You are on page 1of 16

KELOMPOK 4 :

NIM GANJIL VINA YULIANA AISYAH HUDAYA NAINGGOLAN JELITA KURNIA NINGSIH HARAHAP CIPTA ARIEF WIBAWA NIM GENAP KHAIRANI RIZKY IMAM DAMARA BOBBY KURNIAWAN DEWANTY AJENG WIRADITA ( 09-030 ) ( 09-032 ) ( 09-034 ) ( 09-036 ) ( 09-089 ) ( 09-091 ) ( 09-095 ) ( 09-099 )

ALBERT BANDURA
SEJARAH TOKOH Albert Bandura lahir di Mundare di Alberta utara, Kanada, ia menghabiskan masa SD dan SMA-nya di satu desa kecil. Bandura kuliah di University of British Columbia di Vancouver sebagai seorang sarjana dan memperoleh gelar Ph.D. dari University of Iowa in1952. Pada tahun 1952 Bandura pindah, bersama istrinya, Virginia Varns. seorang instruktur di lowa's School of Nursing, ke Wichita, Kansas, untuk mengambil magang postdoctoral l di Wichita Cuidance Pusat. Kemudian, ia diangkat sebagai seorang instruktur di Stanford University. Bandura dianugerahi David Starr Jordan Prolessorship Ilmu Sosial di Psikologi pada tahun 1974, dan pada l976-tahun 1977 ia memimpin Departemen psikologi Stanford. Bandura telah menyusun catatan ekstensif publikasi dan pada tahun 1973 dan terpilih sebagai presiden American Psychological Association .bandura memimpin sekelompok psikolog ke New Orleans untuk mempertimbangkan kota sebagai situs untuk konvensi APA tahunan di Stanford, Bandura bertemu Robert Sears, yang mempelajari pengaruh keluarga terhadap perilaku sosial. Bandura mulai pembelajari sosial agresi, dengan Richard Walters, mahasiswa pertama doktor. Pada awal penelitian ini, peran model dalam perilaku manusia diberi fokus khusus, dan

usaha para peneliti menyebabkan program penelitian laboratorium ke dalam faktor penentu dan mekanisme observasi belajar. Bandura aktif dalam urusan ilmiah dan profesional.ia menjabat sebagai presiden kedua dari Psychological Association. Dia juga bekerja di beberapa dewan editorial dari sekitar 20 jurnal, dan untuk jangka waktu 10 tahun ia adalah editor pada teori pembelajaran sosial di Prentice-Hall. Bandura telah menerima banyak penghargaan, termasuk Distinguished Scientific Award dari APA Divisi Clinicil Psikologi, California. Psikologi Association's- Distinguished Achievement Award Ilmiah, yang Distinguishcd Kontribusi Award dari International Society untuk Rescarch pada Agresi, dan Distinguished Award Kontribusi Ilmiah APA tersebut. Bandura adalah Anggota Akademi Amerika Jawaban dan Ilmu Pengetahuan. SEJARAH TEORI Sama hal nya dengan teori lain nya, bandura dan mischel berkomitmen untuk tujuan membangun teori dasar kepribadian penelitian empiris. Mereka berusaha untuk

mempresentasikan konsep teoritis secara jelas. Menumbuhkan kejelasan seperti sistemik penelitian yang dapat digunakan untuk mengevaluasi ide-ide teoritis. Dari penelitian dasar dan terapan dalam beberapa dekade terakhir. Memiliki presvektif teoritis lain dalam psikologi kepribadian . Selain itu pandangan teori social kognitif diliat dari kepribadian nya memiliki 3 defenisi. Yang pertama gagasan teori kepribadian hatus integrative, yang kedua mencoba menggembangkan teori dan metode kepribadian. Yang ketiga, bandura dan mischel sudah sangat tertarik dalam aplikasi praktis dari ide-ide teoritis. Singkatnya, teori sosial-kognitif berkaitan dengan mengembangkan psikologi kepribadian yang ilmiah , ketat, dan yang telah menerapkan manfaat. Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi, Perkuatan Sosial, Perkuatan Diri dan Pemonitoran, serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan. Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak

peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya. ESENSI TEORI Bagi bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperthatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Definisi Belajar sosial (social kognitif) adalah perilaku dibentuk melalui konteks sosial. Perilaku dapat dipelajari baik, sebagai hasil reinformecement maupun reiforcement. Pertama, Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai determinan resiprokal, beyond reinforcement, dan self regulation. 1. Determinis resiprokal Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan / mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determenis resiprokal adalah konsep penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling detirminis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan interpersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif sari organisasi dan sistem sosial. 2. Tanpa Reinforsemen Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unik respon sosial yang orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforsement yang

terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial. 3. Kognisi dan Regulasi diri Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ke-tidak-senangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkahlaku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang. Permodelan : Dasar Belajar Observasi Bandura mempunyai pokok ide utama yang menurutnya pembelajaran bisa terjadi dari observasi atau contoh bukan semata-mata oleh perilaku dari penguatan langsungnya. Tapi Bandura juga tidak menyangkal bahwa perilaku dapat dipelajari atau meskipun penguatan langsung hanya sedikit. Bandura juga berpendapat bahwa orang akan mencari respon yang nyata dimana seseorang dalam keadaan trial-and-error, keadaan ini membuat seseorang tidak efisien dan potensi yang berbahaya dari belajar keterampilannya. Contohnya saat kita sedang belajar berenang dan membawa mobil, seorang bisa tenggelam dan menabrakan mobilnya sebelum dia bisa menemukan urutan dari perilaku yang mengarah kepenguatan positif. Bandura percaya bahwa sifat manusia di pelajari dari melalui contoh, sengaja atau hanya kebetulan kita belajar dari observasi kepada orang lain dan pola perilaku mereka setelah itu. Throught Modelling adalah observasi sifat dari seorang model dan mengulangi sifat mereka. Mungkin untuk tidak memperoleh respon sebelum ditunjukan atau ditampilakan dan untuk menguatkan atau melemahkan respon yang ada. Bandura juga mempunyai demostrasi classic untuk melibatkan model The Bobo, di tingkatkan figure plastic 3-4 kaki (Bandura,Ross, & Ross,1963). Subjeknya anaka-anak yang masih preschool, dilihatnya seorang dewasa sedang memukul dan menendang boneka Bobo. Sementara menyerang boneka, orang dewasa dijadikan model. Kemudian anak-anak itu di tinggalakn sendirian dengan boneka Bobo, mereka dimodelkan setelah

menyaksikan contoh. Ketika mereka dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak tersebut lebih agresif 2 kali lipat dari contoh yang mereka lihat. Intensitas dari sifat agresif akan sama apakah anak-anak melihat langsung, di televisi atau karakter di film kartun. Smua media akan mendangkan efek yang sama bagi anak-anak, perilaku yang tidak tampak pada anak-anak usia yang sama karena tidak melihat Verbal Modelling bisa juga menyebabkan sifat tertentu, selama aksi yang dilibatkan penuh dan cukup dijelaskan (bandura & Mischel). Lain halnya dengan verbal modeling, verbal modeling adalah menyampaikan intruksi, biasanya sebuah tehnik digunakan untuk memperoleh keterampilan seperti menyetir sebuah mobil. Instruksi verbal biasanya dilengkapi dengan demontrasi behavioral. Seperti sebagai intruktur mengemudi melanyani sebagai model yang terlibat dalam melakukan perilaku yang terlibat dalam mengemudi mobil. Disinhibition. Penelitian menunjukan bahwa perilaku ada yang ditekan dan ada yang dihambat, biasanya dapat dilakukan lebih mudah dibawah pengaruh model. Setiap kejadian di panggil Disinhibition, disegarkan untuk melemahkan sebuah hambatan dari sebuah model. Contohnya, orang0-orang di dalam kelompok, seperti demontran. Biasanya penampilan dan aksi verbal mereka tidak pernah sama jika mereka sendirian. Tapi setelah beramai-ramai, mereka melanggar atau menbuang hambatan melawan sifat agresif jika mereka sedang bersama. Disihibition mengarah ke melemahnya hambatan atau kendala dengan mengamati perilaku model. Disinhibition juga menghambat sifat seksual. Satu experiment didemostrasikan. Grob A adalah mahasiswa laki-laki yang melihat sebuah film porno. Mereka mencerikan mengingat kembali apa yang mereka ingat dulu dan membandingkanya dengan sekarang. Untuk setengah akan tertinggal beberapa yang diingat dan tinggal menjadi baground, sebagai model pikiran manusia itu dihindari untuk melihat bodi yang tampa busana. Setelah melihat film, mereka disuruh untuk melihat urutan film porno tadi, dan mereka menyimpang apa yg mereka lihat. Memilih model subjek yang tak terbatas (melihat cerita film atau mengingat bentuk tubuh yang ada di film) kesamaan perilaku. Modeling di tentukan bukan dari apa yang mereka lihat tapi apa yang mereka rasakan. 3 faktor yang mempengaruhi permodelan: Karakteristik model Karakteristik model mempengaruhi kita menjadi imitasinya. Kita akan mengimitasi seorang yang berbeda. Meskipun seorang ada sifatnya mengimitasi. Seorang anak akan meniru

