You are on page 1of 2

KADAR AIR TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Intan Mulia Sari

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati. Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap. Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1992). Tingkat Ketersediaan air tanah dihitung berdasarkan neraca air lahan tanaman, yang merupakan pengurangan curah hujan dan evapotranspirasi untuk menentukan kandungan air tanah, hingga diperoleh ketersediaan air tanah. Tingkat ketersediaan air tanah di suatu tempat ditentukan berdasarkan tanah sedalam jelejah akar tanaman, yaitu antara 0% (pada titik layu permanen) dan 100% (pada kapasitas lapang), dengan asumsi bahwa di tempat tersebut merupakan lahan tadah hujan (tidak ada irigasi). Tingkat ketersediaan air tanah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Cukup : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman >60% 2. Sedang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman 40% - 60% 3. Kurang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman <40% Penerapan irigasi sangat bermanfaat dalam kegiatan untuk mengefisiensikan kebutuhan air. Irigasi bertujuan untuk menambahkan air ke dalam tanah untuk

menyediakan cairan yang diperlukan untuk pertumbuha tanaman, mendinginkan tanah dan atmosfer sehinnga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, menghilangkan zat-zat yang ada dalam tanah yang tidakbaik bagi tanaman, melunakkan tanah bagi pengerjaan lahan dan menghindarkan gangguan dalam tanah seperti hama serta mengalirkan air yang mengandung zat-at berguna bagi tanaman. Kebutuhan air untuk irigasi dalam suatu lahan pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis dan sifat tanah, macam dan jenis tanaman, keadaan iklim, keadaan topografi, luas areal pertanian dan tingkat kebutuhan air tanaman (Kartasapoetra et. al., 1994). Karena air yang diberikan melebihi dan kurang dari kebutuhan tanaman akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka sebaiknya air irigasi diberikan interval waktu tetentu agar kelembaban terjaga. Frekuensi irigasi yang tidak teratur atau jarang menyebabkan stress air karena dapat mengakibatkan fluktuasi kadar air tanah dari kapasitas lapang menjadi kering kemudian kembali lagi ke kapasitas lapang secar berkali-kali.Menurut Papadopulos (2000), efisiensi pemakaian air dari irigasi permukaan tidak lebih dari 50% padahal untuk keperluan irigasi dan pemupukan efisiensi pemakaian air sangat penting. Irigasi tetes merupakan metode irigasi yang efektif dan efisien untuk sebagian besar tanaman pada daerah dengan curah hujan rendah. Disamping itu, irigasi tetes juga sangat efisien dalam mengontrol proses seperti ketersediaan dan penyerapan air dan unsur hara. Penggunaan sistem irigasi tetes yang benar memerlukan pendekatan atau metodologi yang berbeda dibanding dengan sistem irigasi konvensional. Diperlukan pemahaman interval irigasi, pemilihan emitter yang tepat dan jarak antar emitter tergantung pada tipe tanah dan topografi, kedalaman air irigasi, dan pemeliharaan peralatan. Penggunaan irigasi tetes yang tepat dapat menghemat penggunaan air, mengurangi kontaminasi air tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan air (WUE), mengurangi penyebaran penyakit, dan memungkinkan untuk melakukan pemberian pupuk dengan dosis yang ditentukan. Selain itu, frekuensi yang tinggi, pemakaian jumlah air yang sedikit pada sistem irigasi tetes lebih memelihara kondisi tanah-airtanaman dibandingkan dengan irigasi permukaan. Hasil dan kualitas tanaman meningkat dan sangat efektif dalam penggunaan air dibandingkan dengan irigasi permukaan dan irigasi percikan. Dengan demikian, efisiensi penggunaan air (WUE) tinggi pada sistem irigasi tetes.

DAFTAR PUSTAKA http://irigasidandraenase.blogspot.com/2011/03/pengaruh-kadar-air-tanah-terhadap.html

You might also like