You are on page 1of 29

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Dalam hidupnya manusia mengalami berbagai tahap perkembangan, mulai dari lahir sampai tua. Salah satu tahap perkembangan yang dialami adalah masa remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Berbagai perkembangan yang dialami pada masa remaja diantaranya, perkembangan fisik, perkembangan kognitif serta perkembangan

sosioemosional. Semua perkembangan ini memiliki pengaruh pada diri mereka sendiri. Sebagai contoh, perubahan fisik pada masa ini akan mempengaruhi kondisi mental mereka. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang pada masa remaja. Pada tahap perkembangan ini, anak sudah mulai mampu untuk mencari pemecahan atau solusi atas masalah yang mereka hadapi. Mereka tidak lagi harus selalu bergantung pada orang tua mereka lagi. Mereka akan mencoba semua kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah mereka. Mereka sudah mampu memahami berbagai macam aspek pada suatu persoalan yang dapat diselesaikan sekaligus, tidak lagi satu per satu seperti anak pada masa konkrit operasional. Remaja dapat memasuki dunianya dengan berbagai kemungkinan dan kebebasan untuk berpikir sendiri. Pada tahap perkembangan ini, anak akan berusaha untuk menemukan jati diri mereka sendiri. Mereka sudah bisa menentukan suatu keputusan yang tepat dan sesuai dengan hati nurani mereka. Mereka biasanya sudah bisa membedakan mana hal baik yang harus dilakukan dan mana hal buruk yang harus dijauhi. Mereka akan sulit terbawa arus mengikuti apa yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat, tetapi bisa menentukan sendiri mana hal baik dan mana hal buruk, dengan syarat mereka sudah menemukan jati dirinya sendiri. Mereka akan memiliki sebuah prinsip hidup sendiri untuk melakukan interaksi sosial dengan masyarakat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting, karena mereka merupakan generasi penerus yang memiliki posisi kunci dalam masyarakat 1
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

dimasa mendatang. Untuk mengkaji lebih lanjut tentang pemahaman materi ini, maka disusunlah makalah yang berjudul Perkembangan Sosioemosional Remaja (SMP dan SMA) dan Implikasinya dalam Praktik Pendidikan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implikasi perkembangan fisik anak selama masa SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan? 2. Bagaimana implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan? 3. Bagaimana perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA (remaja)? 4. Bagaimana implikasi perkembangan sosioemosional anak selama masa

SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan? 1.3 TUJUAN Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis implikasi perkembangan fisik anak selama masa SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan. 2. Menganalisis implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan. 3. Menganalisis perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA (remaja). 4. Menganalisis implikasi perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan. 1.4 MANFAAT Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Bagi Individu, 1. Mengetahui lebih mendalam mengenai materi Perkembangan Peserta Didik khususnya mengenai implikasi perkembangan fisik dan kognitif anak

2
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

selama masa SMP dan SMA serta perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA. Bagi Mahasiswa, 1. Memberikan suatu pengetahuan mengenai implikasi perkembangan fisik dan kognitif anak selama masa SMP dan SMA serta perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA. 2. Menambah modul pembelajaran mengenai mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Bagi Masyarakat, 1. Memberikan suatu informasi mengenai implikasi perkembangan fisik dan kognitif anak selama masa SMP dan SMA serta perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA.

3
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

BAB II PEMBAHASAN

2.1 IMPLIKASI PERKEMBANGAN FISIK ANAK SELAMA MASA SMP DAN SMA (REMAJA) DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN Pertumbuhan fisik remaja membawa berbagai implikasi dalam dunia pendidikan. Implikasi tersebut antara lain: a. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendorong pertumbuhan fisik remaja secara normal. b. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak didik. c. Mengadakan jam-jam olahraga bagi anak-anak (Suma, 2006: 33). Guna lebih memahami implikasi ini secara lebih mendalam, maka diberikan penjelasan sebagai berikut: Sarana dan Prasarana Faktor sarana dan prasarana tidak boleh dikesampingkan dalam pendidikan. Dengan kata lain, jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada peserta didik. Sebagai contoh: tempat duduk yang kurang sesuai serta ruangan yang relatif gelap, terlalu sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan yang baik mengkehendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Artinya antara anak SMP dan SMA pastilah diatur dengan komposisi berbeda. Dalam realitanya, secara fisik anak SMA memerlukan ruang (untuk duduk) lebih besar jika dibandingkan dengan anak SMP. Apalagi jika dibandingkan dengan peserta didk di jenjang SD. Dalam hal ini, ruangan kelas yang bersih, terang, dan cukup luas, serta kedisiplinan yang tidak kaku juga merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Kedisiplinan yang tidak kaku artinya dapat memberikan keleluasaan bagi para peserta didik. Waktu Istirahat Dalam kegiatan belajar, para peserta didik pastilah mengalami rasa lelah. Guna menghilangkan rasa lelah tersebut (mengumpulkan tenaga baru), istirahat

