You are on page 1of 21

MAKALAH

IMAN DAN PENERAPANYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI


Pendamping Bapak M. Zaini S.Pdl. M.Pd.
AIK II Mata Kuliah Akidah dan Ibadah
Hari : Rabu jam ke 9-10







Kelompok 1 :
Heru Joko Priyo Utomo (201010370311010)
Ovilia Agustina (201010370311011)
M. Luthfi Rizani (201010370311009)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010/2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Segala puji syukur khadirat Allah SWT yang mana pada kesempatan ini kami bisa
membuat makalah tentang Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan. Berkat limpahan
rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Sholawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, yang sudah merubah
kehidupan kita dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang yang disebut pencerahan.
Makalah yang berjudul Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan ini kami susun dalam
rangka membantu mengenali dan menjabarkan apa itu iman, dan bagai mana menerapkanya
dalam diri kita dan kehidupan kita sehari hari. Tak ada gading yang tak retak. Begitupula, dalam
pembuatan dan penyampaian makalah ini jika di dalamnya terdapat kesalahan itu adalah
kesalahan kami dan jika ada kebenaran yang terkandung di dalamnya maka itu adalah datang
dari Allah SWT, melalui kami sebagai perantaranya. Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi
kita semua.


1.2 Latar Belakang Masalah

Iman menjadi salah satu hal yang krusial dalam beragama. Secara bahasa, berarti percaya dan
secara istilah pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dari arti iman tersebut , dapat kita ketahui bahwa
iman adalah unsur yang penting dalam beragama. Bagaimana kita dapat di katakana beragama
tanpa ada iman kepada agama tersebut. Apa yang sebenarnya yang di anut atau hanya ikut-
ikutan itu semua menjadi samar dan tidak jelas jika tidak ada iman yang kuat.


1.3 Rumusan Masalah

Apa itu iman ?
Bagaimana mengamalkanya ?
Dan bagaimana menjaganya ?



1.4 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, maka tujuan dari disusunnya
makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apa itu iman
Bagaimana menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari














BAB II

KAJIAN PUSTAKA

E^^) ]ONLg`u^- 4g~-.- -O) 4OgO
+.- ;eU_4 gOU~ -O)4 ;e4O)U>
jgOU4N +O+-4C-47 g^E1-Ee 4LEC)
_O>4N4 )_)4O 4pOU-4O4-4C ^g -g~-.-
]OONC E_OUO- Og`4 _4L^~Ee4O
4pOgLNC ^@ Elj^q N- 4pONLg`u^-
EEO _ += 7eE_4OE1 E4gN )_)4O
E4Og^4`4 -^ejO4 _C@O ^j
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.

(QS : Al-Anfaal 2-4)

Dari potongan ayat di atas, dapat kita ketahui juga bahwa salah satu ciri orang yang beriman ialah, ketika di sebut
nama Allah bergetarlah hatinya.

-g~-.-4 W-ONL4`-47 W-NOE_E-4
W-E_E_4 O) O):Ec *.- 4O--4
W-4-47 W-+O=^4^E Cj^q N-
4pONLg`u^- EEO _ += E4Og^E` -^ejO4
O@OE ^_j
dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang
benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
(QS : Al-Anfaal 2-4)
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan
lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Membenarkan dengan hati maksudnyamenerima segala yang di bawa oleh
Rasulullah SAW. Diucapkan dengan lisan mkasudnya mengucapkan dua kalimat
syahadat Laa ilaha illallahu wa ashadu anna Muhammadan Rasulullah.
Mengamalkan dengan perbuatan maksudnya hati mengamalkan degan bentuk
keyakinan. Sedangkan anggota badan mengamalkanya dalam bentuk ibadah
ibadahsesuai dengan fungsinya.
Rasulullah juga pernah menjelaskan iman dalam sabdanya yang berbunyi : iman itu
tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama ialah ucapan
Laa ilaha illallahu dan yang paling rendah ialah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari
tengah jalan, sedang rasa malu itu jugasalah satu cabang dari iman (HR. Muslim, 1/63)




Hakikat Iman

^g -g~-.- ]OONC E_OUO- Og`4
_4L^~Ee4O 4pOgLNC ^@ Elj^q N-
4pONLg`u^- EEO _ += 7eE_4OE1 E4gN
)_)4O E4Og^4`4 -^ejO4 _C@O ^j
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan
memuliakannya.

