You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang masalah Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa. Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitif (3) Teori Belajar Humanistik (4) Teori Belajar Sibernik. Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai Teori Belajar Humanistik. B. Rumusan masalah 1. Apa Pengertian Teori Belajar Humanistik? 2. Siapa sajakah tokoh Teori Belajar Humanistik? 3. Apa Saja Prinsip Dalam Teori Belajar Humanistik? 4. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Humanistik? 5. Apa Implikasi Teori Belajar Humanistik?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Belajar Humanistik. Pada akhir tahun 1940-an muncullah sesuatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik dan pekerja-pekerja sosial, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer). Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 -1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
2

Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dalam Teori-teori belajar sebelumnya, sejauh ini telah menekankan peranan lingkungan dan faktor-faktor kognitif dalam proses belajar-mengajar. Walaupun teori ini secara jelas menunjukkan bahwa belajar di pengaruhi oleh siswa-siswa yang bepikir dan bertindak, teori-teori tersebut juga jelas-jelas di pengaruhi dan diarahkan oleh arti pribadi dan perasaan-perasaan yang mereka ambil dari pengalaman belajar mereka sendiri. Kemudian ahli psikologi humanistik ini berpandangan bahwa orang yang merasa, sama pentingnya dengan orang yang bertingkah laku atau berpikir. Mereka menggambarkan tingkah laku sebagai perkembangan aktualisasi diri (self actualization) dari seorang dengan bidang apa saja yang mereka pilih. Guru humanistik menekankan sesuatu yang kreatif pada lingkungan pendidikan yang membantu perkembangan diri, bekerjasama, dan berkomunikasi positif dengan siswa, karena percaya bahwa kondisi ini akan membantu siswa belajar lebih keras. Adapun Prinsip dasar Teori Belajar Psikologi Humanistik, diantaranya: 1. Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap. 2. Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual. 3. Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia
3

4. Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya. 5. Pandangan humanistik banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri. Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. B. Ciri-ciri Teori Humanistik Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik yaitu siswa harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses
4

yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa. C. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik Banyak tokoh aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan Belajar Empat Tahapnya, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa atau individu, Habermas dengan Tiga Macam Tipe Belajarnya dan Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan taksonomi Bloomnya. Berikut penjelasan mengenai tokoh-tokoh aliran humanistik serta pandangan nya. 1. David Kolb (Experiantial Learning Theory) Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.Experiential Learninng Theory

kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman kemudian mempunyai peran sentral dalam proses belajar.Kolb seorangahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi empat yaitu, tahap pengalaman konkret, tahap pengamatan aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi dan tahap eksperimentasi aktif a. Tahap Pengalaman Konkret Belajar akan efektif jika didesain dengan cara memberikan pengalaman secara optimal bagi peserta didik. Belajar adalah dimana seseorang mampu atau dapat mengalami peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Pandangan ini sesuai dengan aliran filsafat realistis. Sebagai seorang siswa harus dapat melihat
5

dan merasakan pengalamamnnya sendiri agar mereka dapat merumuskan konsep. Pada tahap ini siswa hanya dapat merasakan kejadian tersebut dan belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut. Siswa juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi. Sebagai contoh dalam pembelajaran kimia materi asam basa, siswa yang terbiasa mencuci piring yang terkena noda kunyit menyadari ketika piring tersebut akan dicuci menggunakan detergen akan menghasilkan warna merah. Pada saat itu, siswa tersebut belum mengetahui mengapa ketika kunyit bertemu dengan detergent akan menghasilkan warna merah. Setelah mengalami pengalaman tersebut berulang kali, siswa akan menyimpulkan dan membuat suatu konsep ketika noda kunyit/ kunyit bertemu dengan detergent akan menghasilkan warna merah.

b. Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif Proses pembelajaran harus memberikan kebebasan kepada peseta didik untuk melakukan pengamatan atau praktek. Pada tahap belajar ini harus memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini dimulai dengan cara mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dialam dunia sekitarnya. Siswa melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaanpertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi dan mengapa hal itu bisa terjadi.

