You are on page 1of 8

ISO 9001,14001,18001 Budi Nikanor Dear Rekan2, Saya sering kali menerima brosur-brosur equipment, yang menyertakan kata-kata

ISO 9001, ISO 14001, ISO18001. Mohon pencerahannya karena saya awam sekali dengan standar2 ini, apakah yang sudah distandarisasi itu produk mereka atau factory mereka, dan apa yang dimaksud dari standar tersebut. Terima kasih in advance untuk bantuannya. Aroon Pardede just my humble opinion. setau saya, label ISO xxxx itu artinya bahwa perusahaan tsb sudah memenuhi kriteria minimum dari SYSTEM yang ditetapkan oleh standard tsb. Misal, ISO 9001, tentang manajemen quality, artinya bila perusahaan menaruh label ISO 9001, perusahaan tsb sudah memiliki system manajemen kontrol terhadap mutu barang yang dihasilkan dan sudah diaudit oleh auditor independen (TUV, SGS, AJA,Sucofindo, etc). Yang mau saya tekankan adalah, mungkin masih ada kesalahan persepsi di kalangan umum, yakni apabila sebuah perusahaan sudah punya ISO 9001/14000,18000, sudah pasti LEBIH BAGUS dari perusahaan yang belum punya/belum certified. Karena yang diperiksa oleh auditor ISO adalah SYSTEMnya, bukan produknya sendiri. Monggo mohon ditanggapi..... darma pala Saya setuju sekali dengan pendapat anda pak, bahwasanya sebuah perusahaan yang sudah certified dengan ISO, belum tentu produknya lebih baik dengan yang belum certified. Akan tetapi perusahaan yang sudah mempunyai system yang sangat teratur (really ISO certified) akan menghasilkan produk dengan "variance" yang kecil (ISO 9001) sehingga sebagai konsumen kita tidak perlu ragu kalo kualitas barang tersebut akan selalu dalam range yang di ijinkan. Sedangkan untuk ISO 14000, ini hanya untuk menyatakan bahwa perusahaan tersebut care dengan lingkungannya, dan OSHAS 18000

menyatakan perusahaan karyawannya. Silakan di tanggapi....... Dirman Artib

tersebut

care

dengan

keselamatan

Pak Budi, Standard ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001 (mungkin bukan ISO 18001) adalah standar untuk Sistem Manajemen. Kalau ISO 9001 adalah standar Sistem Manajemen pada aspek Manajemen Mutu, dan 14001 pada aspek Manajemen Lingkungan serta OHSAS 18001 pada aspek Manajemen K3. Jadi apabila ada produk yg mencantumkan standar tsb. berarti perusahaan pembuatnya telah diaudit oleh Badan Sertifikasi dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan pada standar tsb. serta mendapatkan sertifikat tanda kesesuaian. Jadi yang disertifikasi bukanlah produk-nya, tetapi Sistem Manajemen perusahaan tersebut. Tambahan : Jadi yang mengeluarkan Sertifikat ISO 9001 dan 14001 bukanlah Lembaga ISO (International Organization for Standardization), tetapi Badan Sertifikasi yang telah diakreditasi. Jadi ISO tidak bertanggung jawab terhadap sertifikat perusahaan yang terpampang di dinding atau dipublikasikan di Koran. Secara langsung ISO tidak punya hubungan apa-apa dengan sertifikat tersebut. Terhadap hal yang satu ini, sangatlah banyak masyarakat yang salah pengertian. Lagian, apapula pentingnya menampilkan STAMP sertifikat ISO 9001, ISO 14001 di produk (norak ah...)? Ini tidaklah sesuai dengan tujuan sertifikasi standard untuk Sistem Manajemen secara umum. Jadi berbeda dengan misalnya produk minyak pelumas yang mencantumkan STAMP sertifikat Produk sesuai dengan API XXX atau SNI 123-456-789, karena ini mungkin perlu untuk konsumen yang akan membeli dan menggunakannya agar mengetahui kekentalan, titik nyala, dll. Budi Nikanor Pak dirman, terima kasih atas pejelasannya.

