You are on page 1of 14

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP DI KECAMATAN JAYA

BARU KOTA BANDA ACEH

I.

PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting bagi suatu bangsa, sehingga pemerintahan membuat terobosan dengan di

keluarkan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan menentukan keberlangsungan kehidupan suatu bangsa. Era globalisasi yang ditandai dengan adanya pasar bebas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Globalisasi menuntut adanya insan Indonesia yang berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi. Oleh karenya, Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus ditingkatkan. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termuat dalam Pasal 3 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan upaya yang optimal dalam penyelenggaraan pendidikan agar dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas, untuk itu peran kepala sekolah dan dukungan guru yang berkualitas dalam melakukan tugasnya sangat diharapkan selaku penanggung jawab di sekolah, untuk keberlangsungan pendidikan di suatu sekolah maka kepala sekolah dalam memotiva guru dan melakukan supervisi terhadap guru akan berpengaruh secara psikologis terhadap kepuasan kerja guru sehingga tujuan pendididikan akan tercapai. Guru yang merasa puas dengan pemberian perhatian dari kepala sekolah akan membuatnya termotivasi sehingga mau bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat produktivitas kerja guru menjadi meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pembinaan dan pemberian motivasi dari kepala sekolah akan menyebabkannya bekerja dengan terpaksa dan kurang bergairah yang mengakibatkan produktivitas kerja guru menjadi turun.

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku kepemimpinan yang baik sehingga mampu menciptakan suasana di sekolah yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkannya dan menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. Seorang kepala sekolah yang baik adalah mampu memperhatikan kebutuhan dan tujuan guru-guru yang bekerja atau bawahannya, sehingga bawahan termotivasi dalam bekerja dan kepuasan kerja selalu terpenuhi. Motivasi merupakan daya dorong dalam jiwa seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan dengan tujuan tertentu misalnya guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik, apabila seorang guru tidak mempunyai motivasi maka guru tersebut tidak akan berhasil dalam mendidik/mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar juga ditentukan oleh adanya dorongan/motivasi. Guru yang termotivasi dalam bekerja akan memperoleh kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena kebutuhan-kebutuhan guru tersebut terpenuhi sehingga mendorong guru meningkatkan kinerjanya. Hal ini sesuai dengan pendapat berikut: Guru memiliki peran yang sangat strategis, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Untuk meringankan tugasnaya, guru bisa bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sehingga dapat tercapai pendidikan yang berkualiatas dengan hasil yang baik. Kualitas seorang guru meliputi kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan mengajar guru ditentukan oleh komitmen (commitmen) dan kemauan (willingness) serta motivasi (motivation) guru (Buchari, 2009:30). Dengan adanya peningkatan kemampuan dan motivasi kerja maka diharapkan produktivitas kerja guru dan kualitas pengajaran akan ikut meningkat. Pekerjaan guru baik secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Rendahnya kepuasan kerja guru berakibat pada kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan 2

guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala negatif lainnya. Hal ini merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi sekolah. Oleh karenanya, kepala sekolah diharapkan melakukan pembinaan dan pengawasan bagi guru di sekolah yang dipimpinnya. Kepuasan kerja guru dapat dinilai dengan sikapnya dalam bekerja/mengajar. Apabila seorang guru puas dengan keadaan tempatnya bekerja maka proses pengajaran akan berlangsung dengan baik. Kepuasan guru adalah suatu kondisi yang menggambarkan harapan guru terhadap kepala sekolah dengan kondisi/kenyataan yang dihadapi sebenarnya. Apabila harapan guru sesuai dengan imbalan yang diberikan oleh kepala sekolah maka kemungkinannya harapan guru terpenuhi sehingga membuat kepuasan kerja guru meningkat. Imbalan disini bukan hanya segi materiil seperti kenaikan gaji, tunjangan atau honor tapi juga spirituil seperti perhatian kepala sekolah, komunikasi yang baik antara guru dengan kepala sekolah serta dorongan/motivasi yang diberikan oleh kepala sekolah. Guru pada suatu sekolah umunya memiliki tanggung jawan yang berbeda-beda ada sebagai guru wali kelas dan juga guru pengajar mata pelajaran. Secara umum mereka adalah sama-sama sebagai pendidik, namun karakteristik mata pelajaran yang berbeda-beda antara guru satu dengan guru yang lain, bisa menimbulkan perbedaan dalam kepuasan kerjanya, berbeda dalam motivasi kerjanya dan berbeda pula dalam persepsinya terhadap supervisi Kepala Sekolah. Guru sebagai penanggung jawab wali kelas memerlukan pengolaan kelas dan sarana yang tersedia, berbeda kepuasan bekerjanya dengan guru yang mengajar mata pelajaran. Maksudnya guru wali kelas dan guru pengajar mata pelajaran bisa berbeda kepuasan kerjanya, berbeda pula dalam motivasinya, dan persepsinya terhadap Kepala Sekolah. Guru yang mempunyai jumlah mengajar wajib juga ada yang mengajar melebihi jam wajib karena disebabkan adanya kekurangan guru dan mata pelajaran yang memang memerlukan jam pelajaran yang lebih lama akan mengakibatkan kesibukan, dan penghasilannya tidak sama dengan guru yang mengajar dengan jumlah jam yang mengajarnya pas atau bahkan kurang. II. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru SMP di Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh.

