You are on page 1of 5

SURAT EDARAN NOMOR 5 TAHUN 1962 Dengan menunjuk pada surat edaran Mahkamah Agung tanggal 19 Januari 1959

No. 2/1959 mengenai petunjuk-petunjuk yang diperlukan untuk surat kuasa khusus, dengan ini Mahkamah Agung dengan hormat minta perhatian Saudara, bahwa apabila baik di pemeriksaan di persidangan Pengadilan Negeri maupun di Pengadilan Tinggi ternyata, bahwa sesuatu surat kuasa tidak memenuhi syarat-syarat sebagai surat kuasa khusus, maka surat kuasa itu dapat disempurnakan dengan memanggil orang yang memberi kuasa itu untuk menghadap di Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi, dan kemudian kepadanya diajukan pertanyaan apakah benar ia memberi kuasa kepada orang yang namanya disebut dalam surat kuasa itu untuk mewakili/membantunya dalam perkara yang sedang diperiksa. Adapun mengenai perkara yang sedang diperiksa oleh Pengadilan Tinggi apabila orang yang memberi kuasa itu bertempat tinggal di lain kota dari pada kedudukan Pengadilan Tinggi yang bersangkutan, maka Pengadilan Tinggi itu dapat memerintahkan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman si pemberi kuasa itu untuk melakukan pemeriksaan tambahan yang dimaksudkan di atas. Apabila yang memberi kuasa sudah meninggal dunia, maka ia dapat digantikan oleh salah seorang ahli waris. Apabila yang memberi kuasa dengan alasan penting tidak dapat menghadap sendiri, ia dapat menguasakan lain orang khusus untuk melakukan pengakuan pemberian kuasa tersebut di atas. MAHKAMAH AGUNG, Ketua Muda, Ttd. (Mr.R.S. Kartanegara) Atas Pemerintah Majelis: Panitera, Ttd. (J.Tamara) Catatan: Surat Edaran ini dicabut dengan Surat Edaran NO.01/1971

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 3 TAHUN 1962 TENTANG TERLAMBATNYA DIMULAI PERSIDANGAN MAHKAMAH AGUNG JI. Lapangan Banteng Timur Telp. Otomaat 1920 Teromol Pos No. 20 Jakarta, 7 Mei 1962 No : 952/K/202/M/1962 Lampiran : - Kepada Yth. Perihal : Terlambatnya dimulai persidangan. Para Hakim Pengadilan Negeri di Seluruh Indonesia. SURAT EDARAN NOMOR 3 TAHUN 1962 Berhubung dengan diterimanya laporan dari Mahkamah Agung bahwa banyak Pengadilan Negeri memulai sidangnya agak terlambat, sedangkan orang-orang yang harus menghadap sidang Pengadilan telah jauh dari pada waktunya sudah datang di Pengadilan Negeri, maka dengan ini Mahkamah Agung menginstruksikan supaya sidang di Pengadilanpengadilan Negeri dimulai selambat-lambatnya jam 9 pagi tepat. Ada kalanya dikemukakan sebagai alasan, bahwa sidang tidak dapat dimulai jam 9 pagi tepat, dari sebab Jaksa setempat sibuk, atau terdakwa-terdakwa yang ada dalam tahanan tidak dapat diajukan di sidang Pengadilan pada waktu yang tepat dari sebab pengawalpengawalnya, yang terdiri dari para anggota Polisi, datangnya terlambat, dan sebab tidak ada pengangkutan, dan sebagainya. Akan tetapi apabila diadakan kerja sama yang baik antara Kantor Kejaksaan, Kantor Polisi, Rumah Penjara, dan instansi-instansi lainnya setempat, maka keberatankeberatan itu semua dapat diatasi, sehingga persidangan dapat dimulai pada pagi hari dan pada waktunya yang tepat. Selanjutnya dikemukakan pula sebagai alasan, bahwa tempat persidangan letaknya jauh dari pada tempat kedudukan Hakim yang harus memimpin sidang. Alasan ini pun tidak dapat dibenarkan, oleh karena andai kata untuk menempuh perjalanan ke tempat sidang memakan waktu satu jam, maka hendaknya dalam hal ini Hakim tersebut harus

berangkat dari tempat kedudukannya jam 7 pagi, sehingga ia dapat tiba di tempat sidang kirakira jam 8 pagi, dan dengan demikian baginya masih ada cukup waktu, yakni kirakira satu jam, untuk membuat persiapan untuk bersidang. Hendaknya instruksi ini diperhatikan benar-benar. MAHKAMAH AGUNG, Menteri/Ketua, Ttd. (Mr. WIRJONO PRODJODIKORO) Atas Perintah Majelis: Panitera, Ttd. (J. Tamara) Tembusan Kepada: 1. J.M. Menteri/Jaksa Agung di Jakarta 2. J.M. Menteri/Kepala Staf Angkatan Kepolisian Negara di Jakarta 3. J.M. Menteri Kehakiman di Jakarta 4. Yth. Kepala Jawatan Kepenjaraan di Jakarta

SURAT EDARAN NOMOR 1 TAHUN 1962 Dari pemeriksaan daftar-daftar bulanan yang dikirim oleh Pengadilan Negeri kepada Mahkamah Agung antara lain ternyata bahwa banyak Pengadilan-Pengadilan Negeri mempunyai tidak sedikit tunggakan penyelesaian perkara (minutering), bahkan ada beberapa Pengadilan Negeri mempunyai beberapa berpuluh-puluh tunggakan penyelesaian perkara yang sudah diputus beberapa tahun berselang, akan tetapi belum saja dikirim ke Pengadilan Tinggi yang bersangkutan untuk diputus dalam tingkat banding, hal mana mengakibatkan kerugian tidak sedikit bagi para pihak yang berperkara dan keadaan serupa itu merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan. Mungkin salah satu sebab yang mengakibatkan tunggakan penyelesaian perkara itu ialah Panitera yang ikut serta sidang dalam perkara-perkara yang bersangkutan tidak membuat catatan-catatan sedikitpun. yang cukup jelas mengenai segala sesuatu yang terjadi di sidang

Pengadilan, walaupun itu diperintahkan kepadanya dalam Pasal 186 ayat (1) H.I.R. (197 ayat (1) RBg.), sehingga dalam menyelesaian perkara-perkara itu dijumpai banyak kesulitan. Untuk menghindarkan kesulitan-kesulitan ini dan demi untuk kelancaran penyelesaian perkaraperkara yang telah diputus dan juga perkara yang sedang diperiksa dengan ini Mahkamah Agung memberi instruksi supaya dalam sidang Pengadilan Negeri Hakim yang bersangkutan mendiktir Panitera yang ikut serta sidang, sehingga dengan demikian berita acara sidang Pengadilan Negeri dengan mudah dapat dibuat dan ditik. Putusannya pun sebelum diucapkan di depan umum harus pula didiktir. Pendiktiran ini adalah satu-satunya cara untuk mengatasi tunggakan-tunggakan yang terlalu banyak itu. Terakhir perlu ditunjuk pada Pasal 186 ayat (2) H.I.R. dan Pasal 197 ayat (3) RBg., dimana disebutkan bahwa Ketua sidang diharuskan ikut menandatangani berita acara sidang, sehingga perlu sekali beliau meneliti apa yang benar terjadi di sidang. Demi kepentingan umum Mahkamah Agung mengharapkan dengan sangat supaya isi surat edaran ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. MAHKAMAH AGUNG, Ketua, Ttd. (Mr. R.S. Kartanegara) Atas Perintah Majelis: Panitera, Ttd. (J. Tamara)

You might also like