You are on page 1of 10

A. Doa-Doa Iftitah Rasulullah SAW membuka bacaan dengan doa-doa yang banyak dan bermacam-macam.

Beliau SAW memuji Alloh, mengagungkanNya dan menyanjungNya. Rasulullah telah memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya. Beliau bersabda Tidak sempurna sholat seseorang sehingga ia bertakbir, bertahmid dan menyanjungNya serta membaca ayat-ayat alQuran yang dihapal. (HR Bukhari dan Muslim). Dalam bacaan iftitah (pembukaan), terkadang Beliau SAW membaca doa sebagai berikut: 1. Allahumma baid baini wa baina khotoyaya kama baadta bainal masyriki wal maghribi, Allahumma naqqini min khotoyaya kama yunaqqo atstsaubul abyadu minad danas, Allahummaghsilni min khotoyaya bil mai was tsalji wal barodi. 2. Allahu akbar kabiiraa wal-hamdulillahi katsiiraa wa subhaanallahi bukrotan wa atsiilaa. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawati wal ardha haniifan muslimaan wa maa ana minalmusyrikiin. Inna shalaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamaati lillaahi robbilaalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimin. 3. Subhaanaka Allohumma wabihamdika wa tabaarakasmuka wadduka walaa ilaha ghoiruka. yang artinya Mahasuci Engkau ya Alloh, Maha Terpuji Engkau, Mahamulia Engkau serta Mahatinggi kehormatanMu dan tiada tuhan selain Engkau (HR Ibnu Mundih dan Nasai) 4. Dan lain-lain. B. Tata Cara Bacaan Dalam Sholat 1. Membaca Taawwudz. Kemudian Rasulullah SAW membaca taawwudz dengan mengucapkan Audzubillah minasyaithonirrojim min hamazihi wanafkhihi wanafatsihi (Aku berlindung kepada Alloh darigodaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya) (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim). Terkadang Beliau SAW menambahinya dengan Audzubillahis-samiiilalim minasysyaithoonirrojim (Aku berlindung kepada Alloh Yang Mahamendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang terkutuk) (HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad).

Setelah itu Beliau SAW membaca Bismillahir-rahman-nirrahim (Dengan nama Alloh Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang) (dengan tanpa mengangkat/mengeraskan suara). (HR Bukhari, Muslim & Ahmad) 2. Membaca Surat al-Faatihah, Ayat per Ayat Kemudian Rasulullah SAW membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap ayat : a. Bismillaahir-rahmanir-rahim. b. Alhamdulillaahirab-bilaalamiin. c. Sampai dengan akhir ayat. Demikian Rasulullah SAW membaca al-Fatihah sampai akhir surah. Beliau SAW tidak menyambung ayat dengan ayat berikutnya. Demikian yang diriwayatkan Abu Daud dan Sahmi. 3. Membaca al-Faatihah Sebagi Rukun Dan Keutamaannya Beliau selalu mengagunggkan surat ini dengan sabdanya Tidak sah sholat seseorang apabila belum membaca surah al-Faatihah (dan seterusnya). (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqi) 4. Mengeraskan Bacaan Bagi Makmum Sebelumnya Rasulullah SAW membolehkan makmum membaca al-Fatihah dengan keras. Akan tetapi pada suatu sholat Subuh Beliau SAW merasa terganggu oleh bacaan seorang makmum. Setelah selesai sholat Beliau SAW bersabda Apakah kalian tadi ikut membaca bacaan imam? Mereka menjawab Benar, akan tetapi dengan cepat wahai Rasulullah Rasulullah berkata Janganlah kalian lakukan kecuali kalian membaca al-Fatihah. Sesungguhnya tidak sah sholat seseorang kecuali membacanya. (HR Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Tetapi kemudian membaca cara ini dilarang oleh Nabi SAW. Yaitu ketika Rasulullah SAW kembali dari sholat jahr (sholat yang dibolehkan membaca al-Quran dengan keras). Dalam sebuah riwayat dikatakan pertisiwa itu terjadi pada sholat Subuh. Beliau bersabda Adakah tadi kalian mengikutiku membaca al-Quran dengan suara keras? Seseorang menjawab Aku wahai Rasulullah Nabi SAW berkata Kenapa ada yang membaca demikian sehingga mengganggu bacaanku? Abu Hurairah berkata Maka para sahabat berhenti membaca alQuran dengan keras dalam sholat dimana Rasulullah mengeraskan bacaannya ketika mereka mendengar teguran dari Rasulullah. (Mereka membaca tanpa suara pada sholat dimana imam tidak mengeraskan bacaan) (HR Malik, Humaidi, Abu Daud dan Bukhari). Maka berdiam saat imam membaca al-Quran menjadi syarat kesempurnaan bermakmum. Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum,maka apabila mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Janganlah membaca al-Quran, diam dan dengarkanlah. (HR Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah).