perilaku model anak diruang yang sama. Besarnya permodelan menurun sebagai kesamaan antara model dan subjek yang menurun. Age dan sex juga mempengaruhi karakter dari model Karakteristik pengamat Orang-orang yang telah di hargai atau di perkuat meniru perilaku orang lain. contohnya seorang anak yang berperilaku seperti saudara yang paling tua cenderung menjadi rentan terhadap pengaruh model Konsekuensi yang terkait dengan sifat tertentu Sebuah model yang statusnya tinggi cenderung membuat kita meniru perilakunya, tapi jika konsekuensinya tidak cukup. Kita akan cenderung berhenti dan membuat perilaku itu tidak mempengaruhi di masa depan STRUKTUR KEPRIBADIAN Sistem Self (Self System) Tidak seperti Skinner yang teorinya tidak memiliki konstruk self, Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan & kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi di mana pusat atau pemula-nya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari interaksi resiprokal. Regulasi Diri Manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Balikannya dalam bentuk determinis resiprokal berarti orang dapat untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkahlakunya sendiri melalui strategi

proaktif, menciptakan ketidakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dipakai untuk mengevaluasi tingkahlaku internal. Tingkahlaku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal. a.) Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru anak anak belajar baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya kerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi. b) Faktor Internal dalam Regulasi Diri Faktor internal dalam regulasi diri dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal. Efikasi Diri (Self Effication) Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri,dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil. 1. Efikasi diri atau ekspektasi (self effication efficacy expectation) adalah Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi dari berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.

2. Ekspektasi hasil (outcome expectations) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita cita), karena cita cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai. Sedangkan efikasi menggambarkan ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar profesional. Namun ekspektasi hasilnya bisa rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung pada daya tahan jantung pasien, kemurnian obat antibiotik, sterilitas dan infeksi, dan sebagainya. Orang bisa memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan hasilnya), atau sebaliknya, ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dipakai). Orang yang ekspektasinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri). Orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. Sumber Efikasi Diri Perubahan tingkah laku, dalam system Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan emosi (Emotinal/Physiological states). Pengalaman performansi Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan member dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya : 1. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi. 2. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain. 3. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin. 4. Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.

5. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat. 6. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi. Pengalaman Vikarius Diperoleh melalui model social. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama. Persuasi Sosial Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi social. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. Keadaan Emosi Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri. Perubahan tingkah laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi efikasinya berubah. Pengubahan selfefficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral. Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkah laku Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep-diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :

1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu. 2. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu. 3. Keadaan fisiologis dan emosional ; kelelahan, kecemasan, apatis, murung. Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku (Tabel) Efikasi Kolektif (Collective Efficacy) Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan social tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini bukan jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja, dan penyakit infeksi. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan, kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozone, kemajuan teknologi, hukum dan kejahatan, birokrasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya. DINAMIKA KEPRIBADIAN Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan kata lain, harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datang memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Juga, dengan menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan, dan kemudian mengevaluasi performansi dirinya, orang temotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Anak yang lemah dalam matematik, tampak meningkat performansinya ketika mereka menetapkan dan berusaha mencapai serangkaian tujuan yang berurutan yang memungkinkan evaluasi diri segera daripada menetapkan tujuan yang jauh dan membutuhkan waktu lama mencapainya. Jadi, terus menerus mengamati, memikirkan, dan menilai tingkah laku diri, akan member intensif-diri sehingga bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan.

Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda (expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement): 1. Penguatan Vikarius (vicarious reinforcement): mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu. 2. Penguatan yang ditunda (expectation reinforcement): orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang. 3. Tanpa penguatan (beyond reinforcement): belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali, mirip dengan konsep otonomi fungsional dari Allport. Ekspektasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah

laku;pengamatan terhadap praktek mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain yang ada di lingkungan sosial, dan mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain yang ada dilingkungan sosial, dan mengganjar dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Orang mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar sosial melalui interaksinya dengan orang tua, guru, dan teman sebayanya. Orang dapat mengganjar dan menghukum tingkah laku sendiri dengan menerima diri atau mengkritik diri. Penerimaan dan kritik diri ini sangat besar perannya dalam membimbing tingkah laku, sehingga tingkah laku orang menjadi tetap (konsisten), tidak terus menerus berubah akibat adanya perubahan sosial. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Belajar melalui Observasi Menurut Bandura, kebanyakan proses belajar terjadi tanpa diikuti oleh reinforsemen yang nyata. Dalam penelitian yang dilakukannya, Bandura menemukan bahwa seseorang dapat belajar tanpa harus ikut melakukan hal yang ingin dipelajarinya itu. Inilah yang kemudian dikenal sebagai belajar melalui observasi. Melalui observasi belajar dapat menjadi lebih efisien, selain karena kita tidak perlu melakukannya melalui pengalaman langsung, melalui observasi setiap orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang bisa saja diikuti oleh hubungan atau penguatan. Modelling

Tujuan utama dari pembelajaran melalui observasi adalah modeling. Pengertian modeling sendiri tidak bisa disamakan dengan meniru. Karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan oleh orang lain, tetapi modeling lebih melibatkan kepada penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, upaya penggeneralisiran berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif. Melalui modeling orang dapat mempelajari tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya proses kognitif tadi. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi, informasi ini ditransformasi menjadi symbol verbal yang dapat diingat kembali apabila diperlukan. Ketrampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya dalam berbagai situasi menjadi tingkahlaku baru. Modelling Mengubah Tingkahlaku Lama Modelling juga memiliki dua macam dampak terhadap tingkahlaku lama : 1. Tingkahlaku model yang dapat diterima secara social dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki oleh si pengamat. 2. Tingkahlaku model yang tidak diterima secara social maka dapat semakin memperkuat ataupun memperlemah pengamat untuk melakukan tingkahlaku itu. Modelling Simbolik Jika kita amati secara teliti, maka kita akan menyadari bahwa dewasa ini tingkahlaku sebagian besarnya cenderung berbentuk simbolik. Siaran televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tak terhitung yang mungkin saja mempengaruhi pengamatnya. Sajian-sajian yang diitawarkan oleh televisi itu sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber referensi tingkahlaku. Modelling Kondisioning Vicarious classical conditioning merupakan hasil dari kombinasi antara modeling dengan kondisioning klasik. Modeling semacam ini banyak sekali difungsikan untuk mempelajari respon emosional. Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui observasi dapat terjadi, yaitu: 1. Attention Process : sebelum memulai untuk memodelling orang lain, kita terlebih dahulu harus mengalokasikan waktu untuk mengamati orang tersebut.

2. Representation Process : Tingkahlaku yang akan di modeling harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk imajinasi atau visual. 3. Behavior Production Process : Dalam melakukan modeling maka pasti akan menimbulkan kebutuhan evaluasi; Bagaimana melakukannya? Apakah sudah benar? Berkaitan