4
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

sangat diperlukan. Belajar terus-menerus tanpa memperhatikan waktu untuk istirahat akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Pada hakikatnya, dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan pengaturan waktu yang tepat bagi peserta didik. Hal ini berlandaskan pada suatu istilah dalam belajar, yaitu: biorama (Ali dan Asrori, 2009: 23). Biorama berarti kemampuan peserta didik dalam hal berkonsentrasi akan sangat dipengaruhi oleh irama stamina biologis pada peserta didik itu sendiri. Berlandaskan pada konsep biorama tersebut maka didapatlah rumus pengaturan belajar, yaitu: lima kali dua lebih baik daripada dua kali lima. Pernyataan tersebut berarti belajar dengan frekuensi lima kali yang masing-masing berlangsung selama dua jam, hasilnya akan lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sebanyak dua kali yang masing-masing berlangsung selama lima jam. Hal tersebut jelas berpengaruh pada stamina peserta didik untuk berkonsentrasi dalam belajar. Diadakannya Jam-Jam Olahraga bagi Para Siswa Olahraga sangatlah penting bagi kesehatan tubuh. Sesuai istilah mensana in corporesano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Inilah yang menjadi alasan bahwa olahraga itu merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pembelajaran. Olahraga yang dijadwalkan secara teratur oleh pihak sekolah berarti pertumbuhan fisik peserta didik akan memperoleh stimulus yang teratur pula. Dapat juga diwujudkan dengan adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik baik didalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Jam olahraga diluar jam pelajaran seperti: kegiatan ekstrakurikuler, kelompok olahraga, bela diri, dan lain sebagainya.

2.2 IMPLIKASI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SELAMA MASA SMP DAN SMA (REMAJA) DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN Menurut teori Piaget, periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif. Karakteristiknya adalah anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah serta dapat menerima pandangan orang lain. 5
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

Perkembangan kognitif remaja membawa implikasi pada penyelenggaraan pendidikan terutama pada proses belajar mengajar. yang Sekolah dapat harus

mengembangkan

model-model

pembelajaran

memupuk

berkembangnya potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, sesuai dengan perbedaan masing-masing (Suma, 2006: 41). Penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan kognitif anak yang didalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting. Ali dan Asrori (2004) menguraikan bahwa sejumlah kondisi psikologis merupakan kondisi yang perlu

dikembangkan agar peserta didik aman secara psikologis dan mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya. Kondisi psikologis tersebut antara lain: Pendidik dapat menerima peserta didik secara positif, sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya. Serta memberi kepercayaan pada peserta didik bahwa ia baik dan mampu. Pendidik wajib menciptakan suasana dengan kondisi peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku peserta didik. Serta dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik (melihat dari sudut pandang peserta didik). Memberikan suasana pedagogis yang aman bagi peserta didik untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga ia terbiasa berani untuk mengembangkan pemikirannya. Pendidik berusaha mengemukakan

keterbukaan, kehangatan, dan kekonkretan. Piaget mengemukakan bahwa aktivitas merupakan unsur pokok dalam pengembangan kognitif. Artinya pengalaman belajar yang aktif akan berkontribusi maksimal (besar) pada perkembangan kognitif anak. Sementara itu, pengalaman belajar yang pasif akan berkontribusi minimal (kecil) pada perkembangan kognitif anak. Model Pendidikan yang aktif merupakan sebuah model yang tidak

menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Akan tetapi, pihak sekolahlah 6
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

(pendidik) yang mengatur lingkungan belajar peserta didik. Sedemikan rupa sehingga dapat memberi kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk berinteraksi dan mengeksplorasi segala kemampuan yang ia miliki (Arifin, 2008: 1). Dengan adanya lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar, maka proses pembelajaran yang aktif akan terjadi. Hal ini akan menstimulus peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak berada

ditangannya. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pendidik antara lain: Menciptakan interaksi yang baik (hubungan akrab) dengan peserta didik. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog (sharing) dengan beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Hal ini akan sangat menunjang perkembangan intelektual/kognitif anak. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup. Hal ini berperan penting dalam perkembangan berpikir peserta didik. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui media massa (mass media), maupun media cetak. Dapat diterapkan dengan cara menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Beberapa contohnya adalah melibatkan peserta didik dalam kegiatan karya tulis, jurnalistik, dan kegiatan sejenis lainnya. Hal ini juga besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual/kognitif peserta didik. Setiap pendidik hendaknya mengetahui dan memahami isi dari setiap tingkat perkembangan kognitif peserta didiknya, sehingga dapat mengambil tindakan dan keputusan pedagogis yang tepat (Suma, 2006: 42). Artinya pendidik wajib menyesuaikan program-program pendidikannya dengan

kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

7
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

tersebut. Semua ini bertujuan agar peserta didik memahami pengalaman belajar yang diterimanya. Jika ditinjau dari konsep Piaget, maka akan didapat penjelasan sebagai berikut: sesungguhnya, teori Piaget berfokus membahas kognitif atau

intelektual. Dimana perkembangan intelektual erat kaitannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk memahami belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi tersebut terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi. Selanjutnya, asimilasi itu merupakan suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada atau tingkah laku yang ada. Sementara itu, akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Dengan kata lain, tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan. Piaget

menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut:

8
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

gambar 2.2.1 interpretasi perkembangan kognitif (sumber: http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piage t-dan-teorinya/)


PENGALAMAN BARU (BENDA, KEGIATAN, GAGASAN) PEMILAHAN AWAL (DENGAN MENGINGAT)

PENGUATAN

SESUAI

TIDAK SESUAI

KESESUAIAN YANG LEBIH BAIK

KERESAHAN

JALAN BUNTU

AKOMODASI

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau peserta didik yang sudah memiliki pengalaman yang khas. Hal ini berarti peserta didik sudah memiliki sejumlah skema (pandangan) yang khas. Selanjutnya, pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (benda, peristiwa, gagasan) pada pikirannya terjadi pemilahan melalui memori. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak. Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak. Kedua hal di atas merupakan kejadian asimilasi. Berdasarkan diagram di atas, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema (pandangan) yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skema (pandangan) yang ada. Dengan kata lain, terjadi semacam gangguan mental atau 9
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

ketidakpuasan

mental

seperti

keingintahuan,

kepedulian,

kebingungan,

kekesalan, dan lain sebagainya. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan, yaitu: Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat apa (jalan buntu). Memberi tanggapan terhadap stimulus baru, baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Jika ini dilakukan, anak akan mengubah

pandangannya (skema) sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.

2.3 PENGERTIAN

PERKEMBANGAN

SOSIOEMOSIONAL

ANAK

SELAMA MASA SMP DAN SMA (REMAJA) Tahap operasi formal pada masa SMP dan SMA salah satunya adalah perkembangan sosioemosional remaja. Perkembangan manusia telah

mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang sejak mereka bayi ke masa dewasa melalui beberapa jenjang. Perkembangan sosioemosional merupakan hubungan dua makna yaitu sosial yang berarti hubungan dengan orang sekitar dan emosi yang berarti berhubungan dengan kejiwaan yang diekspresikan melalui tawa, senyum, kemarahan. a. Perkembangan Sosial Remaja Pengertian Hubungan Sosial Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya (Anna Alisyahbana, dkk., 1984 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Hubungan sosial ini juga menyangkut penyesuian diri terhadap lingkungan, seperti menaati peraturan yang ada di masyarakat dan membangun komitmen bersama dalam suatu kelompok atau organisasi yang diikutinya. Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, kemudian dilanjutkan lagi ke lingkungan 10
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

masyarakat. Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubungan sosial secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya. Kesulitan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya baik di sekolah maupun di masyarakat sangat mungkin terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena pola asuh yang salah dari orang tua. Jika orang tua melakukan pola asuh yang terlalu ketat pada anak, akan menyebabkan timbulnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani untuk mengambil inisiatif, tidak berani untuk mengambil keputusan, yang pada akhirnya tidak bisa memilih teman yang dianggap sesuai. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua seperti ini, pada umumnya masih diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan teman sebayanya cenderung sulit untuk diperbaiki (Sunarto, 1998 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu ketat akan kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi yang dianggap dapat menimbulkan konflik pada dirinya. Ada dua kemungkinan dampak negatif yang akan muncul dari pola asuh seperti ini, yaitu munculnya rasa rendah diri yang akan tetap melekat pada dirinya atau anak itu akan melampiaskan emosi yang terpendam dalam dirinya pada orang lain dengan berbuat yang berlebih-lebihan. Karakteristik perkembangan sosial remaja. Ada beberapa karakteristik yang menonjol dari perkembangan sosial remaja, yaitu sebagai berikut: 1. Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan Hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan pada masa remaja (SMP dan SMA). Mereka berusaha untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain atau mencari pergaulan karena menyadari akan kesunyian. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan kemampuan kemandiriannya. Langeveld berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian

menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri atau kemandiriannya (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 152 11
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

