahkamah

Agung). Data sekunder dibidang hukum (dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya) dapat dibedakan menjadi: a. Bahan-bahan hukum primer: 1. Norma dasar Pancasila 2. Peraturan dasar; batang tubuh UUD 1945 amandemen

3. Peraturan perundang-undangan 4. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, misalnya: hukum adat 5. Yurisprudensi 6. Traktat (Bahan-bahan hukum tersebut diatas mempunyai kekuatan mengikat).
b. Bahan-bahan

hukum

skunder,

yaitu

bahan-bahan

yang

erat

hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, adalah: 1. Rancangan peraturan-peraturan perundang-undangan 2. Hasil karya ilmiah para sarjana 3. Hasil-hasil penelitian c. Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya: 1. Bibliografi 2. Indeks kumulatif Penelitian hukum normative dapat dibedakan dalam: 1. Penelitian inventarisasi hukum positif 2. Penelitian terhadap asas-asas hukum 3. Penelitian untuk menemukan hukum in concerto 4. Penelitian terhadap sistematik hukum 5. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical dan horizontal

1. Penelitian Inventarisasi Hukum Positif Inventarisasi hukum positif merupakan kegiatan pendahuluan yang bersifat mendasar untuk melakukan penelitian hukum dari tipe-tipe yang lain. Ada tiga kegiatan pokok dalam melakukan inventarisasi hukum positif ini; pertama penetapan criteria identifikasi untuk menyeleksi norma-norma yang dimasukkan sebagai norma hukum positif dan norma-norma yang dianggap sebagai norma sosial yang bukan hukum. Selanjutnya melakukan pengumpulan norma-norma yang sudah diidentifikasikan sebagai norma hukum tersebut. Akhirnya dilakukan pengorganisasian norma-norma yang sudah diidentifikasikan dan dikumpulkan itu kedalam suatu sstem yang komprehensif (menyeluruh). Dalam menentukan criteria identifikasi terdapat tiga konsep pokok a. Konsep pertama adalah konsepsi legisme yang prositivistis yang berpendapat bahwa hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat Negara yang berwenang. b. Konsepsi kedua justru menekankan arti pentingnya norma-norma hukum tidak tertulis untuk ikut serta disebut sebagai hukum.
c. Konsepsi ketiga mengemukakan bahwa hukum identik dengan

keputusan hakim dan yang dimaksud keputusan hakim disini bukan hanya keputusan-keputusan hakim Negara saja, tetapi juga keputusan-keputusan kepada adat. 2. Penelitian Terhadap Asas-asas Hukum Dalam penelitian hukum normatif, penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap norma-norma hukum, yaitu yang merupakan patokanpatokan untuk bertingkah laku atau melakukan perbuatan yang pantas. Penelitian demikian ini dapat dilakukan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder yaitu apabila bahan-bahan tadi mengandung normanorma hukum. Penelitian terhadap asas-asas hukum merupakan unsur idiel dari hukum.
3. Penelitian Untuk Menemukan Hukum In Concreto

Penelitian untuk menemukan hkum bagi suatu perkara in concreto merupakan usaha untuk menemukan apakah hukumnya yang sesuai untuk diterapkan in concreto guna menyelesaikan suatu perkara tertentu dan dimanakah bunyi peraturan hukum itu dapat diketemukan termasuk ke dalam penelitian hukum juga dan disebut dengan istilah legal research. Dalam penelitian hukum jenis ini norma hukum abstracto diperlukan untuk berfungsi sebagai premis mayor, sedangkan fakta-fakta relevan dalam suatu perkara dipakai sebagai premis minor. Melalui proses silogisme akan diperoleh sebuah kesimpulan berupa hukum positif in concreto yang dicari.
4. Penelitian Terhadap Sistematik Hukum

Penelitian terhadap sistematik hukum dilakukan terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Kerangka acuan yang dipergunakan adalah pengertian-pengertian dasar yang terdapat dalam sistem hukum. Pengertian-pengertian dasar tersebut adalah: masyarakat hukum, subjek hukum, hak, kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan objek hukum. 5. Penelitian Terhadap Taraf Sinkronisasi Vertikal dan Horizontal Penelitian demikian ini bertujuan untuk mengungkapkan kenyataan sampai sejauh manakah suatu perundang-undangan tertentu itu serasi secara vertical atau serasi secara horizontal, apabila perundang-undangan tersebut adalah sederajat dan termasuk bidang yang sama. Apabila yang dilakukan adalah penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical, maka yang termasuk dalam ruang lingkupnya adalah berbagai perundang-undangan yang derajatnya berbeda-beda yang mengatur bidang yang sama. Untuk dapat

melakukan penelitian

taraf sinkronisasi, lebih

dahulu harus dilakukan

inventarisasi perundang-undangan yang mengatur bidang hukum yang telah ditentukan untuk diteliti. Inventarisasi perundang-undangan tersebut harus disusun menurut urut-urutan hierarki perundang-undangan menurut UndangUndang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan. Tata urutan perundang-undangan adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Undang-Undang/PERPU 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden 5. Peraturan Daerah Penelitian hukum terhadap taraf sinkronisasi peraturan perundangundangan secara horizontal dapat dilakukan secara lebih terperinci dengan mengadakan inventarisasi yang sejajar. Dengan menempatkan perundangundangan yang sederajat pada posisi yang sejajar, akan lebih mudah untuk mengadakan identifikasi terhadap taraf sinkronisasi yang rendah, sedang, atau tinggi. Penelitian hukum yang bertujuan untuk menemukan asas-asas hukum (rechts-beginselen) dilakukan terhadap hukum positif tertulis dan hukum positif tidak tertulis. Asas-asas hukum merupakan kecenderungankecenderungan yang memberikan penilaian kesusilaan terhadap hukum yaitu memberikan penilaian yang bersifat etis. Sebenarnya asas-asas hukum harus ada pada setiap pengambilan keputusan secara konkret, tetapi dalam kenyataannya asas-asas hukum juga mungkin diketemukan padahukum positif tertulis. Menurut Paul Scholten salah satu fungsi ilmu hukum adalah menemukan asas-asas hukum yang terdapat didalam hukum positif. Mengenai hal itu Scholten menghubungkan dengan fungsi hakim dalam menerapkan

hukum khususnya dalam melakukan interpretasi (penafsiran) terhadap peraturan perundang-undangan dan juga dalam melakukan analogi hukum dan penghalusan hukum.

You might also like