You are on page 1of 29

BAB 1

Pendahuluan
A. Dasar Teori Korosi besi memerlukan air dan oksigen. Proses Korosi pada dasarnya adalah proses elektrokimia. Pada batang besi akan terbentuk bagian yang bertindak sebagai anode, tempat terjadinya oksidasi besi: Fe Fe2+ + 2e-. Hal ini dikarenakan hampir semua jenis logam mudah teroksidasi dengan melepaskan elektron ke oksigen di udara dan membentuk suatu oksida logam. Reaksi oksidasi logam dapat ditulis sebagai : M Mn+ + n e-

Korosi pada besi dapat terjadi di suasana asam maupun basa, walau nantinya, suasana asam akan menimbulkan reaksi pengkaratan yang lebih cepat dan korosif. Dalam suasana netral/basa akan terjadi re aksi:

Anode: Fe(s) Fe2+(aq) + 2eKatode: O2(g) + H2O(l) + 2e- 2 OH-(aq) Dari reaksi ini, akan dihasilkan:

Fe(s) + O2(g) + H2O(l) Fe2+(aq) + OH-(aq), yang akan membentuk endapan Fe(OH)3 dari hasil oksidasi lanjutan..
O2 H2O Dari sinilah akan muncul reaksi Fe(OH )2( s ) Fe2O3.xH2O( s) .

Ion besi (II) akan teroksidasi lebih lanjut membentuk besi (III) oksida terhidrasi, Fe 2O3.xH2O, suatu zat padat berwarna merah coklat yaitu karat besi. Pada kondisi asam, korosi pada besi lebih besar karena terjadi reaksi reduksi dua tahap. Berikut ini adalah tahapan reaksi korosi besi pada suasana asam: Anode: Fe(s) Fe2+(aq) + 2eKatode: O2(g) + 4H+(aq) + 4e- 2 H2O(l) 2H+(aq) + 2 e- H2(g)

pH

Kandungan H2O dan O2

Elektrolit

Korosi
Galvanic Coupling Suhu

Metalurgi

Zat Lain

Setidaknya korosi dipengaruhi oleh 7 faktor lainnya. Zat lain yang dimaksud disini adalah zat pengotor yang berada dalam lapisan besi. pH tentunya sangat mempengaruhi reaksi korosi karena, untuk suasana asam, reaksi korosi terjadi lebih cepat dibandingkan suasana netral maupun basa. Elektrolit juga dapat mempercepat korosi karena adanya reaksi reduksi tambahan yang mungkin terjadi. Selain itu, perbedaan suhu akan mempengaruhi keseimbangan dari cepat lambatnya suatu reaksi terjadi. Lalu apa yang dimaksud dengan galvanic coupling? Galvanic coupling aalah logam yang terhubung/ menempel pada logam lain yang kurang reaktif dikarenakan perbedaan potensial sel, sehingga akan m en ye ba bka n al ir an e lek tr on d ar i a n od e ke ka tod e .

Air dan Oksigen memiliki peran penting dalam terjadinya korosi, karena tanpa keberadaan kedua senyawa ini, proses korosi tidak dapat berjalan. Walaupun korosi bersifat merugikan pada besi, tetapi kita harus mempertahankan penggunaan besi karena kelimpahannya yang cukup besar, pengolahannya relatif mudah, dan besi mudah dimodifikasi. Secara garis besar, pencegahan korosi dapat dilakukan dalam 3 cara, yaitu: 1. Dengan lapisan pelindung yang mencegah kontak langsung dengan oksigen maupun air, seperti melalui pelumuran oli dan pembalutan dengan plastik. 2. M e n g g u n a k a n p e l i n d u n g K a t o d e , m i s a l n y a d e n g a n z i n k . 3. Menggunakan pelindung Anode, misalnya dengan magnesium, dimana magnesium dikorbankan untuk melakukan proses perkaratan yang dapat melindungi besi dari berkarat, yang dikarenakan potensial selnya lebih negatif.
3