III. 1.

Tiori Pendukun Supervisi Akademik

Menurut Mulyasa (2011:249) supervsi akademik adalah bantuan proesionalisme kepala sekolah kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang obyektif dan segera, dengan tujuan meningkatkan kemampuan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang baik. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Dalam Peraturan tersebut, Pengawas satuan pendidikan dituntut memiliki

kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di samping kompetensi kepribadian, sosial, dan penelitian dan pengembangan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah berupa kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membina guru semakin kompeten, yaitu guru semakin

menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu, supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru yang tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Tujuan Supervisi Secara umum tujuan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membatu guru dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya (guru), sedangkan secara khusus tujuan supervisi pendidikan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Menurut Mulyasa (2011:241)tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagai mana meningkan-kemampuan mereka guna menunjukan tujuan belajar peserta didik. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik yang tujuannya untuk membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas dan juga pengembangan profesionalisme guru, pengawasan mutu pendidikan, penumbuhan motivasi motivasi guru dalam mengajar. 3. Fungsi Supervisi Akademik

Menurut Suwantikno (tikky-suwantikno.blogspot.com, 2008) mendefisikan ada empat fungsi utama yang merupakan tugas pokok seorang sepervisor (kepala Sekolah) dalam bidang pendidikan sebagai berikut:1) Fungsi penelitian ;2) Fungsi penilaan ;3) Fungsi peningkatan; 4) Fungsi perbaikan. Dari pendapat diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan tujuan untuk melihat situasi dan kondisi di sekolah, sehingga dapat menemukan masalahmasalah, kekurangan baik pada guru, murid, kurikulum dan perlengkapan lain yang berkaitan dengan akademik. Kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi situasi dan kondisi pendidikan dengan melakukan evaluasi untuk melihat bagaimana kualiatas pendidikan di sekolah. Suatu kegiatan pendidikan melakukan perbaikan setelah diadakan penilaian terhadap aspek pengajaran maka memperbaiki aspek-aspek negatif yang timbul dan melakukan suatu perbaikan-perbaikan. Meningkatkan aspek-aspek positif agar lebih baik lagi dan menghilangkan aspek negatif yang ada. Sehingga aspek negatif yang ditimbulkan dapat diubah menjadi aspek positif dan aspek positif dikembangkan lagi sehingga menjadi lebih baik. Kegitan ini bermaksut untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menepkan cara-cara baru yang diprkenalkan termasuk dalam hal membantu guru memecahkan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru. Dalam hal ini supervisi telah mengatahui dan mamahami kondisi pendidikan pada umunya dan proses belajar-mengajar pada khususnya, serta keadaan berbagai fasilitas pendukung, dana dan daya upaya yang dipergunakan; apakah baik buruk, memuaskan atau tidak, mengalami kemajuan atau tidak, apakah telah mencapi target yang telah ditetapkan atau tidak, dan sebagainya. Berkaitan dengan

kelemahan dan dan kekurangan, tugas sepervisor selanjutnya adalah mencari jalan pemecahan, mengarahkan penyempurnaan. Semua fungsi tersebut diatas merupakan suatu kesatuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, demikin juga apabila peningkatan yang telah diperoleh pada akhirnya akan memberikan manfaat yang sangat berguna bagi supervisi. Oleh karena itulah secara sederhana fungsi supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan fungsi yang kontinnyu dan berkesinambungan sehingga suatu fungsi akan tergantung kepada kepada fungsi yang lainnya. 5 perbaikan-perbaikan, meningkatkan keadaan dan melakukan penyerpurnaan-

4.