(QS : Al-Anfaal 2-4)


-g~-.-4 W-ONL4`-47 W-NOE_E-4
W-E_E_4 O) O):Ec *.- 4O--4
W-4-47 W-+O=^4^E Cj^q N-
4pONLg`u^- EEO _ += E4Og^E` -^ejO4
O@OE ^_j
dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.

(QS : Al-Anfaal 2-4)

Dalam ayat ayat yang pertama, Allah menyebutkan orang orang yang lembut hatinta
dan takut kepada Allah SWT ketika nama-Nya di sebut, keyakinan mereka bertambah
dengan mendengar ayat ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selain-Nyatidak
menyerahkan hati mereka kecuali kepada-Nya. Mereka mengetahui Dialah semata yang
mengatur kerajaanNya tanpa sekutu. Mereka menjaga seluruh pelaksanaan ibadah
fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan sunahnya.Mereka adalah mukmin yang
benar benar beriman. Allah menjanjikan mereka derajat yang tinggi di sisi-Nya
sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya.
Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah SAW baik
kaum Muhajirin atau Anshor dengan iman yang sebenar benarnya. Karena iman mereka
yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang mejadi buah dari iman tersebut. Telah kita
ketahui bersama lafadzh iman baik secara bahasa maupun menurut istilah.
Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus sunnah wal jamaah
memasukkannamal kedalam makna iman dan bahwa iman itu bias bertambah karena
amal salih dan keyakinan, dan bias berkurang dengan berkurangnya hal tersebut.

4`4 .4LUEE_ =UO4' jOEL- )
LOj^U4` 4`4 4LUEE_ gOgN )
LO4Lug 4g~--g W-NOEE
=}^14O41g 4g~-.- W-O>q
=U4-^- E1-E1uO4C4 4g~-.-
W-EONL4`-47 4L4C) 4 =>O4C
4g~-.- W-O>q =U4-^-
4pONLg`u^-4 4O4Og4 4g~-.- O)
jgjOU~ E=OO 4pNOg^-4 .-O4`
E1-4O +.- -EOOgj 1E14` _ ElgEOE
O_NC +.- }4` +7.4=EC Ogg44 }4`
+7.4=EC _ 4`4 OUu4C E1ONLN_ El)4O )
4O- _ 4`4 "Og- ) O4O^gO )O=4:Ug ^@
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-
orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah
dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang
mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi
manusia.



Rukun Iman
Seperti yang kita ketahui selama ini mungkin sudah sering di ajarkan sejak kita masih TK atau
SD tentang rukun iman yang terbagi menjadi 6 yaitu :

1. Iman kepada Allah SWT
Yaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan mendapatkan
ketengan jiwa yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang utama kita beriman kepada
Allah yaitu kita menyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.






Dan juga dalam surah Ar-rahman Allah menjelaskan kekuasaanya kepada manusia






E` -g~-.- W-ON44`-47 *.)
W-O=4;N-4 gO) _U=;NO=O O)
lO4uO4O +OuLg)` ;_4 jggg44
gO^O) 1C4O V14-OG` ^_)
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya
Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-
Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS :Annisa-175)
-O) geO4=e- +7.EOO- ;e4^~
LEE1O4 pE-g-E ^@_ +-O)l
g7-47 E7)4O p4O> ^@g
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS : Ar-Rahman:37-38)

Dari foto di atas terlihat bahwa tidak di ragukan lagi kebenaran dari ayat di atas. Dan
coba kita pikirkan bagaimana manusia di abak ke 7 sekitar tahun 650an Masehi bias
mengetahui hal ini, sedangkan foto ini baru bias di tangkap dari satelit Hubble milk
NASA pada sekitar abad 21? Jelas inilah kekuasaan Allah yang di sampaikan kepada
Rasul-Nya dan kitab-Nya.