B. Rumusan Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita melihat besi yang mengalami perkaratan. Dalam hal ini tentu saja korosi atau perkaratan terjadi karena adanya faktor-faktor lingkungan dari luar dan dalam yang mempengaruhinya. Dalam laporan kimia yang terlampir nanti, kita akan membahas hasil dari percobaan kami mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses korosi (perkaratan) pada besi. Secara terperinci kami akan membahas, faktor yang mempercepat proses perkaratan dan faktor yang meperlambat perkaratan. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa dalam proses korosi (perkaratan) dipengaruhi oleh-oleh beberapa faktor lingkungan. Dalam hal ini peneliti akan membuktikan bahwa korosi sangat erat dipengaruhi oleh Oksigen dan Air. D. Manfaat Peneltian Manfaat dari penelitian ini antara lain dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perkaratan (korosi). Secara terperinci pula akan diketahui faktor yang mepercepat korosi dan memperlambat korosi sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yang akan dicapai.

BAB 2
Kajian Pustaka
A. Landasan Teori Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
5

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada percobaan ini akan diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimianya. Proses Korosi Korosi merupakan transformasi logam menjadi senyawanya, terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara. Suatu logam akan mengalami korosi jika pada permukaannya terdapat lapisan yang bertindak sebagai anoda dan lapisan lain sebagai katoda. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)

atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq) Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, , yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Faktor-faktor yang mempengaruhi Korosi Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Oksigen terlarut ( DO = Dissolved oxygen ) DO berperan dalam sebagian proses korosi, bila konsentrasi DO naik, maka kecepatan korosi akan naik.

Zat padat terlarut jumlah ( TDS = total dissolved solid ) konsentrasi TDS sangatlah penting, karena air yang mengandung TDS merupakan penghantar arus listrik yang baik dibandingkan dengan air tanpa TDS. Aliran listrik diperlukan untuk terjadinya korosi pada pipa logam, oleh karena itu jika TDS naik, maka kecepatan korosi akan naik. pH dan Alkalinitas mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya pH dan alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik. Temperatur makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa logam yang mudah memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi, akan mudah terkorosi. Aliran listrik Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah dan isolasi dapat menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang berbeda, sehingga korosi galvanis dapat dihindari. Bilamana aliran listrik yang kuat melewati logam yang mudah terkorosi, maka akan menimbulkan aliran nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan yang tidak menggunakan aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi. B a k t e r i tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama masa putaran hidupnya. CO2akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan kecepatan korosi. H 2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka senang dengan air yang mengandung besi.
8

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi, satu sama lain dengan material pipa. Kombinasi faktorfaktor dan pengaruhnya terhadap reaksi-reaksi korosi akan membantu menentukan berapa besarnya kecepatan jalannya korosi. Bila faktor berubah, maka kecepatan korosipun berubah. Akibat Korosi Korosi lebih banyak menimbulkan kerusakan, terutama pada bangunan dan benda-benda yang terbuat dari besi. Korosi merupakan reaksi yang cepat terjadi dan berlangsung terusmenerus karena besi (III) oksida bersifat porous (mudah ditembus oleh oksigen dan air). Sifat porous pada besi inilah yang mempercepat proses pengkaratan selanjutnya, sehingga bangunan atau benda-benda yang terbuat dari besi yang telah berkarat akan semakin rapuh. Karat yang dihasilkan dari korosi besi semakin berbahaya karena mudah larut dan bersifat racun. Pencegahan Korosi Beberapa tindakan untuk mencegah atau memperlambat korosi yang dapat dilakukan antara lain : Pada pembuatan logam dalam industri, diusahakan agar zat-zat tercampur sehomogen mungkin dalam logam tersebut. Hal ini untuk menghindari tertumpuknya campuran tersebut di satu bagian, sehingga tidak terjadi perbedaan potensial listrik antar zat yang dapat memicu terjadinya korosi. Melapisi permukaan logam dengan cat untuk mencegah kontak antara permukaan logam dengan udara yang mengandung oksigen dan uap aur. Melakukan proses galvanisasi, misalnya besi dilapisi dengan seng (Zn) sehingga terbentuk lapisan tipis ZnO yang mampu melingdungi besi dari oksidasi oleh oksigen di udara

