You are on page 1of 9

SALAH SATU JENIS HAMA ORDO HEMIPTERA YANG MENYERANGA TANAMAN PADI YAITU WALANG SANGIT (Leptocorisa spp)

A. Walang Sangit (Leptocorisa spp)

Walang sangit adalah golangan serangga yang bertipe mulut pencucuk dan penghisap. Serangga ini termasuk family Corcidae, ordo Hemiptera. Makan dengan cara menusukkan alat mulutnya yang berupa stylet dan kemudian menghisap cairan dari tanaman yang dicucuknya. Berbeda dengan wereng coklat yang menghisap cairan batang tanaman padi, hama ini menghisap cairan biji padi. Stadia yang sangat dsukai adalah stadia biji padi pada masak susu. Hama ini menyerang tanaman padi sejak berbunga sampai stadia masak susu. Serangan pada awal berbunga akan menyebabkab butir padi menjadi hampa, sedangkan serangan pada masak susu atau setelahnya mengakibatkan pengisian bulir baru padi tidak penuh dan terjadinya gran discolorat (ion. Kerugian hasil yang disebabkan oleh hama ini dapat mencapai 40 % (CAB International, 2004). Di Indonesia hama walang sawit dijumpai hampir di seluruh wilayah pertanaman padi. Pada pertanaman padi sawah merupakan hama yang kurang penting, namun pada waktu waktu tertentu dapat merugikan petani. Di daerah daerah tertentu hama ini merupakan hama penting pada padi gogo.

Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi Kingdom Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Hemiptera : Alydidae : Leptocorixa : Acuta

Author : Thunberg
B. Morfologi dan spesies

Hasegawa (1971), mengidentifikasi ada 14 spesies tapi yang paling dominan adalah spesies Leptocorisa oratorius dan L. acuta.
Leptocorisa oratorius (Fabricius). Spesies ini banyak diketemukan si Asia

Tenggara, sangat mirip dengan L. acuta dan L. chinensisi, sehingga sering menimbulkan salah identifiki. Panjang badan berkisar 18,0-18,5 mm. Perbedaan tampak jelas pada adanya titik berwarna coklat pada abdomen bagian ventrallateral.
Leptocorisa acuta (Thumberg) = L. varicornis F. spesies ini juga banyak

ditemukan dan merupakan hama yang cukup penting di Asia Timur jauh. Ukuran badan relative kecil dibandingkan dengan spesies pertama. Panjang badan berkisar antara 15 16 mm. C. Biologi dan Ekologi o Telur Serangga dewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman, namun disukai. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakkan satu per satu dalam 1-2 baris sebanyak 1-21 bulir. Lama stadia telur tergantung pada keadaan suhu, di pantura lama periode telur berkisar 57 hari.

o Nimfa Nimfa yang baru menetas berwarna hijau dan segera memencar mencari bulir padi sebagai makanannya. Bentuk badan nimfa sama seperti bentuk dewasa, bedanya hanya nimfa berwarna hijau tidak bersayap. Sedangkan dewasa berwarna coklat dan bersayap. Selama periode nimfa terjadi empat kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa. Lama periode nimfa berkisar 17 hari pada suhu 21-32 0C. pada daerah yang lebih dingin, lama periode telur dan nimfa akan lebih panjang. Misalnya di Lembang periode telur dan nimfa masing masing 13 dan 21 hari. Lama periode prapeneluran berkisar 8 hari, jadi lama siklus hidup walang sangit berkisar 30-45 hari. Lama perode bertelur rata-rata 57 hari (6 108), sedangkan lama hidup dewasa berkisar 16 134 hari dengan menghasilkan telur rata-rata 248 butir per induk. o Imago Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 30 mm. Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari, sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari)(Siwi et al.1981). Biasanya walang sangit baik dewasa maupun nimfa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindungi. Serangga ini an yang tanaman padi stadia generative dan yang paling disukai adalah stadia masak susu. Jika di lapangan tidak ada pertanaman padi, walang sangit dewasa akan pindah ke rerumputan dan tanaman perdu di kebun-kebun pada daerah yang terlindung dan bertahan hidup pada tanataman trsebut sampai ada pertanaman padi yang cocok untuk berkembang biak. Curah hhujan yang berselang seling menyebabkan polpulasi hama ini meningkat.

