You are on page 1of 11

Nama NIM

: Putu Trisna Hady Permana S : 0915051013

Smstr/Kls: V/A Jurusan : Pendidikan Teknik Informatika

Penentuan Jumlah Sampel

1. Formula menghitung jumlah sampel untuk peubah kontinu menurut Sokal dan Rohlf (1981) Rumus yang di gunakan :

N 2 (/)2t(v) + t(2)v)2
ket : n = jumlah sampel = standar deviasi populasi = perbedaan terkecil yang ingin dideteksi = taraf significan (misalnya 0,05) v = t(n-1) t = jumlah perlakuan = taraf kesalahan tipe II

Perlu diketahui bahwa rumus ini dipakai dengan solusi berulang (iterative). Artinya perhitungan dilakukan berulang-ulang sampai mencapai n yang stabil.

Contoh : Pertama kita coba n = 20 sebagai percobaan. Ini menghasilkan v = 4(20-1) = 76, bila jumlah perlakuannya 4 (misalnya, 4 lokasi atau 4 cara dsbnya). Standar deviasi (S) = 6 % (6y/100) dan = 5% dari rata (5y/100). Memakai S sebagai estimasi untuk , maka ratio /=6/5. =0,01 dan =0,20. Maka, n 2(/)2t(v) + t(2)v)2 n = 2 (6/5)2(t0,01(76)) + t2(0,20)(76))2 = 2 (1,2)2 (2,642 + 0,847)2 = 2(1,44)(12,171) = 35,1
1

Maka, berikutnya Kita gunakan n = 35, yang menghasilkan v=4(35-1)= 4(34) = 136 Maka, n 2(1,44)(2,612 + 0,845)2 = 2,88 (11,95) = 34,45 Kita bulatkan menjadi 35. Nilai ini sama dengan solusi yang pertama yang mengindikasikan bahwa nilai ini sudah stabil. Dengan demikian, untuk penelitian ini diperlukan 35 sampel untuk setiap perlakuan. Total sampel untuk 4 perlakuan menjadi 4(35) = 140 sampel

2. Formula lain untuk menghitung sampel untuk peubah kontinu Ada dua metoda untuk menentukan ukuran sampel untuk peubah yang kontinu. Metode pertama adalah menggabungkan semua respons kedalam dua katagori dan kemudian gunakan formula proporsional untuk menghitungnya. Cara kedua adalah menggunakan rumus berikut ini.

n = z22/e2
ket : n = jumlah sampel z = nilai pada kurva normal (1-), misalnya 95% e = keakuratan = varian populasi

Contoh : Misalkan kita ingin mengadakan evaluasi program penyuluhan untuk para peternak ikan untuk memakai beberapa varietas bibit unggul baru dimana dengan anggapan populasi peternak yang besar. Kita tidak mau berasumsi mengenai tingkat penerimaan peternak dari setiap varietas tersebut, namun kita bersedia menerima Standar deviasi 30% (0,3). Selanjutnya kita pilih = 0,05 dan keakuratan 5% . Maka, jumlah sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut: n = z22/e2= (1,96)2(0,32/(0,05)2=138,3 = 138 peternak Kelemahan formula ini adalah perlunya nilai estimasi yang baik untuk nilai . Bahkan sering nilai estimasi juga tidak tersedia. Oleh karena itu, formula menghitung sampel untuk peubah proporsional lebih disukai.
2

3. Mbue Kata Bangun (1980) Dalam buku perancangan percobaan, Mbue Kata Bangun (1980) memberikan formula jumlah sampel (t-1)(n-1) 15 atau bisa ditulis juga sebagai berikut :

n 1 + (15/(t-1))
ket: n = jumlah sampel t = jumlah perlakuan

Contoh: kita ingin menguji 4 jenis varietas bibit mangga baru, maka ulangan yang diperlukan adalah n 1+(15/(4-1)) = 6 sehingga unit percobaan adalah txn = 46=24

4. Formula menghitung jumlah sampel untuk peubah proporsional William G. Cochran (Prijana, 2005:30) Rumus :

= 1 + /

. .