c. Tahap Konseptualisasi Tahap ini merupakan tahap ketiga dimana tahap ini merupakan lanjutan atau rangkaian dari tahap yang sebelumnya. Setelah siswa bebas melakukan pengamatan, siswa tersebut dibebaskan untuk merumuskan suatu konsep dari hasil pengamatanya.

d. Tahap Eksperimentasi Aktif Tahap iji didasarkan asumsi bahwa hasil dari proses belajat harus bersifat produk yang nyata. Hasil pendidikan tidak hanya siswa yang hanya mampu menjelaskan teori, tetapi bagaimana siswa tersebut mampu untuk mengaplikasikan teori yang dipahaminya. Pada tahap ini seseorang sudah mapu mengaplikasikan konsepkonsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Pada tahap ini siswa tidak lagi mempertanyakan asal-usul teori atau rumus, tetapi ia mapu untuk menggunakan teori atau rumus tersebut untuk memecahkan masalah.
6

Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang sangat memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa, karenanya model ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning style inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, David Kolb mengklasifikasikan gaya belajar seseorang menjadi empat kategori sebagai berikut: a. Converger Tipe ini lebih suka belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.

b. Diverger Tipe ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Orang dengan tipe ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa, kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

c. Assimilation Tipe ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi yang diminati adalah bidang keilmuan(science) dan matematika. d. Accomodator Tipe ini berminat pada penngembangan konse-konsep. Orang dengan tipe ini berminat pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain penjualan dan pemasaran.

Dari keempat gaya tersebut, tidak berarti manusia harus digolongkan secara permanen dalam masing-masing kategori. Menurut Kolb, belajar merupakan suatu

perkembangan yang melalui tiga fase yaitu, pengumpulan pengetahuan (acquisition), pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization) dan menaruh minat pada bidang yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru. Sehingga, walaupun pada tahap awal individu lebih dominan pada gaya belajar tertentu, namun pada proses perkembangannya diharapkan mereka dapat mengintegrasikan semua kategori belajar.
7

2. Honey dan Mumford Tokoh teori humanistik yang lainnya adalah Honey dan Mumford. Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan Kolb mengenai tahapan-tahapan belajar. Honey dan Mumford menggolongkan orang belajar kedalam empat kelompok atau golongan, yaitu, kelompok aktivis, kelompok reflektor, kelompok teoritis dan kelompok pragmatis. Pandangan Honey dan Mumford sejalan dengan teori Olivia F. Peter tentang tipologi mausia. Cara kerja manusia ditentukan oleh dua dimensi yaitu dimensi kualitas berfikir abstrak(BA) dan kualitas kerja (KK). Semakin tinggi BA akan melahirkan karakter manusia yang kritis dan idealis, semakin tinggi KK akan melahirkan sosok manusia yang pekerja tinggi. Bahwa manusia masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah a. Kelompok Aktivis Kelompok ini didasari dengan asumsi pandangan Paulo Freire bahwa pendidikan adalah sebagai proses humanisasi dan liberalisai, artinya pendidikan merupakan bagian dari proses penyadaran terhadap eksistensi diri manusia. Dengan demikian manusia selalu akan melakukan proses interaksi dengan dunia lain diluar dirinya. Adapun karakter kelompok ini adalah orang yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman baru, mudah diajak berdialog, memiliki pemikiran yang terbuka untuk hal baru, menghargai pendapat orang lain, mudah percaya tehadap orang lain dan ketika melakukan sesuatu tidak disertai dengan pemikiran yang matang. Dalam kegiatan belajar, individu yang termasuk dalam kelompok ini senang akan penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru dan sebagainya, sehingga mereka akan cepat merasa bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama

b. Kelompok Reflektor Secara psikologis, karakter kelompok reflektor bisa disebabkan oleh pengaruh masa lalu yang pernah dialaminya. Karena dalam teori empirisme, karakter manusia ditentukan oleh situasi atau pengalaman yang pernah dilaluinya. Karakter individu yang termasuk dalam kelompok ini adalah sebagai berikut; berhati-hati dan penuh
8

pertimbangan dalam melakukan tindakan, tidak mudah dipengarui, cenderung bersifat konservatif dan memiliki jiwa kemandirian yang tinggi.

