You are on page 1of 2

Percobaan P06 Jembatan Wheatstone

Untuk mengetahui nilai resistor dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu dengan mengukur arus dan tegangan jatuh dengan berturut-turut menggunakan ampermeter dan voltmeter. Kemudian dengan menggunakan rumus turunan Hukum Ohm, R=V/I, maka didapatkan nilai hambatan (R)-nya. Namun nilai hambatan yang didapat tidaklah sepenuhnya benar karena arus yang diukur pada ampermeter adalah jumlah arus yang melalui hambatan R dan yang melalui voltmeter, jadi harga hambatan sebenarnya lebih besar dari yang dihitung dengan menggunakan rumus tersebut. Cara kedua adalah metode jembatan Wheatstone. Metode jembatan Wheatstone digunakan untuk menentukan nilai hambatan yang tidak diketahui. Jembatan wheatstone adalah susunan komponen komponen elektronika yang berupa resistor dan catu daya. Teori mengenai jembatan Wheatstone ini dikemukakan oleh Samuel Hunter Christie pada tahun 1833 dan dikembangkan lebih lanjut dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843 sehingga terkenal dengan jembatan Wheatstone. Gunanya adalah untuk mengukur hambatan dengan cara menyeimbangkan kedua sisi rangkaian jembatan (bridge circuit). Satu sisi jembatan terdapat komponen yang tak diketahui nilai resistansinya sedangkan sisi lain diketahui nilai resistansinya. Rangkaian jembatan wheatstone adalah berupa susunan dari 4 buah hambatan, yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan hambatan yang belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikan sumber tegangan. Dengan mengatur sedemikian rupa besar hambatan variable sehingga arus yang mengalir pada Galvanometer = 0, dalam keadaan ini jembatan disebut seimbang, sehingga sesuai dengan hukum Ohm. Rangkaian jembatan wheatstone juga dapat disederhanakan dengan menggunakan kawat geser bila besarnya hambatan bergantung pada panjang penghantar. Prinsip dasar dari jembatan wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum dari arus listrik adalah arus akan mengalir menuju polaritas yang lebih rendah. Jika terdapat persamaan polaritas antara kedua titik maka arus tidak akan mengalir dari kedua titik tersebut. Dalam rangkaian dasar jembatan wheatstone penghubung kedua titik tadi disebut sebagai jembatan wheatstone. Berikut gambar yang menunjukkan prinsip dasar jembatan Wheatstone:

Keterangan : E : sumber tegangan listrik searah. S : penghubung arus. G : galvanometer. RG : hambatan geser (rheo stat).

R1 dan R2 : hambatan listrik yang diketahui nilainya. Rb : bangku hambatan. X : hambatan yang akan ditentukan nilainya. Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jika jarum dari galvanometer G mengalami penyimpangan berarti ada arus listrik yang melalui galvanometer G, berarti juga antara titik C dan titik D ada beda potensial. Dengan mengubah-ubah besarnya hambatanRb, R1 dan juga R2, dapat diusahakan sehingga galvanometer G tidak dilalui arus lagi, yang berarti potensial titik C dan titik D sama. Karena itu arus yang melalui R1 dan R2 sama, misalnya i1. Demikian juga arus yang melalui Rb dan X sama misalnya i2. Dengan menggunakan hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang dinyatakan dengan R1, R2 dan Rb sebagai berikut :

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran hambatan R1 dan hambatan R2 antara A dan B dapat digantikan dengan kawat lurus yang serba sama dan panjangnya L. Untuk menambah ketelitian pengukuran pada rangkaian dapat ditambahkan komutator K yang dapat digunakan untuk membalikkan arah arus dalam rangkaian. Pada kawat hambatan dapat digeser-geserkan kontak geser C untuk mengubah-ubah besarnya hambatan RAC dan RCB.

Dengan mengeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau dengan mengubah-ubah Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial titik C sama dengan potensial titik D, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tidak menyimpangnya jarum dari galvanometer G. Jika hal ini telah dicapai, maka X dapat dinyatakan dengan persamaan :

Dengan mengukur panjang L1 (panjang kawat AC) dan L2 = L - L1 (panjang kawat CB) maka jika R telah diketahui besarnya hambatan X dapat dihitung.

You might also like