Oleh karena itu makmum yang mendengarkan bacaan imam tidak perlu lagi turut membacanya. Sabda Rasulullah SAW Barang siapa yang sholat bermakmum maka bacaan imam adalah menjadi bacaannya juga. (HR Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad). Ini untuk sholat-sholat yang jahr (imam mengeraskan bacaannya). 5. Kewajiban Membaca Tanpa Suara Adapun pada sholat-sholat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah SAW telah menetapkan kehaursan membaca al-Quran padanya. Jabir berkata Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Quran pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah (saja).(Riwayat Ibnu Majah). 6. Imam Mengucapkan Amin Dengan Mengangkat Suara Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW selesai membaca al-Faatihah, Beliau SAW mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang. Orangorang yang bermakmumpun dianjurkan untuk mengucapkannya. Sabda Beliau SAW Apabila imam sholat mengucapkan Ghoiril maghdhuubialaihim waladhaaliin maka katakanlah Amin. (Sesungguhnya malaikiat berkata Amin dan imampun mengucapkan Amin).Dalam lafal lain disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, makaikutilah dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu bersama dengan ucapan malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan : Apabila seseorang mengucapkan amin dalam sholat, dan para malaikat di langit mengucapkan amin dengan bersamaan) niscaya dosa-dosanya akan diampuni. (HR Bukhari, Muslim & Nasai). Rasulullah SAW juga bersabda Tidak ada suatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang imam). (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad). 7. Bacaan Setelah Membaca al-Faatihah. Setelah membaca al-Faatihah, Rasulullah SAW membaca surah lainnya. Terkadang membaca surah panjang dan kadang surah pendek karena suatu penyebab seperti sedang dalam perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra. 8. Boleh Hanya Membaca al-Faatihah Muadz pernah sholat Isya berjamaah dengan Rasulullah SAW di akhir waktu, lalu pulang. Disana ia sholat lagi bersama sahabat-sahabatnya sebagai imam. Dalam jamaah itu terdapat seorang anak muda bernama Sulaim dari bani Salamah. Anak muda itu merasakan sholatnya terlalu lama, maka ia keluar dan sholat sendiri di pojok masjid. Usai sholat ia bergegas keluar masjid dan menunggang untanya langsung meninggalkan tempat itu.

