You are on page 1of 15

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan anak sebagai disiplin ilmu dimulai sejak sebelum Masehi. Dasar-dasar ilmu jiwa yang menyangkut anak pada masa itu menyatakan bahwa anak adalah manusia dewasa dalam ukuran kecil. Pada kebudayaan Yunani beberapa pakar antara lain Sokrates (469-399) mecandra bahwa pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan daya pikir anak menuju kesempurnaan kesusilaan. Pada kebudayaan Romawi dalam tahun sebelum Masehi pendidikan akan ditekankan pada keterampilan untuk menjadikan bangsa menjadi kuat dan menang dalam perang. Pada awal Masehi orientasi pendidikan anak lebih menekankan pada keseimbangan pendidikan kesusilaan, jasmani, dan pikiran. Selanjutnya pada jaman pertengahan muncul beberapa konsep pendidikan anak, misalnya konsep biara, konsep istana, dan konsep skolastik (Endang, 2002: 52). Namun, di abad pertengahan hukum biasanya tidak membedakan antara kejahatan anak dan dewasa, dan anak-anak diperlakukan sebagaimana orang dewasa. Sekarang kita memandang anak secara berbeda tidak seperti di abad pertengahan. Kita memandang masa kanak-kanak sebagai masa yang unik dan penuh warna serta merupakan landasan penting untuk masa dewasa nanti.

Mengapa kita harus mempelajari perkembangan anak? Sebagai seorang guru nantinya kita mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak-anak di sekolah. Semakin banyak kita mempelajari perkembangan anak, maka semakin banyak pemahaman kita mengenai cara yang tepat untuk mengajari mereka. Masa kanakkanak adalah fase penting dalam kehidupan manusia. Setiap anak sebagian berkembang sebagaimana anak-anak lainnya ,dan sebagaian berkembang dengan cara yang berbeda dengan anak yang lain. Kita sering memerhatikan keunikan anak-anak kita. Tetapi, para psikolog yang mempelajari perkembangan sering kali lebih tertarik pada karakteristik yang umumnya dimilki anak-anak demikian pula guru yang harus mengelola dan
1

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

mendidik sekelompok anak yang berumur setara. Sebagaimana manusia, setiap orang menempuh jalan kehidupan yang sama (Leonardo da Vinci, Joan of Arc, Martin Luther King Jr., Madonna, dan Anda sendiri pernah melalui usia anak, bermain-main, menambah kosakata, disaat belajar di sekolahdasar, dan menjadi lebih bebas saat menjelang remaja. Apa yang dimaksudkan oleh para psikolog ketika mereka berbicara tentang perkembangan seseorang? Sering kita mendengar istilah bahwa perkembangan dan pertumbuhan diartikan sama. Tetapi apakah pemikiran tersebut benar. Perkembangan merupakan pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut disepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun ia mengalami penurunan (kematian). Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan. Artinya, pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Dalam mempelajari perkembangan, ingatlah bahwa perubahan perkembangan yang kami deskripsikan dapat membantu Anda dalam memahami seperti apakah level yang optimal untuk pengajaran dan pembelajaran Anda. Sejalan dengan perkembangan tersebut dalam bimbingan pendapat pada jaman masing-masing, sejak paruh kedua abad 19 muncul berbagai konsepsi aliran mengenai teori perkembangan, diantaranya konsepsi menurut aliran Asosiasi, aliran psikologi Gestal, dan konsepsi aliran Sosiologis. Oleh sebab itu, secara berturut-turut penulis akan menyampaikan secara ringkas mengenai definisi perkembangan menurut konsepsi ketiga aliran tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis buat di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang penulis paparkan sebagai berikut. 1. Apakah definisi perkembangan secara umum? 2. Apakah definisi perkembangan menurut konsepsi aliran Asosiasi? 3. Apakah definisi perkembangan menurut konsepsi aliran psikologi Gestal?

