Pendamping Bapak M. Zaini S.Pdl. M.Pd. AIK II Mata Kuliah Akidah dan Ibadah Hari : Rabu jam ke 9-10
Kelompok 1 : Heru Joko Priyo Utomo (201010370311010) Ovilia Agustina (201010370311011) M. Luthfi Rizani (201010370311009)
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kata Pengantar
Segala puji syukur khadirat Allah SWT yang mana pada kesempatan ini kami bisa membuat makalah tentang Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan. Berkat limpahan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, yang sudah merubah kehidupan kita dari jaman kegelapan ke jaman terang benderang yang disebut pencerahan. Makalah yang berjudul Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan ini kami susun dalam rangka membantu mengenali dan menjabarkan apa itu iman, dan bagai mana menerapkanya dalam diri kita dan kehidupan kita sehari hari. Tak ada gading yang tak retak. Begitupula, dalam pembuatan dan penyampaian makalah ini jika di dalamnya terdapat kesalahan itu adalah kesalahan kami dan jika ada kebenaran yang terkandung di dalamnya maka itu adalah datang dari Allah SWT, melalui kami sebagai perantaranya. Semoga makalah ini bias bermanfaat bagi kita semua.
1.2 Latar Belakang Masalah
Iman menjadi salah satu hal yang krusial dalam beragama. Secara bahasa, berarti percaya dan secara istilah pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dari arti iman tersebut , dapat kita ketahui bahwa iman adalah unsur yang penting dalam beragama. Bagaimana kita dapat di katakana beragama tanpa ada iman kepada agama tersebut. Apa yang sebenarnya yang di anut atau hanya ikut- ikutan itu semua menjadi samar dan tidak jelas jika tidak ada iman yang kuat.
1.3 Rumusan Masalah
Apa itu iman ? Bagaimana mengamalkanya ? Dan bagaimana menjaganya ?
1.4 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, maka tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui apa itu iman Bagaimana menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
E^^) ]ONLg`u^- 4g~-.- -O) 4OgO +.- ;eU_4 gOU~ -O)4 ;e4O)U> jgOU4N +O+-4C-47 g^E1-Ee 4LEC) _O>4N4 )_)4O 4pOU-4O4-4C ^g -g~-.- ]OONC E_OUO- Og`4 _4L^~Ee4O 4pOgLNC ^@ Elj^q N- 4pONLg`u^- EEO _ += 7eE_4OE1 E4gN )_)4O E4Og^4`4 -^ejO4 _C@O ^j Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya. [595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
(QS : Al-Anfaal 2-4)
Dari potongan ayat di atas, dapat kita ketahui juga bahwa salah satu ciri orang yang beriman ialah, ketika di sebut nama Allah bergetarlah hatinya.
-g~-.-4 W-ONL4`-47 W-NOE_E-4 W-E_E_4 O) O):Ec *.- 4O--4 W-4-47 W-+O=^4^E Cj^q N- 4pONLg`u^- EEO _ += E4Og^E` -^ejO4 O@OE ^_j dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (QS : Al-Anfaal 2-4) BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Membenarkan dengan hati maksudnyamenerima segala yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Diucapkan dengan lisan mkasudnya mengucapkan dua kalimat syahadat Laa ilaha illallahu wa ashadu anna Muhammadan Rasulullah. Mengamalkan dengan perbuatan maksudnya hati mengamalkan degan bentuk keyakinan. Sedangkan anggota badan mengamalkanya dalam bentuk ibadah ibadahsesuai dengan fungsinya. Rasulullah juga pernah menjelaskan iman dalam sabdanya yang berbunyi : iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih yang paling utama ialah ucapan Laa ilaha illallahu dan yang paling rendah ialah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedang rasa malu itu jugasalah satu cabang dari iman (HR. Muslim, 1/63)
Hakikat Iman
^g -g~-.- ]OONC E_OUO- Og`4 _4L^~Ee4O 4pOgLNC ^@ Elj^q N- 4pONLg`u^- EEO _ += 7eE_4OE1 E4gN )_)4O E4Og^4`4 -^ejO4 _C@O ^j Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya. [595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
(QS : Al-Anfaal 2-4)
-g~-.-4 W-ONL4`-47 W-NOE_E-4 W-E_E_4 O) O):Ec *.- 4O--4 W-4-47 W-+O=^4^E Cj^q N- 4pONLg`u^- EEO _ += E4Og^E` -^ejO4 O@OE ^_j dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
(QS : Al-Anfaal 2-4)
Dalam ayat ayat yang pertama, Allah menyebutkan orang orang yang lembut hatinta dan takut kepada Allah SWT ketika nama-Nya di sebut, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selain-Nyatidak menyerahkan hati mereka kecuali kepada-Nya. Mereka mengetahui Dialah semata yang mengatur kerajaanNya tanpa sekutu. Mereka menjaga seluruh pelaksanaan ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan sunahnya.Mereka adalah mukmin yang benar benar beriman. Allah menjanjikan mereka derajat yang tinggi di sisi-Nya sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya. Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah SAW baik kaum Muhajirin atau Anshor dengan iman yang sebenar benarnya. Karena iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang mejadi buah dari iman tersebut. Telah kita ketahui bersama lafadzh iman baik secara bahasa maupun menurut istilah. Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus sunnah wal jamaah memasukkannamal kedalam makna iman dan bahwa iman itu bias bertambah karena amal salih dan keyakinan, dan bias berkurang dengan berkurangnya hal tersebut.