Setelah sholat Muadz diberitahu akan kejadian ini. Ia berkata Sungguh hal ini perbuatan munafik!. Aku akan laporkan apa yang diperbuatnya kepada Rasulullah. Anak muda itu juga berkata Aku juga akan adukan apa yang dilakukan kepada Rasulullah. Keesokan harinya mereka datang kepada Rasulullah. Muadz mengadukan apa yang dilakukan anak muda itu, dan anak muda itupun melaporkan apa yang diperbuat oleh Muadz. Ia berkata Wahai Rasulullah dia telah sholat yang lama denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami kami dengan lama. Rasulullah menjawab Wahai Muadz akankah engaku membuat fitnah? Rasulullah bertanya kepada anak muda itu Apa yang engkau lakukan dalam sholatmu? Ia menjawab Aku membaca al-Faatihah, lalu berdoa memohon surga kepada Allah, dan berlindung dari siksa neraka. Aku tidak tahu apa yang engaku baca dengan suara lirih dan yang dibaca Muadz Nabi menyahut Aku dan Muadz seperti ini (telunjuk dan jari tengah). Anak muda itu berkata Akan tetapi Muadz akan tahu kalau musuh datang, sedangkan mereka telah diberitahu bahwa musuh telah datang di tempat mereka. Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata Kaum tersebut kemudian datang menyerang dan anak muda itu gugur sebagai syahid. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz Setelah peristiwa itu bagaimana kamu dengan orang yang mengadukanmu kepadaku? Muadz menjawab Wahai Rasulullah, Allah Mahabenar dan saya keliru. Anak muda itu telah gugur sebagai syahid. (HR Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim) 9. Membaca al-Faatihah Dengan Suara Keras dan Tanpa Suara Pada Sholat Lima Waktu Dan Sholat Lainnya. Pada sholat Subuh dan pada rakaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib dan Isya Rasulullah SAW membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkan pada sholat Dzuhur dan Ashar Beliau SAW membacanya dengan tanpa suara. Para sahabat mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam sholat-sholat yang tanpa suara dari gerakan jenggotnya dan terkadang Nabi SAW sendiri memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan Bukhari dan Abu Daud. Beliau SAW juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan) suara pada sholat Jumat , Idul Fitri, Idul Adha, Istisqa (sholat meminta hujan), dan sholat Kusuf (gerhana). C. Bacaan-Bacaan Sholat Nabi SAW Bacaan sholat Rasulullah SAW bermacam-macam. Kadang Nabi SAW membaca surat ar-Rum (60 ayat), kadang ash-Shaffat (182 ayat), kadang surat Zalzalah (7 ayat) dan lain-lain. D. Bacaan Tartil dan Memerdukan Suara Perintah Allah terhadap Rasulullah SAW adalah agar membaca al-Quran dengan tartil, tidak pelan, dan tidak terlalu cepat. Tetapi dibaca kalimat per kalimat sehingga bacaan satu surah lebih lama daripada dibaca dengan biasa. Beliau SAW bersabda Kelak akan dikatakan kepada orang yang membaca al-Quran Bacalah, telitilah dan tartillah sebagaimana engkau mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu adalah diakhir ayat yang engkau baca. (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Beliau menyuruh para sahabatnya untuk membaca al-Quran dengan suara merdu dalam sabdanya Hiasilah al-Quran dengan suaramu. Sesungguhnya suara yang bagus dapat menjadikan al-Quran bertambah indah. (HR Bukhari, Abu Daud & Hakim). Beliau juga bersabda Sesungguhnya orang yang bagus suaranya adalah apabila engkau mendengarkan suara bacaan al-Quran sedangkan kamu mengira bahwa dia adalah orang yang takut kepada Allah. (HR Thabrani, Ibnu Mubarak & Abu Nuaim). E. Membetulkan Bacaan Imam Yang Salah Abu Daud, Ibnu Hibban dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh membetulkan imam yang salah membaca al-Quran. Beliau pernah melakukan sholat dan salah dalam membaca al-Quran. Usai sholat Beliau bertanya kepada Ubay, Apakah engkau sholat bermakmum dengan saya? Ubay menjawab Benar Beliau menimpali Kenapa tidak membetulkan bacaanku yang salah? F. Bertaawwudz Dan Meludah Saat Sholat Untuk Menghilangkan Gangguan Dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad disebutkan bahwa Utsman bin Abi Ash berkata kepada Rasulullah SAW Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menggangguku ketika aku membaca al-Quran saat sholat sehingga sholatku kacau. Rasulullah SAW bersabda Itulah setan yang bernama Khinzib. Jika engkau merasakan keahdirannya, bacalah taawwudz dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali. Utsman berkata Aku kemudian melakukannya sehingga Allah mengeyahkan setan dariku.

Tentang Islam akan terpecah menjadi banyak golongan Akan ada segolongan umatku yang tetap atas Kebenaran sampai Hari Kiamat dan mereka tetap atas Kebenaran itu. HR. Bukhari dan Muslim. Rasulullah Saw lewat riwayat Jabir Ibnu Abdullah bersabda : Akan ada generasi penerus dari umatku yang akan memperjuangkan yang haq, kamu akan mengetahui mereka nanti pada hari kiamat, dan kemudian Isa bin Maryam akan datang, dan orang-orang akan berkata, Wahai Isa, pimpinlah jamaaah (sholat), ia akan berkata, Tidak, kamu memimpin satu sama lain, Allah memberikan kehormatan pada umat ini (Islam) bahwa tidak seorang pun akan memimpin mereka kecuali Rasulullah SAW dan orang-orang mereka sendiri.