D. Tanaman Inang Tanaman inang utama adalah padi, pada beberapa tanaman rerumputan hama ini dapat berkembang biak walaupun keperidiannya sangat rendah. Beberapa rerumputan yang dapat berfungsi sebagai tanaman inang adalah Panicum crusgalli L. Scop. Dan Paspalum dilatatum Poir, Echinocloa crusgalli dan E. colonum. Tanaman di mana walang sangit berkembang biak ternyata berpengaruh terhadap sifat makanan walang sangit. Walang sangit yang berkembang biak pada E. colonum prefernsinya terhadap padi kurang dibandingkan dengan berkembang biak pada E. crusgali dan pada padi. E. Status sebagai Hama Padi Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit Pada umumnya di Indonesia hama walang sangit dianggap hama yang kurang penting, namun di Sumatera mulai dari Aceh menelusuri pantai barat sampai lampung hama ini sering menjadi hama yang cukup merugikan dan dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 50 %. Populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun akan menurunkan hasil padi 15 % (Suharto dan Damardjati, 1988). Serangan walang sangit mengakibatkan menurunkan hasil, karena bulir pada padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak penuh, dan berakibat pada penurunan kualitas beras, karena adanya perubahan warna pada gabah, sehingga menyebabkan pengapuran pada beras. F. Gejala serangan dan Kerusakan

Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara nyata setelah pada instar ketiga dan seterusnya (Kalshoven, 1981). Menurut Willis (2001), tingkat serangan dan menurunnya hasil akibat serangga dewasa lebih besar dibandingkan nimfa. Suharto dan Damardjati (1988) melaporkan bahwa 5 ekor walang sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil sebesar 15%, sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan mengurangi hasil sampai 25%. Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang sebelumnya banyak ditumbuhi rumputrumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir (Willis, 2001). Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit mengisap cairan bilir padi dengan cara menusukkan styletnya. Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. G. Musuh Alami Walang sangit memiliki musuh alami berupa parasitoid, predator, dan pathogen. Secara alami telur walan sangit diserang oleh dua jenis parasitoid, yaitu Gryon nixoni dan Oencyrtus malayensispakai. Namun parasitasi kedua musuh alami ini di lapangan di bawah 5 % (kalsholven, 1981). Nimfa dan imago walang sangit sering diketemukan terserang oleh jamur Beauveria bassiana. Predator utama berupa laba-laba, juga merupakan musuh alami walang sangit. Parasitoid O. malayensis hanya ditemukan pada daerah pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana disamping pertanaman padi banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang panjang O. malayensis selain menyerang telur walang sangit juga menyerang telur hama Riptortus linearis dan Nezara viridula yang merupakan hama utama tanaman kedelai. Berbagai jenis laba-laba dan jenis belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae menjadi predator hama walang sangit.

H. Pengendalian

Pengendalian secara kultur teknik Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan. Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya. Varietas padi tahan walang sangit tidak tersedia, sehingga pengendalian kultur teknis lebih menekankan aspek preventif, sanitasi, dan kuratif. Menanam lebih awal varietas genjah dan tanam serempak denag perbedaan kurang dari 15 hari dalam satu hamparan sangat dianjurkan untuk mengendalikan hama walang sangit, sehingga poppulasi migran dari semak semak sekitar pertanaman padi tersebar dengan luas. Pengendalian secara biologis Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.

Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit. Pengendalian kimiawi Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang cukup efektif terhadap walang sangit adalah BPMC dan MIPC. Pengendalian Penggunaan Perangkap Di lahan rawa lebak petani dalam mengendalikan hama khususnya walang sangit menggunaan perangkap yaitu dari bahan keong yang dibusukkan. Dengan cara pengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sangit dapat ditekan. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap bau busuk (keong) tersebut cukup efektif dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yang dibusukkan tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena dengan perangkap tersebut walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan pada bulir padi. Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10 ekor/perangkap. Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-10 butir/tempat, sehingga walang sangit yang datang berkunjung dan mengisap bahan tersebut dan mati. Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yang dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup efektif memerangkap walang sangit. Walang sangit bergerombol datang pada perangkap bau busuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepada bau-bauan tersebut dibandingkan makan pada

padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk tersebut. Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan cara perangkap bau tersebut. Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaan musuh alami (predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil pengamatan terhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang karabit dan belalang minyak dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi. Dan ada pula cara lain yaitu dengan menggunakan obor dan asap tetapi hasilnya kurang memuaskan, karena cara tersebut selain dapat menarik walang sangit tetapi juga dapat menarik serangga-serangga lain terutama jenis musuh alaminya ikut terbunuh. Adapun cara perangkap bau busuk tersebut bukan mematikan hama walang sangit tetapi hanya mengalihkan perhatian sehingga dapat menghindari serangan hama tersebut pada padi.
Pengendalian Pemanfaatan Asap

Taktik pengandalian dengan menggunaan asap sudah seringkali dilakukan oleh petani rawa lebak maupun tadah hujan, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi dengan mengganti bahan pengasapan tersebut dengan menggunaan bahan galian batubara menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, karena bahan galian batubara tersebut kalau dibakar dapat bertahan lama dan menimbulkan bau yang menusuk sehingga dapat mempengaruhi aktivitas dari hama walang sangit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan asap dari bahan galian batubara intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan. Hal ini diduga bahwa bau asap dari bahan galian batu bara tersebut dapat mengusir hama walang sangit, karena pada lokasi pertanaman padi yang tidak melakukan pengendalian dengan cara pengasapan (bahan batubara) intensitas kerusakan cukup tinggi. Selain di lahan rawa lebak pengendalian cara tersebut dilakukan juga oleh petani rawa pasang surut dan hasilnya cukup baik, dan disamping itu pula penggunaan insektisida dapat ditekan. Selain pengasapan dengan menggunakan bahan batu bara juga petani menggunakan bahan tanaman dari tumbuhan cambai dan tumbuhan mercon dalam mengendalikan hama walang sangit. Dengan menggunakan bahan tumbuhan

tersebut intensitan kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan. Menurut Asikin dan Thamrin (2003), melaporkan bahwa tumbuhan cabai dan mercon tersebut berpotensi sebagai insektisida nabati bahan persentase tingkat kematian larva ulat jengkal melebihi dari kontrol insektisida nabati dari tumbuhan Mimba yaitu tumbuhan galam, mercon, sungkai, kedondong, kumandrah dan cabai yaitu berkisar antara 70 80 %.
Pengendalian Penggunaan Kapur Barus

Adapun taktik lain yang sering digunakan petani dalam mengendalikan walang sangit adalah dengan menggunakan kapur barus. Cara ini juga cukup efektif dalam mengendalikan hama walang sangit. Aplikasi taktik pengendalian ini dilakukan pada saat fase vegetatif atau saat padi bunting sampai bulir-bulir padi mulai mengeras yaitu dengan cara menggantungkan kapur barus tersebut yang sudah dimasukkan kedalam pembungkus dari kain bekas. Taktik pengendalian dengan menggunakan kapur barus ini bersifat menolak atau mengusir datangnya hama walang sangit karena bau yang dipancarkan oleh zat yang terkandung dalam kamapar tersebut. Jarak antar kantong tersebut berkisar antara 4-5 meter pada bagian pinggir tanaman padi. Dengan cara ini intensitas kerusakan oleh walang sangit dapat ditekan yaitu berkisar antara 5-10%.
Pengendalian Penggunaan tumbuhan ribu-ribu

Pengendalian hama pada saat fase generatif yaitu serangan hama penggerek batang (beluk), walang sangit dan hama lainnya, yaitu menggunakan tumbuhan liar ribu-ribu yang aplikasinya dengan cara menaburkan daun ribu-ribu tersebut pada lahan pertanaman padi pada saat fase bunting. Melalui cara tersebut hama penggerek batang dan khususnya walang sangit dapat dihindari, karena pengaruh bau yang ditimbulkan dari daun gulma ribu-ribu yang terendam air tersebut mengeluarkan bau yang dapat mempengaruhi dari kunjungan hama-hama tersebut. Dengan demikian gulma atau tumbuhan liar tersebut mempunyai daya penolak terhadap hama pengrerek dan walang sangit.

You might also like