dalam Ali dan Asrori, 2004: 91). Mereka sadar bahwa tanpa melakukan interaksi dengan orang lain, mereka akan kesepian dan tidak mampu menjalani hidup sendirian. Dengan melakukan interaksi dengan orang lain, mereka akan menyadari kelebihan dan kekurangan diri mereka sendiri. 2. Adanya Upaya Memilih Nilai-Nilai Sosial Ketika remaja menghadapi suatu nilai-nilai sosial tertentu, ada beberapa kemungkinan yang akan dilakukan oleh remaja. Pertama mereka akan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang ada dan yang kedua mereka akan tetap pada pendiriannya sendiri dengan menanggung segala akibat yang akan terjadi. Bagi remaja yang idealis dan memiliki suatu kepercayaan terhadap diri dan cita-citanya, mereka akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak sesuai dengan kepercayaannya, walaupun semua yang dicobanya gagal. Sebaliknya, bagi remaja yang pasif, mereka cenderung akan pasrah terhadap keadaan dan akan mengikuti norma-norma sosial yang ada. Akan tetapi, ada juga orang yang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak, tetapi tidak juga menolak seluruhnya. 3. Meningkatnya Ketertarikan pada Lawan Jenis Pada masa remaja terjadi suatu ketertarikan antar lawan jenis mereka. Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan, melainkan tumbuhnya ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Pada masa-masa sebelumnya, hubungan sosial yang dilakukan tidak terlalu menghiraukan jenis kelamin, tetapi pada masa remaja hubungan sosial dihiasi perhatian terhadap lawan jenisnya. Keinginan untuk membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat dipandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian (Ali dan Asrori, 2004: 92). Hal ini dapat dilihat dari perilaku remaja seperti berpacaran atau berkencan dengan lawan jenisnya.

12
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

4. Kecenderung untuk Mulai Memilih Karier Tertentu. Menurut Kuhlen, ketika sudah memasuki masa remaja, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984 dalam Ali dan Asrori, 2004: 92). Mereka sudah bisa memikirkan suatu pekerjaan yang akan ditekuni pada masa depannya. Walaupun terkadang mereka dapat memilih lebih dari satu karier, namun umumnya satu karierlah yang akan ditekuninya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak pada Masa Remaja (SMP dan SMA) Proses sosialisasi remaja dilakukan pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial, remaja dengan sendirinya mempelajari proses penyesuaian diri dengan ketiga lingkungan tersebut. Perkembangan sosial individu sangat tergantung dengan kemampuanya untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada perkembangan sosial remaja yaitu: (Ali dan Asrori, 2004) 1. Lingkungan Keluarga Di dalam lingkungan keluarga, remaja akan mendapatkan berbagai kebutuhan untuk perkembangan sosialnya, seperti rasa aman, dihargai, disayangi dan kebebasan untuk menyatakan diri. Dalam hal ini, remaja mendapat pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan yang lain selama hal

teersebut tidak berlebihan dan sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Selain itu, yang lebih penting adalah keluarga harus mampu memberikan perlindungan, menjauhkan ketegangan dan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh remaja. Dalam perkembangan sosialnya, remaja sangat membutuhkan iklim kehidupan keluarga yang kondusif. Iklim kehidupan keluarga yang kondusif itu mengandung tiga unsur, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004) a. Karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dengan keluarga lainnya 13
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

b. Karakteristik khas itu dapat memengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu c. Unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga tersebut d. Aspek penting yang dapat memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarganya. Perkembangan sosial remaja akan dipengaruhi oleh harmonis tidaknya interaksi antar anggota keluarganya.

Ketidakharmonisan suatu keluarga akan menjadi penghambat untuk perkembangan sosial remaja. Pola asuh dari orang tua juga sangat memengaruhi perkembangan sosial remaja. Ada tiga jenis pola asuh orang tua dalam bimbingan terhadap remaja, yaitu: (Hoffman, 1989 dalam Ali dan Asrori, 2004) a. Pola Asuh Bina Kasih Dengan pola asuh bina kasih, orang tua mendidik dan membimbing anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang logis kepada anaknya terhadap setiap pengambilan keputusan yang diambil untuk anaknya. Dengan cara seperti ini, anak akan mengerti dengan maksud dan tujuan orang tuanya atas perlakuan yang didapatkannya. Dengan demikian, anak akan dapat

mengembangkan pemikirannya untuk mengikuti atau tidak keputusan yang diambil oleh orang tuanya. b. Pola Asuh Unjuk Kuasa Dengan pola asuh unjuk kuasa, orang tua dalam mendidik anaknya senantiasa memaksakan kehendaknya agar dipatuhi dan dituruti oleh anaknya, walaupun anak tersebut tidak dapat menerima keputusan yang diambil oleh orang tuanya. Dengan cara seperti ini, anak akan merasa terkekang. Anak tidak dapat mengemukakan perasaan dan emosi dalam dirinya, sehingga akan terus terpendam. Hal ini dapat berakibat buruk karena anak akan terus merasa rendah diri karena tidak bisa melakukan apa-apa atau mereka akan melampiaskan emosi yang terpendam dalam dirinya tersebut di luar lingkungan keluarganya, misalnya kepada teman-temannya.

