You are on page 1of 9

ORGANISASI PENDIDIKAN Sebelum memberikan pengertian organisasi, terlebih dahulu dikemukakan kenapa seseorang masuk dalam sebuah organisasi.

Dalam hal ini, orang yang masuk dalam sebuah organiasi tentu mempunyai berbagai alasan karena kelompok akan membantu beberapa kebutuhan atau tujuannya seperti perlindungan, cinta dan kasih sayang, pergaulan, kekuasaan, dan pemenuhan sandang pangan. Berbagai tujuan tersebut memperlihatkan bahwa kehidupan saling pengaruh antar orang jauh lebih bermanfaat daripada kehidupan seorang diri. Seseorang pada umumnya mempunyai kebutuhan yang bersifat banyak yang menginginkan dipenuhinya lebih dari satu macam kebutuhan, sehingga keberadaan kelompok merupakan suatu keharusan. Sifat abstrak dari organisasi bisa didefinisikan dengan bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan organisasi yaitu kumpulan orang, ada kerja sama, dan tujuan yang telah ditetapkan, yang merupakan sistem yang saling berkaitan dalam kebulatan. A. Pengertian Organisasi Pengertian organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto (1998) bahwa organisasi merupakan sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian Lubis (1987) memberikan pengertian organisasi yaitu pada dasarnya organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masingmasing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Ini berarti, organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang tersusun atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terusmenerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama (Robbins, 1996). Robbins menekankan bahwa organisasi adalah suatu sistem social yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manajemen. Batasan organisasi akan berubah sesuai dengan tuntutan lingkungan organisasi, sehingga dapat dikatakan relatif.

Selain beberapa pengertian organisasi di atas, Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996) mendefenisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Kemudian mereka mengemukakan bahwa organisasi adalah suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Pengertian ini menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih efektif dan efisien melalui koordinasi antar unit organisasi. Berbagai pengertian organisasi di atas menunjukkan bahwa organisasi mengandung unsur-unsur yang membentuk keberadaan organisasi, seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan (2001), yaitu: 1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin, dan ada yang dipimpin. 2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat kedudukannya. 3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin dicapai. 4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan. 5. Struktur, artinya organisasi baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia yang satu dengan yang lainnya. 6. Teknologi, artinya organisasi baru ada jika terdapat unsur teknis. 7. Lingkungan (environmental external social system), artinya organisasi baru ada jika ada lingkungan yang saling memperngaruhi seperti adanya sistem kerja sama sosial. Dari beberapa defenisi organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku kepada anggota organisasi. Keterbukaan organisasi terhadap lingkungannya menunjukkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri elemen-elemen yang saling berhubungan yang memerlukan input, melakukan transformasi input menjadi output yang dipengaruhi lingkungan di luar organisasi.

B. Jenis-jenis Organisasi Jasa Pendidikan Ada dua jenis organisasi sebagai akibat dari perkembangan kajian tentang organisasi, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi formal adalah organisasi yang didesain untuk mencapai tujuan bersama yang dicirikan oleh struktur organisasi. Struktur dalam organisasi formal ini untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan (Sutisna, 1993). Dalam hal ini, sekolah merupakan sebuah organisasi formal yang termasuk dalam salah satu jenis organisasi jasa pendidikan. Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur administratif: kedudukan, hierarki kekuasaan, dan kedudukan garis dan staf (Sutisna, 1993). Interaksi antara orang dalam organisasi formal pasti akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentimen dan komitmen setiap orang, sehingga muncul empati dan simpati satu sama lain. Hubungan inilah yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi informal. Keberadaan organisasi informal dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk menyesuaikan diri dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993). C. Dimensi Struktur Organisasi Analisis terhadap organisasi dapat dilakukan mulai dari sistem yang paling besar menuju ke arah sistem yang paling kecil, yang dimulai dari tingkatan komunitas dan lingkungan, organisasi secara keseluruhan, bagian dari organisasi, dan kumpulan individu atau kelompok. Analisis terhadap individu merupakan pendekatan mikro untuk menganalisis perilaku, mempelajari motivasi, kepemimpinan, kepribadian, dan pendekatan psikologis dalam analisis anggota organisasi. Analisis terhadap organisasi seringkali menetapkan karakteristik organisasi. Penetapan karakteristik organisasi sangat berkaitan dengan dimensi-dimensi organisasi yang merupakan landasan untuk merumuskan karakteristik tersebut. Dimensi organisasi menurut Lubis (1987) dapat

dibedakan dalam dimensi struktural dan dimensi kontekstual yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Dimensi Struktural, menggambarkan karakteristik internal suatu organisasi yang terdiri: a. Formalisasi, menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi yang menggambarkan perilaku serta kegiatan organisasi. b. Spesialisasi, menunjukkan derajad pembagian kerja dalam organisasi. c. Standardisasi, menggambarkan derajad kesamaan dalam pelaksanaan kerja. d. Sentralisasi, menunjukkan pembagian kekuasan menurut hirarki dalam organisasi. e. Hirarki Otoritas, menggambarkan pola pembagian kekuasaan serta rentang kendali secara umum. f. Kompleksitas, menunjukkan banyaknya kegiatan (sub sistem) dalam organisasi yang terdiri kompleksitas vertikal dan horizontal. g. Profesionalisme, menunjukkan tingkat pendidikan formal ataupun non formal rata-rata yang dimiliki anggota. h. Konfigurasi, menunjukkan bentuk pembagian anggota organisasi ke dalam bagian-bagian secara vertikal maupun horisontal. 2. Dimensi Kontekstual, menggambarkan karakteristik keseluruhan suatu organisasi yang mencakup: a. Ukuran organisasi, menunjukkan jumlah anggota organisasi. b. Teknologi organisasi, menunjukkan jenis dan tingkat teknologi dari sistem produksi organisasi. c. Lingkungan, menggambarkan keadaan elemen lingkungan yang terdapat di luas batas-batas organisasi terutama elemen lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi. Analisis terhadap dimensi-dimensi organisasi tersebut dapat digunakan untuk melihat gambaran organisasi, baik dengan pendekatan mikro maupun pendekatan makro organisasi dengan melihat organisasi sebagai sistem yang mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan menurut Robbins (1994), ada tiga komponen yang menjadi dimensi struktur organisasi, yaitu kompleksitas, formalitas dan sentralisasi.