Penjelasan Bapak menimbulkan pertanyaan baru untuk saya, bagaimana dengan produknya? Seumpamanya bukan pelumas seperti yang bapak sampaikan, tetapi misalnya komputer/laptop, handphone, kendaraan bermotor, dll, apakah mereka semua ada standardisasi internasionalnya? Atau ini lebih mengarah ke arah industri, seperti welding equipment, atau saya lihat di safety helm yang sering saya pakai ada code sendiri (bukan ISO). Dirman Artib Pak Budi, Sudah banyak produk yang punya Standar, tetapi banyak juga yang belum. Lembaga standarisasi itu tidak hanya ISO, tetapi ada SNI, API, BS, EN, DIN dll. Tidak hanya produk-produk untuk bidang teknis, tetapi makanan, alat kesehatan, dll. Nah, antara standar produk dan standar ISO 9001 bisa saja mempunyai hubungan yang tak terpisahkan. Misalnya, jika pemesan/pelanggan meminta persyaratan sesuai dengan standar produk BS 1234, maka untuk kesesuaian "conformity" terhadap ISO 9001 hal ini wajib dipatuhi, karena hal ini termasuk di dalam pemenuhan persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan, tepatnya persyaratan Clause 7.2.1 Determination of requirements related to the product. jaka_QE@yamaha-motor akuurrr, tetapi kalau perusahaan sudah mempunyai SYSTEM yang bagus ( sudah ter-akreditasi ) lebih berpeluang menghasilkan produk yang memenuhi standard. Tetapi semua tergantung bagaimana saat pemberian sertifikatnya... ( sudah menjadi rahasia umum) Dirman Artib Sistem Manajemen pada dasarnya adalah kepentingan semua pihak yaitu Tim Manajemen, Supplier, Pelanggan, Pemilik Perusahaan dan organisasi lain yg mempunyai kepentingan. Jadi sebuah sistem berfungsi sebagai bahasa untuk mereka berkomunikasi tentang Manajemen yg diterapkan. Contoh, bagaimana pemilik perusahaan bisa menilai kinerja tim manajemen yang dibayar/digaji itu bagus atau tidak, jadi kriteria dan keberterimaan kinerja itu ditentukan dulu di dalam sistem misalnya target 3 tahun ke depan harus menjadi "Market Leader"

di bidangnya. Maka didesign-lah sebuah sistem manajemen yang frameworknya ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001 dengan perencanaan dan strategy serta bentuk organisasi yang cocok untuk menjadi "Market Leader" dalam waktu 3 tahun. Jadi jangan mau dibodohi oleh kepentingan yg berhubungan dengan sebuah Sertifikat seperti Konsultan dan Badan Sertifikasi, karena sistem adalah demi kepentingan organisasi/perusahaan sendiri. Toh sebagai perusahaan, tentulah akan dievaluasi/diassess lagi kinerjanya oleh pelanggan. Project-project yang besar biasanya pelanggan melakukan audit khusus terhadap project dengan membayar third party di luar yang memberi sertifikat bagi kontraktor tersebut. Nah, gimana ? Harmanto Soebawi Dear Pak Budi Nikanor, Kalau ISO, misalnya ISO 9001 khususnya versi (2000 yang menggantikan versi 1994), itu sertifikasi kualiti manajemen, jadi dalam hal ini: - Apakah perusahaan sudah melaksanakan apa yang ditulis dan menulis semua kebiasaan yang ada. - Apakah perusahaan sudah memiliki prosedur pengendalian barang reject. - Apakah perusahaan mempunyai data-data barang reject dan metode penurunannya. - Apakah perusahaan mempunyai laporan yang ditujukan ke Manajemen puncak agar Top Direktur dapat mereview jalannya Factory dengan secara detail dengan melihat laporan secara singkat. - Apakah semua peralatan sudah di maintenance dengan bagus dan terencana. dsb.Intinya apakah perusahaan seraca terukur sudah berjalan menuju target yang telah ditetapkan. Jadi kalau semua persyaratan tersebut dipenuhi, maka perusahaan dapat diaudit oleh Lembaga Certifikasi untuk itu misalnya LR, BVQI, TUV, Sucofido, SGS (Swiss) dsb. Untuk memenuhi persyaratan tersebut biasanya sebelum certifikasi, perusahaan diguide oleh Konsultan Management ISO. Kalau ISO14000 itu merupakan Certifikasi Environment Manajement: Apakah pabrik tersebut sudah dikelola dengan baik sehingga material dan proses ramah lingkungan (terutama menyangkut product chemical).