Hadis tentang sejumlah 73 golongan yang terpecah dalam Islam Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang Yahudi terpecah kedalam 71 atau 72 golongan, demikian juga orang-orang Nasrani, dan umatku akan terbagi kedalam 73 golongan. HR. Sunan Abu Daud. Dalam sebuah kesempatan, Muawiyah bin Abu Sofyan berdiri dan memberikan khutbah dan dalam khutbahnya diriwayatkan bahwa dia berkata, Rasulullah SAW bangkit dan memberikan khutbah, dalam khutbahnya beliau berkata, 'Millah ini akan terbagi ke dalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, (hanya) satu yang masuk surga, mereka itu Al-Jamaaah, AlJamaaah. Dan dari kalangan umatku akan ada golongan yang mengikuti hawa nafsunya, seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, urat nadi (pembuluh darah) maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya. HR. Sunan Abu Daud. Dari Auf bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:"Yahudi telah berpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka. Dan Nashara telah berpecah belah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu di surga. Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam tangan-Nya umatku ini pasti akan berpecah belah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka." Lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah siapakah mereka ?" Beliau menjawab: "Al Jamaah." HR Sunan Ibnu Majah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: Orang-orang Bani Israil akan terpecah menjadi 71 golongan dan umatku akan terpecah kedalam 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu, yaitu Al-Jamaaah. HR. Sunan Ibnu Majah. Bahwasannya bani Israel telah berfirqah sebanyak 72 firqah dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah, semuanya akan masuk Neraka kecuali satu. Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya: Siapakah yang satu itu Ya Rasulullah? Nabi menjawab:

Yang satu itu ialah orang yang berpegang sebagai peganganku dan pegangan sahabatsahabatku. HR Imam Tirmizi. Abdullah Ibnu Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : Umatku akan menyerupai Bani Israil selangkah demi selangkah. Bahkan jika seseorang dari mereka menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, seseorang dari umatku juga akan mengikutinya. Kaum Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga. Kami (para shahabat) bertanya, Yang mana yang selamat ? Rasulullah Saw menjawab, Yang mengikutiku dan para shahabatku. HR Imam Tirmizi. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Orang-orang Yahudi terbagi dalam 71 golongan atau 72 golongan dan Nasrani pun demikian. Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. HR Imam Tirmizi. Diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tanganNya, akan berpecah umatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk Syurga dan yang lain masuk Neraka. Bertanya para Sahabat: Siapakah (yang tidak masuk Neraka) itu Ya Rasulullah? Nabi menjawab: Ahlussunnah wal Jamaah. Muawiyah Ibnu Abu Sofyan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam masalah agamanya terbagi menjadi 72 golongan dan dari umat ini (Islam) akan terbagi menjadi 73 golongan, seluruhnya masuk neraka, satu golongan yang akan masuk surga, mereka itu Al-Jamaaah, Al-Jamaaah. Dan akan ada dari umatku yang mengikuti hawa nasfsunya seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, pembuluh darah, maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya. Wahai orang Arab! Jika kamu tidak bangkit dan mengikuti apa yang dibawa Nabimu HR.Musnad Imam Ahmad.

Umat Islam terpecah menjadi 7 golongan besar yaitu: 1. Mu'tazilah, yaitu kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri. Mutazilah memiliki 5 ajaran utama, yakni : 1. Tauhid. Mereka berpendapat : o Sifat Allah ialah dzatNya itu sendiri. o al-Qur'an ialah makhluk. o Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia. 2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.

3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat. 4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik. 5. Amar maruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih. Aliran Mutazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya. Golongan Mu'tazilah pecah menjadi 20 golongan. 2. Syiah, yaitu kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. Golongan Syiah pecah menjadi 22 golongan dan yang paling parah adalah Syi'ah Sabi'iyah. 3. Khawarij, yaitu kaum yang sangat membenci Sayyidina Ali Kw, bahkan mereka mengkafirkannya. Salah satu ajarannya Siapa orang yang melakukan dosa besar maka di anggap kafir. Golongan Khawarij Pecah menjadi 20 golongan. 4. Murjiah.

Al-Murjiah meyakini bahwa seorang mukmin cukup hanya mengucapkan Laailahaillallah saja dan ini terbantah dengan pernyataan hadits bahwa dia harus mencari dengan hal itu wajah Allah, dan orang yang mencari tentunya melakukan segala sarananya dan konsekuensi-konsekuensi pencariannya sehingga dia mendapatkan apa yang dia cari dan tidak cukup hanya mengucapkan saja. Jadi menurut al-murjiah bahwa cukup mengucapkan Laailahaillallah dan setelah itu dia berbuat amal apa saja tidak akan mempengaruhi keimanannya, maka ini jelas bertentangan dengan hadits dia mencari dengan itu wajah Allah, maka ini adalah bentuk kesesatan al-murjiah. Al-Mutazilah dan Al-Khawarij meyakini bahwa seorang yang melakukan dosa-dosa besar kekal didalam api neraka, dan ini terbantah dengan sabda Rasulullah sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan Laailahaillallah. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwasanya pengharaman api neraka membakar orang-orang yang mengucapkan Laailahaillallah itu ada dua, pertama pengharaman secara mutlak dan ini bagi orang yang mengucapkan Laailahaillallah dengan mendatangkan seluruh syarat-syaratnya, konsekuensi-konsekuensinya dan kandungan-kendungannya sehingga dia terlepas dari syirik besar, syirik kecil dan perbuatan-perbuatan dosa besar, kalaupun dia terjatuh kepada perbuatan dosa maka dia bertaubat dan tidak terus menerus diatasnya, maka orang yang sempurna tauhidnya seperti ini diharamkan api neraka untuk membakarnya secara mutlak, yakni dia tidak