2. Iman kepada malaikat Allah
Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. dapat dibagi kepada dua
macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua, yang nyata (as-syahadah). Yang
membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh pancaindera
manusia. Seseuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia digolongkan
kepada yang ghaib, sedangkan sesuatu yang bisa dijangkau oleh pancaindera manusia
digolongkan kepada yang as-shahadah atau nyata.
Bagaimana kita mengimani dan mengetahui wujud malaikat yaitu, pertama melalui
akhbar yang disampaikan oeh Rasullullah SAW baik berupa Al-Quran maupun Sunnah.
Kedua lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam semesta yang menunjukan bahwa
Malaikat itu ada.
Pengertian Malaikat yaitu Secara etimologis kata Malaikah adalah bentuk jamak
dari malak, berasal dari al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Secara
terminologis Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Jumlah Malaikat yang wajib kita tahu ada sepuluh
dengan masing-masing tugas yang Allah berikan kepadanya.

3. Iman kepada kitab Allah
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk masdhar dari kata ka-ta-ba yang
berarti menulis. Setelah menjadi masdhar berarti tulisan, atau yang ditulis.
Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada
para Nabi dan RasulNya.
Adapun kitab-kitab yang wajib kita tahu ada empat yaitu:
Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud AS.
Kitab Suci Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Iman kepada kitab Allah ini dapat pula di yakini dengan surah Ar-Rahman di atas
tadi. Bahwa Al-Quran itu memang benar benar dari Allah dan bukan karangan manusia
belaka. Karena tidak mungkin dalam masa itu manusia sudah mencapai tingkat
pengetahuan sejauh tadi yang baru bias di buktikan di abad ke 21. Jelas sekali itu adalah
ilmu Allah SWT yang di berikan kepada hamba hambanya yang berfikir.

4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
Secara etimologis Nabi berasal dari na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na-
ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang ditinggikan
derajatnya oleh Allah SWT. Dengan memberinya berita (wahyu). Sedangkan Rasul
berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang
diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT. untuk
menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh
Allah SWT. untuk menerima wahyu. Apabila tidak diirigi dengan kewajiban
menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja. Namun
bila diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu
maka dia disebut juga Rasul. Adapun jumlah Nabi dan sekaligus Rasul ada dua puluh
lima orang.
5. Iman kepada hari kiamat
Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan yang
kekal sesudah kehidupan di dunia fana ini berakhir, termasuk semua proses dan
peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh
isinya, serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat
manusia dari dalam kubur (Baats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang
mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab),
penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan
amal buruk (Wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (Jaza).











6. Iman kepada Qadha dan Qadar
Secara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang
berari kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak atau
ketetapan hukum Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara
etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan.
Dalam hali ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT. terhadap segala sesuatu.
El4^OU4*OEC ^}4N gO4NOO- 4p+C
E_EcO W ~ E^^) E_NUg ELgN
O).4O W OgOggUO_7 .Og^~4Og )
4O- _ ;eU O) g4OEOO-
^O-4 _ 7Og>> ) LO4-^4
El4^OU4*OEC El^^WE O>EO Ogu+4N W
~ E^^) E_Ug ELgN *.-
O}4 4O4- +EEL- 4pOU;4C
^g_
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun
yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya
bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
Secara terminologis ada ulam yang berpenapat kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, dan ada pula ynag membedakannya. Yang membedakan,
mendefinisikan Qadar sebagai: Ilmu Allah SWT. Tentang apa-apa yang akan terjadi
pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan datanh. Dan Qadha adalah:
Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT. Sesuai dengan ilmu dan IradahNya.