Dimensai kompleksitas adalah tingkat diferensiasi (perbedaan) yang ada didalam sebuah organisasi. Diferensiasi ini dapat dilihat secara horizontal, vertikal dan spasial. Diferensiasi horizontal adalah perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan, tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai. Diferensiasi vertikal adalah perbedaan yang didasarkan pada kedalaman struktur, dan diferensisasi spasial adalah perbedaan yang didasarkan pada kondisi geografis, yakni sejauh mana lokasi tempat produksi, personalia dan kantor pusat tersebar secara geografis. Dimensi formalitas adalah tingkat sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan. Konsekuensinya adalah pemegang pekerjaan hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang harus dikerjakan, bila mana mengerjakannya dan bagaimana ia harus melakukannya. Dimensai sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikosentrasikan pada suatu titik tunggal dalam orgnisasi. Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi yang tinggi, sedangkan sentralisasi yang rendah adalah desentralisasi. D. Desain Organisasi Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Ada lima elemen umum dalam suatu organisasi, yaitu: 1. The operating core. Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam organisasi sekolah pegawai ini adalah guru. Guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung dengan layanan jasa pembelajaran kepada peserta didik. 2. The strategic apec. Manajer tingkat puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini adalah kepala sekolah. 3. The middle line. Pada manajer yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apec. Dalam konteks perguruan tinggi orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic apex untuk terimplementasi pada level jurusan. Pada organisasi sekolah, posisi ini dapat diidentifikasi sebagai wakil

kepala sekolah yang bertugas menjembatani kebijakan strategis sekolah supaya dapat terimplementasi pada level guru-guru dan staf. 4. The techno structure. Para analis yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi. Dalam konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masih jarang sekolah yang memiliki tenaga ini. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pada sekolah-sekolah tertentu ada yang memiliki elemen organisasi ini. Pada perguruan tinggi BHMN, seperti UPI, elemen organisasi yang bertanggung jawab untuk melakukan standarisasi adalah satuan penjamin mutu. 5. The support staff. Orang-orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di persekolahan staf ini dikenal dengan tenaga administratif sekolah. Berdasarkan lima elemen yang dikemukakan di atas, Robbins menganalisis desain organisasi yang berbeda. Perbedaan desain organisasi dikarenakan organisasi memiliki system dan aturan yang berbeda dalam lima elemen tersebut. Lima konfigurasi umum yang dimaksud adalah: struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi professional, struktur divisional dan adhocracy. Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang kecil dengan karakteristik organisasi yang masih dalam tahap awal dibentuk, lingkungan organisasi sederhana dan dinamis, menghadapi krisis atau jika yang mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin agar kekuasaan tersebut disentralisasi. Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat menangani ukuran yang besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah teknologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin dan distandarisasi. Birokrasi professional didesain untuk pekerjaan yang rutin, hanya saja para anggota birokrasi professional adalah para spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang kompleks. Intinya supaya operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan secara efektif. Struktur divisional didesain untuk menanggapi strategi yang menekankan pada keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar, teknologinya daapat dibagi-bagi dan lingkungannya cenderung untuk menjadi sederhana dan stabil.

Adhocracy meminta agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang memiliki strategi variatif, beresiko tinggi, teknologi tidak rutin atau lingkungannya mungkin dinamis atau kompleks. E. Sekolah Sebagai Organisasi Sosial Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks sistem social yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama. Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh saling ketergantungan antara satu bagian dengan bagian lainnya, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan social yang kompleks dan budaya organisasi yang khas. Sekolah sebagai organisasi social merupakan pandangan sekolah sebagai organisasi formal. Pandangan ini akan berimplikasi pada bagaimana memperlakukan sekolah. Manajemen organisasi akan diorientasikan pada bagaimana mengkondisikan orang-orang dalam organisasi untuk dapat dinamis, saling tergantung satu sama lain, memiliki hubungan yang dinamis baik internal maupun eksternal, dan beradaptasi dan membentuk budaya organisasi sekolahnya. Untuk itu, perlu dipahami komponen pokok dari suatu sistem sosial, seperti sekolah, seperti (1) elemen kunci sekolah sebagai organisasi soaial, dan (2) sekolah organisasi pembelajaran.

Referensi

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., dan Donnelly, J.H. 1995. Organization (8.Ed). Richard D. Irwan Inc. Alih bahasa: Nunuk Adiarni. 1996. Organisasi (Edisi 8-Jilid I dan II). Jakarta: Binarupa Aksara. Hasibuan, M.S.P. 2001. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Lubis, SBH. dan Huseini, M. 1987. Teori Organisasi Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: PAU Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Robbins, S.P. 1990. Oranizations Theory: Structure, Design, and Application. Prentice Hall Inc. Alih bahasa: Yusuf Udaya (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan. Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional. Bandung: Angkasa. Sutarto. 1998. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tim Dosen UPI. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN SAINS

ORGANISASI PENDIDIKAN

Oleh: SUDIRAN PENJELASAN SAMTIAR

DOSEN MATA KULIAH: PROF. DR. SAHYAR, MM. MS.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012

You might also like