disentuh oleh api neraka sama sekali. Kemudian yang kedua, yaitu pengharaman yang tidak mutlak dan bersifat kurang, yang dimaksud yaitu pengharaman untuk kekal didalam api neraka, ini bagi orang-orang yang kurang tauhidnya sehingga dia terjatuh kedalam syirik kecil atau dosa-dosa besar yang dia terus menerus didalamnya, maka orang yang demikian ini diharamkan atas api neraka untuk membakarnya dalam jangka waktu yang kekal selama dia belum mengugurkan tauhidnya ketika didunia. Oleh karena itu pendapat al-mutazilah dan al-khawarij yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar kekal didalam api neraka, ini adalah pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah. Tidak ada dzikir yang lebih utama didunia ini kecuali Laailahaillallah. Salah satu sebab dikabulkannya doa adalah dengan menggunakan sifat Allah dan namaNya, secara khusus memanggil Allah dengan uluhiyah-Nya, meminta dan berdoa kepada Allah dengan menyebutkan rububiyah-Nya.

Laailahaillallah merupakan dzikir dan doa, disebut dengan doa karena orang yang mengucapkan Laailahaillallah mengharapkan ridha Allah dan ingin sampai kepada surga-Nya. Golongan Murjiah pecah menjadi 5 golongan. 5. Najariyah, Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. Golongan Najariyah pecah menjadi 3 golongan. 6. Al Jabbariyah, Kaum yang berpendapat bahwa seorang hamba adalah tidak berdaya apa-apa (terpaksa), ia melakukan maksiyat semata-mata Allah yang melakukan. Golongan Al Jabbariyah pecah menjadi 1 golongan. 7. Al Musyabbihah / Mujasimah, kaum yang menserupakan pencipta yaitu Allah dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi. Golongan Al Musyabbihah / Mujasimah pecah menjadi 1 golongan. Dan satu golongan yang selamat adalah Ahli Sunah Wal Jama'ah.

Ahli Sunah wal Jama'ah. 1. Pengertian. Secara etimologi Ahli adalah kelompok/keluarga/pengikut. Sunah adalah perbuatan-perbuatan Rasulullah yang diperagakan beliau untuk menjelaskan hukum-hukum Al Qur'an yang dituangkan dalam bentuk amalan. Al Jama'ah yaitu Al Ummah ( Al Munjid) yaitu sekumpulan orang-orang beriman yang di pimpin oleh imam untuk saling bekerjasama dalam hal urusan yang penting.

Menurut istilah Ahli Sunah wal Jama'ah adalah sekelompok orang yang mentaati sunah Rasulullah secara berjama'ah, atau satu golongan umat islam di bawah satu komando untuk urusan agama islam sesuai dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya. 2.Syarat terbentuknya Al Jama'ah. Secara singkat telah diterangkan oleh Sayyidina Umar RA: " Tidak ada islam kecuali dengan jama'ah, Tidak ada jama'ah kecuali dengan imam, Tidak ada imam kecuali dengan Bai'at, Tidak ada bai'at kalau tidak ada taat. Dan bai'at bukanlah syahadat, sebagaimana yang diyakini oleh mereka yang salah, dan apalagi dengan pengkafiran diluar kelompok tersebut. 3. Terpeliharanya Islam. Dalam masa-masa kerusakan islam Allah menunjukkan kasih sayangnya dengan membangkitkan para mujadidnya setiap 100 tahun sekali yang meluruskan kembali pemahaman ajaran Rasul sesuai dengan kebutuhan pemahaman mereka saat itu hingga turunnya masa imam Mahdi. Dari berbagai sumber.

You might also like