14
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

c. Pola Asuh Lepas Kasih Dengan pola asuh lepas kasih, orang tua dalam mendidik anaknya senantiasa menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau mengikuti kehendak orang tuanya maka mereka akan kembali mendapatkan cinta kasih dari orang tuanya. Dengan cara seperti ini, anak akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bebas mengambil keputusan sendiri namun tanpa cinta kasih orang tua, atau mendapatkan cinta kasih orang tua namun harus mengikuti kehendak orang tua. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan perluasan lingkungan social remaja dalam proses sosialisasi. Sekolah mrupakan salah satu lingkungan dimana remaja hidup dalam kesehariannya. Para pendidik dan teman-teman sekolahnya membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi sebuah lingkungan norma bagi dirinya. Anak tidak akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya jika tidak ada pertentangan. Namun jika ada pertentangan antar kelompok di sekolah, anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok yang dapat menerima dirinya dengan baik. Selama membangun hubungan sosialnya, ada empat tahap proses penyesuian diri yang harus dilalui oleh anak, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004) a. Anak dituntut untuk tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain. b. Anak dididik untuk menaati peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok. c. Anak dituntut untuk lebih dewasa dalam melakukan interaksi social berdasarkan asas saling memberi dan menerima. d. Anak dituntut untuk memahami orang lain. Selama proses penyesuaian diri ini anak mungkin saja akan menghadapi konflik yang dapat menghambat proses sosialisasinya. Untuk mencegah konflik atau masalah-masalah yang akan timbul, lingkungan sekolah dituntut untuk menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Kodusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan sosial

15
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

remaja tercemin dari interaksi antara guru dengan siswanya, siswa dengan siswa, serta interaksi seluruh warga sekolahnya. Kualitas guru juga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan sosial remaja. Guru harus bisa membuat suatu pelajaran menarik minat peserta didik, sebab sering peserta menganggap suatu pelajaran itu tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran untuk mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, seorang guru juga harus mampu membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. 3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan ketiga yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial remaja adalah lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarkat, remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi mereka belum diberikan kesempatan atau peran penuh seperti orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang penting, remaja sering diabaikan karena dianggap belum mampu. Hal ini dapat menimbulkan kekecewaan pada remaja dan bisa menjadi penghambat perkembangan sosial remaja. Iklim kehidupan masyarakat yang kondusif sangat diharapkan untuk perkembangan sosial masyarakat. Untuk itu, keteladanan dan kekonsistenan nilai dan norma dalam masyarakat menjadi sangat penting. b. Pengertian Emosi Jiwa manusia merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi satu sama lain yang menciptakan suatu keadaan kepribadian yang seimbang. Jika kita berbicara tentang kepribadian yang seimbang, setiap individu memiliki hal yang mempengaruhi terhadap kepribadian yaitu kestabilan emosi. Istilah "emosi" berasal dari bahasa Perancis amouvoir, atau dalam bahasa Latin e-movere (e = luar; movere = bergerak) yang berarti perasaan yang bergerak ke luar. Definisi yang umum untuk kata "emosi" adalah reaksi atau perasaan yang intens terhadap seseorang atau sesuatu kejadian. Emosi pada diri individu berperan penting dalam penciptaan kepribadian dan perjalanan kehidupan seorang manusia, sehingga jika dikaji dari sisi 16
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

psikologis manusia, maka akan muncul suatu keadaan dimana peran emosi ini sangat berpengaruh dalam segala hal kehidupan manusia. Penyebabnya adalah manusia merupakan makhluk yang mempunyai perasaan, hati nurani dan kepekaan terhadap peristiwa yang dialami secara emosional yang

membedakannya dengan makhluk lainnya. Emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda. Adapun beberapa pengertian emosi antara lain: i. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pengertian emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut pada waktu singkat. ii. Definisi secara psikologi menyatakan bahwa emosi sebagai warna afektif seseorang yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud sebagai suatu tingkah laku yang tampak.

iii. William James

Mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh (Khodijah, 2006 dalam http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.ht ml). iv. Chaplin (1989) Dalam Dictionary of Psychology

mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organism mencangkup perubahanperubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi. html).