dengan kebenaran, hasil belajar melalui obsevasi tidak dinilai hanya berdasarkan pada kemiripan respon dengan tingkahlaku yang ditiru saja, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi belajar itu sendiri. 4. Motivation and Reinforcement Process : Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau sang pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat memodelling tingkahlaku modelnya. Observasi mungkin akan memudahkan seseorang untuk memodelling tingkahlaku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, tidak akan mungkin terjadi proses belajar. PSIKOPATOLOGI Fears and Phobias Untuk mengurangi rasa takut, Bandura mengaplikasikan berbagai macam teknik modeling. Seorang klien yang takut akan sesuatu, dicoba untuk melihat seorang model dalam menghadapi situasi yang ditakutinya. Klien tersebut hanya memperhatikan si model dan rasa takutnya terhadap sesuatu akan berkurang. Selain itu, ada juga cara dimana klien menghadapi rasa takutnya dengan bersama si model. Sehingga mereka berdua bersama-sama menghadapi situasi yang menakutkan bagi klien. Cara ini disebut guided participation. Cara yang lainnya adalah dengan membayangkan si model menghadapi situasi yang berbahaya. Dalam model yang tersembunyi (diimajinasikan), klien membayangkan model dengan situasi yang menakutkan. Mereka hanya membayangkan si model saja. teknik Model tersembunyi ini telah digunakan untuk mencegah kephobiaan terhadap ular dan hambatan sosial (kazdin, 1975, 1979). Pendekatan Bandura sangat baik diterapkan untuk fobia, gangguan obsessive-compulsive dan disfungsi seksual. Enhancing Self-Efficacy Meskipun pendekatan Bandura terhadap modifikasi perilaku berfokus pada perilaku yang tampak, Bandura juga tertarik pada efek dari pendekatannya terhadap variabel-variabel kognitif,

terutama self-effficacy. Contohnya, dalam pengujian phobia terhadap ular, terapi modeling tidak hanya mengubah perilaku yang tampak terhadap ular tetapi juga perasaan dan sikapnya. Sebuah eksperimen dengan phobia ular memperkuat penemuan ini. Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi, lebih sukses dalam menghadapi ular. Sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy yang rendah akan gagal menghadapi rasa takutnya terhadap ular. Anxiety Banyak jenis dari perilaku yang dapat dimodifikasi melalui pendekatan modeling. Diantaranya: takut akan pengobatan medis dan test anxiety. Beberapa orang memiliki rasa takut yang berlebih terhadap pengobatan medis. Modeling, telah berhasil dalam meminimalisasikan rasa takut ini. Sebagai contoh, seorang anak diberikan sebuah film tentang pengalaman seorang anak yang diberikan pengobatan medis. Hasilnya menunjukkan bahwa modeling melalui film telah mengurangi tingkat kecemasan anak tersebut terhadap pengobatan medis. Pada tes anxiety, terdapat 2 kelompok dengan tingkat kecemasan yang tinggi juga rendah. Mereka diberi 3 jenis tontonan film. Pertama, film yang menceritakan sebuah model yang mengalami kecemasan dan cara pencegahannya. Film kedua, menceritakan sebuah model yang mengalami kecemasan tetapi tidak diceritakan cara mengatasinya. Selanjutnya, film yang berisi tentang aktivitasnya tetapi sama sekali tidak menyinggung tentang tes Anxiety. Hasilnya adalah mereka lebih baik ketika menonton film pertama. Ethical Issues Meskipun hasil dari penggunaan modifikasi behavior mengesankan, tetapi teknik ini dikritik banyak pihak, karena diduga merugikan pandangan human nature. Modifikasi behavior ini potensial memanupulasi individual tanpa mereka sadari. Bandura berselisih dengan kritikan ini. Menurutnya, adalah tidak manusiawi apabila tidak menerima penyembuhan yang terbukti efektif dalam terapi modifikasi behavior. Bandura yakin tuduhan terhadap manipulasi terhadap pendekatan modifikasi perilaku adalah salah dan menyesatkan. Modifikasi perilaku tidak pernah diaplikasikan tanpa kesadaran klien. Bandura mengatakan bahwa self-awareness dan self-regultion sangat penting dalam mempelajari perilaku. Modifikasi tidak dapat terjadi jika seseorang tidak mengerti perilaku apa yang mereka perkuat. PENELITIAN