Kedua seri ISO tersebut (ISO9001 dan 14000) mensyaratkan penanganan HSE (Health, Safety & Environmental) dari segi prosedur, pelaksanaan dan pengukuran parameternya. Sertifikasi Manajemen yang lain misalnya OSHASS, dsb. ISO dalam arti lain itu termasuk standard teknis seperti SNI (Indonesia), JIS (Jepang), BS (Inggris), EN (Eropa), DIN (Jerman), CS (Canada), AS (Australia). Setara/ Sama juga standard yang ditulis oleh organisasi profesi seperti ASTM, NACE (Corrosion), NEMA, IEC (Electrical), NASA (Aerospace),API, AISI, DNV. DNV Sendiri selain lembaga certifikasi, dia juga mengeluarkan standard teknis sebagai petunjuk kerja Engineering dan Design. Certifikasi Product, laen lagi. Certificate itu dikeluarkan oleh misalnya LR, DNV atau BVQI dengan pengecekan product apakah product dibuat serta mempunyai performance sesuai standard yang digunakan oleh product tersebut misalnya BS(Inggris) , AS (Australian Standard ) No. sekian -sekian. Itu ditulis di Certificate Product, mengenai standard product yang dipakai. Jadi Sebuah Company dapat saja memiliki certifikasi ISO9001dan 14000 serta beberapa Certificate Product untuk masing-masing product yang dibuatnya. Certificate product gunanya terutama untuk meyakinkan Konsumen apakah barang tersebut secara performace bagus dan aman (Certificate ini ada di beberapa product oil and gas misalnya ANODE), untuk memastikan apakan barang tersebut aman dan tidak kedaluwarsa dalam tanggal yang ditentukan (untuk Makanan), tidak mengandung Zat beracun (untuk product Elektronik). Juga digunakan untuk equipment yang memerlukan persaratan safety seperti helm (Personnel Protective Equipment), lift dsb. Persyaratan ini harus dipenuhi jika ingin dipakai di beberapa negara di Eropa. Sedangkan manajemen mutu ISO9001 atau ISO14000, selain untuk meyakinkan customer bahwa perusahaan tersebut sehat, kompeten dan secara kontinu dapat menyuplai barang kepada customer, sebenarnya untuk peningkatan productivitas dan efisiensi ke dalam. Bukankan begitu Bp. Moh Isya Muhajirin dari LR??

rahmat ardiansyah Kepada Semua Milis, Saya sudah menerapkan SMM ISO 9001:1994 dan SMM ISO 9001:2000 di perusahaan saya hampir 8 tahun. Semua penjelasan sebelumnya itu

benar adanya, tetapi ada beberapa bagian diantaranya sedikit sulit dimengerti terutama untuk anggota Milis yang belum pernah menerapkannya. ISO seri 9000, adalah suatu sistem pengendalian mutu bagi manajemen. Disini jelas bahwa yang menjadi obyek adalah MANAJEMEN bukan PRODUK. Seringkali kita selalu mencampur adukkan keduanya. Orang selalu bertanya, apakah suatu perusahaan jika sudah disertifikasi sesuai dengan SMM 9001:2000 maka bisa dijamin produknya akan berkualitas?. Jawabannya akan sangat tergantung dengan bentuk SMM 9001:2000 yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Sebagai ilustrasi, Pasal 6.2.1 menyebutkan: Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk harus memiliki kompetensi atas dasar pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sesuai. Dari pasal di atas banyak muncul pertanyaan dan persoalan baru; perusahaan PT. X adalah pemanufaktur boiler maka yang muncul menjadi persoalan tentunya: Kompetensi yang bagaimana yang diperlukan untuk enngineer boiler? Juru las bagaimana yang diperlukan untuk mengelas boiler? Apa persyaratan yang diperlukan untuk welding supervisor? Apa persyratan yang diperlukan untuk welder supervisor? dan banyak lagi.............ini baru seputar pasal 6.2.1 Dengan cakupan dan interpretrasi yang luas dari pasal-pasal di persyaratan SMM ISO 9000 maka pemikiran yang muncul berkenaan dengan pertanyaan di atas akan sangat luas pula. Jika PT. X dalam memproduksi boiler mengikuti standar ASME maka yang muncul adalah: Kita harus mempunyai welder yang dikualifikasi sesuai dengan ASME Sect. IX. Jika ikut dengan Undang-Undang Uap(Stoomordonantie 1930) maka kita harus mempunyai juru las yang dikualifikasi............(pakai standarad apa ya.......lha wong waktu itu belum ada teknologi las. Yang ada cuma paku keling). Selanjutnya jika kita memproduksi boiler sesuai dengan TRD maka juru las harus dikualifikasi dengan DIN EN 287. Maka kita juga harus berpikir panjang dan jernih, sekali lagi SMM apa yang harus kita terapkan. Jika kelengkapan perundang-undangan kita memang masih compang-camping seperti ini maka jadilah SMM ISO 9000 ini menjadi lahan kerja baru bagi orang luar yang sudah melengkapi diri dan negaranya dengan perundang-undangan yang lengkap.