4`4 .4LUEE_ =UO4' jOEL- ) LOj^U4` 4`4 4LUEE_ gOgN ) LO4Lug 4g~--g W-NOEE =}^14O41g 4g~-.- W-O>q =U4-^- E1-E1uO4C4 4g~-.- W-EONL4`-47 4L4C) 4 =>O4C 4g~-.- W-O>q =U4-^- 4pONLg`u^-4 4O4Og4 4g~-.- O) jgjOU~ E=OO 4pNOg^-4 .-O4` E1-4O +.- -EOOgj 1E14` _ ElgEOE O_NC +.- }4` +7.4=EC Ogg44 }4` +7.4=EC _ 4`4 OUu4C E1ONLN_ El)4O ) 4O- _ 4`4 "Og- ) O4O^gO )O=4:Ug ^@ Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang- orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Rukun Iman Seperti yang kita ketahui selama ini mungkin sudah sering di ajarkan sejak kita masih TK atau SD tentang rukun iman yang terbagi menjadi 6 yaitu :
1. Iman kepada Allah SWT Yaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan mendapatkan ketengan jiwa yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang utama kita beriman kepada Allah yaitu kita menyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Dan juga dalam surah Ar-rahman Allah menjelaskan kekuasaanya kepada manusia
E` -g~-.- W-ON44`-47 *.) W-O=4;N-4 gO) _U=;NO=O O) lO4uO4O +OuLg)` ;_4 jggg44 gO^O) 1C4O V14-OG` ^_) Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia- Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang Lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS :Annisa-175) -O) geO4=e- +7.EOO- ;e4^~ LEE1O4 pE-g-E ^@_ +-O)l g7-47 E7)4O p4O> ^@g Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS : Ar-Rahman:37-38)
Dari foto di atas terlihat bahwa tidak di ragukan lagi kebenaran dari ayat di atas. Dan coba kita pikirkan bagaimana manusia di abak ke 7 sekitar tahun 650an Masehi bias mengetahui hal ini, sedangkan foto ini baru bias di tangkap dari satelit Hubble milk NASA pada sekitar abad 21? Jelas inilah kekuasaan Allah yang di sampaikan kepada Rasul-Nya dan kitab-Nya.
2. Iman kepada malaikat Allah Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. dapat dibagi kepada dua macam: pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua, yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh pancaindera manusia. Seseuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia digolongkan kepada yang ghaib, sedangkan sesuatu yang bisa dijangkau oleh pancaindera manusia digolongkan kepada yang as-shahadah atau nyata. Bagaimana kita mengimani dan mengetahui wujud malaikat yaitu, pertama melalui akhbar yang disampaikan oeh Rasullullah SAW baik berupa Al-Quran maupun Sunnah. Kedua lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam semesta yang menunjukan bahwa Malaikat itu ada. Pengertian Malaikat yaitu Secara etimologis kata Malaikah adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari al-alukah artinya ar-risalah (missi atau pesan). Secara terminologis Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Jumlah Malaikat yang wajib kita tahu ada sepuluh dengan masing-masing tugas yang Allah berikan kepadanya.