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

4. Apakah definisi perkembangan menurut konsepsi aliran Sosiologis? 1.3 Tujuan Pembelajaran Adapun tujuan dari makalah yang penulis buat sesuai dengan rumusan masalah di atas sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan secara umum. 2. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi aliran Asosiasi. 3. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi aliran Psikologi Gestal. 4. Untuk mengetahui definisi dari perkembangan menurut konsepsi aliran Sosiologis. 1.4 Manfaat Pembelajaran 1. Bagi Individu Melalui makalah ini, setiap individu dapat mengetahui definisi perkembangan secara mendalam dilihat dari tiga konsepsi aliran, yaitu aliran Asosiasi, psikologi Gestal, dan Sosiologis. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan ajar dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik terkait dengan definisi perkembangan berdasarkan konsepsi menurut tiga aliran tersebut. 3. Bagi Masyarakat Dengan makalah ini, masyarakat dapat mengetahui definisi dari perkembangan secara mendalam serta menambah pengetahuan masyarakat terkait dengan definisi perkembangan berdasarkan konsepsi menurut tiga aliran, yaitu aliran Asosiasi, psikologi Gestal, dan Sosiologis.

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perkembangan Secara Umum Sering kita mendengar istilah bahwa perkembangan dan pertumbuhan diartikan sama. Tetapi apakah pemikiran tersebut benar. Sebelum kita menarik kesimpulan tentang hal tersebut, mari kita pahami tentang pengertian perkembangan. Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi ( Santrok Yussen. 1992). Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu yaitu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai akhir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu itu sendiri. Perkembangan dan pertumbuhan sangatlah berbeda. Dimana perkembangan itu sendiri merupakan perubahan individu yang bersifat kualitatif (tidak dapat diukur) dan berkembang sepanjang hayat sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif (dapat diukur) sampai saat normal tertentu. Kalau kita teliti buku-buku yang membicarakan masalah ini maka jawaban para ahli mengenai definisi perkembangan sangat beragam. Akan tetapi semua mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan; perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Secara teknis perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi, secara garis besar perkembangan itu merupakan suatu proses. Pendapat atau konsepsi yang bermacam-macam mengenai perkembangan pada intinya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut. 1) Konsepsi menurut Aliran Asosiasi 2) Konsepsi menurut Aliran psikologi Gestal 3) Konsepsi menurut Aliran Sosiologis (Suryabrata, 2004: 170).

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

2.2 Definisi Perkembangan Menurut Konsepsi Aliran Asosiasi

Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi (Suryabrata, 2004: 170). Para ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi, isi dari pikiran adalah pengalaman yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap rangsang lingkungan. Pemikiran tentang asosiasi ini terutama berkembang di Inggris dan awal bagi penekanan pada belajar dan memori. Penjelasan asosiasi berfokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi, seperti law of contiguity-informasi yang muncul bersamaan secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu pengetahuan, law of similarityinformasi yang sama akan dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari elemen dasar yang membentuk sesuatu yang berbeda dari masing-masing elemennya . Pada intinya, penginderaan dan perasaan dapat membentuk satu keterkaitan dan masuk bersama ke dalam pikiran sebagai satu pengetahuan, sehingga apabila salah satu muncul yang lain akan ikut dimunculkan. Ide masuk melalui alat indra dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan. Salah seorang tokoh aliran asosiasi yang terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu: Pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra yang menimbulkan sensations. Pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri yang menimbulkan reflexions. Kedua macam kesan itu, yaitu sensations dan reflexions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dengan asosiasi membentuk pengertian yang kompleks (complex ideas) (Suryabrata, 2004: 171).