17
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

v. Daniel Goleman (1995)

Daniel Goleman merupakan seorang pakar kecerdasan emosional. Daniel menyatakan bahwa pengertian emosi merujuk pada makna yang paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yakni sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Daniel Goleman juga menyatakan biologis emosi merupakan suatu keadaan

dan

psikologis

dan

serangkaian

kecenderungan untuk bertindak (Ali dan Asrori, 2009: 62). vi. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan memiliki emosi yang matang, yaitu: 1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial 2. Pemahaman diri, individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat. 3. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html). vii. Menurut Kartono (1988) Kematangan emosi adalah suatu kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan (http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html). .

18
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

viii. Menurut pandangan Skinner (1977) Esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian (http://yoezronbloon.blogspot.com

/2010/02/emosi.html). ix. Menurut James & Lange Emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira (http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html). x. Menurut Lindsley Emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. Dari beberapa pengertian emosi, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Emosi seringkali disamakan dengan perasaan, namun keduanya dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibanding dengan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan perasaan (http://yoezronbloon.blogspot.com /2010/02/emosi.html). Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu: 1. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum, dan sebagainya. 2. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut, dan sebagainya.

19
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

Bentuk-Bentuk Emosi Seorang ahli Psikologi, Daniel Goleman mengemukakan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut: a. Amarah Sifat amarah seorang individu meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan tindak kekerasan. b. Kesedihan Perasaan sedih meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi. c. Rasa Takut Rasa takut meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia. d. Kenikmatan Kenikmatan meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania. e. Cinta Cinta meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. f. Terkejut Terkejut meliputi terkesiap, takjub, dan terpana. g. Jengkel Jengkel meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah. h. Malu Malu meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur (Ali dan Asrori, 2009 :63). Teori-teori yang menjelaskan hubungan antara emosi dan tingkah laku, antara lain:

20
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

a. Teori Sentral Teori Sentral dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini gejala kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Dengan kata lain emosilah yang menimbulkan tingkah laku, dan bukan sebaliknya. b. Teori Peripheral Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Teori ini berbanding terbalik dengan Teori Sentral. Menurut teori ini Tingkah laku yang menimbulkan emosi, dan bukan sebaliknya. c. Teori Kepribadian Menurut teori ini, emosi meliputi perubahan-perubahan jasmani dimana suatu aktivitas pribadi dimana pribadi tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. d. Teori Kedaruratan Emosi Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini emosi berhubungan dengan motivasi. Apabila seseorang termotivasi maka akan terangsang secara emosional untuk melakukan suatu kegiatan dengan intensitas tinggi. (Ali dan Asrori, 2009: 67) Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini umumnya berlangsung sekitar umur 13 sampai umur 18 tahun, dimana pada masa ini anak umumnya masuk pada masa menengah. Pada masa ini, remaja disebut sebagai masa peralihan antara masa anakanak dan masa dewasa. Conny Semiawan, mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja, yang artinya sudah bukan anak-anak lagi, namun juga belum dewasa. (Ali dan Asrori, 2009: 67) Secara garis besar masa remaja dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu: a. Periode Praremaja Pada periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria dengan remaja wanita. Namun, pada remaja wanita biasanya memperlihatkan penambahan berat badan dengan cepat sehingga seringkali merasa gemuk.