Teman-teman tentunya juga sedah merasakan mahalnya membayar AI dari Amerika, Saya juga punya pengalaman baik yaitu harus membayar ribuan yuro hanya untuk menghadirkan European Welding Engineer Acc. To DIN EN 729. Sekali lagi, SMM ISO 9001:2000 hanya "perangkap", jika kita masuk kedalamnya maka kita harus mengikuti standar-standar yang lainnya yang tak satupun buah hasil pemikiran Bangsa Indonesia. Tentunya, jika suatau regulasi dibuat oleh orang lain.........maka kepentingan si pembuat yang diutamakan

Dirman Artib Pak Rahmat dan rekan-rekan lain, ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001 adalah standar yang sangat generik. Standar ini mampu diterapkanuntuk organisasi besar maupun kecil, dan bias diterapkan untuk perusahaan yg menggunakan technology canggih atau primitive sekalipun. Standar ini hanya menyediakan kerangka kerja bagi manajemen dalam mengorganise organisasi mencapai tujuan masing-masing. Bagaimana kerangka-kerangka itu diisi dengan standar-standar lain adalah masalah yang berbeda. Kalau anda berpandangan bahwa SMM ISO 9001:2000 sebagai "perangkap", dimana jika kita masuk kedalamnya maka kita harus mengikuti standar-standar yang lainnya yang tak satupun buah hasil pemikiran Bangsa Indonesia, .............mungkin tidak terlalu tepat, karena ISO dan OHSAS tidak mempersyaratkan standar ASME (misalnya) untuk memproduksi Boiler. Persyaratan untuk mengacu ke standar ASME Sect. IX mungkin dipersyaratkan oleh pelanggan anda, jadi bukan oleh ISO atau OHSAS. Sama seperti halnya anda harus mengikuti API RP 4G, 14J, 14F dan series API 14 lainnya untukplatform di offshore, dan ini bukanlah dipersyaratkan oleh ISO, tetapi mungkin saja dipersyaratkan oleh para pelanggan-pelanggan KPS anda. Pelanggan tentunya menentukan segalanya selain ada "regulatory" peraturan perundang-undangan yang juga harus diikuti. Tentunya anda menolak 1000X jikapelanggan memesan sebuah bom untuk ditaruh di sebuah mal, bukan ? Persoalannya ini adalah persoalan dalam hal menguasai dan memasarkan teknologi & ilmu pengetahuan. Sebuah text standar adalah hasil karya ilmu pengetahuan & teknologi. Dalam hal kita Indonesia belum menguasai teknologi yang digunakan di pasar itu

adalah fakta. Kemudian fakta yang lain adalah kita belum mampu memasarkan teknologi yang kita sudah kuasai. Berapa banyak SNI yang akhirnya "obsolete" ketinggalan zaman sebelum selesai dipasarkan untuk jadi pemimpin di Indonesia . Memasarkan mempunyai makna bahwa kita akan menjadi pemimpin terhadap suatu cara/metode. Mengelas dengan cara ASME atau AWS yang pada akhirnya dapat memimpin "market" untuk setiap orang dalam pengelasan tentu memerlukan perjuangan, jalan yang sangat panjang, dana yang tidak sedikit serta resources yang besar. Sementara itu, kita hmasih harus berjuang memperbaiki mentalitas instant, cepat untung dan aji mumpung. Jelas bahwa ini adalah persoalan kita sebagai bangsa, bukan persoalan ISO atau OHSAS.

You might also like