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

Disamping itu, tokoh lain yang mempelopori aliran asosiasi yaitu James Mill. James Mill berpendapat jiwa manusia diibaratkan sebagai mental chemistry. Urainnya yang terkenal dalam hubungan ini adalah mengenai ide (idea) dikatakannya bahwa unsur atau elemen terkecil dari jiwa manusia (human mind) ialah simple idea. James Mill berpendapat bahwa simple idea bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh. Sebab, apabila simple idea yang satu bergabung dengan simple idea yang lain akan terbentuk apa yang disebut complex idea. Kemudian, apabila complex idea yang satu bergabung dengan complex idea yang lain akan terbentuk apa yang disebutnya compound idea (gabungan ide). Tergabungnya simple idea yang satu dengan simple idea yang lain hanya mungkin terjadi oleh adanya asosiasi (Hari & Indrayani, 2010: 1). James Mill (Hari & Indrayani, 2010: 2) mengemukakan bahwa kuat lemahnya asosiasi ditetapkan oleh tiga kriteria, yaitu : 1. Ketetapan (permanency) : Asosiasi yang kuat adalah asosiasi yang permanen, artinya selalu ada kapan saja. 2. Kepastian (certainty) : Suatu asosiasi adalah kuat apabila seseorang yang berasosiasi itu benar-benar yakin akan kebenaran asosiasinya itu. 3. Fasilitas (facility) : Suatu asosiasi akan kuat apabila lingkungan sekitar cukup banyak prasarana atau fasilitas. Inti dari konsepsi asosiasi adalah bahwa hakikat perkembangan merupakan proses asosiasi, dimana bagian-bagian mempunyai nilai yang lebih penting dari keseluruhan. Dalam perkembangannya anak-anak pada mulanya mempunyai kesan sebagian-sebagian, kemudian melalui proses asosiasi bagian-bagian tersebut akan membentuk menjadi suatu keseluruhan. Jadi misalnya bagaimana terbentuknya pengertian lonceng pada anak-anak, mungkin akan diterangkan demikian: mungkin anak itu mendengar suara lonceng lalu memperoleh kesan pendengaran bagaimana tentang lonceng; selanjutnya anak-anak itu melihat lonceng tersebut lalu mendapat kesan penglihatan (mengenai warna dan bentuk); selanjutnya mungkin anak itu mempunyai kesan rabaan jika sekiranya dia mempunyai kesempatan untuk meraba lonceng tersebut. Jadi, gambaran mengenai lonceng itu makin lama makin lengkap (Slavin, 2006).

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

2.3 Definisi Perkembangan Menurut Konsepsi Aliran Psikologi Gestal Perintis teori Gestal ini ialah Chr. Von Ehrenfels, dengan karyanya Uber Gestalt qualitation (1890). Aliran ini menekankan pentingnya keseluruhan yaitu sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya dan timbul lebih dulu dari pada bagian-bagiannya. Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestal mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran Gestal, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu, yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder. Bagianbagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari pada ksesluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Dimana keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita lihat terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestal, baru kemudian kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu, seperti bajunya yang baru, dahinya yang terluka, dan sebagainya (Suryabrata, 2004: 172). Psikologi Gestal bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan

mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah. Adapun prinsip-prinsip dasar teori Gestal (Danin & Khairil, 2010: 36) adalah sebagai berikut : 1) Kesamaan Kesamaan terjadi jika benda terlihat sama atau mirip satu sama lain. Ketika kesamaan terjadi, sebuah objek dapat dipertegas jika berbeda dengan yang lain, hal itu dikatakan anomally. 2) Kelanjutan

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

Kelanjutan terjadi jika mata dipaksa untuk bergerak melalui satu objek dan terus ke objek lain. 3) Penutupan Penutupan terjadi ketika objek tidak lengkap atau spasi tidak sepenuhnya tertutup. Jika bentuk tanda cukup, orang akan melihat keseluruhan dengan mengisi informasi yang hilang. 4) Kedekatan Kedekatan terjadi ketika elemen ditempatkan berdekatan. Mereka cenderung dianggap sebagai kelompok.

Ketika para ahli Psikologi Gestal beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat/sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu. Dalam hukum-hukum belajar Gestal ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz yang kurang lebih berarti teratur, seimbang, simetri, dan harmonis. dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum-hukum keterdekatan, artinya yang terdekat merupakan Gestal ; ketertutupan, artinya yang tertutup merupakan Gestal ; kesamaan, artinya yang sama merupakan Gestal. Aplikasi teori Gestal dalam proses pembelajaran antara lain : 1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal

keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsurunsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

pemecahan

masalah,

khususnya

dalam

identifikasi

masalah

dan

pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. 3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. 4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. 5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