c. Kelompok Teoritis Menurut pandangan Olivia F. Peter kelompok terdiri dari individu yang lebih di dominasi oleh kualitas berfikir abstrak (BA). Secara umum kelompok ini memiliki karakter yang sangat kritis, suka menganalisi, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu seringkali dikembalikan pada konsepkonsep atau hukum-hukum. Merka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang bersifat subjektif.

d. Kelompok Pragmatis Berbeda dengan orang-orang kelompok teoritis, kelompok pragmatis memiliki sifat yang praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalilidalil dan sebagainya. Bagi mereka sesuatu yang penting adalah sesuatu yang praktis, nyata dan dapat dilaksanakan

3. Habernas Tokoh humanis yang lainnya adalah Habernas. Menurutnya, balajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud disini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Habernas membagi tipe belajar menjadi tiga yakni, belajar teknis (technical learning), belajar praktis (practical learning) dan belajar emansipatoris (emancipatory learning).

a. Belajar Teknis (Technical Learning) Belajar teknis adalah pengertian belajar agar seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.

b. Belajar Praktis (Practical Learning) Yang dimaksud belajar praktis adalah bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia.

c. Belajar Emansipatoris (Emansipatory Learning)


9

Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman denga kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dibutuhkan keterampilan seta pengetahuan dan sikap yang benar untuk mendukung terwujudnya transformasi kultural tersebut.

4. Bloom dan Krathwohl Selain tokoh-tokoh yang telah diebutkan pada uraian sebelumnya, Bloom dan Krathwohl juga termasuk penganut aliran humanis. Mereka lebih menekankan perhatian pada apa yang mesti dikuasai individu(sebagai tujuan belajar) setelah melalui peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukannya dirangkum dalam Taksonomi Bloom. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

a. Domain Kognitif , terdiri atas enam tingkatan yaitu: 1) Pengetahuan (mengingat dan menghapal) 2) Pemahaman (menginterprestasikan) 3) Aplikasi (menggunakan suatu konsep untuk memecahkan masalah) 4) Analisis (menjabarkan suatu konsep) 5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) 6) Evaluasi (membandingkan)

b. Domain psikomotor, terdiri atas lima tingkatan yaitu: 1) Peniruan (menirukan gerak) 2) Penggunaan (emnggunakan konsep untuk melakukan gerak) 3) Ketepatan (melakukan gerakan dengan benar) 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

c. Domain afaektif, terdiri atas lima tingkatan yaitu: 1) Pengenalan 2) Merespon (aktif berpartisipasi) 3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu) 4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai uang dipercayainya)
10

5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebgai bagian dari pola hidupnya)

D. Aplikasi dan Implikasi Teori Humanistik a. Guru Sebagai Fasilitator Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. 1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas 2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum. 3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi. 4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka. 5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok. 6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok 7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain. 8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

11

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materimateri pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku. E. Kekurangan Dan Kelebihan Teori Humanistik 1. Kelebihan:
a.

Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadap fenomena social.

b. c.

Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.

2. Kekurangan: a. Bersifat individual. b. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung. c. Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan ulasan sebelumnya kami menyimpulkan sebagai berikut: 1. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya 2. Tokoh dalam teori ini adalah David Colb, Honey dan Mumford, Habernas serta Bloom dan Krathwohl. 3. Aplikasi dalam teori ini, Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku. Serta guru hanya sebagai fasilitator. 4. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah : a. Merespon perasaan siswa b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa d. Menghargai siswa e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa) g. Tersenyum pada siswa

13

DAFTAR PUSTAKA

Dakir. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993. Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006 . Uno, Hamzah. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi aksara, 2006. Wahyudi, Udin Rezki. Teori Belajar Psikologi Humanis. (online) (http://www.udinreskiwahyudi.blogspot.com/2011/09/teori-belajar-psikologi-humanis.html diakses tanggal 25 Maret 2012)

14

You might also like