3. Iman kepada kitab Allah Secara etimologis kata kitab adalah bentuk masdhar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah menjadi masdhar berarti tulisan, atau yang ditulis. Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan RasulNya. Adapun kitab-kitab yang wajib kita tahu ada empat yaitu: Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud AS. Kitab Suci Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Iman kepada kitab Allah ini dapat pula di yakini dengan surah Ar-Rahman di atas tadi. Bahwa Al-Quran itu memang benar benar dari Allah dan bukan karangan manusia belaka. Karena tidak mungkin dalam masa itu manusia sudah mencapai tingkat pengetahuan sejauh tadi yang baru bias di buktikan di abad ke 21. Jelas sekali itu adalah ilmu Allah SWT yang di berikan kepada hamba hambanya yang berfikir.
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah Secara etimologis Nabi berasal dari na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata na- ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Dengan memberinya berita (wahyu). Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah). Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu. Apabila tidak diirigi dengan kewajiban menyampaikan atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu maka dia disebut juga Rasul. Adapun jumlah Nabi dan sekaligus Rasul ada dua puluh lima orang. 5. Iman kepada hari kiamat Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya, serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari dalam kubur (Baats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (Jaza).
6. Iman kepada Qadha dan Qadar Secara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang berari kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT. terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hali ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT. terhadap segala sesuatu. El4^OU4*OEC ^}4N gO4NOO- 4p+C E_EcO W ~ E^^) E_NUg ELgN O).4O W OgOggUO_7 .Og^~4Og ) 4O- _ ;eU O) g4OEOO- ^O-4 _ 7Og>> ) LO4-^4 El4^OU4*OEC El^^WE O>EO Ogu+4N W ~ E^^) E_Ug ELgN *.- O}4 4O4- +EEL- 4pOU;4C ^g_ Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi Secara terminologis ada ulam yang berpenapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula ynag membedakannya. Yang membedakan, mendefinisikan Qadar sebagai: Ilmu Allah SWT. Tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhlukNya pada masa yang akan datanh. Dan Qadha adalah: Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT. Sesuai dengan ilmu dan IradahNya.
B. Hubungan iman, Ilmu dan amal Hubungan ilmu dan keimanan dalam beberapa kedudukan Ilmu sebagai Prinsip Dasar dan Pemelihara Iman, Jalan Memahami Kebenaran. Pembahasan mengenai ilmu dan hubungannya dengan iman menjadi masalah yang menarik. Franz Rosenthal dalam temuannya mengenai Keagungan ilmu, menyebutkan bahwa, kata ilmu terdapat di dalam al-Quran senyak 750 kali. Frekuensi yang begitu besar ini mengantarkannya kepada pernyataan bahwa ilmu adalah Islam, begitupun juga ia mengakui bahwa landasan keimanan umat Islam adalah ilmu. Kata ilmu sendiri berasal dari bahasa bahasa Arab ilm, yang memiliki akar kata ayn lam mim, yang diambil dari kata alamah, yaitu tanda, penunjuk, atau petunjuk yang dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri; petunjuk; tanda. Dengan demikian malam (jamak:maalim) berarti tanda jalan atau sesuatu yang dengannya seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang. Seiring dengan itu, menjadi alam sebagai tanda yang dijadikan sumber ilmu. Maka bukan tanpa alasan keberadaan istilah ayat dalam al-Quran, yang secara literal berarti tanda atau petunjuk untuk memahami al-Quran dan fenomena alam. Dari sinilah, umat Islam menganggap ilm berarti al-Quran, syariat, Sunnah, Islam, Iman, ilmu spiritual (ilm al-Ladunni), hikmah, dan marifah, atau sering juga dimetaforkan sebagai cahaya (nur), pikiran (fikrah), sains, pendidikan yang semuanya terhimpun menjadi realitas (haqiqah) ilmu. Dari sinilah kemudian terdapat pendeskripsian tentang ilmu. Pemikir Muslim seperti al-Ghazali memandang bahwa ilmu adalah konseptualisasi (tasawwara) dari jiwa berpikir lagi tenang (muthmainnah) terhadap realitas-realitas sesuatu (haqaiq al-ashya), dimana gambaran-gambaran (shuwar) objek tersebut ditangkap secara murni (mujarrad) dari materi-materi (mawad), disertai dengan intisari (ayan), kualitas (kaifiyyah), kuantitas (kammiyyah), substansi (jawhar), dan esensinya (dzat) pada objek itu.