2.4 Definisi Perkembangan Menurut Konsepsi Aliran Sosiologis

Para ahli yang mengikuti aliran ini menganggap bahwa perkembangan itu merupakan proses sosialisasi. Mereka mengatakan bahwa anak-anak itu pada mulanya adalah asosial/prasosial yang kemudian dalam perkembangannya lambat laun berubah menjadi sosial atau disosialisasikan (Suryabrata, 2004: 174). Salah seorang ahli yang mempunyai konsepsi demikian itu yang cukup terkenal dan besar pengaruhnya adalah James Mark Baldwin. Baldwin adalah seorang ahli yang dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat. Dimana, karya utamanya dalam lapangan psikologi adalah Mental Development in the Child and the Race, tahun 1895 (Suryabrata, 2004: 174). Pengaruh Baldwin terutama karena hipotesisnya tentang Circular reaction. Dengan berpangkal kepada kesejajaran antara Ontogenesis dan Phulogenesis. Baldwin menyatakan, bahwa proses perkembangan itu berlangsung melalui adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar hukum efek Law of Effect. Adaptasi adalah peniruan pada orang lain. Seleksi berarti mempertahankan tingkah laku-tingkah laku yang menguntungkan dan membuang tingkah laku-tingkah laku yang tidak menguntungkan. Dengan meniru aku-nya orang dewasa anak-anak lama kelamaam timbul kesadaran aku yang lain yang menjadi obyek peniruannya. Selanjutnya Baldwin berpendapat, bahwa setidak-tidaknya ada dua macam peniruan, yaitu: (a) nondeliberate imitation (b) deliberate imitation. Nondeliberate imitation misalnya terjadi kalau anak meniru gerakan-gerakan, sikap orang dewasa. Deliberate imitation terjadi misalnya kalau anak-anak bermain peranan sosial, yaitu misalnya menjadi ibu, penjual kacang, menjadi kondektur, menjadi penumpang kereta api, dan sebagainya (Endang dan Widodo, 2002). Proses peniruan ini terjadi pada tiga taraf, yaitu:

10

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

a) Taraf yang pertama yang disebut taraf proyektif (projective stage). Pada taraf ini anak mendapatkan kesan mengenai model yang ditiru. b) Taraf yang kedua disebutnya taraf subyektif (subjective stage). Pada taraf ini anak cenderung untuk meniru gerakan-gerakan, atau sikap model atau obyeknya. c) Taraf ketiga disebutnya taraf eyektif (ejective stage). Pada taraf ini anak telah menguasai hal yang ditirunya itu; dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan-angan, berpikir, dan sebagainya (Suryabrata, 2004: 175). Para Ahli yang mengikuti aliran ini branggapan bahwa, anak kecil mula-mula belum memiliki moral, yang kemudian lalu memiliki moral yang sifatnya heteronom, dan baru kemudian, yaitu setelah anak mencapai taraf kedewasaan, pemuda itu memiliki moral yang otonom. Proses perkembangan dari moral yang hetronom, yaitu moral yang pedoman-pedomannya terdapat di luar, yaitu pada orang tua dan orang-orang dewasa yang lain ke moral yang otonom, yaitu moral yang pedoman-pedomannya terdapat didiri anak sendiri, disebut proses internalisasi. Prose internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi (yang mirip sekali dengan imitasi). Dan tujuan imitasi (identifikasi) ini tidak lain ialah penyesuaian tingkah laku dan perbuatan anak dengan norma-norma sosial, jadi proses sosialisasi. Konsepsi tentang proses sosialisasi ini banyak diikuti oleh ahli-ahli di daerah Anglo Saksis. Istilah-istilah seperti social adjustment, mature and socializad personality, maladjusted children, dan sebagainya yang banyak kita jumpai dalam kepustakaan yang berbahasa Inggris menunjukkan betapa besarnya pengaruh konsepsi tersebut. Menyimak pendapat tersebut, maka perkembangan individu dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri individu baik fisik maupun psikis dalam rentang kehidupan individu. Dalam proses perubahan tersebut akan terjadi interaksi antara berbagai bentuk kegiatan psikis individu dengan lingkungan luar melalui sensori (Suarni, 2009: 3).