B. Hubungan iman, Ilmu dan amal
Hubungan ilmu dan keimanan dalam beberapa kedudukan
Ilmu sebagai Prinsip Dasar dan Pemelihara Iman, Jalan Memahami Kebenaran.
Pembahasan mengenai ilmu dan hubungannya dengan iman menjadi masalah yang
menarik. Franz Rosenthal dalam temuannya mengenai Keagungan ilmu, menyebutkan
bahwa, kata ilmu terdapat di dalam al-Quran senyak 750 kali. Frekuensi yang begitu
besar ini mengantarkannya kepada pernyataan bahwa ilmu adalah Islam, begitupun juga
ia mengakui bahwa landasan keimanan umat Islam adalah ilmu.
Kata ilmu sendiri berasal dari bahasa bahasa Arab ilm, yang memiliki akar kata
ayn lam mim, yang diambil dari kata alamah, yaitu tanda, penunjuk, atau petunjuk
yang dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri; petunjuk;
tanda. Dengan demikian malam (jamak:maalim) berarti tanda jalan atau sesuatu
yang dengannya seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing
seseorang. Seiring dengan itu, menjadi alam sebagai tanda yang dijadikan sumber
ilmu. Maka bukan tanpa alasan keberadaan istilah ayat dalam al-Quran, yang secara
literal berarti tanda atau petunjuk untuk memahami al-Quran dan fenomena alam. Dari
sinilah, umat Islam menganggap ilm berarti al-Quran, syariat, Sunnah, Islam, Iman,
ilmu spiritual (ilm al-Ladunni), hikmah, dan marifah, atau sering juga dimetaforkan
sebagai cahaya (nur), pikiran (fikrah), sains, pendidikan yang semuanya terhimpun
menjadi realitas (haqiqah) ilmu. Dari sinilah kemudian terdapat pendeskripsian tentang
ilmu. Pemikir Muslim seperti al-Ghazali memandang bahwa ilmu adalah konseptualisasi
(tasawwara) dari jiwa berpikir lagi tenang (muthmainnah) terhadap realitas-realitas
sesuatu (haqaiq al-ashya), dimana gambaran-gambaran (shuwar) objek tersebut
ditangkap secara murni (mujarrad) dari materi-materi (mawad), disertai dengan intisari
(ayan), kualitas (kaifiyyah), kuantitas (kammiyyah), substansi (jawhar), dan esensinya
(dzat) pada objek itu.

Secara historis hubungan iman kepada Allah dan hubungannya dengan ilmu
sangatlah berdasar, karena Allah pada masa Arab Jahiliyyah hanya salah satu Tuhan dari
sekian banyak Tuhan, maka keimanan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan
menjadikan pengetahuan baru bagi manusia umat Islam untuk memahaminya.
Diantara hubungan antara ilmu dan iman, terlihat bagaimana tingkatan tertinggi iman,
yaitu iman kepada Allah, mempunyai hubungan dengan ilmu. Hal ini terkait dengan
firman-Nya shahidah allahu annahu la ilaha illa huwa wa al-malaikah wa ulu al-ilm.
Menurut al-Ghazali bahwa penyaksiaan ini membutuhkan ilmu, dan ia merupakan ilmu
yang paling utama (afdhal al-ilm). Dengan demikian, manusia terlebih dahulu perlu
mencari ilmu sebagai bekal untuk bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, agar ia
mampu menghilangkan keraguan (shakk), prasangka (dzhann) tentang keberadaan-Nya.
Oleh sebab itu, ilmu menjadi dasar dan pemilihara bagi iman. Sehingga, manusia
mampu mendapatkan ketenangan yang melahirkan keyakinan, yang bertahap dari ilm
al-yaqin, ayn al-yaqin, dan al-Haqq al-yaqin.