Secara historis hubungan iman kepada Allah dan hubungannya dengan ilmu sangatlah berdasar, karena Allah pada masa Arab Jahiliyyah hanya salah satu Tuhan dari sekian banyak Tuhan, maka keimanan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan menjadikan pengetahuan baru bagi manusia umat Islam untuk memahaminya. Diantara hubungan antara ilmu dan iman, terlihat bagaimana tingkatan tertinggi iman, yaitu iman kepada Allah, mempunyai hubungan dengan ilmu. Hal ini terkait dengan firman-Nya shahidah allahu annahu la ilaha illa huwa wa al-malaikah wa ulu al-ilm. Menurut al-Ghazali bahwa penyaksiaan ini membutuhkan ilmu, dan ia merupakan ilmu yang paling utama (afdhal al-ilm). Dengan demikian, manusia terlebih dahulu perlu mencari ilmu sebagai bekal untuk bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, agar ia mampu menghilangkan keraguan (shakk), prasangka (dzhann) tentang keberadaan-Nya. Oleh sebab itu, ilmu menjadi dasar dan pemilihara bagi iman. Sehingga, manusia mampu mendapatkan ketenangan yang melahirkan keyakinan, yang bertahap dari ilm al-yaqin, ayn al-yaqin, dan al-Haqq al-yaqin.
Hubungan ilmu dan amal
Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahawa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Kerana, tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan. Dalam beberapa riwayat di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu. Imam Ali Abi Thalib berkata, Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya. Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw , Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya. 4 -^> 4` "^1 El gO) vUg _ Ep) E7;OO- 4O=^4l^-4 E1-E^-4 O7 Elj^q 4p~E +Ou44N LO7*O4` ^@g Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS:Al-Israa:36) Pada riwayat lain dijelakan Imam Ali Abi Thalib berkata, Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya. Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia, yaitu setelah berilmu lalu beramal.Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diredhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum- hukum agama. Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya, perkembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal manusia. C. Hal hal yang dapat merusak iman 1. Riya Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah. Riya itu dapat terjadi di dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi setelah melakukan pekerjaan.
Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukan deengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena ingin mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh. Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan , dan kekhusyuannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari orang lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, surat Al Maun ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.
uC4O --j-=Ug ^j 4g~-.- - }4N jgjE= 4pO-Ec ^) 4g~-.- - ]+7.-4ONC ^g 4pON4L;4C4 4pONNE^- ^_ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.(QS:Al-Maun:4-7)
Ep) 4-g4L^- 4pONNgC7 -.- 4O-4 _NNgE= -O)4 W-EON`~ O) jE_OUO- W-ON`~ _O=O7 4p+7.-4ONC "EEL- 4 ]NO7'O4C -.- ) 1E1)U~ ^jg Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS:An-Nisa:142) 2. Takabur Pengertian takabur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih besar dari orang lain. Menurut istilah, suatu sikap mental yang merasa diri lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang lain. Takabur itu dapat digolongkan dua bagian, yaitu takabur batin dan takabur lahir. Takabur dalam batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat, dia melekat dalam hati seperti merasa besar, merasa lebih pandai dan lain-lain. Takabur lahir ialah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan orang lain, menyepelekan orang lain, dan lain-lain.
Tanda-tanda sikap dan perbuatan takabur itu antara lain sebagai berikut : 1. Suka memuji diri, membanggakan dirinya, hartanya, ilmunya, dan keturunannya. 2. Merendahkan dan meremehkan orang lain, memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, congkak dalam tingkah laku dan perbuatan. 3. Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Orang yang takabur itu selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, mulia, dan mampu berbuat sesuatu. Orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tiadk mampu berbuat sesuatu.