11

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Dari penjelasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan, yaitu perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Secara teknis perubahan tersebut biasanya disebut proses. Jadi, secara garis besar perkembangan itu merupakan suatu proses. Adapun konsepsi mengenai perkembangan pada intinya dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu konsepsi menurut aliran Asosiasi, konsepsi menurut aliran psikologi Gestal, dan konsepsi menurut aliran Sosiologis. Hakikat perkembangan menurut konsepsi aliran asosiasi adalah proses asosiasi, dimana bagian-bagian mempunyai nilai yang lebih penting dari keseluruhan. Dan menurut konsepsi aliran Gestal, perkembangan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi, yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder. Sedangkan, menurut konsepsi aliran Sosiologis, perkembangan itu merupakan proses sosialisasi. 1.2 Saran Dari seluruh penjelasan di atas, maka penulis dapat memberikan sedikit saran kepada pembaca, yaitu kita seharusnya mengetahui bagaiman definisi

perkembangan itu secara mendalam, dan pentingnya mengetahui perkembangan peserta didik sebagai calon guru nantinya demi kemajuan dari peserta didik.

12

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Psikologi Pendidikan [online]. http://psikologi.or.id/psikologiumum-pengantar/aliran-asosiasi.html. Agustus 2011 Anonim. 2009. Definisi Perkembangan [online]. Diakses pada tanggal 25

http://www.psikomedia.com/article/article/Psikologi Perkembangan/1060/Teori Gestal/. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2011 Anonim. 2009. Aliran Sosiologis Diakses [online]. pada

http://pusatpanduan.co/pdf/aliran+sosiologis.html. tanggal 25 Agustus 2011.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Poerwanti, Endang & Widodo, Nur. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Wuryani, Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

13

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

DISKUSI Soal 1. Apakah semua perkembangan menuju ke arah yang lebih baik ?

2. Bagaimana proses terjadinya anak dari asosial menjadi sosial ?

3. Jelaskan apa yang dimaksud proses diferensiasi ?

4. Tolong berikan contoh aliran asosiasi yang lebih konkret ! Jawaban 1. Tidak semua perkembangan itu menuju ke arah lebih baik, tergantung dari anak itu sendiri. Karena perkembangan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor bawaan atau hereditas dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut merupakan sumber pengaruh dalam perkembangan anak. Jika si anak mampu mengimbangi kedua faktor tersebut, tentu saja perkembangannya akan lebih baik. Namun jika tidak, perkembangan anak dapat terganggu. 2. Proses terajadinya anak dari asosial menjadi sosial, yaitu melalui proses adaptasi dan seleksi. Dimana, adaptasi merupakan suatu penyesuain diri terhadap orang lain dan lingkungan (peniruan terhadap orang lain). Sedangkan seleksi berarti mempertahankan tingkah laku-tingkah laku yang menguntungkan dan membuang tingkah laku-tingkah laku yang tidak menguntungkan. Proses adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek, law of effect. Dengan berlangsungnya proses adaptasi dan seleksi, maka seorang individu dapat mensosialisasikan dirinya di dalam masyarakat. Sehinggga, individu yang awalnya bersikap asosial/prasosial dapat menjadi sosial karena adanya sosialisasi melalui adaptasi dan seleksi.

14

Oleh: Citra, Yuda, dan Cintya Dewi

3. Yang dimaksud dengan proses diferensiasi adalah suatu proses dimana yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder. Bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Dimana keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagianbagiannya. Jadi pada intinya diferensiasi lebih pada spesialisasi (pengkhususan) sehingga bagian-bagiannya menjadi lebih jelas. Sebagai contoh, kalau kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang kita lihat terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestal, baru kemudian kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu, seperti bajunya yang baru, dahinya yang terluka, dan sebagainya 4. Perkembangan anak pada proses asosiasi dimulai dari bagian-bagian kemudian membentuk menjadi suatu keseluruhan. Misalnya dalam mata kuliah fisika dasar, mahasiswa terlebih dahulu belajar tentang bagianbagian dari fisika tersebut dengan bertahap, seperti: satuan; skalar dan vektor; kinematika gerak; dinamika gerak; usaha dan energi; dan lain-lain. ilmu-ilmu atau bagian-bagian dari ilmu fisika tersebut akan menjadi keseluruhan yang harus mahasiswa pahami.

15

You might also like