Prinsip Supervisi Menurut Sahertian (Munir, 2011) mengemukakan prinsip supervisi antara lain: 1) Prinsip

ilmiah; 2) Prinsip Demokratis; 3) Prinsip kerjasama; 4) Prinsip konstruktif dan kreatif . Dari pendapat diatas segiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan prinsip dan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.Untuk memperoleh data perlu

diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu. Setiap supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah berbentuk bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. 5. Teknik-Teknik Supervisi Menurut Purwanto (2006:120) dalam supervisi dikenal dengan dua teknik yakni teknik individual dan teknik kelompok. Teknik individual antara lain berupa (1) kunjungan dan observasi kelas (2) pertemuan individu (3) kunjungan antar guru-guru (4) evaluasi diri (5) supervis buletin, sedankan teknik kelompok antara lain (1) rapat staf sekolah (2) orientasi guru baru (3) curriculum laboratory (4) perpustakaan profesional (5) demonstrasi mengajar. Kepala sekolah sebagai supevisor hendaknya dapat memahami dan melaksanakan teknik-teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dari teknik-teknik supervisi diatas, masih banyak teknik lain seperti Bacaan Profesional, Menulis Profesional, program orientasi, lokakarya, buletin supervisi, rapat guru. Pada hakikanya tidak ada teknik tunggal yang bisa memenuhi segala kebutuhan, baik tidaknya teknik supervisi sangat tergantung pada situasi dan waktu pelaksanaan untuk mencapai tujuan supervisi perlu dilakukan teknik supervisi agar data dan informasi yang diperoleh dapat saling melengkapi dan menyempurnakan. 6. Motivasi Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan wewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Menurut Bernard Berendoom dan Gary A Stainer (Sedarmayanti 2005:20) mendefinisikan motivasi adalah

kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian 6

kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan. Menurut Usman (2009:249)motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan, dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semua sama dengan motive yang asalnya dari kata motivasi. Jadi dengan demikain dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan tindakan . Untuk memotivasi para guru kepala sekolah harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan guru. Orang mau bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak disadarai (unsconscious needs), berbentuk materi atau nonmateri, kebutuhan fisik maupun rohani. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku manusia untuk menuju pada tujuan yang diinginkan pada kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifan, atau memberi dorongan atau kekuatan keadaan yang untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. pada hakikatnya merupakan kecenderungan seseorang untuk meraih suatu keberhasilan dalam suatu kegiatan/ aktivitas. 7. Teori-teori Motivasi Pada umumnya para ahli teori perilaku bependapat bahwa dalam setiap perilakunya manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Keberadaan tujuan tersebut, menjadi tumpuan sinergi dengan para ahli teori motivasi yang berusaha berfikir dan mencari cara agar manusia dapat didorong berkontribusi memenuhi kebutuhan dan keinginan organisasi. Tenaga kerja penting dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa motivasi mereka bekerja dalam keadaan sakit hati yang menjurus pada ketiadaan kontribusi bahkan terbuka peluang kontribusi yang merugikan. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masingmasing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri (Usman, 2009:254). Dari fisiologis bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap. Terlepas menerima atau tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui jenis7

