You are on page 1of 10

APLIKASI ALAT PENYEMPROT LISTRIK-STATIK SISTEM BUTIRAN TERKONTROL

Oleh :

LAMHOT HUTABARAT 090308053

DEPARTEMEN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

KATA PENGANTAR

Kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot. Pengalaman di lapangan selama ini menunjukan bahwa kemampuan droplet tersebut untuk memberantas hamapenyakit sangat terganggu oleh adanya hembusan angin pada saat

penyemprotan (drifted), sehingga kuantitas droplet yang mencapai objek dan sasaran semprot menjadi kurang efektif. Masalah ini telah diantisipasi melalui sistem penyemprotan dengan piringan berputar yang mengaplikasikan butiran bermuatan listrik statik, sehingga butiran tersebut mampu melayang mendekati dan melekat di objek semprot berdasarkan gaya tarik listrik antara droplet dan objek semprot. Metode ini sudah efektif, namun masih kurang efisien, karena kuantitas bahan aktif menjadi terlalu berlebih dan cenderung boros (67 butiran/cm2 dengan diameter butiran 464,1m). Masalah ini dapat diatasi dengan cara mereduksi volume bahan aktif serendah mungkin dengan memodifikasi sprayer piringan berputar yang mengaplikasikan dalam volume butiran bermuatan listrik-statik sangat rendah (ultra low volume droplet) dengan cara mengontrol kuantitas bahan aktif dan Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kecepatan piringan berputar. Dengan modifikasi ini pola penyebaran droplet lebih merata (79 butiran/cm2 dengan diameter butiran 362,1 m) dan efektif pada objek semprot, serta terjadi penghematan bahan aktif antara 11-16 persen.

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1997 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan

bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponenkomponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. (Dirjen Tanaman Pangan, 1977). Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Mimin, et.al., 1992). Dari hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa kinerja sprayer elektrostatika lebih baik dari tipe sprayer lainnya, namun perlu modifikasi lebih lanjut terutama pada sumber tenaga (batere) dan pola penyebaran dropletnya agar pengeluarannya benar-benar terkontrol, bahan pembawa cairan kontak (media kontak) yang mahal mengingat tidak semua bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan sprayer elektrostatik. Kelemahan lainnya adalah disain yang dibuat masih belum ergonomis (berat dan kurang flkesibel) sehingga agak menyulitkan dalam operasionalnya di lapangan. Di samping itu rancangan sprayer elektrostatik ini perlu dimodifikasi mengingat harga atau biaya produksinya masih tinggi bila dibandingkan dengan tipe sprayer lainnya (terutama jenis sprayer gendong / knapsack sprayer), baik produk lokal maupun impor. Hasil penelitian Kusdiana

(1991) dan Roni Kastaman (1992) menunjukkan bahwa sebenarnya jenis sprayer yang dapat dianggap paling baik dan memenuhi kriteria pemakaian yang

diinginkan oleh pemakai (umumnya petani) adalah sprayer dari jenis Microner atau Sprayer Elektrostatik. Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan ketersediaan suku cadang, keamanan dalam

penggunaan alat, ekonomis, kapasitas dan kepraktisan. Demikian pula kesimpulan dari hasil penelitian Mimin et.al. (1992), yaitu Aplikasi Alat Penyemprot Listrik-Statik Sistem Butiran Terkontrol Divisi Pengembangan Informasi & Teknologi Tepat Guna LPM UNPAD 3 bahwa sprayer yang paling baik dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer elektrostatik dan yang paling buruk sprayer hidrolik. Tujuan Paper ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe disain sprayer electrostatic piringan berputar dengan sistem droplet terkontrol yang lebih ergonomis, biaya produksi yang lebih murah, sistem kontrol droplet yang lebih baik dengan menggunakan piringan berputar, penggunaan batere (sumber tenaga) yang lebih baik dan tahan lama. Di samping itu juga penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan zat pembawa pestisida (bahan kimia alami Aplikasi Alat Penyemprot Listrik-Statik Sistem Butiran Terkontrol Divisi Pengembangan Informasi & Teknologi Tepat Guna LPM UNPAD 4 yang dapat digunakan sebagai media kontak dan bahan pencampur pestisida). Zat pembawa tersebut dibuat dari beberapa bahan kimia nabati (alkaloid basa) yang dapat dicampur (feasible) dengan berbagai jenis pestisida serta dapat meningkatkan sifat muatan listrik. Dengan demikian bahan kimia tersebut dapat diaplikasikan dengan menggunakan sprayer elektrostatik, yang juga diharapkan dapat berfungsi sebagai perekat dan perata (surfaktan).Bahan kimia alami yang dikembangkan harganya murah dan mudah didapat serta memiliki kinerja yang sama baiknya dengan bahan kimia sejenis yang umumnya merupakan produkimport, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada produk luar.

