You are on page 1of 4

TUGAS

Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial


Oleh: Nur Rochmad Khoiririjal
Erick Miftaqurisqi Agung Prianto Setya Wismoko Raden Dimas Julianto Firman

Penggolongan Partisipasi Politik Sesuai Piramida Partisipasi Politik David F. Roth dan Frank L. Wilson pada Wanita Tuna Susila di Lokalisasi Tangkis, Porong, Sidoarjo
I. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki wilayah sangat luas dengan beribu kepulauan, kebudayaan, adat, dan agama yang berbeda-beda adalah suatu anugerah yang sangat luar biasa dari Tuhan. Dari semua perbedaan itu, dirasa sangatlah mustahil mempersatukannya melalui cita-cita publik, keselarasan pikiran, bahkan suatu peraturan yang mengikat. Akan tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan Indonesia sejak 1945 dan menjadikannya anugrah terindah bagi Indonesia setelah melalui perjuangan yang sangat keras dan dalam tempo yang lama. Hingga saat ini, Indonesia sebagai negara berkembang memakai sistem demokrasi dalam bentuk kepemerintahannya. Tentunya dengan bukti diadakannya pemilihan umum secara langsung sebagai bentuk partisipasi politik dari seluruh elemen masyarakat. Partisipasi politik itu sendiri pun juga tidak hanya ditunjukan dari proses pemilihan umum, partisipan politik juga bisa ditunjukan melalui profesi seperti calon atau pejabat publik, fungsionaris atau anggota aktif partai politik, orang yang bekerja untuk kampanye, partisipan yang aktif dalam kelompok kepentingan dan tindakan-tindakan politis, orang yang terlibat dalam komunitas proyek, orang yang menghadiri reli-reli politik, anggota dalam kelompok kepentingan, pe-lobby, pemilih, orang yang terlibat dalam diskusi politik, pemerhati dalam pembangunan politik, bahkan the deviant (pembunuh dengan maksud politik, pembajak, dan teroris)1 pun termasuk dalam partisipan politik.
1

Penggolongan partisipasi politik sesuai piramida partisipasi politik David F. Roth dan Frank L. Wilson pada Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2008

Semua partisipan di atas tidak mengenal batasan gender karena memang pada dasarnya semua dapat berpatisipasi dalam politik, baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi dilihat dari budaya yang sedikit melekat pada masyarakat Indonesia khususnya, perempuan dalam ikut berpartisipasi dalam politik dirasa kurang berkompeten. Padahal sudah jelas bahwa Tuhan menciptakan manusia di dunia ini sama, tinggal bagaimana mengembangkannya saja. Sepanjang tahun 2002, isu gender juga mendapatkan perhatian yang luas dalam perdebatan politik di Indonesia menjelang Pemilu tahun 2004. Masalah-masalah seperti, penerapan kuota untuk perempuan diberbagai tingkatan dan berbagai lembaga politik, masalah dampak sistim pemilu untuk perempuan serta implikasi peningkatan keterwakilan perempuan bagi partai politik menjadi isu penting yang banyak didiskusikan.2 Indonesia berkomitmen untuk menjalankan prinsip kesetaraan gender melalui berbagai komitmen nasional dan internasional. Undang-undang Dasar 1945 menjamin kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, serta pengaruh utama gender telah diadopsi menjadi sebuah kebijakan untuk mengintegrasikan perspektif gender ke dalam kebijakan, perencanaan dan penganggaran. Tindakan afirmatif (affirmative action) juga sudah diperkenalkan pada UU No. 10/2008 tentang pemilihan umum untuk memastikan setidaknya 30 persen perempuan dicalonkan dalam daftar calon anggota legislatif untuk menangani masalah kekurangan keterwakilan gender dalam bidang politik di negara ini.3 Paparan di atas menunjukan masih kurang maksimalnya peran partisipasi perempuan dalam dunia politik karena diskriminasi gender yang tergolong masih sedikit melekat pada pemikiran masyarakat Indonesia. Belum lagi adanya pemikiran negatif tentang WTS (Wanita Tuna Susilo) di dalam masyarakat. WTS adalah seseorang yang mempunyai mata pencaharian dengan cara memberikan pelayanan seksual di luar perkawinan kepada siapa saja dari jenis kelamin berbeda yang tujuannya adalah untuk mendapatkan imbalan berupa uang.4 Memang dari pengertiannya menimbulkan pemikiran negatif, tapi belum tentu faktor yang menjadikan seorang perempuan menjadi WTS adalah faktor negatif dari dalam dirinya. Bisa saja berasal dari faktor lingkungan atau kondisi yang mendesaknya misalnya tentang kebutuhan ekonomi. Terutama pada warga yang mengalami masa-masa pasca tertimpa bencana. Seperti halnya di Kecamatan Porong, Sidoarjo, yaitu tragedi Lumpur Lapindo yang bermula pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk, dan kawasan industri. Hal ini wajar mengingat volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran besar). Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas
2