jenisnya adalah memberikan kontribusi silang saling memenuhi. Seperti seseorang berusaha keras mencari pekerjaan yang tidak lain mengimplementasikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Secara umum diketahui Frederick Herbertg berteori dua situasi yang mempengaruhi tenaga kerja saat bekerja. Situasi pertama yaitu pemuasan yang berarti sumber kepuasan kerja seperti:prestasi, pengukuhan hasil kerja, daya tarik pekerjaan, dan tanggung jawab serta kemajuan. Situasi kedua tidak lain ketidak puasan yang bersumber dari: kebijakan, supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja(Hendry, 2010). Dalam hal ini, jika situasi pertama tidak ada tidak menimbulkan ketidak puasan berlebihan. Karena ketidakpuasan muncul dari tidak memperhatikan situasi kedua. Perhatian terhadap indikator situasi pertama menjadi motivasi tenaga kerja dalam bekerja. Tampak berbasis teori ini jika ingin tenaga kerja termotivasi maka mesti memberikan situasi pertama. Kemudian teori X dan teori Y. Teori X memberikan petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman. Sebaliknya teori Y mengarahkan manajer mesti terbuka dan mendorong inisiatif kompetensi tenaga kerja(Usman, 2009:260). Teori Y berasumsi manusia suka kerja, sebab bekerja tidak lain aktifitas alami. Dengan demikian, teori X kurang baik dan teori Y adalah baik. Kedua tiori tersebut digunakan sesuai keadaan. Kalau teori motivasi harapan dimana mempersepsi setiap kegitan atau usaha yang dilatarbelakangi kemampuan dan peranan kerjanya menghasilkan cara kerja yang efektif untuk mencapai prestasi baik inisiatif sendiri maupun bukan inisiatif sendiri sehingga memperoleh imbalan yang layak dan kepuasan(Huznul, 2009). Teori motivasi prestasi menegaskan manusia bekerja didorong oleh kebutuhan prestasi, afiliasi, dan kekuasaan(Hendry, 2010). Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan seseorang mengambil tugas secara konsisten bertanggung jawab dimana untuk mencapai tujuannya ia berani mengahdapi risiko serta memperhatikan feedback. Kebutuhan afiliasi ditunjukan oleh keinginan bersahabat, memperhatikan aspek antar pribadi, bekerja sama, empati, dan efektif dalam bekerja. Sedangkan kebutuhan kekuasaan tampak pada seseorang yang mau untuk berpengaruh terhadap orang lain, cepat tanggap terhadap masalah, aktif menjalankan kebijakan organisasi, senang membantu orang dengan mengesankan dan selalu menjaga prestasi, reputasi serta posisinya.

Dari pendapat tiori-tiori motivasi menurut basis pendekatan dapat ditarik ksimpulan tiga hal tentang motivasi kerja. Pertama, kebutuhan individu yang terpenting adalah pencapaian, kekuasaan, afiliasi, perhitungan, ketergantungan, perluasan. Kedua, motivasi kerja berkembang pada kekuatan yang diubah dalam pola kebutuhan dan kepercayaan untuk bekerja dalam organisasi. Ketiga, hasil akhir psikologis orang bekerja tidak lain kepuasan yang diperoleh dari kerja dan peranannya. Dengan kata lain memotivasi dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan dan kepuasan tenaga kerja dimana organisasi dapat menetukan sendiri pola kebutuhan dan kepuasannya tanpa mengabaikan tenaga kerja. 8. Kepuasan Kerja Guru Guru menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikap terhadap pekerjaanya. Sikap ini akan menentukan kinerja guru, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan di pundaknya. Sikap yang positif harus dibina, sedang yang negatif harus dihilangkan sedini mungkin. Sikap guru itu seperti kepuasan kerja, stress dan frustasi yang ditimbulkan adanya pekerjaan, peralatan, lingkungan, iklim organisasi dan sebagainya. Menurut Robins (Gunawan,2011) Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robins tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai. 9. Tiori Kepuasan Kerja Menurut Wexley dan Yukl (Gunawan, 2009) teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu: 1) Teori Perbandingan Intrapersonal; 2) Teori Keadilan; 3) Teori DuaFaktor. Darai pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila 9

perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar. Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain. Prinsip dari teori keadilan adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan terpenuhi seperti gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status dan dinamakan motivator. IV. Proseudur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuntitatif, yaitu bagai mana hubungan supervesi kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kepuasan guru pada SMP Negeri 15 dan SMP Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh, pemilihat metode tersebut dianggap relevan, mengingat penelitian kuantitatif lebih mengarah pada bagai mana melihat tinggkat hubungan dan pengkajiannya dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hinga sosiologi dan jurnalisme. Menurut Ahira (2011) penelitian yang dilakukan atas data dan hasil pengukuran bedasarkan variabel yang ada dengan objek penelitiannya ilmu eksat atau ilmu pasti. Sesuai dengan judul penelitian maka lokasi jang dilaksanakan pada SMP Negeri 15 dan SMP Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh. Adapun yang jadi populasi penelitian adalah semua guru yang berada pada kedua SMP tersebut dengan jumlah sampel 39. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah di uji dengan valitasi dan reliabilitas. Menurut Notoatmodjo,(2005:12) Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah tersusun dengan baik, sudah matang, di mana responden (dalam hal angket) dan intervie (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tandatanda tertentu Untuk menganalisis data menggunakan uji statistik korelasi sederhana, parsial dan ganda (jamak) dan regresi berganda. Dengan menggunakan analisis: 10