Penggunaan logam pelapis, seperti timah (Sn), tembaga (Cu), atau platina (Pt) pada kaleng. Prinsipnya logam pelapis memiliki potensial elektroda lebih besar daripada logam yang dilapisi, sehingga logam pelapis mampu melindungi dari reaksi oksidasi. Namun bila logam pelapis rusak, korosi yang hebat akan terjadi, karena terbentuknya sel elektrokimia dengan besi sebagai anoda dan logam pelapis sebagai katoda, yang akan menghasilkan karat besi. Oleh karena itulah, proses pencegahan korosi ini biasa disebut metode pengorbanan. Beberapa hal yang berkaitan dengan proses korosi yaitu : 1. Besi yang terbenam dalam minyak tidak akan berkarat, karena minyak mampu melindungi besi terhadap gas oksigen dan uap air yang ada di udara. 2. Besi dalam ruang yang kering lebih lambat berkarat, karena tanpa adanya uap air di udara (udara yang lembab) perkaratan sulit terjadi. Kalaupun terjadi akan sangat lambat. 3. Perkaratan dipercepat oleh pH larutan, adanya suatu garam, kontak dengan logam lain yang memiliki potensial elektroda lebih besar, keadaan logam sendiri.

10

BAB 3
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah secara objektif dan penelitian yang dilakukan melalui percobaan yang bersifat kimiawi dengan memperhatikan proses terjadinya korosi (perkaratan) pada besi/paku. Peristiwa ini berlangsung secara alam dan kimiawi sebab dalam prosesnya terjadi reaksi-reaksi kimia yang terjadi secara alamiah. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Jangka waktu penelitian dimulai sejak minggu ke-2 bulan oktober. Penelitian ini dilaksanakan di rumah tepatnya dirumah salah satu teman kelompok kami Perumahan Telkomas Satelit VIII no. 59. Kegiatan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, kegiatan lapangan, hingga penulisan laporan ilmiah yang terakhir. C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel penelitian Dalam penyusunan laporan ilmiah ini, variable yang digunakan terdiri atas dua yaitu :

11

a. Variabel bebas, yaitu variabel yang karena pengaruhnya menyebabkan munculnya variabel lain. Istilah lain dari variabel ini adalah variabel independen. Dalam penelitian ini penyusun menetapkan yang menjadi variabel bebas adalah pengaruh air, air garam, air aki, dan minyak terhadap korosi. b. Variabel terikat, yaitu variabel yang muncul karena pengaruh dari variabel bebas. Istilah lain dari variabel ini adalah variabel dependen. Dalam penelitian ini penyusun menetapkan yang menjadi variabel terikat adalah proses korosi (perkaratan) D. Populasi dan Sampel Dalam laporan ilmiah ini, penyusun telah menetapkan populasi penelitian yaitu paku. Paku yang digunakan hanya beberapa buah yaitu 16 buah paku berukuran 10 cm. Teknik dan Prosedur Kerja 1. Alat Dan Bahan 8 buah wadah 8 buah paku 4 lembar kertas penutup wadah Air biasa Air aki Air garam Minyak tanah 4 buah mangkuk kecil 2. Cara Kerja Siapkan alat dan bahan yang sebelum melakukan percobaan. Mengisi masing-masing wadah yang telah disiapkan dengan :

12

Air Biasa Air Aki Air Garam Minyak (dengan 1 jenis larutan menggunakan dua wadah, dan dengan ukuran yang sama). Masukkan 2 buah paku ke dalam masing-masing wadah hingga paku tenggelam. Menutup 4 buah wadah dengan 4 lembar kertas yang telah dibuat untuk menutupi wadah, kemudian 4 buah wadah yang lain, dibiarkan terbuka. Menempatkan seluruh wadah pada tempat yang sama. Mengamati tiap hari perubahan yang terjadi dan mencatat perubahan tersebut, serta melaporkannya pada hasil pengamatan. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil beberapa literatur, maupun dari penelitian lapangan secara langsung dengan metode percobaan, dan pengamatan objektif skala terhadap korosi (perkaratan) yang dilakukan tiap harinya, kemudian diolah dengan analisis presentasi dan disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian ilmiah.