Penyebab takabur antara lain adalah kebanggaan diri yang berlebihan dalam keturunan, kecantikan, keilmuan, kekuatan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Firman Allah Subhanahu Wa Taala dalam Al Quran Surah An Nisa 36 :
W-+:;N-4 -.- 4 W-O7)O; gO) 6*^OE- W ^4).4O^)4 4L=O;O) OO)4 _O.O^- _OE4-41^-4 -=OE^-4 jOO_^-4 OgO _O.O^- jOO_^-4 UN4^- UgOO-4 ULE^) ^-4 O):OO- 4`4 ;eU4` 7NLEuC Ep) -.- OUg47 }4` 4p~ L4^C` -OONC ^@g Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan 3. Nifaq Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan, tidak sesuai antara kata dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut munafiq. 1. Sifat dan perbuatan orang munafiq Orang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya berbeda dengan perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah Subahanahu Wa taala dan rasul-Nya, tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia mengingkari apa yang telah di ucapkannya. Bila dia berkumpul dengan orang beriman, dia mengatakan berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan orang kafir, diapun menyatakan kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura- pura. Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia berbicara dia berbohong, apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati dengan sengaja. Begitu pula apabila dia mendapat kepercayaan dari orang lain untuk memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak melaksanakannya dengan baik, dia khianat. 2. Bahaya nifaq Orang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat, hatinya akan selalu ragu, was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang tidak benar itu, ia takut akan ketahuhan orang lain dan sifat dusta dan khianatnya akan menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik batin, menimbulkan ketidak tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan, karena harus membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia menjadi sakit batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Akibat sifat nifaq orang tersebut akan mendapat kesengsaraan dan kehinaan di dunia dan di akhirat.
4. Fasiq Fasiq artinya meniggalkan perintah Allah Subahanahu Wa Taala, tidak berbakti kepada Allah, atau keluar dari perintah Allah SWT. Orang fasiq ialah orang yang tahu perintah dan larangan Allah , tetapi ia tidak mau melaksanakan perintah-Nya dan meniggalkan larangan-Nya. Dia tidak patuh dan tidak berbakti kepada Allah Subhanahu Wa Taala, dia melupakan segala perintah Allah Subhanahu Wa Taala.
Misalnya Syiful dalam kadaan sakit keras. Dalam keadaan yang demikian itu ia terbayang segala macam dosa yang telah ia kerjakan pada waktu sehatnya. Dia sangat menyesal atas segala macam perbuatan dosanya itu, dan dia dengan sungguh-sungguh berjanji dalam dirinya untuk tidak melakukan lagi perbuatan- perbuatan dosanya itu.. Namun setelah sehat dia melupakan janjinya yang pernah diucapkan pada waktu sakit. Dia melakukan lagi hal-hal yang dilarang Allah Subhanahuu Wa Taala dan Rasul-Nya, dia tergolong sebagai orang yang fasiq.
4 W-O+^O7> 4g~-.~E W-OOOe -.- _=Oe g=O^ _ Cj^q N- ]OOE^- ^_ Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS:Al- Haysr:19) BAB IV
PENUTUP Kesimpulan dari pembahasan di atas ialah bahwa iman itu merupakan sesuatu yang penting dalam agama kita. Tanpa iman kita akan sulit menjalani agama kita karena kita belum yakin tentang yang kita yakini. Dan iman ini pula dapat berkurang bila tidak di jaga dengan perbuatan perbuatan yang baik. Untuk mendapatkan keimanan itu sendiri, bias banyak hal yang kita lakukan antara lain dengan berfikir dan mempelajari hal-hal yang menjadi keimanan tersebut. Misalnya pada bagian iman kepada Allah SWT kita melihat di surah Ar-Rahman bahwa ketika langit terbelah akan berwarna seperti merah mawar. Dan sudah terbukti dari foto yang di lampirkan di atas ciri cirinya memang mirip dengan yang di deskripsikan di Al-Quran. Padahal Al-Quran di turunkan pada tahun 600an Masehi dan itu terbukti sekitar tahun 1900an. Jelas ini bias menambah keyakinan kita bahwa itu benar benar perkataan Allah. Dan kiranya masih banyak lagi pembuktian pembuktian dalam Al-Quran atau pun hal hal di sekitar kita yang bias meningkatkan keimanan kita. Karena kekuasaan Allah itu terlihat bagi hamba hambanya yang berfikir.
DAFTAR PUSTAKA
At-Tauhid Lish Shaffits Tsani Al-Ali jilid 2 (Penerbit Universitas Islam Indonesia) Syahru Ushulil Iman (penerbit Haiatul Iqhatsah Al-Alamiyah, Riyadh) Al-Quran dan terjemahnya (proyek pengadaan kitab suci Al-Quran DEPAG RI 1984/1985)
Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci (air bersih) dan tanah suci (tanah bersih). Air dan tanah digunakan untuk membersihkan diri dari hadas besar, hadas kecil, dan najis