Hubungan ilmu dan amal





Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahawa ilmu merupakan dasar dari segala
tindakan manusia. Kerana, tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah,
tidak benar dan tidak bertujuan. Dalam beberapa riwayat di jelaskan tentang hubungan
ilmu dan amal itu. Imam Ali Abi Thalib berkata, Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal
adalah pengikutnya. Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw , Barangsiapa
beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang
diperbaikinya.
4 -^> 4` "^1 El gO) vUg _ Ep)
E7;OO- 4O=^4l^-4 E1-E^-4
O7 Elj^q 4p~E +Ou44N LO7*O4` ^@g
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS:Al-Israa:36)
Pada riwayat lain dijelakan Imam Ali Abi Thalib berkata, Ilmu diiringi dengan
perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan.
Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi
darinya.
Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan
amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu
akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam
kehidupan manusia, yaitu setelah berilmu lalu beramal.Pengertian amal dalam
pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang
diredhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada
ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-
hukum agama.
Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu
agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan
benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia.
Misalnya, perkembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal
manusia.
C. Hal hal yang dapat merusak iman
1. Riya
Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya
diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap
dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia,
bukan ikhlas karena Allah. Riya itu dapat terjadi di dalam niat, yaitu ketika akan
melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi setelah melakukan pekerjaan.

Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam
dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu
pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukan deengan niat karena Allah, maka
perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena ingin
mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak memperoleh
pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh.
Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah.
Orang riya dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan,
kerajinan , dan kekhusyuannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah
sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun
itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari orang lain agar dia dianggap
sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam shalatnya ini dia
akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, surat Al Maun
ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.














uC4O --j-=Ug ^j 4g~-.-
- }4N jgjE= 4pO-Ec ^)
4g~-.- - ]+7.-4ONC ^g
4pON4L;4C4 4pONNE^- ^_
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang
berguna.(QS:Al-Maun:4-7)

Ep) 4-g4L^- 4pONNgC7 -.-
4O-4 _NNgE= -O)4 W-EON`~
O) jE_OUO- W-ON`~ _O=O7
4p+7.-4ONC "EEL- 4 ]NO7'O4C
-.- ) 1E1)U~ ^jg
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali (QS:An-Nisa:142)
2. Takabur
Pengertian takabur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya
lebih besar dari orang lain. Menurut istilah, suatu sikap mental yang merasa diri lebih
besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang
lain.
Takabur itu dapat digolongkan dua bagian, yaitu takabur batin dan takabur lahir.
Takabur dalam batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat, dia melekat dalam hati
seperti merasa besar, merasa lebih pandai dan lain-lain. Takabur lahir ialah perbuatan
dan tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan orang lain, menyepelekan
orang lain, dan lain-lain.

Tanda-tanda sikap dan perbuatan takabur itu antara lain sebagai berikut :
1. Suka memuji diri, membanggakan dirinya, hartanya, ilmunya, dan keturunannya.
2. Merendahkan dan meremehkan orang lain, memalingkan muka ketika bertemu
dengan orang lain yang dikenalnya, congkak dalam tingkah laku dan perbuatan.
3. Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Orang yang takabur
itu selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, mulia, dan mampu
berbuat sesuatu. Orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tiadk mampu berbuat
sesuatu.

Penyebab takabur antara lain adalah kebanggaan diri yang berlebihan dalam
keturunan, kecantikan, keilmuan, kekuatan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Taala dalam Al Quran Surah An Nisa 36 :