dalam Laporan hasil konferensi yang diadakan di Jakarta pada bulan September 2002 Memperkuat Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia hal 16 di http://www.komunitasdemokrasi.or.id/article/Memperkuat.pdf 3 dalam Makalah Kebijakan Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pemerintah hal 17, UNDP Indonesia. 2010. di http://www.parliamentproject.org/download.php?id=187 4 Fakhrurrozi, Muhammad. Materi WTS.ppt di http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24037
/Materi+WTS.pptx

perekonomian di Jawa Timur, khususnya di Sidoarjo. Genangan hingga setinggi 6 meter pada pemukiman dengan total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa, rumah yang rusak sebanyak 1.683 unit, areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 Ha, lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan lebih dari 1.873 orang, tidak berfungsinya sarana pendidikan, kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi, rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon), terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.5 Gambaran wilayah bencana Lumpur Lapindo sudah jelas membentuk suatu dilema tersendiri bagi warga sekitar yang terkena bencananya termasuk dalam hal perekonomian. Demi mendapatkan beberapa rupiah dengan mudah banyak hal yang dapat dilakukan seperti mencuri, merampok, pungutan liar di jalan raya, bahkan menjadi WTS mungkin saja terjadi khususnya pada wanita. Hal tersebut juga tentunya berdampak pada sosial dan politik kemasyarakatnnya khususnya dalam partisipasi politik pada WTS di Lokalisasi Tangkis, Porong, Sidoarjo. Maka dari itu kelompok kami mencoba membagi hal tersebut sesuai dengan teori piramida partisipasi politik politik menurut David R. Roth dan Frank L. Wilson sesuai pada Gambar.1.16 berikut:

few Activists Participant ss Onlookers many Apoliticals

Gambar.1.1

hingga mengerti karakteristik kebudayaan dalam partisipasi politik khususnya pada WTS di daerah Lokalisasi Tangkis, Porong, Sidoarjo.

5 6

dalam http://agorsiloku.wordpress.com/2006/10/11/tragedi-lumpur-lapindo/ Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2008 hal. 373

II. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran partisipasi politik para WTS beserta faktor penunjang dan penghambatnya di Lokalisasi Tangkis, Porong, Sidoarjo? 2. Bagaimana peran serta pemerintah setempat terhadap peran partisipasi politik para WTS di Lokalisasi Tangkis, Porong, Sidoarjo?
III. TUJUAN Mengetahui bagaimana WTS berperan aktif dalam ranah politik ? Mendiskripsikan bagaimana pengaruh WTS dalam penerapan proses politik ? Menciptakan sebuah teori baru tentang partisipasi WTS dalam berpolitik ?

DAFTAR PUSTAKA Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2008 Fakhrurrozi, Muhammad. Materi WTS.ppt di http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/ Downloads/files/24037 /Materi+WTS.pptx didownload tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.41 WIB http://agorsiloku.wordpress.com/2006/10/11/tragedi-lumpur-lapindo/ didownload tanggal 4 Oktober 2011 pukul 20.18 WIB Laporan hasil konferensi yang diadakan di Jakarta pada bulan September 2002 Memperkuat Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia di http://www.komunitasdemokrasi.or.id/article/ Memperkuat.pdf didownload tanggal 4 Oktober 2011 pukul 20.01 WIB Makalah Kebijakan Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pemerintah hal 17, UNDP Indonesia. 2010. di http://www.parliamentproject.org/download.php?id=187 didownload tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.21 WIB

You might also like