BAB II DASAR TEORI

Contolled Droplet Application (CDA) adalah suatu teknik penyemprotan dengan cara mengatur kerapatan dan keseragaman ukuran diameter butiran. Dengan kata lain, titik beratnya adalah pada ukuran butiran untuk mendapatkan hasil semprotan yang optimum.Yang menjadi dasar dari metode ini adalah hasil penemuan Bals (1976) yang menggunakan piringan berputar untuk pengabutan (atomization). Dengan menggunakan piringan berputar sebagai pengganti fungsi nosel akan dihasilkan ukuran butiran yang lebih baik dan memiliki lebar penyemprotan yang lebih luas. Untuk volume cairan tertentu, makin kecil ukuran volume partikel larutan keluar dari pengabut, makin kecil kebutuhan volume larutan pestisidanya (Matthews, 1979). Dengan demikian, bila menggunakan teknik CDA. Volume larutan pestisida dapat menjadi lebih sedikit. Teknik ini telah diterapkan dalam sprayer micron yang diproduksi oleh Micromax. Sprayer ini sangat coook untuk daerah sulit air. Pada pengabut dengan piringan berputar, larutan pestisida yang diletakkan di dalam tabung cairan yang dilengkapi dengan kran yang dihubungkan dengan selang menuju permukaan piringan. Apabila kran dibuka maka cairan akan mengalir melalui selang, selanjutnya tetesan cairan yang jatuh di atas piringan itu akan diputar oleh piringan tersebutdengan adanya gaya sentrifugal dari piringan yang berputar sehingga membentuk butirancairan semprot. Matthews (1979) menyatakan tiga cara terjadinya butiran yaitu : 1. Butiran tunggal terlempar dari tepian piringan pada penyemprotan dengan volume rendah. 2. Cairan meninggalkan tepian piringan dalam bentuk benang air yang kemudian pecah menjadi butiran. Aplikasi Alat Penyemprot Listrik-Statik Sistem Butiran Terkontrol Divisi Pengembangan Informasi & Teknologi Tepat Guna LPM UNPAD 5 3. Cairan meninggalkan tepian piringan dalam bentuk lembaran tipis yang semakin mengecil, kemudian membentuk benang air yang selanjutnya terpecah menjadi butiran. Pada nosel sentrifugal ukuran butiran yang terbentuk biasanya terdiri atas dua ukuran, yakni butiran utama dan butiran pengikut (satelit). Butiran pengikut terbentuk dari benang air yang menghubungkan butiran utama dengan cairan

pada nosel. Pada kondisi transisi antara pembentukan butiran tunggal dengan pembentukan benang air, ukuran diameter dan jumlah butiran bertambah disebabkan penurunan diameter rata-rata (Dobrowski dan Llyod, 1974 dalam Matthews., 1979). Butir, semprotan yang dapat dibentuk oleh nosel centrifugal dapat dihitung secara teoritis menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Walton dan Prewet (1949) dalam Matthews (1979), Yang secara sederhana ditulis sebagai berikut: Konstanta d = ------------------rpm Konstanta dipengaruhi oleh disain piringan, tetapi biasanya 500.000.