W-+:;N-4 -.- 4 W-O7)O; gO)
6*^OE- W ^4).4O^)4 4L=O;O)
OO)4 _O.O^- _OE4-41^-4
-=OE^-4 jOO_^-4 OgO
_O.O^- jOO_^-4 UN4^-
UgOO-4 ULE^) ^-4
O):OO- 4`4 ;eU4` 7NLEuC Ep)
-.- OUg47 }4` 4p~ L4^C` -OONC ^@g
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
3. Nifaq
Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan
dengan perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan, tidak
sesuai antara kata dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut
munafiq.
1. Sifat dan perbuatan orang munafiq
Orang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya
berbeda dengan perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah
Subahanahu Wa taala dan rasul-Nya, tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia
mengingkari apa yang telah di ucapkannya. Bila dia berkumpul dengan orang
beriman, dia mengatakan berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan orang
kafir, diapun menyatakan kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura-
pura. Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia
berbicara dia berbohong, apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati
dengan sengaja. Begitu pula apabila dia mendapat kepercayaan dari orang lain untuk
memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak melaksanakannya dengan baik,
dia khianat.
2. Bahaya nifaq
Orang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat,
hatinya akan selalu ragu, was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang
tidak benar itu, ia takut akan ketahuhan orang lain dan sifat dusta dan khianatnya
akan menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik batin, menimbulkan ketidak
tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan, karena
harus membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia
menjadi sakit batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi
fisiknya. Akibat sifat nifaq orang tersebut akan mendapat kesengsaraan dan
kehinaan di dunia dan di akhirat.

4. Fasiq
Fasiq artinya meniggalkan perintah Allah Subahanahu Wa Taala, tidak berbakti
kepada Allah, atau keluar dari perintah Allah SWT. Orang fasiq ialah orang yang tahu
perintah dan larangan Allah , tetapi ia tidak mau melaksanakan perintah-Nya dan
meniggalkan larangan-Nya. Dia tidak patuh dan tidak berbakti kepada Allah
Subhanahu Wa Taala, dia melupakan segala perintah Allah Subhanahu Wa Taala.

Misalnya Syiful dalam kadaan sakit keras. Dalam keadaan yang demikian itu ia
terbayang segala macam dosa yang telah ia kerjakan pada waktu sehatnya. Dia
sangat menyesal atas segala macam perbuatan dosanya itu, dan dia dengan
sungguh-sungguh berjanji dalam dirinya untuk tidak melakukan lagi perbuatan-
perbuatan dosanya itu.. Namun setelah sehat dia melupakan janjinya yang pernah
diucapkan pada waktu sakit. Dia melakukan lagi hal-hal yang dilarang Allah
Subhanahuu Wa Taala dan Rasul-Nya, dia tergolong sebagai orang yang fasiq.
















4 W-O+^O7> 4g~-.~E W-OOOe
-.- _=Oe g=O^ _
Cj^q N- ]OOE^- ^_
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS:Al-
Haysr:19)
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan dari pembahasan di atas ialah bahwa iman itu merupakan sesuatu yang penting
dalam agama kita. Tanpa iman kita akan sulit menjalani agama kita karena kita belum yakin
tentang yang kita yakini. Dan iman ini pula dapat berkurang bila tidak di jaga dengan perbuatan
perbuatan yang baik.
Untuk mendapatkan keimanan itu sendiri, bias banyak hal yang kita lakukan antara lain
dengan berfikir dan mempelajari hal-hal yang menjadi keimanan tersebut. Misalnya pada
bagian iman kepada Allah SWT kita melihat di surah Ar-Rahman bahwa ketika langit terbelah
akan berwarna seperti merah mawar. Dan sudah terbukti dari foto yang di lampirkan di atas ciri
cirinya memang mirip dengan yang di deskripsikan di Al-Quran. Padahal Al-Quran di turunkan
pada tahun 600an Masehi dan itu terbukti sekitar tahun 1900an. Jelas ini bias menambah
keyakinan kita bahwa itu benar benar perkataan Allah. Dan kiranya masih banyak lagi
pembuktian pembuktian dalam Al-Quran atau pun hal hal di sekitar kita yang bias
meningkatkan keimanan kita. Karena kekuasaan Allah itu terlihat bagi hamba hambanya yang
berfikir.













DAFTAR PUSTAKA

At-Tauhid Lish Shaffits Tsani Al-Ali jilid 2 (Penerbit Universitas Islam Indonesia)
Syahru Ushulil Iman (penerbit Haiatul Iqhatsah Al-Alamiyah, Riyadh)
Al-Quran dan terjemahnya (proyek pengadaan kitab suci Al-Quran DEPAG RI
1984/1985)

You might also like