21
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

Selain itu, emosi remaja pada periode ini seringkali meledak-ledak (berlebihan) seperti mudah tersinggung dan cengeng namun juga cepat merasa senang. b. Periode Remaja Awal Pada periode ini terjadi perubahan fungsi alat kelamin. Hal tersebut menyebabkan remaja cenderung menyendiri sehingga merasa terasingkan dan kurang perhatian dari orang lain. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit sehingga cepat merasa marah. Perilaku seperti ini terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadangkadang tidak wajar. c. Periode Remaja Tengah Pada masa ini, tanggung jawab hidup harus semakin ditingkatkan. Tanggung jawab tidak hanya datang dari dirinya sendiri, orang tua ataupun keluarganya, namun tuntutan tanggung jawab dari masyarakat juga datang pada remaja. Pada masa ini, remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik dan disebut buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai yang dianggap baik, benar, dan pantas diterapkan dikalangan mereka sendiri. d. Periode Remaja akhir Pada periode ini remaja sering menganggap jika diri mereka sudah dewasa dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Orang tua atau bahkan masyarakat mulai memberikan kepercayaankepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Remaja juga memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua atau bahkan masyarakat (Ali dan Asrori, 2009: 67-68). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja 1. Perubahan Jasmani Perubahan jasmani ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota-anggota tubuh. Hal ini menyebabkan postur tubuh tidak seimbang. Hormon-hormon tertentu juga mulai berperan sejalan dengan perkembangan alat kelamin, sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya (Ali dan Asrori, 2009: 69). 22
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua Pola asuh dari orang tua pada masa ini sangat bervariasi misalnya bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh dengan cinta kasih. Pada masa ini pemberian hukuman pada anak tidak lagi dengan cara memukul karena sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh Gardner (1992) yakni Too Big to Spank yang maknanya berarti remaja itu sudah terlalu besar untuk dipukul. Pemberontakan yang dilakukan semata-mata untuk menunjukan pada orang tua bahwa mereka telah bisa menjadi orang yang lebih dewasa. 3. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya Pada masa ini remaja memiliki ciri khas dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka berusaha untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi semacam ini biasanya memiliki kohesivitas dan solidaritas yang cukup tinggi. Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gangguan emosi akan terjadi apabila cinta dari remaja tidak terjawab atau terjadinya pemutusan cinta secara sepihak sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri. 4. Perubahan Pandangan Luar Ada beberapa pandangan luar yang biasanya menyebabkan terjadinya konflik-konflik emosional dalam diri remaja, antara lain: Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Remaja yang dianggap sudah dewasa namun tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa, remaja pada masa ini sering kali dianggap masih kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Dunia luar (masyarakat) masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki atau remaja perempuan. Hal ini bisa terlihat apabila remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, remaja laki-laki dianggap popular, namun sebaliknya apabila remaja perempuan memiliki banyak teman laki-laki maka dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. 23
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yakni mengikutsertakan remaja dalam kegiatankegiatan yang merusak dirinya sendiri dan melanggar nilai-nilai moral.

5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah Pada masa sekolah, para guru merupakan tokoh yang sangat penting bagi para remaja, pada posisi ini guru berada pada posisi yang sangat strategis untuk menyampaikan materi-materi yang positif dan konstruktif. Namun, tidak jarang terjadi suatu ancaman-ancaman dari guru kepada siswanya. Hal ini menyebabkan bertambahnya rasa permusuhan dari diri peserta didik dan memberikan stimulasi negatif bagi perkembangan emosi anak. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi individu. Akan tetapi, emosi seorang individu masih dapat dikontrol. Ada 3 jenis display rules (cara mengontrol emosi individu), yaitu masking , modulation, dan simulation (Ekman dan Friesen dalam Walgito, 2003: 207). Masking : keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya. Modulation : keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara tuntas gejala kejasmaniannya, contoh dia menangis tapi tidak terlalu kuat. Simulation : orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah mengalami emosi. Fungsi Emosi Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan. Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membedakan dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,