Studies on Self-Efficacy Self-efficacy memperlihatkan perbedaan sebagai fungsi dari gender dan umur. Penelitian dengan anak-anak dan orang dewasa memperlihatkan bahwa rata-rata, laki-laki lebih tinggi dalam hal self-efficacy ketimbang wanita. Perbedaan gender ini memuncak ketika berumur 20-an dan menurun setelahnya. Untuk kedua jenis kelamin, self-efficacy meningkat setelah masa kanak-kanak dan dewasa awal, memuncak dalam usia pertengahan dan menurun setelah usia 60-an. Bandura menjelaskan bahwa self-efficacy menentukan kemampuan kita untuk mengatasi masalah dalam hidup. Sebagai contoh, perbedaan gender dalam self-efficacy memainkan peran penting dalam pilihan kita mengenai karir. Penelitian telah menunjukkan bahwa pria menganggap diri mereka lebih baik dalam hal self-efficacy untuk apa yang disebut pekerjaan tradisional pria dan wanita. Wanita menganggap diri mereka tinggi dalam hal pekerjaan wanita namun rendah untuk pekerjaan pria. Subjek pria dan wanita dalam penelitian ini perform dalam level tes yang telah terstandarisasi dari tes kemampuan verbal dan kuantitatif. Mereka memiliki kemampuan yang sama namun mempersepsikan kemampuan ini berbeda; oleh karena, perasaan mereka mengenai kemampuan mereka dalam hal masalah karir berbeda (Betz & Hackett, 1981). Para peneliti telah menemukan bahwa semakin tinggi tingkat self-efficacy, semakin besar kemungkinan karir akan dipertimbangkan dan semakin kuat ketertarikan mereka. Self-

efficacy yang rendah dapat membatasi pilihan karir seseorang dan dapat menyebabkan keraguan akan pilihan yang diyakini masih layak. Television and Aggressive Behavior Bandura dan peneliti lain secara yakin telah menunjukkan dalam situasi laboratorium, bahwa kekerasan akan melahirkan kekerasan. Penelitian lain menunjukkan gejala yang sama di dunia sehari-hari. Sekelompok anak laki-laki ditampilkan secara signifikan lebih agresif terhadap teman sebaya mereka setelah ,menonton film kekerasan ketimbang kelompok kontrol anak laki-laki yang melihat film tanpa kekerasan. Selain itu, tindakan-tindakan agresif anak laki-laki yang mereka lakukan melebihi dari apa yang ada didalam film. Dalam studi lain, anak-anak 9 tahun yang menonton berbagai program televisi kekerasan ditemukan menjadi lebih agresif sepuluh tahun kemudian. Sebuah studi tindak lanjut dari subyek yang sama menunjukkan bahwa mereka masih lebih agresif 20 tahun kemudian. Studi lain melaporkan hubungan yang sama antara menonton kekerasan di televisi dan berperilaku agresif. Hasil ini diperoleh di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Inggris, Belgia, Finlandia dll.

Dalam pendekatan yang berbeda untuk mempelajari hubungan antara kekerasan yang diamati dan perilaku agresif, para peneliti meneliti tindakan agresif segera setelah kekerasan di televisi diperlihatkan. Satu analisis menemukan kenaikan singkat tapi tajam dalam tindak kekerasan memuncak tiga sampai empat hari setelah insiden yang dipublikasikan dari kerusuhan atau kekerasan lain (Phillips, 1985). Pembunuhan suku di Amerika Serikat ditemukan meningkat lebih dari 12 persen diatas tingkat yang diprediksi selama tiga hari setelah pertandingan kejuaraan tinju di televise. Fenomena ini telah dipelajari selama 15 tahun (Phillips, 1983). Peningkatan terbesar dalam pembunuhan terjadi setelah banyak kekerasan dipublikasikan dan banyak melihat pertandingan.

DAFTAR PUSTAKA Alwisol,2007.Psikologi Muhammadiyah:Malang Lindzey,Gardner and Hall, Calvin, Introduction to Theories of Personalitry,New York: John Wiley & Sons, Inc., 1985 Pevin, Lawrence A., Daniel Cervone, Oliver P. John.2005. Personality: theory and research 9th edition.USA: John Wiley & Sons, Inc. Schultz, Sydney Ellen and Schultz, Duane, Theories of Personality, Fifth Edition. HTTP: // Teori Sosial Kognitif dari Albert Bandura/pelita.anak.amaine.htm Kepribadian Edisi Revisi.UPT Penerbitan Universitas

You might also like