1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, table atau grafik. Analisis ini di tujukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel supervisi kepala sekolah, motivasi kerja dan kepuasan kerja guru 2. Analisis multivariat Analisa data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidak nya hubungan dua variabel yaitu hubungan antara motivasi kerja dan kepuasan kerja guru serta hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Adapun uji stasistik yang digunakan adalah uji regresi linear sederhan 3. Analisis Bivariat Secara umum, analisis multivariat berhubungan dengan metode metode stasistik yang secara bersama sama (silmutan) melakukan analisis melebihi dua variabel pada setiap objek atau orang. Jadi analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat dan bivariat (Singgih, 2010:7) V. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis laksanakan pada SMP Negeri 15 Banda Aceh dan SMP Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh, penulis melakukan analisis kritis yang dapat menjadi masukan kepada berbagai pihak terutama pada Kepala Sekolah dan Guru di SMP Negeri 15 Banda Aceh dan SMP Kemala Bhayangkari 1 Banda Aceh dalam bidang-bidang: 1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja guru. Kepala sekolah dapat berupaya memberi bantuan dalam membangun situasi mengajar yang semakin baik. Yang mana peran supervisor menjadi pemberi semangat, penolong dan saling berbagi (sharing) dari pada pengatur atau pemerintah(directing) peran itu dapat dilaksankan dengan sarana kepala sekolah yaitu supervisi. Menurut Winardi (Marjono, 2007:13) supervisi Kepala Sekolah merupakan sarana bagi Kepala Sekolah untuk melakukan pembinaan, pembimbingan, pengawasn kepada guru mengenai hasil kegiatan 11

guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran pembelajaran yang maksinal. Dengan demikian supervisi Kepala Sekolah diharapkan akan membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Pada analisis penelitian tergambarkan bahwa hubungan yang positif antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dengan tingkat kepuasan guru 37%. Artinya kepala sekolah sangat berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja guru dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. 2. Hubungan Motivasi Kerja Guru dengan Kepuasan Kerja Guru. Motivasi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap kebutuhan manusia yang menimbulkan eksistensi dalam diri manusia yaitu keinginan terhadap sesuatu yang belum terpenuhi dalam hidupnya sehingga terdorong untuk melakukan tindakan guna memenuhi dan memuaskan keinginannya. Menurut Hasibuan (2005:65) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Hasil analisis diperoleh r = 0,548. Hal ini mengindentifikasikan bahwa hubungan antara motivasi guru dengan kepuasan kerja guru berada pada tingkat hubungan yang kuat dan berpola positif. Artinya semakin tinggi motivasi kerja guru maka akan semakin tinggi kepuas guru dalam bekerja. Sebaliknya semakin rendah motivasi kerja guru maka akan semakin rendah tingkat kepuasan guru dalam bekerja. 3. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kepuasan Kerja Guru. Pelaksanaan Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah merupakan suatu penilaian yang diberikan guru kepada Kepala Sekolahnya terhadap perlakuan kepada dirinya. Perlakuan kepala sekolah dalam Supervisi bisa berdampak posistif bagi guru yang bersangkutan namun pula juga bisa berdampak negatif. Adanya cara-cara dan teknik pendekatan dalam melakukan supervisi kepada guru itu akan berpengaruh pada kepuasan kerja guru sehingga berdampak pada Kepuasan kerja guru yang merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam bekerja yang dapat dilihat dalam dimensi kedisiplinan, kualitas, kuantitas dan sikap guru. Kepuasan kerja yang ditunjukkan rasa tanggung jawabnya kepada beban profesionalisme yang diembannya. Indikasi bahwa kepuasan kerja akan meningkat apabila tanggapan guru terhadap supervisi 12