BAB 4

13

Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Hasil Penelitian Korosi 1. Tabel pengamatan a. Pada wadah terbuka Hari Air Garam ke1 2 3 4 5 Tidak berkarat Belum berkarat Sedikit berkarat Mulai berkarat Agak berkarat Tidak berkarat Sedikit berkarat Mulai berkarat Agak berkarat Lebih berkarat Belum berkarat Mulai berkarat Agak berkarat Tambah berkarat Air Biasa Air cuka Minyak Tanah

b. Pada wadah tertutup Hari ke1 2 3 Air Garam Belum berkarat Air Biasa Mulai berkarat Sebagian kecil berkarat Air Cuka Mulai berkarat Minyak Tanah -

14

Sebagian kecil berkarat

Agak berkarat

Agak berkarat

Mulai berkarat

Lebih berkarat

Agak Berkarat

Air Biasa o Paku menghitam dan ada serbuk kuning yang melekat di paku.Air menjadi berwarna kuning

Air Garam o Paku menghitam dan ada serbuk kuning yang melekat di paku. Air tidak berubah warna tetapi menjadi agak keruh

Air Cuka o Paku menghitam dan tidak ada serbuk kuning yang melekat di paku. Air tidak menjadi berwarna kuning dan tetap bening

Minyak Tanah o

B. Pembahasan Berdasarkan tabel di atas, yang paling cepat mengalami korosi (perkaratan) ialah Paku yang direndam terbuka pada Air Cuka. Adapun pada wadah lain ialah : Larutan garam mengandung air (H2O), dan keadaan wadah terbuka, sehingga oksigen (O2) di udara dapat masuk ke cawan, dan menyebabkan adanya oksigen terlarut pada larutan NaCl.
15

Adanya oksigen dan air jelas dapat menyebabkan terjadinya korosi pada paku. Larutan NaCl adalah larutan elektrolit, larutan elektrolit adalah salah satu faktor untuk mempercepat reaksi korosi. Larutan garam mengalami reaksi elektrolisis :

Katode : 2H2O (l) + 2e H2 (g) +2OH (aq) Anode Reaksi sel : 2Cl- (aq) Cl2 (g) + 2e : 2H2O (l) + 2Cl- (aq) 2OH- (aq) + H2 (g) + Cl2 (g)

Pada wadah yang berisi air biasa dan terbuka, terdapat air dan oksigen terlarut, selain itu, keadaan tabung terbuka, sehingga oksigen di udara dapat berikatan dengan air, cukabatnya keadaan wadah menjadi kaya oksigen (O2) seperti yang diketahui bahwa proses korosi dipengaruhi oleh oksigen dan air, sehingga korosi dapat terjadi pada paku yang direndam air biasa dalam keadaaan terbuka. Wadah berisi minyak tanah, minyak tanah tidak mengandung oksigen dan tidak dapat berikatan dengan oksigen di udara, sehingga walaupun wadah dibuka, keadaan paku dan sekitar paku dalam tabung bebas dari oksigen. Keadaan tanpa oksigen dan air ini tidak memungkinkan terjadinya reaksi perkaratan/korosi.

C. Pertanyaan dan Jawaban 1. Paku mana yang paling cepat berkarat ? Jawaban : Paku yang direndam pada air cuka dengan situasi terbuka.

16

2. Paku mana yang lambat berkarat ? Jawaban : Paku pada wadah yang tertutup akan lambar berkarat dibandingkan dengan paku pada wadah terbuka baik pada larutan air biasa, air garam, dan air cuka. 3. Paku mana yang tidak berkarat ? Jawaban : Paku yang direndam pada minyak tanah tidak mengalami perkaratan 4. Faktor yang menghambat perkaratan ? Jawaban : Wadah ditutup sehingga tidak ada kandungan oksigen. Tidak adanya oksigen yang masuk, maka akan menghambat paku mengalami korosi/perkaratan. Oksigen terlarut berperan dalam sebagian proses korosi, bila konsentrasi oksigen terlarut naik, maka kecepatan korosi akan naik. Sehingga , dengan tidak adanya oksigen dari udara yang masuk, maka paku akan lama mengalami korosi. 5. Faktor yang mempercepat perkaratan ? Jawaban : Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2 Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak

17

denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut. Keberadaan Zat Pengotor Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

pengotor yang mempercepat korosi pada permukaan logam

Kontak dengan Elektrolit Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
bangkai kapal di dasar laut yang telah terkorosi oleh kandungan garam yang tinggi

18

Temperatur Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
knalpot kendaraan bermotor yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi

pH Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:

19

2H+(aq) + 2e- H2 Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
korosi pada kondisi asam lebih cepat terjadi logam besi yang belum terkorosi pada kondisi netral

Metalurgi Permukaan logam Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi

Efek Galvanic Coupling

20

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic

Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat


perbedaan E antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode. Mikroba Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
korosi pada permukaan logam yang disebabkan oleh mikroba

6. Tuliskan reaksi korosinya ! Jawaban : Reaksi pengaratan pada paku : Anoda : Fe (s) Fe2+ (aq) + 2e-

21

Katoda : O2(g) + 4H+ (aq) + 4e- 2H2O(l)


O2 H2O Fe(OH )2( s ) Fe2O3.xH2O( s)

BAB 5
Penutup
22

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Berikut adalah urutan banyaknya karat yang terjadi pada paku, dari yang mengalami paling banyak karat sampai yang tidak mengalami karat sama sekali: 1. Paku yang berada dalam Wadah terbuka dengan air Cuka 2. Paku yang berada dalam Wadah tertutup dengan air Cuka 3. Paku yang berada dalam Wadah terbuka dengan larutan NaCl 4. Paku yang berada dalam Wadah tertutup dengan larutan NaCl 5. Paku yang berada dalam Wadah terbuka dengan air biasa 6. Paku yang berada dalam Wadah tertutup dengan air biasa 7. Paku yang berada dalam Wadah terbuka dengan minyak tanah 8. Paku yang berada dalam Wadah tertutup dengan minyak tanah Wadah dalam keadaan tertutup dan cawan yang berisi minyak tanah/kerosin (tidak berkarat) Wadah terbuka berisi air biasa juga berkarat Wadah terbuka berisi larutan NaCl juga berkarat Wadah terbuka berisi larutan H2SO4 juga berkarat dengan sangat cepat Wadah tertutup berisi air biasa juga berkarat, namun dengan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan cawan yang terbuka, begitupun dengan Wadah tertutup yang berisi NaCl, cuka , karena pada wadah terbuka, ia memperoleh oksigen bebas, tidak sama halnya dengan wadah yang tertutup. Dan dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi proses pengaratan ialah oksigen, air, dan tingkat keasamaan dan elektrolit larutan,

23

Yang menghambat proses pengaratan ialah kandungan oksigen, seperti halnya pada wadah tertutup yang mengalami penghambatan proses pengaratan karena oksigen yang terdapat adalah kurang atau bahkan tidak ada.

B. Saran Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini harus ditempatkan di tempat yang aman, karena seringkali tanpa sepengetahuan kita objek penelitian kita rusak atau terganggu oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung. Selain itu dalam menutup wadahnya sebaiknya harus dipastikan wadah itu harus tertutup dan bebas dari oksigen diluar wadah. Sehingga perbandingan proses perkaratan lebih terlihat jelas.

Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/46325491/TUGAS-KIMIA-KOROSI http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100326060102AAyyMKH http://www.scribd.com/doc/62823994/KIMIA-KOROSI Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 3. Solo : PT. Tiga Serangkai
24

http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=370&uniq=3310 http://www.belajar.kemdiknas.go.id/index.php?display=view&ack=1&list=1&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Mate ri%20Pokok/view&id=370&uniq=3310

Lampiran Gambar : Alat dan Bahan :

25

Hasil Pengamatan :

26

27

LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI PADA BESI

28

SIDIK PERMANA 24 XII IPA 5

29

You might also like