24
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain. Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya: perasaan cinta, dan sayang. Emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan sedih, dan benci. Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orangorang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Dari pemaparan tentang fungsi emosi itu sendiri, maka kita dapat tarik suatu kejelasan bahwa emosi dalam kehidupan sangat berperan untuk menunjang segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Penggunaan emosi yang tepat dalam situasi yang tepat dapat memepengaruhi terhadap hasil dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, patutlah kita menyadari tentang fungsi emosi pada diri kita serta menempatkan emosi tersebut pada situasi yang tepat. Dengan ketepatan dalam menggunakan emosi, maka akan terbentuk kiat yang tepat dalam menghadapi suatu hal. Emosi tidaklah selalu harus diartikan sebagai hal yang buruk untuk dilibatkan dalam sesuatu, karena emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. c. Pengertian Perkembangan Sosioemosional Perkembangan sosioemosional merupakan hubungan antara kehidupan sosial seorang individu dengan sifat emosinya. Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan. Lingkungan sosial inilah yang nantinya akan membentuk perkembangan sosioemosional seorang individu. Pada remaja, anak-anak mengalami perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial disamping kehidupan emosional mereka. Sebagian 25
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak-anak pada kelas-kelas SMP maupun SMA berupaya untuk tampak lebih dewasa. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa mereka pada masalah-masalah emosional yang serius. Pada tahap ini, remaja menganggap teman-teman lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya ini membuat remaja selalu mengikuti trendseter bahkan disini mereka selalu meniru apa yang dilakukan temannya. Masa-masa sekolah menengah juga sering membawa perubahan dalam hubungan peserta didik dengan guru mereka. Perbedaan perkembangan sosioemosional anak pada masa sekolah dasar dengan anak pada masa sekolah menengah adalah anak pada masa sekolah dasar, mereka dengan mudah menerima dan bergantung pada guru. Namun, pada tahap masa SMP dan SMA, mereka mulai membantah dan memprotes guru mereka. Hal ini terjadi karena mereka menganggap diri mereka sudah dewasa. Sosioemosional seorang remaja sangat bergantung pada bagaimana perkembangan sosioemosional mereka ketika masa kanak-kanak, bila mereka mampu bersosialisasi dengan baik maka perkembangan sosioemosional mereka baik pula. Ketika mereka ditempatkan pada situasi formal di masyarakat, mereka tidak akan merasa canggung lagi. Mereka menjadi terbiasa berada di depan umum, ini berarti perkembangan sosioemosional mereka sudah dapat berjalan dengan baik. d. Implikasinya dalam Praktik Pendidikan Dalam proses belajar, kita tidak menyangkal bahwa peran intelegensi berpengaruh terhadap prestasi pembelajaran. Namun, yang muncul saat ini tingkat keberhasilan seseorang dalam pendidikan sangat difokuskan untuk diukur secara kuantitas intelegensi yaitu dengan pengukuran Intelligence Quotient (IQ), peran IQ diasumsikan sebagai hal utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa IQ hanyalah merupakan pengukuran secara kuantitas mengenai tingkat intelegensi yang dapat diukur dan bersifat konkret dan konvergen. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat 26
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pelajar (peserta didik). Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar atau lingkungan sosial yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Selain keceerdasan emosi interaksi antara pelajar dengan lingkungan tempat sekolah juga mempengaruhi proses belajar. Apabila terjadi hubungan atau interaksi yang baik antar pelajar dengan lingkungan sosial, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga serta emosi dari para pelajar mampu disesuaikan dengan lingkungan sosial tersebut, tentu saja proses belajar dari pelajar akan berjalan dengan lancar. Maka dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses pendidikan, emosi lingkungan sosial sangat berperan dan perlu dilibatkan dalam proses pembelajaran karena emosi mempunyai suatu kekuatan yang dapat memicu kita dalam mencapai suatu prestasi belajar dan lingkungan sosial menjadi wadah dalam menjalankan proses belajar. Maka dengan ini sangatlah keliru jika dianggap faktor utama penentu keberhasilan adalah IQ yang tinggi. Banyak orang yang berhasil dalam sisi akademik namun tidak bisa melakukan apapun dengan keberhasilannya dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, keterlibatan emosi dan keterlibatan pelajar dalam lingkungan sosialnya sangat penting dalam segala aktivitas, apalagi jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat dalam lingkungan sosial atau dengan kata lain cerdas dalam menggunakan emosi. Kecerdasan emosi dan mampu berinteraksi dalam lingkungan sosial ini akan sangat berperan terhadap keberhasilan seseorang dalam segala aspek kehidupan.

27
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN a. Pertumbuhan fisik remaja membawa berbagai implikasi dalam dunia pendidikan. Implikasi tersebut antara lain: Menyediakan sarana dan prasarana yang mendorong pertumbuhan fisik remaja secara normal. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak didik. Mengadakan jam-jam olahraga bagi anak-anak b. Implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan SMA dalam praktik pendidikan adalah sebagai berikut: Penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan

kemampuan kognitif anak yang didalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting. Kondisi psikologis merupakan kondisi yang perlu dikembangkan.

Selanjutnya, pengalaman belajar yang aktif akan berkontribusi maksimal (besar) pada perkembangan kognitif anak, begitu juga sebaliknya. Setiap pendidik hendaknya mengetahui dan memahami isi dari setiap tingkat perkembangan kognitif peserta didiknya, sehingga dapat mengambil tindakan dan keputusan pedagogis yang tepat. c. Perkembangan Sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA adalah sebagai berikut: Dalam perkembangan sosioemosional terdapat kata sosioemosional, dimana sosioemosional berasal dari dua kata, yaitu: sosial yang berarti hubungan/interaksi dengan orang sekitar dan emosi yang berarti adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat. Jadi, Perkembangan Sosioemosional adalah hubungan antara kehidupan sosial seorang individu dengan sifat emosinya. Implikasinya dalam praktik pendidikan adalah sangatlah keliru jika dianggap faktor utama penentu keberhasilan adalah IQ yang tinggi. Melainkan 28
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktivitas, apalagi jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat atau dengan kata lain cerdas dalam menggunakan emosi. 3.2 SARAN Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: a. Para orang tua harus bisa menjadi panutan bagi anak, khususnya pada masa remaja supaya perkembangan sosioemosionalnya tidak terhambat. b. Para pendidik atau guru harus memiliki kualitas dan bisa menjadi teladan untuk peserta didik, supaya perkembangan sosioemosional anak pada masa remaja menjadi maksimal. c. Masyarakat sebagai lingkungan terluas yang akan dihadapi anak pada masa remaja harus mampu menjadi teladan yang baik, supaya perkembangan sosioemosional remaja.

29
Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

You might also like