kepala sekolah juga tinggi. Menurut Robbins (2008:163) kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya dimana dalam pekerjaan tersebut seseorang dituntut untuk berinteraksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi standar kinerja. Kalau dilihat dari hasil analisis yang mana tingkat kepuasan kerja guru pada kedua SMP tersebut sebesar 40%. Artinya supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dapat berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja guru sehingga berdampak pada proses dan kegiatan di sekolah sengga sangangat mendukung kelancara di sekolah seperti proses belajar mengajah. Kalau dilihat dari tinggkat pengaruh yang paling dominan dari hasil analis ini ialah pada supervisi kepala yang dilakukan oleh kepala sekolah yang mana guru sangat memerlukan bimbingan dan arahan yang membangun terhadap peningkatan kapasitas dan kemampuan diri sehingga proses mengajar dapat tercapai tujuannya. Kalau di lihat hasil perbandinganya sebesar 44% untuk pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah dengan perbandingan Motivasi kerja guru sebesar 27%. VI. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dapat ditingkatkan melalui perbaikan supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru. Supervisi Kepala Sekolah dapat diperbaiki dengan cara : (a) Kepala Sekolah dan guru saling bekerjasama dalam memecahkan masalah, (b) Kepala Sekolah dalam memberikan supervisi menggunakan pendekatan kekeluargaan, (c) Guru dapat menanggapi supervisi dari Kepala Sekolah dengan terbuka dan senang hati; (d) Supervisi dilakukan untuk memecahkan masalah bersama bukan untuk mencari kesalahan, (e) Supervisi dilaksanakan secara kontinyu dan terjadwal Sedangkan untuk peningkatan motivasi kerja para guru dapat dilakukan dengan cara: (a) mendorong guru untuk meningkatkan karirrya; (b) meningkatkan kesejahteraan guru, (c) memberikan reward/penghargaan kepada guru yang berhasil, (d) membuat suasana kekeluargaan di sekolah, (e) komunikasi yang terbuka. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesmpulan dan implikasinya maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut : 13

a. Supervisi Kepala Sekolah dan motivasai kerja harus menjadi perhatian Kepala Sekolah dan guru, yang menginginkan kepuasan kerja mereka. Hal ini disebabkan antara supervisi Kepala Sekolah dan motivasi baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja guru. b. Melaksanakan supervisi secara teratur dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul salah persepsi terhadap supervisi kepala sekolah dengan guru, sehinggan timbul jarak yang jauh antara Kepala Sekolah dengan guru. c. Kepala Sekolah tidak perlu segan dalam menjalankan tugasnya karen amempunyai perasaan yang tidak enak kepada guru. Dan bagi guru juga tidak perlu merasa seperti diadili oleh kepala sekolah sebab dalam supervisi ini semua bertujuan baik yaitu untuk memperbaiki kinerja guru, terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Adanya perasaan tidak enak diantara kedua pihak maka akan timbul ketimpangan di sekolah sehingga timbul ketidak puasan guru terhadap kerjanya. d. Para guru hendaknya dapat meningkatkan motivasi kerjanya, tidak hanya dipengaruhi dari faktor luar saja tapi yang lebih penting adalah penekanan motivasi yang berasal dari diri sendiri (motivasi internal) yakni guru puas dan bangga terhadap profesinya. Sebab jika mengandalkan motivasi dari luar terutama melalui cara memenuhi kebutuhan finansial penghargaan rasanya guru belumlah memperoleh finansial dan penghargaan yang seimbang dengan profesinya. e. Kepala Sekolah harus berusaha untuk melakukan terobosan dalam upayanya memotivasi guru. Sebagai seorang supervisor kepala sekolah juga dituntut sebagai motivator. Perlunya upaya-upaya memotivasi guru disebabkan guru merupakan pekerja yang sehari-harinya menghadapi beraneka ragam tingkah laku siswa. Belum lagi tuntutan akan mutu pendidikan merupakan pekerjaan rumah bagi guru yang memerlukan pemikiran dan sumbangan tenaga yang tinggi. Oleh karena itu upaya memberi bantuan, penghargaan, kemudahan dan tambahan tunjangan kepada guru layak untuk diberikan.

14

You might also like