2 V=

Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel dari sub populasi atau strata sebagai berikut:

ket : n no t d = Jumlah sampel = Sampel asumsi = Koefisien kepercayaan (kepercayaan 95 % = 1,96 / ditentukan oleh peneliti) = Sampling eror (berdasarkan penelitian orang lain atau peneliti memberikan asumsi sendiri) p & q = parameter proporsi binomial ( diperbolehkan peneliti menentukan sendiriatau gunakan 50% : 50%)n h n Nh N = Jumlah sampel strata = Jumlah sampel keseluruhan = Jumlah sub populasi atau strata = Jumlah populasi

Contoh : Dilakukan penelitian tentang hubungan antara sikap pada profesi dan motivasi kerjadengan kinerja guru Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Tanjung Duren, Jakarta Barat.Jumlah keseluruhan anggota populasi sebanyak 1000 dengan latar belakang yang berstrata. Guru Taman kanak-Kanak yang berpendidikan S2= 50 orang, S1= 350 orang,D3= 500 orang dan sisanya sebanyak 100 orang berpendidikan D1. Untuk menentukan besarnya sampel yang berstrata tersebut, sebagai berikut:

Diketahui: N N1 N2 N3 N4 d t = 1000 = 50 = 350 = 500 = 100 = 0,08 = 1,96 (taraf signifikansi 95%)

p & q = 50% ; 50%, didapat dari asumsi

Ditanya: a. Berapakah ukuran sampel penelitian? b. Berapakah ukuran sampel sub populasi atau strata?
4

Jwb: a. Besarnya sampel penelitian (n)

V=

0,082 1.96

0,001666
50 1000 350 1000 500 1000

= 4 = = =

; 1 =

= 0,05 ; 2 =

= 0,35 ; 3 =

= 0,5 ;

100 = 0,1 1000


. .

(0,05)(0,5)(0,5) : (0,35)(0,5)(0,5) : (0,5)(0,5)(0,5) : (0,1)(0,5)(0,5) 0,001666

0,0125 : 0,0875 : 0,125 : 0,025 0,001666

= 150,060 ~ 150 = = 1+ 150 150 = = 130,435 ~ 150 1,15 1+ 1000


)

b. Besarnya sampel untuk setiap sub populasi atau strata (

= 1 = 2 = 3 = 4 =

50 130 = 6,5 ~7 1000 350 130 = 45,5 ~46 1000

500 130 = 65 ~65 1000


100 130 = 13 ~13 1000

Jadi jumlah sampelnya adalah 7 + 45 + 65 + 13 = 130 orang guru

5. Surakhmad (2004) Surakhmad berpendapat apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurangkurangnya 15% dari ukuran populasi. Rumus yang di gunakan :

= 15
ket :

1000 n . (50 1000 100

15 )

S = Jumlah sampel yang di ambil n = Jumlah anggota populasi

Contoh : Dalam penelitian ini misalnya jumlah anggota populasi sebanyak 900 anggota

asuransi Allianz Life Indonesia Cab. Gianyar. Tentukan jumlah sampelnya!

Jwb: = 15 +
1000;900 1000;100

. (50

15 ) = 15

+ 900 . (35 )

100

= 15% + 0,11 . (35%) = 15% + 0,03085% = 18,85%

Jadi jumlah sampel sebesar 900 x 18,85% = 169,65% = 170 responden

6. Hadari Nawawi (Margono, 2004: 123-125) Penentuan jumlah sampel menurut pendapat Hadari Nawawi (Margono, 2004: 123125) . Nawawi (Margono, 2004: 123) memberikan cara untuk memperoleh jumlah sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:

1 2

Ket: n = Jumlah sampel = Sama dengan atau lebih besar p = Proporsi populasi persentase kelompok pertama q = Proporsi sisa di dalam populasi Z 1/2 = Derajat koefisien konfidensi pada 99% dan 95% b = Persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran sampel

Contoh: Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan S1 di bali adalah 400.000 orang. Di antara mereka yang tinggal di daerah pedesaan (luar kota) sebanyak

50.000 orang. Berapa sampel yang perlu diselidiki dalam rangka mengungkapkan hambatan penamaan disiplin sekolah di wilayah masing-masing. Perhitungan: = 50.000 100 400.000 = 12,5

atau P = 0,125 q = 1,00-0,125 = 0,875

Z 1/2 = 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05) b = 5% atau 0,05

Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut: 0,125 1,96 2 0,875 ( ) 0,05

1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.

Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 0,50 = 0,25). Ukuran sampel yang harus diselidiki: 1,96 2 0,25 ( ) 0,05 384.
7

7. Nomogram Harry King Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Nomogram Harry King. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan atas kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi jumlah populasi paling tinggi hanya 2000. Nomogram ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Dari gambar tersebut diberikan pula contoh : Bila populasi 200, kepercayaan sampel dalam mewakili populasi 95%, maka jumlah sampelnya sekitar 58% dari populasi. Jadi 0,58 200 = 116. Bila populasi 800, kepercayaan sampel 90% atau kesalahan 10%, maka jumlah sampel = 7,5% dari populasi. Jadi 0,075 800 = 60. terlihat di sini semakin besar kesalahan akan semakin kecil jumlah sampel. Gambar Nomogram Harry King di bawah ini. (Tarik dari angka 200 melewati taraf kesalahan 5%, maka akan ditemukan titik di atas angka 60. Titik itu kurang lebih 58).

8. Tabel Krejcie Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Tabel Krejcie Salah satu teknik untuk menghitung jumlah sampel minimal yang harus dijadikan sasaran penelitian adalah dengan menggunakan tabel Krejcie. Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Tabel Krecjie ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Dari tabel itu terlihat bila jumlah populasi 100 maka sampelnya 80, bila populasi 1000 maka sampelnya 278, bila populasinya 10.000 maka sampelnya maka sampelnya 370, dan bila jumlah populasi 100.000 maka jumlah sampelnya 384. Dengan demikian makin besar populasi makin kecil prosentase sampel. Oleh karena itu tidak tepat bila ukuran populasinya berbeda prosentase sampelnya sama, misalnya 10%.

Contoh : Penelitian akan dilakukan terhadap iklim kerja suatu organisasi. Sumber data yang digunakan adalah para pegawai yang ada pada organisasi tersebut (populasi). Jumlah pegawainya 1000 terdiri atas lulusan S1 = 50 orang, Sarjana muda = 300, SMK = 500, SMP = 50 ,SD = 100 (poplasi berstrata). Jumlah populasi = 1000. Bila kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 278. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya menurut tingkat pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi jumlah sampel untuk:

= =

50 1000 300 1000 500 1000 50 1000

278 = 13,90 ~14 278 = 83,40 ~83 278 = 139 ~139 278 = 13,90~14 278 = 27,80 ~28

= = =

100 1000

Jadi jumlah sampelnya = 14 + 83 + 139 + 14 + 28 = 278

Pada perhitungan yang terdapat koma dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih 278 yaitu 280. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 278.

10

9. Yount (1999:7-4) dan Arikunto (2002:112) Apabila jumlah anggota populasi kurang dari 100, lebih baik seluruhnya diambil sebagai sampel sehingga penelitian merupakan penelitian populasi atau sensus. Berikut ini tabel penentuan besarnya sampel menurut Yount, yaitu:

Tabel

Dari penguraian dalam menentukan besarnya sampel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan argumentasi tentang besarnya sampel penelitian yang

telahdiungkapkan oleh para pakar penelitian. Sebenarnya tidak ada aturan mutlak tentang besarnya sampel penelitian. Namun ada beberapa pertimbangan dalam menentukan besarnya sampel yaitu apabila keadaan populasi adalah heterogen maka semakin besar sampel yang diperlukan untuk mewakili populasi. Dan apabila sebaliknya yaitu keadaan populasi adalah homogen, maka dapat menggunakan sampel yang lebih kecil.Chadwick (1991:82) menyatakan bahwa waktu dan dana dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam menentukan besarnya sampel. Apabila hasil penelitian segeradiperlukan sebagai dasar dalam menentukan atau membuat suatu kebijakan, maka proses penelitian dapat dipercepat dengan memberikan batasan terhadap jumlah sampel penelitian. Dan juga apabila dana penelitiannya terbatas maka dapat juga menggunakansampel yang lebih kecil dari yang diinginkan. Yang terpenting adalah bahwa sampel penelitian benar-benar representatif .

11

You might also like