BAB III METODE DAN HASIL PERANCANGAN ALAT PENYEMPROT (SPRAYER)

3.1. Metode Perancangan Pada penelitian ini akan dirancang suatu model prototipe alat sprayer Piringan Berputar Sistem Droplet Terkontrol dengan Elektrostatic Charging Sprayer. Penelitian pendahuluan menggunakan metode analisis survey deskriptif dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan alat sprayer dan kemungkinan model alat yang dapat dikembangkan. Dalam kegiatan ini jjuga mencangkup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan alat sprayer piringan berputar yang sudah pernah dikembangkan. Pada gilirannya desain yang ada tersebut akan turut pula dianalisis tingkat keberhasilannya dan tingkat efislensi biaya penggunaannya. Analisis didasarkan atas , (a). Faktor penentu pemilihan alternatif alat yang diperlukan pemakai secara umum. (b). Peningkatan fungsi kegunaan alat dan struktur desain alat sprayer yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai fungsi yang tinggi dengan biaya pembuatan yang serendah mungkin. Tahap selanjutnya adalah membuat dan menganalisis alat sprayer dengan skala pilot plan yang efektif, praktis dan ergonornis dengan blaya pembuatan yang seefisien mungkin. Beberapa tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam memilih dan mengembangkan desain model alat sprayer piringan berputar adalah sebagai berikut : 1. Tahap informasi, yaitu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan produk yang akan dipilih dan dikembangkan atau yang akan dibuat. 2. Tahap kreatif, yaitu tahap pengembangan altematif desain yang dapat dibuat dan dikembangkan. 3. Tahap analisis, yaitu mengembangkan ide-ide kreatif untuk melihat kelebihan dan kekurangan disain yang ada yang akan dibuat. Dengan demikian pada tahapan ini akan dapat dibangkitkan serangkaian alternatif disain yang mungkin diwujudkan. 4. Tahap Pengembangan, yaitu mernilih dan mengembangkan alternatif disain yang paling baik ditinjau dari beberapa faktor, seperti : teknis, ergonomic lingkungan, sosial dan ekonomi serta berbagai faktor lainnya.

5. Tahap Presentasi dan Rekomendasi, yaitu mengimplementasikan disain yang dihasilkan serta merekomendasikan penggunaannya dengan mengacu pada standarisasi pemakaian yang ada. 3.2. Hasil Perancangan dan Pengujian a. Gambar Rancangan

Gambar 1. Bentuk struktural dari prototipe rancangan elektrostatic charging sprayer piringan berputar sistem droplet terkontrol. Keterangan Gambar : A = Piringan berputar dan motor listrik B = Elektroda C = Penaik tegangan D = Tabung cairan pestisida dan Pompa air E = Tempat batere F = Pengatur kecepatan putaran piringan G = Kran pengatur banyaknya cairan pestisida yang dialirkan di atas piringan

BAB IV KESIMPULAN

Menurut hasil pengembangan prototipe alat semprot piringan berputar yang telah dibuat dapat dimungkinkan untuk mengatur/mengontrol droplet yang dihasilkan dengan cara mengatur kecepatan putaran piringan (melalui alat khusus) dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Alat semprot yang dibuat dapat diatur kecepatan putaran piringan semprot dan banyaknya cairan pestisida yang akan diaplikasikan. 2. Aplikasi alat penyemprot jenis ini dapat memperbaiki lebar penyemprotan, kerataanbutiran serta ukuran butirannya, sehingga akan memperluas keberhasilan penyebaran butiran semprot sampai ke target (sasaran). Dengan demikian derajat efikasi akan meningkat dan resiko pencemaran lingkungan dapat ditekan. 3. Kerapatan dan ukuran butirannya lebih baik dan lebih seragam yaitu 25-40 butiran tiap cm dengan ukuran 300-400 m. 4. Penyemprotan yang dihasilkan memiliki lebar kerja yang lebih lebar dibandingkan sprayer biasa, sehingga. energi dan waktu penyemprotan menjadi lebih hemat. 5. Penggunaan energi dari operator lebih hemat dibandingkan sprayer biasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen Tanaman Pangan. 1977. Laporan Studi Inventarisasi Masalah Sprayer di Propinsi Sumatra Utara dan Jawa Tengah. Desember 1976 - Maret 1977. Direktorat Bina Produksi Departemen Pertanian. 2. Kusdiana. 1992. Rancang Bangun Perangkat Hand Sprayer dengan Menggunakan Pendekatan Rekayasa Nilai. Makalah Seminar Teknik dan Manajemen Industri ITB. 3. Lince Tobing. 1989. Aplikasi Alat Sistem Elektrostatik pada Mesin Penyemprot Tangan (Knapsack Sprayer). Skripsi. Fakultas Pertanian UNPAD.

You might also like